Anda di halaman 1dari 11

PAPER KELOMPOK

STUDI KASUS PEREBUTAN PULAU TAKESHIMA/DOKDO


ANTARA JEPANG-KOREA SELATAN

Guna memenuhi tugas yang disampaikan


oleh Dosen Ganjar Widhiyoga, Ph.D.

Disusun oleh

Abdurrazzaq Dzaky W. (19323015)


Susi Wulandari (19323084)
Azzura Vellayati (19323185)
Hijratul Mustafa Saat (19323140)

Kelas A
Kelompok 11

PRODI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2021
Abstract

Penulisan makalah ini guna untuk mengetahui ketepatan klaim yang diajukan Jepang dan
Korea Selatan atas pulau Dokdo atau Takeshima, berdasarkan hukum internasional. Sehingga
dapat menemukan hasil pihak manakah yang tepat menurut legitimasi hukum. Data yang diperol
eh dan diolah adalah data sekunder, pengumpulan data dilakukan menggunakan metode kepustak
aan dengan mengumpulkan bahan hukum primer dan sekunder, data-data tersebut kemudian disu
sun secara sitematis dan dianalisis menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini menunju
kan bahwa Pulau Dokdo merupakan Pulau yang berada diantara negara Jepang dan Korea selatan,
kedua negara saling mengklaim status kepemilikan Pulau Dokdo dengan bukti-bukti. Penyelesai
an sengketanya hingga kini belum juga selesai, sengketa ini berimbas kepada hubungan kedua ne
gara. Berdasarkan realita Jepang mengajak Korea Selatan mengajukan sengketa ini ke
mahkamah internasional, namun Korea Selatan tidak setuju dengan pendapat Jepang. Maka dari
itu tanpa adanya upaya penyelesaian sengketa lebih lanjut, membuat sengketa ini berlangsung
panjang.

The writing of this paper is to determine the accuracy of claims made by Japan and Sout
h Korea on the island of Dokdo or Takeshima, based on international law. So that we can find th
e results of which party is right according to legal legitimacy. The data obtained and processed a
re secondary data, data collection is carried out using the library method by collecting primary
and secondary legal materials, the data is then arranged systematically and analyzed using desc
riptive methods. The results of this study indicate that Dokdo Island is an island located between
Japan and South Korea, both countries claiming ownership status of Dokdo Island with evidence .
The dispute settlement has not yet been completed, this dispute has an impact on the relationshi
p between the two countries. Based on the reality, Japan invited South Korea to submit this dispu
te to an international court, but South Korea did not agree with Japan's opinion. Therefore, with
out any further dispute resolution efforts, this dispute will go on for a long time.
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam Hubungan internasional tidak akan bisa terlepas dari hal-hal yang mengenai
politik, diplomasi, perebutan kekuasaan, masalah teritorial, sosial, budaya, atau kepentingan
nasional suatu negara. Secara umum hubungan internasional merupakan hubungan antar negara
baik bilateral maupun multilateral. Hubungan antar negara yang diwarnai dengan adanya negara
yang melakukan kerjasama demi terwujudnya kepentingan nasional masing-masing negara dan
ada juga negara yang terlibat konflik baik melibatkan dua negara ataupun lebih. Seperti halnya
Jepang dan Korea Selatan yang terlibat sengketa kepemilikan atas Pulau Dokdo atau Takeshima.
Korea Selatan menyebut pulau tersebut dengan nama Pulau Dokdo dan Jepang menyebutnya
dengan Pulau Takhesima. Hubungan bilateral antara Jepang dan Korea Selatan memiliki sejarah
yang panjang, mengingat Jepang menjajah Korea Selatan dalam kurun waktu yang lama yakni 35
tahun sejak 1910 hingga 1945.
Hal ini tentunya menjadi sejarah kelam bagi Korea Selatan. Di masa modern ini
keduanya harus tetap menjalin hubungan diplomatik demi kelangsungan hidup negara masing
masing. Ditambah dengan kasus sengketa kepemiliki atas Pulau Dokdo Takeshima menambah
kerenggangan hubungan antar keduanya.Sengketa kepemilikan atas pulau Dokdo/Takeshima
yang melibatkan Jepang dan Korea Selatan terjadi sejak tahun 1905. Korea mengklaim bahwa
secara geografis, hukum internasional, dan sudut pandang sejarah, Dokdo merupakan milik
Korea Selatan, sedangkan Jepang juga menyatakan pulau tersebut milik Jepang. Sengketa atas
pulau Dokdo yang terjadi sejak tahun 1905 belum terselesaikan hingga saat ini. Pulau
Dokdo/Takeshima adalah pulau yang terletak kira-kira di pertengahan antara Semenanjung
Korea dan kepulauan Jepang (pada 37 14 26,8 "N dan 131 °52 10,4 "E) (Maemi, n.d). Secara
fisik, pulau Dokdo/Takeshima bukan satu pulau tapi merupakan gugusan pulau. Dokdo terdiri
dari dua pulau utama, Dongdo (Pulau Timur) dan Seodo (Pulau Barat), yang sekitar 89 batu-batu
yang lebih kecil tersebar.
Kawasan Dongdo adalah 73297m 2, dan odo memiliki luas 88639m 2. Total luas
kawasan Dokdo adalah 187.453 m? Dokdo memiliki ekosistem yang unik. Wilayah ini
memproduksi air tawar, para permukaan gunung berapi, sebagian ditutupi dengan tanah dan tipis
lumut, menjadi habitat tentang 70-80 jenis tanaman, 22 jenis burung, dan 37 jenis serangga
(Macmi, n.d). Pulau sekitarnya, dimana suhu dingin dan hangat memenuhi arus laut, menjadi
tempat komunitas berbagai macam organisme laut, termasuk anjing laut dan sebanyak 100 jenis
ikan. Jepang dan Korea Selatan telah memiliki hubungan sejak Perang Dunia II dimana
keduanya merupakan antar negara jajahan dan negara penjajah. Sama dengan Indonesia, Korea
Selatan juga pernah dijajah oleh Jepang. Tidak hanya wilayah kedua negara yang bersebrangan
namun juga kedua negara memiliki pulau-pulau kecil yang menjadi bagian dari wilayahnya.
Namun kedua negara terlibat sengketa terkait pulai Dokdo atau yang dikenal dengan nama
Takeshima bagi masyarakat Jepang.
Pulau ini secara geografis terletak ditengah-tengah antar kedua negara ini sehingga status
kepemilikan Pulau Dokdo yang dikenal bagi masyarakat Korea atau Pulau Takeshima bagi
masyarakat Jepang. Letaknya berada berjarak sekitar 138 mil dari laut Jepang sedangkan
berjarak sekitar 134 mil dari laut Korea. Sedangkan jika diukur dari pulau terdekat kedua negara
tersebut maka Pulau Dokdo berjarak 58 mil dari Pulau Ulleungdo milik Korea sedangkan
berjarak 100 mil dari Pulau Oki milik Jepang. Pada dasarnya Pulau Dokdo/Takeshima ini
merupakan pulau yang tidak layak huni, namun kerena di pertemuan arus dingin dari wilavah
utara dan arus hangat dari selatan tersebut menghasilkan kekayaan alam yang melimpah dan
menjadi rebutan bagi Jepang dan Korea Selatan ini.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana awal permasalahan yang membuat adanya perebutan wilayah Pulau
Dokdo/Takeshima antara negara Jepang dengan Korea Selatan serta upaya penyelesaian apa saja
yang dilakukan antara dua negara tersebut atas permasalahan sengketa wilayah Pulau
Dokdo/Takeshima.

1.3 Kerangka Teori


Terjadinya perselisihan ini telah berlangsung sejak lama, Jepang berargumen bahwa sany
a pada perjanjian San Fransisco 1951 mengenai perjanjian antar Jepang dan Sekutu. Dalam isiny
a yakni pasal 2 yang berbunyi “Jepang mengakui Kemerdekaan Korea, dan melepaskan semua h
ak, kepemilikan dan klaim atas Korea, termasuk Pulau Quelpart, Port Hamilton dan Degelet”. Se
dangkan Korea berangapan bahwa dalam dokumen pemerintahan Korea Selatan telah dikutip di
dalamnya dan hal tersebut berlandaskan pada fakta sejarah atau historisnya. Sehingga Jepang me
nginginkan adanya negosisasi asntar kedua negara tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk menyelesaikan sengketa tersebut yakni dengan Perjanjian Pengembangan Bersama (Joint
Development Agreement), kedua negara juga menyelesaikan sengketa dengan prosedur yang tela
h diatur dalam Hukum Konvensi Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) yakni kedua negara akan
menggunakan konsiliasi dan arbitrase dalam peneyelesainnya, masalah Pulau Dakdo juga telah d
ibawa ke Pengadilan Internasional untuk Hukum Laut (ITLOS).

BAB II

PEMBAHASAN

Kepemilikan Pulau Dokdo/Takeshima masih belum bisa untuk dijawab sampai saat ini. Baik
Jepang maupun Korea Selatan hanya dapat membuktikan dengan klaim yang di yakini oleh
masing-masing Negara diantaranya adalah:

2.1 JEPANG

Dasar yang digunakan Jepang untuk mengklaim Pulau Dokno yakni mengacu sebuah
perjanjian San Fransisco 1951 Pasal 2. Berdasarkan ini Jepang juga berpendapat bahwa mereka
hanya mengakui kemerdekaan Korea sedangkan kewajiban untuk mengembalikan pulau Dokdo
tidak disebutkan dalam sebuah perjanjian tersebut. Pada hal ini akan menjadi suatu keyakinan
pihak Jepang bahwa Pulau Dokdo merupakan wilayah teritorialnya. Pasal 2 perjanjian San
Fransisco 1951 menyatakan bahwa: “Japan Recognizing the independence of Korea,remunces
all right, title and claim to Korea, including the island pf Quelpart,Pory Hamilton,and Deglet”.
Japam mengakui bahwa kemerdekaan Korea dan melepaskan semua hak kepemilikan dan klaim
atas Korea, termasuk Pulau Quelpart,Port Hamiliton,dan Dagelet.

Selain perjanjian San Fransisco pihak Jepang juga memiliki dasar lain yaitu pada saat
penandatanganan perjanjian aneksasi tahun 1910 tersebut secara otomatis wilayah jajahan
Jepang. Namun tidak dengan wialyah Pulau Dokdo karena Pulau tersebut tidak termasuk dala
wilayah Semanjung Korea sehingga Jepang menggap bahwa pulau Dokdo adalah termasuk
wialayah yang tidak ada pemiliknya kemudian Pulau Dokdo mulai diokupasi oleh Jepang dan
memasukan Pulau Dokdo menjadikan wilayah Prefektur Shimane, pada saat itu Jepang mulai
menyebutnya Pulau Dokdo sebagai Pulau Takeshima.
2.2 KOREA SELATAN

Korea selatan mengklaim Pulau Dokdo bukan tanpa dasar yang kuat , fakta sejarah yang
menyatakan bahwa berdasarkan pada acuan sebuah historis yang dimana di kutip dalam bebrapa
dolumentasi pemerintah Korea Selatanyang menyatakan bahwa Dokdo adalah wilayah ussanguk
(pulau yang tidak ada penghuninya) Pulau Oki merupaakn pulau milik Jepang adalah sekitar 100
MIL atau 160 KM. Berdasarkan letak Pulau Dokdo maka dapat di beri gambaran bahwa Pulau
Dokdo merupakan bagian dari Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dari Jepang dan Korea Selatan.
Pada pasal 57 yang menjelaskan bahwa Zona Ekonomi Eksklusif yaitu zona maritime yang di
ukur dari garispangkal hingga jarak 200 mil laut. Di dalam ZEE sebuah Negara pantai memiliki
hak eksklusif sebuah negera pantai memiliki hak eksklusif untuk mengelola dan memanfaatkan
sumber daya alam, kebebasan navigasi, hak penerbangan udara, dan melaukan sebuah
penanaman kabel serta jalur pip.

Sehubungan dengan kabel dan jalur pip, ini merupakan hak di laut bebas dan juga tetap
dimiliki oleh Negara asing di dalam kawasan ZEE dan landasan kontinen, Pasal 58 UNCLOS,
yaitu berkaitan dengan navigasi dan jalur pupa bahwa laut,sepanjang hal tersebut tidak
bertentangan dengan ketentuan lain di dalam UNCLOS.

2.3 Potensi Ekonomi Pulau Dokdo/Takeshima

Pulau Dokdo/Takeshima memiliki luas keseluruhan 186.126 km2 dan memiliki 2 pulau
utama yang berjarak kurang lebih 89 km dari Pantai Ullengdo. 2 pulau utama ini memiliki letak
strategis untuk digunakan sebagai tempat wisata besar dimana setiap tahun banyak wisatawan
yang berkunjung tiap tahunnya. Selain itu, Pulau Dokdo/Takeshima memiliki potensi ekonomi di
bidang perikanan dan pangan dari sumber laut. Letak Pulau Dokdo/Takeshima yang diantara
pertemuan arus panas Samudra Pasifik Utara di perairan selat Tsushima ke Laut Timur membuat
posisi ini menguntungkan bagi kehidupan biota laut dan membuat pulau Dokdo/Takeshima kaya
akan hasil laut.

Kepulauan Dokdo/Takeshima juga belum lama ini diketahui memiliki peran penting atas
kepemilikan sumber daya alam alternatif (Youngbae, 1998). Sumber daya alam ini bernama gas
hidrat dimana akan diolah sebagai pengganti sumber daya minyak bumi yang semakin menipis.
Pengolahan gas hidrat dilakukan atas perkembangan teknologi yang semakin maju saat ini. Hal
ini sangat berarti bagi Korea Selatan hingga pengembangan atas gas hidrat ini dilakukan oleh
Korea Selatan dengan membuat Organisasi Gas Hidrat R&D di tahun 2005 bekerja sama dengan
Amerika Serikat.

2.4 Upaya Penyelesaian Sengketa Pulau Dokdo Antara Jepang dan Korea Selatan

Sengketa Pulau Dokdo sudah berimbas terhadap hubungan kedua negara, dimana semakin ta
hun semakin memanas pasca isu Pulau Dokdo mencuat kembali. Banyak kerjasama yang dilakuk
an kedua negara menjadi ancaman pasca terjadinya sengketa ini, ketidakpercayaan publik Korea
Selatan terhadap Jepang maupun Publik Jepang terhadap Korea Selatan mengakibatkan semakin
dinginnya hubungan kedua negara. Hal ini dibuktikan pada tahun 2012 tepatnya bulan Agustus k
antor Konsulat Korea Selatan mengalami teror sehingga pintu kaca kantor Konsulat Jenderal Kor
sel di Hiroshima, Jepang, pecah setelah dilempar bata oleh orang tak dikenal. banyaknya perjanji
an-perjanjian yang dilakukan kedua negara putus begitu saja atau tidak diperpanjang dan bahkan
Jepang dan Korea Selatan enggan terlibat dalam suatu perjanjian bilateral. seperti halnya putusan
ya perjanjian Cerrency Swap antara Jepang dan Korea akibat dari Sengketa Pulau Dokdo.

Cerreny Swap adalah kerjasama dibidang ekonomi oleh Jepang dan Korea Selatan yang dita
ndatangani pada tahun 2001 di bawah Chiang Mai Initatives. Pada 2015 Perjanjian Cerreny Swa
p dibiarkan mengalami kadaluwarsa oleh kedua negara sebagai bentuk penolakan atas aktivitas p
olitik yang dilakukan oleh kedua negara akibat adanya sengketa Pulau Dokdo. April 2006 Jepang
dan Korea Selatan melakukan Negosiasi untuk dapat menyelesaikan sengketa ini hal ini bermula
saat Jepang mengumumkan untuk melakukan riset ilmiah dalam rangka untuk meneliti fitur geog
rafis bawah laut di laut Jepang, wilayah yang akan diteliti Jepang yakni di daerah sekitaran Pulau
Dokdo. Kedua negara sepakat untuk melakukan pertemuan dan sepakat untuk menyelesaikan sen
gketa ini. Namun pertemuan ini berlangsung sangat alot dan tegang sehingga menyebabkan perte
muan tersebut tidak menghasilkan apapun untuk dapat menyelesaikan sengketa Pulau Dokdo, ak
an tetapi mendapat kesepakatan untuk Jepang menunda rencana riset ilmiah tersebut dan Korea S
elatan menunda mendaftarkan fitur geografis kepada Organisasi Hidrologi Internasional.

Jepang dan Korea Selatan juga membuat kesepakatan untuk melakukan riset ilmiah bersam
a-sama yang pada riset ini menghasilkan bahwa ada gas hidrat di dalam laut Ulleung Tsusima Ba
sin. Jepang dan Korea Selatan untuk menyelesaikan Sengketa Pulau Dokdo mengacu pada Huku
m Internasional yakni antara lain :
1. Membuat Perjanjian Pengembangan Bersama (Joint Development Agreement).

Sepetriya yang telah diketahui bahwa Pulau Dokdo memiliki kekayaan laut ynag melimp
ah sehingga sangat mendukung nilai ekonomi. Pualu Dokdo jika dilihat dari fakta yang ada terlet
ak di antara kedua negara tersebut, sehingga Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) kedua negara terseb
ut saling berketumpangan. Sehingga Pualu Dokdo merupakan Pulau milik keduanya atas kedaula
tan pulau tersebut. Perjanjian bilateral ataupun multirateral dapat meredam situasi kedua negara.
Selain itu agar kedua negara dapat melakukan eskploitasi, eksplorasii dan konservasi maka Perja
njian Pengembangan Bersama sebaiknya sesegara mungkin dilakukan apabila kedua negara setu
ju terhadap perjanjian ini maka Zona Ekonomi Ekslusif negara tersebut tidak akan bertentangan
dengan UNCLOS 1982.

2. Mediasi

Dalam proses mediasi tentunya dibutuhkan pihak ketiga sebagai mediator. Baik se
buah negara, ataupun organisasi internasional dapat dijadikan sebagai pihak ketiga. Dala
m masalah ini Amerika Serikat bisa dijadikan sebagai pihak ketiga, telah diketahui bahw
asanya Jepang dan Korea Selatan adalah sekutu bagi Amerika Serikat. Sebagai pihak ket
iga juga Amerika Serikat siap untuk menjadi mediator untuk keduanya (Fauzi, 2014).

3. Menyelesaikan Sengketa dengan prosedur wajib yang diatur dalam Konvensi Hukum La
ut 1982 (UNCLOS 1982).

a.) Konsiliasi

Telah diatur dalam UNCLOS 1982 pada lampiran V bahwa negara yang terkait setuju u
ntuk menyelesaikan masalah ini dengan Konsilisasi maka negara terkait dapat menunjuk
orang yang dapat dijadikan sebagai konsiliator. Dalam masalah ini Jepang dan Korea Se
latan berhak untuk empat orang konsiliator yang tentunya orang tersebut merupakan ahli
dalam bidangnya. Jepang dan Korea Selatan dapat menyelesaikan masalah tersebut deng
an Konsiliasi, sebelumnya dalam penyelesaian sengketa melalui komisi Konsiliator belu
m ada negara yang mengguakannya dalam penyelesaian sengekta laut.

b.) Sebelumnya Jepang pernah menggunakan pengadilan arbitrase untuk melawa Austri
a dan Selandia Baru terkait sengketa Selatan Bluefin Tuna. Sehingga dalam hal ini d
apat dikatakan unggul dalam peneyelesaian masalah pengadian arbitrase. Oleh karen
a itu penyelesaian dengan arbitrase ini diharapakan dapat menyelesaikan permasalah
an antar Jepang da Korea Selatan atas sengketa Pulau Dokdo.

c.) Pengadilan Internasional Untuk Hukum Internasional (ITLOS)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumya bahwasanya Korea Selatan selalu menolak
ajakan Jepang untuk membawa sengketa ini ke pegadilan ITLOS dengan alasan yan
g sama yakni masalah ini telaj tarjadi pada saat Perang Dunia II. Sehingga penyelesi
an ini sulit untuk dapat diselesiakan menggunakan jalur hukum, sehingga tidak dapat
mendapatkan kejelasan hukum.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Membicarakan tentang hubungan internasional tidak bisa terlepas dari hal-hal yang
mengenai politik, diplomasi, perebutan kekuasaan, masalah teritorial, sosial, budaya,
atau kepentingan nasional suatu negara. Seperti halnya Jepang dan Korea Selatan yang
terlibat sengketa kepemilikan atas Pulau Dokdo atau Takeshima. Sengketa kepemilikan
atas pulau Dokdo/Takeshima yang melibatkan Jepang dan Korea Selatan terjadi sejak
tahun 1905. Korea mengklaim bahwa secara geografis, hukum internasional, dan sudut
pandang sejarah, Dokdo merupakan milik Korea Selatan, sedangkan Jepang juga
menyatakan pulau tersebut milik Jepang. Potensi ekonomi pulau Dokdu/Takeshima akan
kekayaan sumber daya alam gas hidrat yang berguna untuk pengganti minyak bumi,
potensi wisata, hasil laut juga menjadi faktor atas perebutan wilayah ini. Berbagai upaya
telah ditempuh antara Jepang dengan Korea Selatan seperti membuat perjanjian
kerjasama, mediasi maupun menyelesaikan sengketa dengan prosedur wajib yang diatur
dalam Konvensi Hukum Laut 1982. Namun, sengketa atas pulau Dokdo yang terjadi
sejak tahun 1905 belum terselesaikan hingga saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

I, Fauzia Dyah Ayu Paramitha. 2013. Strategi Jepang dan Korea Selatan Dalam Menyelesaikan
Sengketa Teritorial Pulau Takeshima/Dokdo. Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol.2
271-294.
Setiawati, Novi., Mangku, Dewa Gede Sudika., & Yuliartini, Ni Putu Rai. 2019. Penyelesaian
Sengketa Kepulauan Dalam Perspektif Hukum Internasional (Studi Kasus Sengketa Perebutan
Pulau Dokdo antara Jepang – Korea Selatan). Vol.2 No.1 1-14.

Syafitri, dkk. 2013. Sengketa Pulau Dokdo Antara Jepang dan Korea Selatan. Journal of
International Law Vol.1 No.2.

Anda mungkin juga menyukai