Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG Sengketa dapat didefinisikan sebagai ketidaksepakatan salah satu subyek mengenai sebuah fakta, hukum, atau kebijakan yang kemudian dibantah oleh pihak lain. Atau dapat diartikan juga bahwa sengketa internasional merupakan perselisihan yang terjadi antara Negara dan Negara, Negara dengan individu atau Negara dengan badanbadan/lembaga yang menjadi subjek internasional atau suatu konflik antar negar dalam memperebutkan suatu wilayah maupun wilayahnya terletak di perbatasan. Masalah perebutan/klaim suatu kepulauan oleh beberapa Negara memang menjadi masalah yang rumit. Klaim suatu Negara terhadap suatu wilayah Negara lain seringkali menimbulkan konflik yang berujung pada memburuknya hubungan antara Negara yang sama-sama memiliki klaim atas wilayah yang sama. Seperti yang terjadi antara Jepang dan Korea Selatan atas klaim kepulauan Dokdo atau Takeshima. Dokdo merupakan sebuah pulau yang terletak di pertengahan antara Semenanjung Korea dan kepulauan Jepang (pada 37 14 26,8 N dan 131 52 10,4 E). Sebenarnya Dokdo bukan satu pulau tapi merupakan gugusan pulau. Dokdo terdiri dari dua pulau utama, Dongdo (Pulau Timur) dan Seodo (Pulau Barat), yang sekitar 89 batu-batu yang lebih kecil tersebar. Kawasan Dongdo yaitu seluas 73.297m, dan Seodo memiliki luas 88.639m. Dokdo memiliki ekosistem yang unik.
1

Terdapat gunung berapi, air tawar,

kemudian wilayahnya sebagian ditutupi dengan tanah dan lumut tipis, menjadi habitat bagi 70-80 jenis tanaman, 22 jenis burung, dan 37 jenis serangga. Untuk pertama kalinya Dokdo/Takeshima diakui oleh masyarakat internasional setelah adanya ekspedisi yang dilakukan oleh Perancis pada bulan Mei 1887 yang telah diberi nama berdasar pada nama salah satu kapal pelayaran yang dipakai untuk mengitari pulau tersebut, yakni liancort rocks atau pulau berbatu karang. Namun Korea Selatan menyebut pulau tersebut sebagai Pulau Dok dengan arti lonely island atau rock island sehingga disebut sebagai pulau Dokdo. Sedangkan Jepang mulai mengenal pulau kecil tersebut pada tahun 1905 yang dikenal dengan sebutan

Facts About Dokdo. (n.d.). Retrieved 4 26, 2013, from Cyber Dokdo: http://www.dokdo.go.kr/eng/html/introduction/introduction.jsp 1

Takeshima atau yang sebelumnya dikenal dengan nama Matsushima atau Ryakano (pulau yang sangat kecil). Persengketaan soal gugusan pulau karang di tengah laut Jepang yang disebut Korea Selatan sebagai Laut Timur itu sesungguhnya merupakan persengketaan lama dan sudah terjadi sejak tahun 1905. Kepulauan itu tidak berpenduduk. Namun, Korea Selatan menempatkan pasukan tentara yang menjaga wilayah laut di sekitarnya, yang kaya akan ikan dan gas alam.2 Permasalahan ini diawali dengan status kedaulatan Pulau Dokdo yang terletak di Semenanjung Korea dan diakui kedaulatannya dibawah kekuasaan territorial Korea dibawah kepemimpinan Dinasti Shilla pada 512 M, namun sejak tahun 1905-1945 Jepang mulai melakukan imperialisasi atas wilayah Korea dan seluruh daerah Semenanjung Korea yang berdampak pada diakuinya Pulau Dokdo sebagai Pulau Takeshima berada di wilayah Jepang di dalam pengawasan Dewan Prefektur Shimane dibawah penerapan yuridiksi Pulau Oki Jepang sejak tahun 1905. Wilayah Dokdo merupakan wilayah yang dipersengketakan Korea Selatan karena kepemilikannya. Berdasarkan pada perjanjian San Fransisco3, kepulauan Dokdo tidak termasuk kedalam wilayah yang harus dikembalikan oleh Jepang. Pada pasal 2 Perjanjian San Fransisco yang dibicarakan hanya pengembalian wilayah Pulau Kuril dan Senkaku pada Rusia. Hal ini dapat diartikan sebagai legalitas Jepang untuk memiliki pulau itu. Dalih lain yang diberikan Jepang untuk menantang klaim Korea Selatan atas kepemilikan pulau Dokdo yaitu berupa bukti akan perjanjian pendudukan Jepang atas Korea. Pada saat penandatanganan perjanjian pendudukan Jepang atas Korea, secara otomatis wilayah Korea merupakan bagian dari wilayah jajahan Jepang. Namun, ada satu poin yang dianggap Jepang penting untuk mengklaim pulau Dokdo tidak termasuk ke dalam wilayah Korea dan dapat dianggap sebagai daerah tidak bertuan (Terra Nulius). Pemberian klaim yang dilakukan oleh Korea Selatan terhadap Kepulauan Dokdo atau Takeshima mendapat tentangan dari Jepang yang merasa memiliki pulau itu dengan sah. Hal tersebut yang membuat penulis merasa konflik persengketaan antara Korea Selatan dan Jepang ini menarik untuk dikaji lebih dalam lagi. Oleh karena itu penulis mengangkat judul Sengketa Pulau Dokdo Antara Korea Selatan dan Jepang.

Demi Gugusan Pulau Dokdo, Korsel Siap Putus Hubungan dengan Jepang. (n.d.). Retrieved 4 26, 2013, from Uni Sosial Demokrat: http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=4967&coid=1&caid=24&gid=2 3 Perjanjian San Fransisco. (n.d.). Retrieved from Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_San_Francisco 2

I.II RUMUSAN MASALAH Setelah penjabaran latar belakang diatas maka penulis akan merumuskan masalah sebagai berikut : Mengapa Jepang dan Korea Selatan sama-sama mengklaim kepemilikan wilayah atas Pulau Dokdo/Takeshima?

I.III TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh penulis adalah : o Mengetahui bagaimana latar belakang terjadinya konflik persengketaan atas Pulau Dokdo/Takeshima antara Jepang dan Korea Selatan. o Mengetahui bagaimana upaya diplomatik yang dilakukan oleh Korea Selatan dan Jepang dalam menyelesaikan konflik persengketaan wilayah atas Pulau Dokdo/Takeshima.

I.IV METODE PENULISAN Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah deskriptif. Tujuan dari metode deskriptif ini adalah untuk menggambarkan suatu fenomena upaya diplomati Jepang-Korea Selatan dalam menyelesaikan sengketa wilayah kedua Negara atas Pulau Dokdo.

BAB II PEMBAHASAN

Status Pulau Dokdo/Takeshima diantara Korea Selatan dan Jepang yang dipersengketakan kedua negara adalah status kedaulatan, dimana kedua negara mengklaim berdasarkan konektivitas secara geografis dan historis atas kepemilikan pulau tersebut. Secara tradisional dan turun temurun sejak ratusan lalu, Dokdo berada di bawah kekuasaan Choson atau Korea kuno. Kepemilikan Korea atas Dokdo pun pernah diakui Jepang tahun 1696 silam. Tetapi di tahun 1905 Jepang merebut Dokdo dari tangan Korea sebelum akhirnya menguasai seluruh Semenanjung Korea setelah memenangkan perang melawan Rusia. Dokdo kembali berada di bawah kekuasan Korea Selatan sejak 15 Agustus 1948. Adalah Armada Amerika Serikat ke-14 yang berada di Semenanjung Korea kala itu yang mengembalikan Dokdo kepada Republik Korea yang baru berdiri.4 Sedangkan Jepang memberikan anggapan bahwa Dokdo sebagai wilayah tak bertuan, sehingga mulai 22 Februari 1905 Jepang mulai mengakui kedaulatan Dokdo sebagai bagian dari wilayah Jepang yang berada dalam pengawasan Pemerintahan Prefektur Shimane dibawah penerapan yuridiksi Pulau Oki Jepang. Dengan

menyebutnya sebagai Pulau Takeshima yang mulai di klaim pada tahun 1904 ketika adanya tuntutan dari beberapa nelayan Jepang yang berasal dari Okinoshima (Pulau Oki) yang menuntut untuk diberikannya hak-hak ekslusif untuk pencarian ikan dan singa laut yang berada di sekitar pulau berbatu karang tersebut. Para nelayan mengetahui bahwa pulau tersebut merupakan bagian dari wilayah Korea, namun sebagai warga asing mereka mencoba untuk menyampaikan permohonan kepada pemerintahan Korea untuk dapat memperoleh ketentuan untuk melakukan penyewaan atas pulau tersebut agar dapat melakukan perburuan singa laut. Namun tidak mendapat tanggapan atas pemerintah Korea bahkan penilaian para nelayan tersebut pemerintahan korea tidak agresif menanggapi dan cenderung lebih bersikap pasif.

Lovmo, M. S. (n.d.). The Territorial Dispute Over Dokdo. Retrieved from For The Next Generation: http://www.forthenextgeneration.com/dokdo/dokdo_01.htm 4

Untuk itu para nelayan tersebut lebih mendesak agar pemerintah Jepang khususnya Departemen Perikanan dan Kelautan Jepang untuk melakukan tahapan lebih lanjut tentang status pulau tersebut, sehingga muncul tindakan-tindakan proaktif dari pemerintahan Jepang yang mengupayakan hak lebih dari penggunaan pulau tersebut hingga perjalanan proses penyatuan wilayah dan pengakuan pulau secara formal berdasarkan keputusan Pemerintah Jepang. Dalih lain yang diberikan Jepang atas kepemilikan pulau Dokdo berupa bukti akan perjanjian pendudukan Jepang atas Korea. Pada saat penandatanganan perjanjian pendudukan Jepang atas Korea, secara otomatis wilayah Korea merupakan bagian dari wilayah jajahan Jepang. Namun, ada satu poin yang dianggap Jepang penting untuk mengklaim pulau Dokdo adalah bahwa Pulau Dokdo tidak termasuk dalam wilayah Korea dan dapat dianggap sebagai daerah tak bertuan (Terra Nulius). Wilayah Kepulauan Dokdo merupakan bagian dari Jepang. Jepang menganggap Kepulauan Dokdo sebagai bagian dari kedaulatannya berdasarkan pada persetujuan Perjanjian San Francisco tahun 1951. Dalam perjanjian tersebut disebutkan bahwa Jepang tidak harus mengembalikan Pulau Dokdo kepada Korea, bahkan dalam pasal 2 perjanjian tersebut sama sekali tidak disinggung mengenai kewajiban Jepang untuk mengembalikan Pulau Dokdo hanya diwajibkan untuk mengembalikan sebagian wilayah Rusia. Awal dari kepemilikan Jepang atas pulau Dokdo berdasarkan pada aneksasi Jepang ke Semenanjung Korea yang mengakibatkan pihak Korea masuk dalam daftar negara jajahan Jepang. Dengan aneksasi tersebut Jepang mengambil alih hak wilayah maupun urusan diplomatik Korea. Berdasarkan pada perjanjian itu Jepang merupakan pemilik yang sah, Jepang telah memasukan pulau tersebut kedalam sebuah distrik teritorial atau prefektur, yaitu prefektur shimane dan telah melakukan efektifitas di pulau tersebut. Jepang mengakui Pulau Dokdo sebagai wilayah teritorial Jepang yang telah diresmikan sebelum aneksasi Korea, namun setelah perjanjian damai San Fransisco 1951, Jepang tidak lagi memprioritaskan untuk menguasai Pulau Takeshima yang disengketakan.5

uri, K. (1997). Japan's Incorporation of Takeshima into Its Territory in 1905. KOREA OBSERVER. 5

Kepemilikan Jepang yang sah atas pulau Dokdo mendapat bantahan dari Korea Selatan. Pihak Korea Selatan juga merasa memiliki pulau tersebut. menurut Korea Selatan, pulau tersebut merupakan bagian dari wilayahnya berdasarkan pada fakta sejarah yang ada. Korea Selatan mengklaim bahwa Pulau Dokdo berada di bawah kedaulatannya berdasar pada acuan historis yang dikutip dalam beberapa dokumentasi pemerintah Korea Selatan, yang menyatakan bahwa Dokdo pada awalnya merupakan suatu independent island yang dinamakan Ussankuk dan telah bersatu dengan Korea Selatan pada masa Dinasti Shilla pada tahun 512 SM. Dokdo juga lebih dekat ke Korea Selatan daripada ke Jepang. Ia hanya berjarak sekitar 87 kilometer dari Ulleungdo milik Korea Selatan, dan sekitar 157 kilometer dari Pulau Oki milik Jepang. Ketika cuaca cerah, Dokdo dapat dengan mudah dilihat dari Ulleungdo. Sejumlah catatan menyebutkan bahwa bangsa Korea mendiami Pulau Ulleungdo sejak zaman prasejarah. Sampai saat ini di Ulleungdo ditemukan tiga dolmen atau kuburan batu dari akhir zaman perunggu dan awal zaman besi bergaya Korea dalam keadaan baik. Diperkirakan dolmen tersebut diproduksi pada masa antara 300 tahun Sebelum Masehi hingga abad pertama Masehi. Berdasarkan dokumentasi tersebut Dokdo ditemukan setelah adanya ekspedisi yang dilakukan oleh negara Perancis di bawah komando F.G. Jean yang menyatakan bahwa Dokdo berada di wilayah Semenanjung Korea di bawah teritorial Korea Selatan. Untuk itu Korea Selatan mengklaim bahwa pengakuan kedaulatan Dokdo dilakukan lebih awal dibandingkan dengan pengakuan Jepang atas Takeshima. Sebagai penegasan atas klaim Korea Selatan terhadap Dokdo, maka telah dilakukan berbagai aktivitas yang dapat menunjang proses pengakuannya dengan melaksanakan survei daratan dan dikonsepkan dalam sebuah hasil pemetaan (topografi) yang dilakukan berdasarkan pada posisi ilmu bumi secara akurat, bahkan sebagian dari dokumentasi yang telah terkumpul diterbitkan oleh Jepang seperti yang di terbitkan oleh Dabuchi Tomohiko yang mengutip bahwa Dokdo sebagai bagian dari wilayah Korea dalam Kankoku Shinchishi atau Geografi Negara Korea Baru.

Permasalahan klaim atas pulau Dokdo/Takeshima antara kedua negara kembali merebak pada tahun 2005, yang dipicu oleh tindakan Pemerintah Prefektur Shimane yang mengumumkan secara sepihak bahwa gugusan Pulau Takeshima merupakan bagian atas wilayah Jepang berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah yang di buat DPR Prefektur Shimane yang isinya mendukung klaim Jepang atas Takeshima. Salah satu pasal dalam Perda tersebut menetapkan bahwa pada tanggal 22 Februari diperingati sebagai Hari Takeshima. Penetapan hari Takeshima oleh Dewan Prefektur Shimane memiliki sifat simbolik, yakni memberikan suatu seruan dan pesan kepada warga Jepang untuk mempertahankan pulau takeshima dengan membangkitkan kesadaran dan bentuk nasionalitas warga atau keutuhan kedaulatan Jepang secara menyeluruh Pada tahun 2008, Jepang kembali mempertegas klaimnya dengan cara memasukkan kepulauan Dokdo ke dalam buku kurikulum pendidikan sekolah menengah Jepang, hal ini bertujuan untuk pengenalan kepada anak-anak sekolah menengah. Selain tujuan untuk pengenalan kepada anak sekolah menengah, pemasukan wilayah Takeshima kedalam buku pelajaran sekolah menengah Jepang memilki makna bahwa Jepang merupakan pemilik legalitas atas pulau Takeshima, bukan Korea Selatan atau negara manapun. Klaim atas kepemilikan pulau Takeshima atau Dokdo juga ditunjukkan oleh Korea Selatan. Korea Selatan menganggap pulau tersebut merupakan bagian dari wilayahnya. Sama hal nya dengan apa yang dilakukan oleh Jepang, buku-buku pelajaran di Korea Selatan juga sama-sama mengklaim bahwa pulau Dokdo merupakan bagian dari wilayah teritorial nya.

BAB III PENUTUP

III.I KESIMPULAN Klaim yang diberikan Jepang atas kedaulatan Kepuluan Dokdo membuat Korea Selatan merasa terusik akan kemerdekaannya. Jika ditilik dari faktor dan fakta sejarah, Kepuluan Dokdo merupakan bagian dari Korea Selatan, namun Jepang memberikan klaim karena mendapatkan Dokdo secara okupasi, Dokdo dianggap sebagai daerah tak bertuan pada saat itu. Upaya Korea Selatan untuk mempertahankan Kepulauan Dokdo, menimbulkan konflik dengan Jepang. Korea Selatan menganggap konflik territory dengan Jepang merupakan hal yang terpenting, Korea Selatan tidak akan tinggal diam untuk merelakan Jepang mencaplok kepulauan Dokdo dari kedaulatan wilayah Korea Selatan. Bahkan untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya atas Kepulauan Dokdo, Korea Selatan siap memutus hubungan bilateral dengan Jepang. Sengketa gugusan pulau yang disebut Dokdo di Korea Selatan danTakeshima di Jepang memanas lagi setelah Jepang menegaskan kembali klaimnya terhadappulau yang dikontrol Korea Selatan itu. Hubungan Korea Selatan dan Jepang sebenarnyaterus membaik sampai isu itu muncul kembali. Jepang mencaplok Kepulauan Dokdo pada Perang Rusia-Jepang 1904 serta pada penaklukan Semenanjung Korea 1910-1945 danberlanjut di era modern. Menurut Korea Selatan, Jepang jangan memaksakan klaim Takeshima yang diklaim pertama kalinya oleh Jepang pada 22 Februari 1905, sebagai bagian Prefektur Shimane. Saat Jepang menyerah pada sekutu tanggal 15 Agustus 1945, sekutu membuat pemerintahan tinggi di Tokyo dan mulai mengembalikan wilayahnya kolonial yang dimiliki Jepang kepada pemilik asalnya.

III.II SARAN Penyelesaian kasus sengketa Pulau Dokdo/Takeshima dapat diselesaikan berdasarkan acuan beberapa prosedur yang tidak memihak kedua belah pihak, melainkan difokuskan pada pembuktian secara akurat yang berlaku berdasarkan : Bukti historis, seperti dokumentasi pemerintahan Jepang dan Korea Selatan yang dijadikan landasan awal dalam pernyataan klaim dari kedua negara. Berdasarkan penafsiran internasional dalam San Francisco Peace Treaty tahun 1951 dan aturan Hukum Laut Internasional (UNCLOS) 1982.6 Pengumpulan bukti lain, mengenai peraturan atau pembuatan UU yang dibuat berdasarkan kesepakatan kedua negara yang sebaiknya melibatkan sebuah mediator berdasar pengumpulan bukti historis tentang kondisi Pulau

Dokdo/Takeshima berdasarkan keadaan pulau yang mempunyai banyak potensi ekonomi seperti kandungan hidrokarbon dan sumber daya laut yang potensial.

United Nations Convention on the Law of the Sea of 10 December 1982. (n.d.). Retrieved from United Nations: https://www.un.org/depts/los/convention_agreements/texts/unclos/UNCLOS-TOC.htm 9

DAFTAR PUSTAKA
Demi Gugusan Pulau Dokdo, Korsel Siap Putus Hubungan dengan Jepang. (n.d.). Retrieved 4 26, 2013, from Uni Sosial Demokrat: http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=4967&coid=1&caid=24&gid=2 Facts About Dokdo. (n.d.). Retrieved 4 26, 2013, from Cyber Dokdo: http://www.dokdo.go.kr/eng/html/introduction/introduction.jsp Huri, K. (1997). Japan's Incorporation of Takeshima into Its Territory in 1905. KOREA OBSERVER. Lovmo, M. S. (n.d.). The Territorial Dispute Over Dokdo. Retrieved from For The Next Generation: http://www.forthenextgeneration.com/dokdo/dokdo_01.htm Perjanjian San Fransisco. (n.d.). Retrieved from Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_San_Francisco United Nations Convention on the Law of the Sea of 10 December 1982. (n.d.). Retrieved from United Nations: https://www.un.org/depts/los/convention_agreements/texts/unclos/UNCLOS-TOC.htm Sengketa pulau Korea Selatan-Jepang memanas. (2012, 8 24). Retrieved from Radio Australia: http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2012-08-24/sengketa-pulau-korea-selatanjepangmemanas/1005028

10

LAMPIRAN

Dokdo/Takeshima Islands

11

Anda mungkin juga menyukai