Anda di halaman 1dari 25

·-·

''. l
'D~PA1tTISIPASI PEMUDA DALAM SEKTOR PERTANIAN STUD I KASUS
DI DESA DELANGGU KECAMATAN DELANGGU
KABUPATEN KLATEN
(Young Departicipation In The Sector OfAgriculture ;A Case Study In
Delanggu, Klaten)

_ Oleh:

Dilahur, Umrotun, Priyono, Cboirul Amin, M. Farid Aminudin,


· Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A.Yani Pabelan Karto~ro Tromol Pos I Surakarta 57162, Telp (0271) 717417
Psw 151-153, Fax : (0271) 715448, E-mail: f!}JiPHQ:l~Q({f.0li.!@}yf!!J.o.t!_._!!.o_~

ABSTRACT
This study is carried out in Delanggu, Klaten that has high productivity of rice
but undergoing a decrease in the role of the sector of agriculture. The goal of this
study is to observe young people departicipation in the sector od agriculture and fac-
tors that influence it. The method used is survey method. The population is all of the
young people in Delanggu , 1.419 people. The sampling uses stra,fij]ed proporsional
quota sampling where respondens are divided into three groups of age, 15-19 years
old, 20-24 years old, and 25-29 years old. Every sampling in each group is taken 5%
proportionally, with its homogenates consideration, while the characteristic, which
has determined in order to fulfil the number of deermined quota in each age group.
Collected tjata,is presented in the form offrequency and cross table. Qualitative data
analysis usesio}k:aljho1;Jght, -deductive-inductive, analogy ang comparison, whereas
analyzing'frequency ana cross table uses quant~tattve data analysis. The use of both
---- \
analysis is adjusted to the data and goal of the ~tudy.
Key words : Young departicipation ·~
PENDAHULUAN hargJ-harga barang konsumsi yang dibeli
petani, dan juga nilai tukarnya dengan
Kebijakan pembangunan
harga sarana produksi. Hal · ini berarti
pertanian yang ditekankan pada
bahwa keberhasilan dalam produksi beras
peningkatan produksi beras telah berhasil
tidak selalu diikuti dengan peningkatan, .
meningkatkan produksi sampai tingkat
pendapatan ataukesejahteraan petani padi. ,•
swasembada, meskipun pada saat yang
sama dampak negatifnya bagi produsen · 0 Pertumbuhan ekonomi yang
padi (petani) tidak bis~ dihindarkan. cepat pada masa tahun 1971-1981 diikuti
Produksi yang melimpah menyebabkan juga oleh perubahan struktur antar sektor.
menumnnya nilai tukar dasar beras dengan Sektor-sektor utama mengalami

194 Forum Geografi, Vo/.15, No.2, 2001: 193-218


perubahan peranan dalam ekonomi partisipasi angkatan kerja (TPAK) usia
nasional. Konstribusi sektor pertanian muda sebagai akibat perluasan pendidikan.
dalam PDB menurun tajam dari 34,07 % Penduduk usia muda berpendidikan
menjadi 24,14 % dalam kurun waktu cenderung enggan bekerja di sektor
tersebut. Peranan sektor pertanian terus pertanian karena pekerjaan itu dianggap
mengalami penurunan sete1ah tahun 1981. mempunyai status yang rendah. Mereka
Konstribusi sektor ini dalam PDB turun lebih banyak memalingkan perhatiannya
kembali dari 24,14% dalam tahun 1981 ke sektor sekunder dan tersier di daerah
menjadi 23 ,44% dalam tahun 1987 . perkotaan yang lebih menjanjikan
Sebaliknya, pada kurun waktu yang sama kemakmuran dan status sosial yang relatif
peranan sektor non-pertanian dalam lebih tinggi . Fenomena ini menjadi
ekonomi nasional terus meningkat. bertambah kuat karena semakin mudahnya
Konstribusi sektor industri naik secara hubungan desa-kota dengan tersedianya
konsisten dari 11,20 % menjadi 13,97% sarana transportasi antara kedua wilayah
dalam periode 1982-1987. Hal ini juga tersebut.
dialami oleh sektor bangunan, listrik, gas
Kecamatan Delanggu adalah
dan air minum serta jasa (Sigit, 1993).
produsen beras tertinggi di Kabupaten
Perubahan struktur antar sektor
Klaten selama sepuluh tahun terakhir ini.
menyebabkan pergeseran kesempatan keija
Desa Delanggu merupakan salah satu desa
antar sektor. Peranan sektor pertanian
di Kecamatan Delanggu yang telah dikenal
dalam penyerapan tenaga kerja makin
sebagai penghasil beras yang berkualitas.
menurun sejalan dengan penurunan
"Delanggu" menjadi sebuah logo prod~
konstribusinya dalam periode waktu
beras kemasan yang tergolong enak dan
tersebut.
sudah dikenal luas di kalangan
Kenyataan di atas menunjukan masyarakat. Desa Delanggu merupakan
pergeseran proporsi pekerja dari sektor desa pertanian yang telah menerapkan
primer ke sektor sekunder dan tersier. konsep usaha tani modern dengan
Penurunan proporsi pekerja di sektor intensiflkasi dan mekanisasi pertanian.
primer antara lain disebabkan oleh adanya Produksi beras yang dihasilkan oleh Desa
tek.anan-tekanan di sektor primer, De1anggu dalam 5 tahun terakhir ini
pertumbuhan sektor sekunder dan tersier termasuk merupakan yang tertinggi di
yang pesat dan perubahan aspirasi generasi wilayah Kecamatan Delanggu.
muda pedesaan, terutama yang
0
Produktivitas pertanian yang
berpendidikan. Efendi (199 3) tinggi tersebut menyebabkan petani di
mengemukakan bahwa pergeseran tersebut daerah ini cukup makmur kehidupannya.
berkaitan dengan menurunnya tingkat Kemakmuran yang dicapai antara lain

Departisipasi Pemuda Dalam Sektor pertanian ... (Dilahur, dkk) 195


nampak pada kemampuan para petani TELAAH PUSTAKA
untuk menyekolahkan anaknya sampai ke
Pembangunan Pedesaan
jenjang yang lebih tinggi dari dirinya.
Akibatnya tingkat pendidikan keluarga Pembangunan pedesaan
petani menjadi semakin meningkat. Akan mempakan pembangunan yang dirancang
tetapi, hal ini justru menimbulkan bagi peningkatan kehidupan ekonorni dan
ketidaktertarikan generasi penems petani sosial dari suatu kelompok khusus
kepada sektor pertanian. Pandangan dan masyarakat, yaitu masyarakat rniskin di
orientasi mereka telah bergeser ke arah pedesaaan (Prayitno, 1987). Desa hanya
sektor non pertanian seperti perdagangan, dijadikan sebagai garis belakang atau hin-
jasa, dan industri. ter/andbagi negara maju, sementara bagi
F enomena ketidaktertarikan Indonesia sejak ribuan tahun desa telah
pemuda dalam sektor pertanian ini menjadi titik sentral kehidupan bangsa dan
menyebabkan semakin menurunnya negara. Marbun (1988) bahkan
partispasi (departisipasi) generasi muda . melukiskan. hal ini dengan pernyataan
dalam sektor tersebut. Hal ini dalam jangka bahwa Indonesia hanya bisa disebut
panjang tentu saja akan menimbulkan makmur jika desa ikut makmur sehingga
kelangkaan tenaga kerja sektor pertanian pembangunan Indonesi; tidak ada artinya
karena kecilnya jumlah angkatan kerja tanpa membangun desa.
baru yang bersedia masuk untuk
Indonesia merupakan negara
menggantikan generasi yang terdahulu.
Jika proses departisipasi pemuda dalam agraris yang sebagian besar penduduknya
sektor pertanian ini dibiarkan terus tin~gal di de sa. Mantra { 19 91)
berlangsung tanpa adanya usaha untuk mengemukakan bahwa lebih dari 65 %
merubahnya maka ketika petani yang ada penduduk Indonesia berdiam di pedesaan
sekarang sudah tidak produktif lagi, dapat dengan mat;1 pencaharian utama di bidang
diprediksikan dalam beberapa dasawarsa pertanian. Oleh karena itu, pembangunan
ke depan akan sangat sedikit atau bahkan pedesaan di Indonesia pada hakekatnya
tidak ada lagi penduduk Indonesia yang adalah pembangunan sektor pertanian.
menjadi petani. Gejala ini membahayakan
Sektor pertanian mempunyai
bagi eksistensi sektor pertanian yang
peranan yang sangat penting dalam .
merupakan tulang punggung
pembangunan Indonesia .. Bahaya ini dapat kegiatan ekonomi dan pembangunan .·
terjadi karena tidak ada lagi yang bersedia c asional. Keberhasilan -pembangunan .
menjadi tenaga kerja pertanian yang sektor pertanian dengan pencapaian ·
. merupakan pemain kunci dalam sektor swasembada beras telah berhasil
tersebut. Kekhawatiran seperti ibllah yang memantapkan pembangunan sektor-sektor
melatarbelakangi penelitian ini. lain secara meyakinkan. Peranan penting

196 Forum Geograji, Vo/.15, No.2, 2001 : 193-218


sektor pertanian dibuktikan dengan adanya pembangunan pedesaan tidaklah lengkap
kenyaataan bahwa sebagian besar jika tidak menyoroti pula masa1ah
pendududuk Indonesia masih "revolusi hijau" . Revolusi hijau pada
menggantungkan hidupnya dari sektor dasarnya adalah peningkatan produksi
pertanian. Raharjo (1984) berpendapat pertanian, khususproduksipangan, secara
bahwa pembangunan sektor pertanian cepat. Peningkatan ini diperoleh dari
harus mendapat prioritas pertama dalam penerapan teknologi barn, terutama
pembangunan karena sektor pertanian melalui penggunaan varietas unggul dan
akan mampu menjadi landasan bagi penggunaan input moderen yang tepat,
pertumbuhan ekonomi. Tingkat yang dibarengi dengan cara bercocok
pertumbuhan sektor pertanian memiliki tanam yang baik. Peningkatan produksi
arti penting dan sangat menentukan pangan yang cepat dilakukan untuk
pertumbuhan sektor-sektor lain atau memenuhi kebutuhan pangan yang sangat
perekonomian secara keseluruhan. Oleh mendesak, terutama akibat pertambahan
karena itu, pembangunan pertanian dalam penduduk Indonesia yang relatif tingii..
arti luas perlu terns dikembangakan dan Program pencapaian yang dilanjutkan
diarahkan menuju tercapainya pertanian dengan pelestarian swasembada beras .
yang maju, efisien dan tangguh. Sektor dioperasionalkan melalui intensifikasi dan
pertanian yang tangguh tersebut akan ekstensifikasi. Intensifikasi bertujuan
mendukung tercapainya landasan yang untuk meningkatkan produktivitas gabah
kuat bagi bangsa Indonesia untuk (beras) yang dilakukan dengan cara
memasuki era tinggal landas dalam peningkatan mutu budidaya tanaman padi,
pembangunan selanjutnya. sedangkan ekstensifikasi adalah perluasan
areal tanaman padi, yakni dengan
Modemisasi Pertanian di Pedesaan pencetakan lahan sawah bam antara lain
Modernisasi pertanian di dengan cara pembangunan waduk dan
bendung an.
pedesaan - terutama pedesaan di Jawa -
mulai mendapatkan perhatian serius sejak Program revolusi hijau secara
tahun 1970-an. Modernisasi pertanian itu kuantitatif dalam jangka pendek telah
ditandai dengan diterapkannya teknologi memberikan harapan barn terhadap
barn dalam sistim usaha tani seperti permasalahan dunia ketiga melalui aspek
tanaman varietas unggul, pupuk buatan petanian. Banyak negara dunia ketiga yang':J
dan obat-obatan pertanian serta mekanisasi terpesona dengan program tersebut karena
pertanian. Konsep tersebut kemudian secara kuantitatif menunjukan basil yang
dikenal dengan revolusi hijau (green revo- dramatif. Revolusi hijau dalam jangka
lution) . Oleh karena itu, berbicara tentang pendek telah berhasil mengubah Indone-

Departisipasi Pemuda Dalam Sektor pertan ian .. . (Dilahur, dkk) 197


sia dari pengimpor beras menjadi sementara di sisi lain lapangan pekerjaan
swasembada. Akan tetapi, jika dipandang yang tersedia berkurang karena
secara kualitatif, jangka panjang, dan digantikannya tenaga manusia oleh tenaga
dengan pandangan yang kritis, beberapa mesin. Kesempatan untuk menggarap
persoalan mendasar dijumpai akibat dari lahan pertanian.dengan sistem bagi hasil
revolusi hijau. juga semakin terbatas yang mengakibatkan
semakin lemahnya posisi tawar-menawar
Modernisasi pertanian dengan
buruh tani dalam sistem usaha tani yang
jalan revolusi hijau tersebut memunculkan
baru tersebut. Selain itu, intensifikasi
dua pandangan yang saling bertolak
usaha tani yang menuntut modal yang
belakang satu sama lain tentang hubungan
lebih tinggi telah menyebabkan terjadinya
antara modernisasi pertanian dengan
polarisasi pemilikan dan penguasaan lahan
perubahan sosial di pedesaan (Trijono,
pertanian. Hal ini terjadi karena petani
1993 ). Pandangan pertama melihat bahwa
yang berlahan sempit tidak mampu
persebaran teknologi usaha tani modern ke
mengikuti sistem usaha tani barn tersebut.
daerah pedesaan saat ini telah
Akibatnya, lahan sempit yang dimilikinya
meningkatkan jumlah buruh tani tak
dijual atau disewakan ~epada petani kaya.
bertanah sehingga mendorong
Akumulasi dari kenyataan ini
terbentuknya polarisasi sosial. Hal ini
menyebabkan meningkatnya
terutama terwujud dalam polarisasi
pengangguran, kemiskinan dan
penguasaan dan pemilikan lahan.
kesenjangan antara petani kaya dengan
Sebaliknya, pandangan kedua melihat
petani miskin di pedesaan.
bahwa persebaran teknologi usaha tani 'i

modern justru telah menghasilkan


pemerataan ekonomi sehingga tidak Transformasi Tenaga Kerja Pertaniim
menimbulkan polarisasi sosial, akan tetapi Penduduk merupakan modal
justru memperbanyak kelompok-kelompok dasar pembangunan. Jumlah penduduk
petani baru yang lebih mampu. yang besar apabila dapat dibina dan,
Para ahli yang berpihak pada didayagunakan dengan baik akan dapat
pandangan pertama melihat bahwa hasil menjadi modal dasar yang efektif untuk
dari strategi revolusi hijau tersebut - meneapai tujuan pembangunan. Akan
setelah beberapa lama diterapkan - temyata tetapi bagi negara yang .sedang
tidak sesuai dengan yang diharapkan. berkembang, tennasuk Indonesia, jumlah
Penerapan mekanisasi pertanian telah ~duk yangbesarpada umumnya dapat··
menyebabkan marjinalisasi tenaga kerja menjadi·masalah, antara lain karena daya · · · ··
sektor pertanian. Hal ini terjadi karena di dukung ekonomi yari.g terbatas, tingkat
satu sisi ketersediaan tenaga kerj_a berlebih, pendidikan dan produktivitas yang rendah

198 Forum Geografi, Vo/.15, No.2, 2001: 193-218


serta karena penyebaran penduduk dan proses transformasi tenaga kerja di Indo-
angkatan kerja yang tidak merata baik nesia tidak mengikuti pola yang telah
secara regional maupun secara sektoral. dialami oleh negara-negara maju. Proporsi
Tantangan yang dihadapi bangsa Indbne- tenaga kerja yang bekerja di sektor
sia dewasa ini adalah bagaimana membina pertanian memang cenderung menurun,
dan mendayagunakan tenaga kerja yang tetapi sektor itu tetap menyerap lebih dari
demikian banyak supaya menjadi modal separo angkatankerja. Sektor industri yang
dasar yang efektif dalam pembangunan. seharusnya mulai menyerap angkatan kerja
tetapi hanya mampu menyerap sebagian
Transformasi tenaga kerja akan
kecil saja. Sektor jasa yang seharusnya
berjalan seiring dengan pembangunan.
berkembang setelah sektor industri, telah
(Clark dikutip dalam Effendi, 1993).
menyerap lebih besar angkatan kerja
Sejarah yang dialami oleh negara-negara
daripada sektor industri. Proporsi angkatan
maju menunjukan bahwa dalam tahap awal
kerja di sektor industri yang relatif kecil
pembangunan tenaga kerja terkonsentrasi
dipandang sebagai kegagalan proses
di sektor pertanian. Pertumbuhan industri
pembangunan atau terlambatnya proses
akan terpacu oleh peningkatan
transformasi tenaga kerja.
penghasilan petani yang diikuti dengan
perubahan pola konsumsi khususnya Selama dna dasawarsa terakhir
konsumsi non-pertanian. Pada tahap ini ini terjadi penurunan persentase penduduk
sebagian besar tenaga kerja pertanian akan yang bekerja di sektor pertanian.
bergeser ke sektor industri. Proporsi tenaga Berdasarkan persentase perkembangan
kerja yang bekerja di sektor industri penduduk yang bekerja di sektor pertanian
mengalami kenaikan dan cenderung lebih terlihat adanya penurunan, tetapi sektor
besar bila dibanding sektor pertanian. pertaniann masih dominan. Pada tahun
Perkembangan industri selanjutnya diikuti 1977 jumlah penduduk yang terlibat di
dengan menaiknya permintaan akan jasa sektor pertanian sebanyak 66,27 persen
sehingga menyebabkan meningkatnya kemudian menurun menjadi 55,93 persen
penyerapan tenaga kerja sektor jasa. pada tahun 1980 dan pada tahun 1985
· Kecenderungan-kecenderungan ini menjadi 54,66 persen (Ananta, 1990).
menurut Effendi ( 1993) merupakan salah Penurunan jumlah persentase penduduk
satu penyebab terjadinya transformasi yang terlibat pada sektor pertanian
tenaga kerja. terutama disebabkan perkembangan
Teori di atas tidak sepenuhnya kegiatan di luar pertanian . Hal ini
dapat dibenarkan bila diterapkan di menyebabkan terjadinya perpindahan
negara-negara sedang berkembang pekerja dari sektor pertanian met@u sektor
termasuk Indonesia. Kecenderungan lain di luar pertanian.

Departisipasi Pemuda Dalam Sektor pertan ian ... (Dilahur, dkk) 199
Pekerja-pekerja marjinal yaitu banyak yang memalingkan perhatiannya
yang ruempunyai produktivitas dan ke sektor industri dan jasa di perkotaan
penghasilan rendah merupakan pekerja (Effendi, 1993).
yang paling mudah beralih pekerjaan ke
sektor lain. Kelompok ini biasanya kurang Partisipasi Pemuda dalam Sektor
mempunyai ikatan erat dengan pekerjaan Pertanian
yang sedang dilakukannya, pekerjaannya
Peranan pemuda dalam
umumnya bersifat tidak tetap, sehingga
pembangunan bangsa sangat strategis
dapat bergerak sangat mobile. Kesempatan
karena bagaimanapun kelompok ini
kerja dan penghasilan yang sangat sedikit
termasuk dalam kelompok usia kerja.
maka bagi kelompok ini lebih baik beralih
Soeroso Dasar (1981) mengemukakan
pekerjaan. Oleh karena itu, pada tahap-
bahwa setiap saat pemuda dituntut untuk
tahap permulaan pekerja marjinal inilah
tampil ke depan untuk menj adi motor
yang akan beralih ke sektor lain,
penggerak dan memulai pembangunan
sedangkan golongan yang paling banyak
meninggalkan sektor pertanian adalah .
yang merupakan suatu proses sangat
panjang. Inisiatif harus datang dari
buruh tani. Hal ini ditunjukan oleh terns
pemuda itu sendiri k<Jrena masih banyak
menurunnya persentase buruh tani dalam
lahan yang harus digarap oleh pemuda,
struktur pekerja pertanian. Buruh tani
baik lahan dalam artian sesungguhnya
adalah mereka yang bekerja pada orang
yaitu -lahan pertanian, maupun dalam
lain, umumnya pada petani penggarap
makna abstrak, yaitu lahan pekerjaan lain
lahan. Golongan ini tidak memiliki lahan
yang pdak berhubungan dengan pertanian
dan rasa keterikatannya dengan majikan
hampir tidak ada. Penghasilannya Pemuda sebenarnya me:mpakan
umumnya rendah dan pekerjaannya juga suatu fenomena yang kompleks, sebab di
tidak bisa diharapkan secara tetap sehingga samping · batasan umur, pemuda
golongan buruh tani ini mudah sekali mempunyai batasan-batasan lain yang
merupakan ciri-ciri bagian dari kelompok
tergerak ke pekerjaan lain (Sigit, 1989).
masyarakat yang sering disebut pemuda.
Hal lain yang menyebabkan Menurut seorang ahli komunikasi, Daniel
menurunnya proporsi pekerja di sektor Lerner (Abdullah, 1987), persamaan
pertanian adalah berubahnya aspirasi antara pemuda satu dengan yang lain
generasi muda pedesaan, terutama yang terletak pada empati. Empati adalah suatu ,•
berpendidikan. Pemuda pedesaan ~ondisi psikis (kejiwaan) yang
cenderung enggan bekerja di sektor memungkinkan seseorang membayangkan
pertanian karena pekerjaan itu dianggap dirinya mempunyai kemampuan untuk
mempunyai status yang rendah sehingga memainkan peranan-peranan tertentu yang

200 Forum Geograji, Vo/.15, No.2, 2001 : 193-218


lebih berarti di dalam masyarakat. . wewenang yang harus dihargai dalam
Semakin tinggi kadar empati seseo~ang rangkaian kerja sama.
akan semakin besar pula kemampuannya
Pemuda sebagai suatu subyek
untuk melahirkan dan merumuskan
dalam hidup mempunyai nilai tersendiri
persepsi-persepsinya tentang berbagai
dalam mendukung dan menggerakkan
persoalan pembangunan. Kemampuan
hidup bersama. Hal ini hanya bisa tetjadi
untuk memperluas cakrawala pemikiran,
apabila tingkah laku pemuda ditinjau
mendalami persoalan-persoalan
sebagai interaksi terhadap lingkungannya
masyarakat dan memperoleh berbagai
dalam arti luas. Pemuda sebagai bagian
informasi akan memungkinkan
dari kehidupan mempunyai peranan, hak
berkembang atau meningkatnya kadar
dan kewajiban dalam proses pembangunan
empati. Oleh karena itu, kelompok pemuda
masyarakat. Hal ini berarti bahwa masalah
yang kadar empatinya tinggi adalah
pemuda dan kepemudaan tidak dapat
mereka yang berhasil memperoleh
ditanggulangi hanya dengan program-pro-
pendidikan yang memadai, jaringan
gram yang represif atau temporal, tetapi
informasinya luas serta intim dengan
dengan suatu program yang menyeluruh,
persoalan-persoalan yang dihadapi
dimana pemuda diikutsertakan dalam
masyarakat. Ciri lain dari pemuda adalah
setiap fase proses pembangunan
kesadaran yang tinggi serta tanggung
masyarakat. Hal ini bukan berarti bahwa
jawab yang dalam tentang makna
misalnya pemuda diwakili dalam badan-
kehadiran mereka dalam masyarakat.
badan perwakilan atau ikut serta dalam
Partisipasi dan pembangunan setiap gerakan pembangunan, akan te~pi
memiliki pengertian yang sangat luas dan yang dimaksud ialah bahwa dalam setiap
sulit untuk dijabarkan dalam angka-angka. proses yang menyangkut perubahan dan
Istilah partisipasi pada hakekatnya berarti perbaikan masyarakat, unsur pemuda
ikut sertanya satu kesatuan atau kelompok secara kualitatif merupakan sebagian dari
orang dalam suatu aktivitas yang program itu. Potensi pemuda yang secara
diselenggarakan oleh suatu susunan yang kuantitatif sangat besar itu akan sangat
lebih besar. Partisispasi memiliki menentukan dalam pencapaian tujuan
hubungan yang erat dengan partnership, pembangunan jika diarahkan dan
artinya partisipasi hanya akan punya dimanfaatkan secara sadar dan integral
makna jika disertai dengan perasaan dalam program pembangunan.
tanggung jawab dari bagian yang Dewasa ini, partisipasi ~muda
mengambil bagian dalam aktivitas dalam pembangunan desa terlihat semakin
tersebut. Konteks tersebut mengandung menurun. Desa sebagai tanah tempat
pengertian adanya semacam hak dan kelahirannya telah mulai ditinggalkan oleh

Departisipasi Pemuda Dalam Sektor pertanian .. . (Dilahur, dkk) 201


peJ;I1uda menuju daerah perkotaan yang 3. Terjadi departisipasi pemuda dalam
lebih menjanjikan kesenangan dan sektor pertanian di daerah penelitian.
kemakmuran. Hal ini menurut Daldjoeni
(Abdullah, 1987) disebabkan karena METODE PENELITIAN
pemuda di pedesaan sukar bekerja sama Metode yang digunakan dalam
dengan golongan tua, pengetahuan yang penelitian ini adalah metode penelitian
diperoleh dari bangku sekolah terbukti survey. Alat yang digunakan dalam
mendorong pemuda untuk datang ke kota. pengumpulan data dan informasi pokok
Kota dengan segala kemungkinannya telah berupa daftar pertanyaan yang bersifat
menarik para pemuda tersebut yang semi terbuka. Sampel diambil dengan
sebenarnya merupakan sumber daya metode stratifiedproporsional quota sam-
pling. '
manusia untuk membangun desa.

Pedesaan di Indonesia sebagian Pengumpulan Data


besar merupakan daerah pertanian yang
Data penelitian ini terdiri dari
mencukupi kebutuhan pangan nasional. data primer dan sekunder. Data primer
Oleh karena itu, ditinggalkannya desa oleh diperoleh dari hasil wawancara terstruktur
pemuda yang merupakan generasi penerus dan observasi di daeran penelitian. Data
berarti pula berkurangnya partisipasinya sekunder dikumpulkan Monografi desa
dalam sektor pertanian yang dalam jangka Delanggu tahun 1999, kecamatan
panjang akan mengakibatkan kelangkaan Delanggu dalam Angka tahun 1999, data
tenaga kerja pertanian sehingga pertanian kecamatan Delanggu, dan peta
menganggu penyediaan pangan nasional. dabrah penelitian. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini
Kenyataan ini merupakan masalah serius
adalah :
yang perlu segera ditangani karena desa
yang mulai ditinggalkan pemudanya itu
Telaah Doki.unen
merupakan titik sentral kehidupan bangsa
Teknik ini berupa perekaman atau
dan negara..
pencatatan data sekunder dari instansi
terkait, terutama untuk mengumpulkan
HIPOTESIS
data mengenai karakteristik pertanian dan ·.
1. Terdapat hubungan negatif antara
tingkat pendidikan dengan partisipasi
penduduk daerah penelitian ... ·
pemuda dalam sektor pertanian. O observasi
2. Terdapat hubungan positip antara Teknik ini digunakan untuk
umur dengan partisipasi pemuda melengkapi teknik telaah dokumen,
dalam sektor pertanian. terutama untuk mendapatkan gambaran

202 Forum Geograji, Vo/.15, No.2, 2001: 193-218


yang utuh mengenai daerah penelitian dan BASIL DAN PEMBAHASAN
sekitarnya. Teknik ini juga memba'ntu Deskripsi Daerah Penelitian
dalam proses wawancara dengan
respond en. Desa Delanggu secara adminis-
tratiftermasuk dalam wilayah Kecamatan
Wawancara dengan lnforman Kunci Delanggu Kabupaten Klaten, sedangkan
secara geografis daerah ini terletak di kaki
Teknik ini digunakan untuk
sebelah timur Gunung Merapi. Topografi
mengumpulkan data-data kualitatif yang
Desa Delanggu secara umum relatif datar
berguna untuk mempertajam analisis
dengan ketinggian rata-rata 153 meter di
penelitian. Informan kunci terdiri dari
atas permukaan air laut dan secara
tokoh masyarakat setempat, aparat
keseluruhan di wilayah ini tidak dijumpai
pemerintahan, dan ketua kelnmpok tani.
tanah perbukitan.

Wawancara terstruktur Daerah Delanggu memiliki jenis


tanah regosol kelabu yang merupakan
Teknik ini digunakan untuk
salah satu jenis tanah yang cocok untuk
mengumpulkan data primer mengenai
pertanian (BPP Kecamatan Delanggu,
partisipasi pemuda dalam sektor pertanian
di desa Delanggu dan faktor-faktor yang 2000) . Pertanian padi sawah dapat
mempengaruhinya. berkembang dengan baik antara lain jika
memiliki jenis tanah yang cocok dan
Teknik Pengolahan Data terletak pada daerah yang relatif datar serta
Sesuai dengan teknik didukung dengan irigasi yang baik. lrigasi
pengumpulan data yang digunakan teknis dari sumber mata air Cokro sangat
diperoleh data kualitatif dan kuantitatif. mendukung produktivitas pertanian daerah
Analisis data kualitatif mempergunakan Delanggu. Curah hujan rata-rata yang
pemikiran logis, dengan induksi dan jatuh di daerah penelitian sebesar 180 mml
deduksi, analogi, dan komparasi Hasil bulan. Daerah Delanggu mempunyai rata-
analisis tersebut digunakan untuk rata curah hujan pada bulan kering sebesar
mempertajam hasil analisis · data
32,66 mm, sedangkan rata-rata curah
kuantitatif. Pengolahan data kuantitatif
dilakukan dengan tabel frekuensi dan tabel hujan pada bulan basah sebesar 272,02
silang . Pemanfaatan kedua analisis mm, sehingga diperoleh nilai Q sebesar 12
tersebut disesuaikan dengan data dan % (rata-rata curah hujan pada bulan kering
tujuan penelitian. Khusus yang dibagi dengan rata-rata curah huj~ pada
berhubungan dengan peta dan penyebaran bulan basah dikalikan 100 %) . Hasil
industri digunakan anal isis peta dan teknik perhitungan tersebut menunjukan bahwa
tumpang susun. iklim di daerah Delanggu berdasarkan

Departisipasi Pemuda Dalam Sektor pertan ian ... (Dilahur, dkk) 203
kJasifibsi ScJmridt Fil2glb1iUil tmnasnk pedmnbohan yang cokup besar. yak:ni
da1am tipe A (sanp lmah). Surakarta dan Yogyakarta. Jalan raya
Solo-Yogyakalta yang melintasi daerah
Omitrasi (jarak dari pusat
DeJanggu memberikan pengaruh yang
~ban) Desa Dc1anggu dari piSIIt
kuat terhadap tingginya tingkat
peuetilllabaok:a:alllalai1Sijmh0,.5k:mlre
aksesibilitas pendndnk
arah baiat, dari ibn kota Kabupatenl
Kolamadya Dali n sqam 11 k:m 1re atah Keadaan Pendndnk
'
olala, dari :ibakolapmpinsisqauh 100 k:m
Keadaan penduduk Desa
ke arab timor dan dati ibo kola oeg;;na
Delanggu yang meliputi jumlah dan
sejauh 700 k:m Ire atah barat. Ldak: ini
lrqwaclalan pendndnk. komposisi pendoduk
berpengaruh terhadap tingkat
dan pertumbuhan penduduk dapat
~ pmdndnk y.m:g antaia lain
eligamb;ukan beldasarkan data monografi
menrmtnkan tingkat: perdmnomian dan
• Desa Delaoggu tabon 1999.
pendidikan
Jmnlall paludnk DesaDelanggu
Luas Desa Delanggu adalah
berdasaikan data monogGifi tahon 1999
137~125 ha yang tenliri alas 53»97%
adaJah 5..286 jiwa, yang tenliri atas 2.827
(74~01 Ha) laban ~ 40»06 %
pendndnk laki-laki dan 3.002 pendudllk
(55.72 Ha) unt:uk penmkiman, 1.82%
pe:remp0andan telbagi dalam 1.370 kepala
(2.50 Ha) Wll:uk. bangunan umum dan
keluarga. Kepadatan pendnduk Desa
sisanya lllllnkkubm:an,ja]andanlain-lain
Delanggu ada1ah 4.251 jiw3Jkin2 • Desa
scbcsar 4.15 % (4.89 Ha)_ Pemo illlabao
Delanggumempakan wilayah yang paling
DesaJJdanggnsccnaadminimatiftcdDgi
padat penduduknya diiJanding desa-desa
da1am II RW dan 31 RTy.mg te:ntiri dari
12 dumo.. Desalldanggu1IDUpilbnsalah lain yang ·benda dalam wilayah

saiD dari·l6 desa y.mg baada eli wilay.lh


Kecamatan Delanggu_ Kepadatan
Kecamatan Delanggu dengan batas pencluduk yang relatiftinggi ini antaralaill
wilay.lh scbagai bel:ikut : sebe;Jah band: disebabkan oleh perkembangan
bematasan dengan Desa Kr.mggan; perekonomian yang colrnp pesat dan'·
sebelah selatan berbaJasan ck:npn Desa teijadiny.l proses tmnsisi menuju d;,terah ••
Sabrang; sehelah ulala babalasan cknpn 0 pe:rkotaan. Basil observasi menun~
Desa~ dansehdahtimm:dibatasi bahwa proses tiansi.si eli Desa Delanggu.
oleh jalan raya Soi.-Yogyabtta.. Desa tedihat lrelltara,. bahkan dapat dikatakan
Delanggn 1DCillpUil)'ililobsi y.mg mategis daerah ini meropakan daerah setengah
k:arena benda diantan dna pusat de.sa-R:teogah kota

201 FtW711111 GeograJi. J.fJL15. No.2. 2001 : 193 - 218


Komposisi penduduk meliputi Tabel 2 Komposisi Penduduk Menurut
komposisi penduduk menurut umur dan Tingkat Pendidikan
jenis kelamin, komposisi penduduk N Tingkat Jum- Persen
menurut pendidikan dan komposisi 0. Pendidikan lah (%)
penduduk menurut mata pencaharian 1. SD/Sederajat 1.645 47,15
dapat dilihat dalapt tabel-tabel berikut. 2. SLTP/Sederajat 990 28,37
3. SLTNSederajat 684 19,61
Tabel 1. Komposisi Penduduk Menurut 4. Akademi/D 1-D3 80 2,29
Usia Kerja · 5. Sarjana S1-S3 90 2,58
Jumlah 3.489 100,00
No. UsiaKerja Jumlah Persen
(Tahun) (%) Sumber : Monogra:fi Desa Delanggu,
1. 15-19 630 18,18 1999.
2. 20-24 407 11,75
Tabel 2 memperlihatkan bahwa
3. 25-29 382 11,03
4. 30-34 365 10,53 tingkat pendidikan penduduk Desa
5. 35-39 364 10,51 Delanggu tergolong tinggi karena jumlah
6. 40-44 249 7.19 penduduk yang berpendidikan lebih dari
7. 45-49 220 6,34
50 % dari seluruh jumlah penduduknya.
8. >50 848 24,47
Jumlah 3.465 100,00 Pendidikan merupakan salah satu faktor

Sumber : Monografi Desa Delanggu, 1999.


yang mempengaruhi tingkat partisipasi
masyarakat dalam sektor pertanian
(Effendi, 1993) sehingga tingkat
Penduduk usia kerja merupakan
bagian terbesar di Desa Delanggu seperti
ditunjukan dalam tabel 1, yaitu sekitar Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut
Mata Pencaharian
65 ,56 % dari keseluruhan jumlah
penduduknya. Kenyataan ini menunjukkan No. Pekerjaan Jum- Persen
bahwa jumlah angkatan kerja yang tersedia lah (%)
1. PNS 170 15,77
relatif cukup besar sehingga dapat 2. ABRI 13 1,21
menunjang pembangunan di daerah 3. Pensiunan 98 9,09
tersebut. 4. Karyawan 388 35,99
Swasta
Pendidikan merupakan salah satu 5. Petani Sendiri 155 14,38
faktor yang mendukung terciptanya 6. Buruh Tani 210 19,48
7. Pertukangan 28 A,60
kualita s penduduk yang dinamis.
8. Jasa 16 "1',48
Komposisi penduduk menurut tingkat Jumlah 1.078
pendidikan di Desa Delanggu disajikan 100,00
dalam tabel 2 berikut. Sumber : Monografi Desa Delanggu, 1999.

D epartisipasi Pemuda Dalam Sektor pertanian ... (Di/ahur, dkk) 205


Delanggu sangat beragam, hal ini dapat satu faktor yang turut menentukan dalam
dilihat pada tabel 3 berikut. aktifitas penduduk. Sarana komunikasi
yang terdapat di Desa Delanggu dapat
Tabel 3 menunjukan bahwa
dilihat pada tabel 4 berikut.
sebagian besar penduduk bekerja pada
sektor sekunder baik sebagai karyawan
swasta atau buruh industri (35,99 %) pada Tabe14. Sarana Komunikasi dan
Perhubungan
pabrik-pabrik yang ada di Solo dan
sekitamya seperti PT Batik Keris Solo dan No. Sarana Komunikasi Jumlah
PT Tyfountex Kartasura. Penduduk yang (Buah)
1. Telepon Umum 4
terjun di sektor primer (pertanian) justru
2. PesawatTV 90
lebih sedikit dibanding dengan penduduk
3. Pesawat Radio 442
yang bekerja di sektor sekunder. Hal ini 4. Antena Parabola 11
dapat dilihat dari prosentase penduduk
Swnber : Data monografi Desa Delanggu,
yang bekerja sebagai buruh tani yang 1999.
hanya sebesar 19,48 % dan sebagai petani
sendiri sebesar 14,38 %. Kenyataan ini
mencerminkan bahwa sektor pertanian Tabel 4 menunjukkan bahwa sarana
yang memiliki luas lahan paling besar komunikasi yang ada di Desa Delanggu
justru telah mulai ditinggalkan oleh cukup baik. Hal ini terlihat dari pemilikan
alat komunikasi canggih seperti pesawat
penduduk Desa Delanggu yang cenderung
televisi dan antena parabola.
.lebih memilih bekerja di sektor sekunder ;

(industri). Sarana perhubungan mempunyai


pera~an penting disamping sarana
komunikasi dalam menentukan kemajuan
Sarana Komunikasi dan Perhubungan perekonomian di Desa Delanggu.
Banyakny~ ruas jalan yarig terdapat di
Perekonomian suatu wilayah
Delanggu dapat dilihat pada tabel 5
ditentukan _oleh baik buruknya sarana
berikut.
komunikasi dan perhubungan
(transportasi), atau dapat dikatakan bahwa Tabel 5 Sarana Perhubungan
fasilitas komunikasi dan transportasi No. Sarana Perhubungan Panjang
sangat penting sebagai urat nadi (Km)
perekonomian suatu wilayah. Sarana 1. Jalan Propinsi 1 : .

transportasi dan komunikasi yang baik


\ D2. Jalan Kabupaten 4
merupakan dorongan untuk melakukan 3. JalanDesa 4,9
4. JalanDusun 4,6
aktifitas ekonomi bagi penduduk Desa
5. Jembatan " 2
Delanggu. Jenis dan jumlah alat
Sumber : Data monografi Desa Delanggu,
' transportasi yang ada merupakan salah 1999.

206 Forum Geografi, Vol.J5, No.2, 2001 : 193-218


Transportasi di Desa Delanggu memberikan keuntungan bagi petani
dapat be:Jjalan baik dengan adanya jallffi penggarap untuk mendapatkan tenaga
yang menghubungkannya dengan daerah ke:Jja pertanian (buruh tani) yang sudah
lain. Daerah Delanggu dilalui oleh jalan sangat terbatas. Pembagian tersebut
propinsi sepanjang 1 km yang memungkinkan buruh tani beke:Jja secara
menghubungkan antara dua pusat bergantian dari blok satu ke blok lainnya
pertumbuhan, yaitu Solo dengan dalam satu musim tanam.
Yogyakarta. Kenyataan ini mendorong Produktivitas Pertanian
relatif tingginya tingkat .mobilitas Pertanian Des a Delanggu memberikan
penduduk dan barang kebutuhan sehari- konstribusi yang cukup besar terhadap
hari sehingga menyebabkan produktivitas padi Kecamatan Delanggu
berkembangpesatnya perekonomian karena daerah ini merupakan salah. satu
daerah tersebut. dari tiga desa yang merniliki produktifitas
padi tertinggi di wilayah Kecamatan
Pertanian Desa Delanggu Delanggu meskipun dengan luas tanam
Pertanian Desa Delanggu yang paling kecil dibanding de~a-desa
termasuk dalam wilayah binaan III dari yang lain.
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Padi merupakan produk utama
Kecamatan Delanggu. Pertanian Delanggu pertanian di Kecamatan Delanggu karena
keseluruhannya diairi dengan irigasi teknis tidak ada petani yang mau menanam
dengan sumber mata air Cokro yang tanaman lain selain padi. Petani enggan
memiliki debit melimpah ~ehingga di melakukan pergiliran tanam dengan
Delanggu dapat melakukan tanam tanaman selain padi, misalnya palawija,
sepanjang tahun. karena beberapa alasan antara lain :
Desa Delanggu hanya memiliki tingginya pioduktifitas lahan untuk padi
satu kelompok tani bernama "Ngudi sawah di daerah tersebut dan anggapan
Makmur" yang beranggotakan 58 orang bahwa perawatan padi lebih mudah
petani penggarap (Lampirah 1). Kelompok (simple) dibanding palawija.
tani ini dibagi dalam dua blok, yaitu blok Tenaga Kerja Pertanian
A meliputi dukuh Kaibon, Kerron, Tegal
Sari, Taman dan Gabahan dan blok B Usaha tani membutuhkan tenaga
meliputi Dukuh Ngebong, Sritinon, ke:Jja pada tiap tahapannya, mulai dari
Kragan dan Keeron. Pembagian kelompok pengolahan tanah, penyemaian,
tani menjadi dua blok ini bertujuan untuk penanaman, perawatan sampai ~anen.
mengatur pergiliran masa tanam sehingga Tenaga ke:Jja pertanian secara umum dapat
dapat menata pembagian air irigasi secara dibagi menjadi dua kelompok yaitu petani
efisien. Pembagian ini ternyata juga penggarap dan buruh tani. Petani

Departisipasi Pemuda Dalam Sektor pertan ian ... (Di/ahur, dkk) · 207
penggarap atau penguasa lahan adalah or- mulai berkurang sejak tahun 1990-an.
ang yang mengetjakan sawah baik milik Sebagai contoh, jumlah buruh tanam
sendiri maupun milik orang lain dengan (tandur) yang ada di Desa Delanggu saat
sistem sewa ataupun bagi hasil, sedangkan ini tinggal 15 orang sehingga para petani
buruh tani adalah orang yang bekerja pada terpaksa hams mengantri (bergiliran)
petani penggarap sawah baik sebagai untuk mempeketjakannya. Antrian order
buruh bajak, buruh cangkul, buruh tanam, penanaman yang hams menunggu sampai
buruh panen, dan sebagainya. beberapa hari ini tentu saja menghambat
produktivitas pertanian.
Petani penggarap yang
mengetjakan pertanian di Desa Delanggu Tenaga kerja pertanian yang
betjumlah 58 orang yang tergabung dalam masih tersisa di Desa Delanggu saat ini
kelompok tani Ngudi Makmur. Hal ini adalah tenaga kerja usia lanjut. Petani
kurang proporsional dengan luas sawah penggarap yang ada rata-rata berumur di
yang diketjakannya, yaitu 74,01 Ha atau atas 40 tahun dan sebagian besar sudah
sebanyak 296 pathok (1 pathok = 2.250 berumur di atas 50 tahun. Buruh tandur
m2). Jadi, dengan jumlah petani penggarap yang masih eksis di daerah ini adalah ibu-
dan 1uas sawah yang ada maka seorang ibu yang sebagian besar berumur di atas
petani penggarap rata-rata harus 50 tahun. Khusus buruh tandur yang
menggarap 5 pathok sawah. Kemampuan merupakan salah satu aktor penting dalam
menggarap dari tenaga ketja pertanian di pertanian, menurut Suwarno, selama
Delanggu, menurut seorang informan sepuluh tahun terakhir ini sama sekali
kunci, maksimal hanya sekitar 3 - 4 pathok tidak ada peketja barn yang menggantikan
sawah per-orang. Akan tetapi keadaan
sehingga menimbulkan kekhawatiran di
minimnya jumlah petani penggarap
kalangan petani. Kekhawatiran para petani
memaksanya untuk beketja ekstra keras
itu · wajar .sebab sampai saat ini belurn
dengan mengetjakan 5 pathok sawah per-
ditemukan mesin . yang mampu
orang. Kenyataan ini menunjukan bahwa
menggantikan fungsi buruh tanam.
sektor pert:a,nian di Delanggu sebenarnya
mempunyai daya tampung yang tidak Oleh karena itu, apabila tidak ada
sempit karena masih membutuhkan regenerasi secepatnya terhadap ibu-ibu
sejumlah petani penggarap lagi. buruh tanam yang sudah renta itu maka
Suwarno (55th), ketuakelompok dalam waktu dekat dapat diprediksikan ·.
tani N gudi Makmur Delanggu, tetjadi kemandekan dalam sektorpertanian -
menyebutkan bahwa tenaga buruh tani Qdi Desa Delanggu_ Hal ini dapat menjadi ..
semakin hari semakin berkurang. Tenaga kenyataan karena tidak adanya pekerja .
kerja pertanian, baik petani penggarap tanam berarti proses produksi padi tidak
maupun buruh tani, di Delanggu sudah akan mungkin betjalan. Kondisi ini tentu

208 Forum Geografl, Vo/.15, No.2, 2001 : 193-218


saj a sangat mengkhawatirkan bagi irigasi teknis sehingga bisa melakukan
eksistensi pertanian d1 daerah penelitian tanam kapan saja (tidak serempak)
yang dikenal sebagai salah satu produsen sepanjang tahun. Ini tidak seperti pertanian
padi terbesar di Kecamatan Delanggu. pada sawah tadah hujan yang harus
menunggu musim penghujan untuk
Upah Buruh Tani
melakukan tanam dan dilakukan secara
Pendapatan buruh tani di serempak. Musim tanam yang t~dak
Delanggu sebenarnya cukup tinggi bila serempak di Delanggu memungkinkan
dibandingkan dengan upah buruh industri. buruh tani mendapatkan pekerjaan setiap
Buruh cangkul dan rawat yang bekerja dari hari. Jika satu blok sudah selesai masa
pukul 07.00 sampai pukul 12.00 tanamnya dan tinggal menunggu masa
mendapatkan upah Rp 6.000,00 hingga Rp panen maka mereka bisa bekerja pada blok
7.000,00. Upah tersebut masih ditambah yang lain yang baru mulai penggarapan.
dengan makan sekali dan makanan kecil Kedua, jumlah penduduk yang terjun di
sekali. Apabi1a tenaga masih mampu dan pertanian tidak banyak sehingga relatif
mau meneruskan bekerja dari pukul14.00 tidak proporsional dengan luas sawah yang
sampai pukul 17.00 akan mendapat upah dikerjakan. Hal ini menuntut buruh tani
tambahan Rp 3.000,00 dan makan sekali. yang ada untuk mengerjakan sawah secara
Jadi, jumlah total upah buruh tani dalam
sehari adalah antara Rp 9.000,00 sampai .
bergiliran dari satu blok ke blok yang lain.

Upah yang cukup tinggi dan


Rp 10.000,00 ditambah makan 2 kali.
pekerjaan yang kontinyu (terns menerus)
Buruh tanam mendapatkan upah bagi buruh tani di Delanggu menunjukan
Rp 30.000,00 sampai Rp 35.000,00 per bahwa sebenarnya orang yang bekerja pada
pathok yang dikerjakan secara sektor pertanian memiliki pendapatan
berkelompok oleh 7 orang buruh tanam. yang relatiflebih tinggi bila dibandingkan
Rata-rata dalam sehari satu kelompok dengan upah buruh industri dalam sehari.
buruh tanam mampu menyelesaikan 2 Sebagai perbandingan, buruh industri di
pathok sehingga pendapatannya Rp PT Tyfountex Kartasura mendapatkan
60.000,00 sampai Rp 70 .000 ,00 per upah sekitar Rp 8.000,00 sampai Rp
kelompok. Jadi per orang buruh tanam 9.000,00 per hari sudah termasuk uang
berpenghasilan sebesar Rp 8.500 ,00 makan dan transporiasi untuk kerja selama
sampai Rp 10.000,00 per hari. 8 jam dari pukul 07.00 hingga pukul16.00
Buruh tani di Desa Delanggu setiap harinya. Hal ini memberikan
tidak pernah mengalami masa istirahat. gambaran bahwa sektor pertanian di
Hal ini karena beberapa sebab, pertama, Delanggu merupakan pekerjaan yang
sawah di Delanggu merupakan sawah dapat diandalkan untuk penghidupan.
. 0
Departisipasi Pemuda Dalam Sektor pertan ian .. . (Dilahur, dkk) 209
Karakterisitik Pemuda Delanggu yang memiliki semangat dan produktivitas
Pembahasan terhadap tinggi. Hal ini dapat menunjukan bahwa
karakteristik pemuda berkaitan dengan Desa Delanggu sebenarnya memiliki
sifat-sifat individu maupun angkatan kerja muda yang cukup untuk
lingkungannya, baik lingkungan fisik membangun desanya.
maupun sosial. Karakteristik yang
dianggap penting yang berkaitan dengan Tabel 7. Pendidikan Responden
penelitian ini meliputi umur, tingkat
No. Pendidikan Jum- Persen
pendidikan dan pekerjaan pemuda. lah (%)
1. SD/Sederajat 5 6,85
2. SLTP/Sederajat 23 31,51
Tabel6. Komposisi Umur Pemuda Delanggu 3. SLTA/Sederajat 43 58,90
No. Usia Kerja Jumlah Persen 4. Perguruan Tinggi 2 2,74
(Tahun) (%) Jurnlah 73 100,00
1. 15-17 11 15,07 'Sumber : Data Primer, 2000
2. 18-20 25 34,25
3. 21-23 11 15,07
4. 24-26 17 23,29 Tabel 7 menunjukan lebih dari
5. 27-29 9 12,32 setengah pemuda berpel'ldidikan SLTA ke
Jumlah 73 100,00 atas . Hal ini mencerminkan tingkat
Sumber : Data monografi Desa Delanggu, pengetahuan dan daya tangkap mereka
1999. yang tinggi untuk menerima dan mengikuti
perkembangan dunia luar yang
Komposisi umur dan tingkat menjanjikan kesenangan dan
pendidikan bagi pemuda dapat kemakmuran. Pengetahuan tentang dunia
mencerminkan aktivitas dan produktivitas luar tersebut menyebabkan perubahan
pemuda . Komposisi umur pemuda persepsi penmda terhadap sektor pertanian.
Delanggu dapat dilihat pada tabel 6 Pertanian dipandang sebagai pekerjaan
berikut. yang berat dan tidak menjanjikan bagi
Definisi pemuda yang digunakan masa depan sehingga mereka lebih tertarik
dalam penelitian ini adalah penduduk untuk terjun ke dalam sektor lain seperti .
umur 15-29 tahun. Tabel 6 menunjukan industri dan jasa.
bahwa pemuda umur 15-23 merupakan Pekerjaan seseorang menunjukan
kelompok yang terbesar (64,40 %) dari Qstasus sosialnya. Hasil survei menurijukari
keseluruhan pemuda Delanggu. Kelompok bahwa pekerjaan pemuda Delanggli tidak .
terbesar ini merupakan usia remaja banyak bervariasi. Pemuda yang masih
sehingga dapat diartikan bahwa sebagian berada di bangku sekolah!kuliah sama
besar pemuda Delanggu adalah remaja besarnya dengan mereka yang bekerja di

210 Forum Geografi, Vo/.15, No.2, 2001 : 193-218


sektor industri. (27,40 %). Tabel 8 sektor pertanian sudah sedemikian minim
menunjukan bahwa pemuda penganggUra.n dan mengkhawatirkan. Kenyataan ini
tetbukti karena dari sekitar 58 orang petani
ternyata jumlahnya masih cukup tinggi
penggarap yang menjadi anggota
(24,65 %) sementara mereka yang terjun
kelompok tani yang dipimpinnya, hanya
di sektor pertanian dan wiraswasta relatif 4 orang yang berusia kurang dari 40 tahun.
sangat sedikit (10,96 %dan 9,59 %). Hal Hal serupa juga diungkapkan oleh Sunardi
ini, menurut sebagian responden, (63 th), seorang petani penggarap yang
disebabkan karena pemuda Delanggu lebih juga menjadi wakil ketua kelompok tani
memilih untuk menganggur sambil N gudi Makmur. Kenyataan tersebut
mencari lowongan pekerjaan daripada berbeda jauh dengan yang terjadi pada
bekerja di sektor pertanian meskipun beberapa dasa warsa yang lalu
kesempatan bekerja di sektor ini masih sebagaimana diceritakan oleh Sunardi.
terbuka Iebar. Pada tahun 1960-an sewaktu Sunardi
masih muda, masih banyak pemuda
Tabel 8 Pekerjaan Responden seangkatannya yang mau menjadi buruh
No. Pekerjaan Jwn- Persen tani. Sunardi yang sudah terjun di
lah (%) pertanian sejak umur 15 tahun menyatakan
1. Pelaiar/mahasiswa 20 27,40
bahwa pemuda yang bekerja di pertanian
2. Buruh lndustri 20 27,40
3. p an 18 24,65 mulai berkurang pada sekitar tahun 1980-
4. Petani/bunih tani 8 10,96 an karena banyak yang pergi ke kota untuk
5. Wrraswasta 7 9,59 bekerja sebagai buruh industri. Pemuda
Jwnlah 73 100,00
yang bersedia turon ke sawah menjadi
Sumber : Data Primer, 2000. sangat jarang mulai tahun 1990-an. Hal
ini dapat dilihat dari kenyataan saat ini
·Departisipasi Pemuda dalam Sektor tentang sedikitnya jumlah pemuda yang
Pertanian bekerja di sektor pertanian.

Departisipasi dalam sektor Partisipasi pemuda dalam sektor


pertanian adalah berkurangnya .- pertanian saat ini antara lain dapat dilihat
keikutsertaan pemuda dalam dari pekerjaan yang mereka tekuni. Tabe1
penyelenggaraan usaha tani/pertanian. 8 menje1askan bahwa pemuda De1anggu
Keikutsertaan pemuda dalam sektor yang bekerja sebagai buruh industri dan
pertanian di Desa Delanggu yang subur wiraswasta merupakan bagian yang
sudah sangat minim. Seorang informan terbesar (36,99 %), sedangkanyang)riasih
kunci, Suwarno (55th), ketua kelompok menjadi pelajar/mahasiswa juga cukup
tani Ngudi Makmur, mengungkapkan banyak (27,40 %). Pemuda yang bersedia
bahwa saat ini minat pemuda terhadap menekuni pertanian lebih sedikit, yaitu

Departisipasi Pemuda Dalam Sektor pertan ian ... (Di/ahur, dkk) 211
• •• t

Tabei 9. Kemauan Me~adi Petani Tabel 10 Alasan Tidak Mau Menjadi Petani
No. Kemauan Frek Persen No Alasan Tidak Frek Persen
jadi petani (%) Mau (%)
1. Tidakmau 41 56,16 1. Pekerjaannya 16 39,02
2. Maudengan 13 17,81 berat
syarat 2. Tidak punya 11 26,83
3. Mau 19 26,03 ketrampilan
Jumlah 73 100,00 pertanian
Sumber : Data Primer, 2000. 3. Tidak punya 10 24,39
lahan/sawah
4. Penghasilan 4 9,76
hanya sebesar 10,96 %. Re1atif kecilnya rendah & tidak
persentase pemuda yang terjun ke sawah tentu
Jumlah 41 100,00
pada saat ini dibanding pada beberapa dasa
warsa yang lalu menunjukan telah Sumber : Data Primer, 2000.
terjadinya departisipasi pemuda dalam
sektor pertanian di Desa De1anggu.
Keadaan yang demikian masih di sawah membutuhkan tenaga ekstra
diperparah dengan kenyataan yang karena hams berada. di bawah terik sinar
ditunjukan pada tabel 9 yang matahari yang panas dan menge1uarkan
memperlihatkan bahwa kesediaan pemuda energi yang tidak sedikit untuk
untuk terjun ke pertanian relatif kecil mengerjakannya. 01eh karena itu, pemuda
(26 ,03 %). Sebagian besar pemuda Desa Delanggu memandang bt;)kerja di
menyatakan tidak mau menjadi petani sawah adalah berat sehingga lebihmemilih
(56,16 %) dan sebagian kecil yang lain untuk bekerja di sektor lain (tabel 8).
bersedia dengan syarat (17 ,81 %). Pemuda Kenyataan ini sebenarnya secara tersirat
yang bersedia dengan syarat ini hanya mau menunjuk<;m bahwa sebagian pemuda Desa
bekerja di sektor pertanian asalkan Delanggu tidak memi1iki etos kerja yang
mendapatkan penghasilan yang tinggi dan tinggi (ma1as) sehingga memilih
punya lahan/sawah sendiri. menganggur ataupun bekerja pada·sektor
Berbagai alasan yang di luar pertanian meskipun dengan
melatarbelakangi ketidakbersediaan penghasilan yang re1atif lebihsedikit.
pemuda untuk terjun dalam sektor Alasan lain yang menyebabkan
pertanian dapat dilihat dalam tabel 10 · emuda tidak bersedia bekerja di sektor .
berikut. pertanian adalah karena tidak punya .
Alasan yang paling kuat adalah ketrampi1an pertanian (26, 82 %), tidak
karena pekerjaan pertanian dipandang punya lahan/sawah sehdiri (24,89 %) dan
berat oleh pemuda (39,02 %). Pekerjaan penghasilan pertanian yang rendah dan

arum Geografi, Vo/.15, No.2, 2001 : 193-218


tidak menentu (9, 76 %). Pemuda Delanggu Tabel 11 .Alasan Mau Menjadi Petani
yang tidak punya ketrampilan pertanian No. AlasanMau Frek (%)
disebabkan antara lain karena lingkungan Jadi Petani
1. Punya sawah 5 26,32
keluarganya yang bukan petani dan tidak
2. Penghasilan tinggi 9 47,37
punya sawah sehingga tidak pemah tahu 3. Terpaksa 1 5,26
cara bertani. 4. Lainnya 4 21 ,05
Jmnlah 19 100,00
Pemuda tidak berkeinginan teijun
Sumber : Data Primer, 2000.
ke pertanianjuga dikarenakan tidak punya
sawah sendiri sehingga mereka merasa
tidak mempunyai ikatan terhadap tanah yang merupakan sawah sendiri maupun
pertanian yang ada di desanya. Alasan milik orang tua. Kelompok pemuda yang
bersedia jadi petani ini telah mengetahui
terakhir yang menjauhkan pemuda dari
bahwa penghasilan menjadi petani cukup
pertanian di desanya adalah karena mereka
tinggi (47 , 37 %) sehingga dapat
menganggap bahwa . penghasilan dari
diandalkan untuk kehidupannya. Hal ini
bertani rendah dan tidak menentu. Hal ini semakin membuktikan bahwa anggapan
menurut kenyataan yang ada sebagaimana pemuda yang tidak mau terjun qi pertanian
diuraikan sebelumnya merupakan karena penghasilannya rendah adalah
pandangan yang tidak benar. Kenyataan pandangan yang keliru. Terdapat juga
yang ada di lapangan menunjukan bahwa kelompok pemuda yang jadi buruh tani
pendapatan pekeija sektor pertanian di karena terpaksa (5, 26 %) sebab tidak
memiliki ketrampilan dan tingkat
Desa Delanggu relatif tinggi dan bukan
pendidikannya rendah (SD) sehingga tidak
tidak menentu sehingga alasan pemuda
ada banyak pilihan lain baginya. Alasan
yang tidak ingin teijun ke pertanian karena
lainnya (21 ,04 %) adalah karena pertanian
upahnya rendah dan tidak menentu dapat digunakan sebagai pekerjaan
merupakan pandangan yang keliru. sampingan untuk menambah penghasilan.
Pemuda yang bersedia menjadi Uraian di atas menunjukan telah
petani memiliki alasan yang cukup berlangsungnya departisipasi pemuda
betvariasi yang ditunjukan dalam tabelll. ·· Delanggu dalam sektor pertanian yang
Secara umum tabel 11 cukup mengkhawatirkan bagi masa depan
menjelaskan bahwa pemuda yang keberadaan pertanian di daerah tersebut.
mempunyai keiilginan untuk bertani Tenaga kerja pertanian, temtama buruh
memiliki alasan yang tidak banyak tanam jumlahnya sangat terbatas dan
beiVariasi. Mereka mau terjunke pertanian berada pada. usia senj · sehingga
karena memiliki sawah (26,32 %) baik dibutuhkan generasi pengganti dalam

Departisipasi Pemuda Dalam Sektor pertanian ... (Dilahur, dkk) 213


waktu dekat. Sementrara itu, generasi Tabel 12 menunjukan bahwa
muda Delanggu yang diharapkan menjadi semakin tinggi tingkat pendidikan pemuda
generasi penerus justru berpaling dari semakin rendah tingkat kemauannnya
sektor pertanian . Oleh karena itu , untuk bekerja di sektor pertanian.
dibutuhkan berbagai tindakan preventif Kenyataan ini terutama terlihat pada
untuk mengantisipasi terjadinya perbandingan antara tingkat pendidikan
kepunahan tenaga kerja pertanian yang pemuda yang tidak bersedia terjun ke
pada gilirannya akan dapat mengakibatkan pertanian dengan yang bersedia. Pemuda
krisis pangan secara nasional. yang tidak mau menjadi petani sebagian
besar adalah yang berpendidikan SLTP
Faktor yang Menyebabkan Departisipasi (56,52 %) dan semakin besar pada tingkat
Uraian di atas menggambarkan SLTA (60,46 %) sehingga
terjadinya departisipasi pemuda Desa menggambarkan bahwa semakin tinggi
De1anggu da1am sektor pertanian. Hasil tingkat pendidikan pemuda semakin besar
observasi dalam penelitian ini menunjukan penolakan untuk menjadi petani.
bahwa proses departisipasi tersebut Hal ini berarti bahwa hipotesa pene1itian
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain ini yang menyatakan bahwa terdapat
: tingkat pendidikan, kepemilikan laban/
hubungan negatif' ~ntara tingkat
sawah, umur pemuda, dan pekerjaan or-
pendidikan dengan partisipasi pemuda
ang tua. Faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam sektor pertanian dapat diterima
departisipasi pemuda dalam sektor
(terbukti).
pertanian dibahas dalam uraian berikut.
Kej?emilikan Laban
Tingkat Pendidikan Kepemilikan laban menurut basil
Tingkat pendidikan temyata survei temyata mempunyai pengaruh yang
mempengaruhi keinginan pemuda Desa cukup kuat terhadap kesediaan pemuda
Delanggu untuk bepartisipasi dalam sektor untuk bekerja di sektor pertanian. Sebagian
pertanian. Fakta ini ditunjukan oleh tabel pemuda (24,39 %) mengajukan alasan
12 berikut. tidak mau manjadi petani karena tidak

No. Kemauan Pendidikan


Menjadi SD SLTP/Sederajat SLTN Sederajat PT/Sederaj_at ·. ·'

Petani Frek. % Frek. % Frek. % Frek. %
/Buruh tani
1. Mau 2 40,00 7 '""""
"30,44 10 23,26 0 o·
2. Maudengan 1 20,00 3 13,04 7 16,28 1 50,00
Syarat
3. TidakMau 2 40,00 13 56,52 26 60,46 1 50,00
Jumlah 5 100,00 23 100,00 43 100,00 2 100,00

214 Forum Geograji, Vo/.15, No.2, 2001: 193-218


- r-
-
punya lahan/sawah sendiri untuk mempengamhi kesediaan mereka untuk
dikeijakan (Tabel 10). Hal ini juga terlihat menjadi petani . Pemuda cenderung
pada beberapa pemuda yang menyatakan memilih bekeija di sektor lain daripada
mau menjadi petani dengan syarat jika menjadi bumh tani karena tidak memiliki
sawah sendiri untuk dikeijakan. Menumt
punya lahan sendiri (Tabel 9).
sebagian responden, seandainya mereka
Pemuda Desa Delanggu secara punya sawah sendiri maka mereka akan
umum adalah penduduk yang belum bersedia menjadi petani penggarap
mempunyai tanahllahan sendiri, dan yang sehingga akan mendapatkan hasil yang
lebih besar dibanding menjadi bumh tani.
memilikinya adalah orang tuanya. Pada
umumnya pemuda akan memiliki tanah Hal ini mengisyaratkan bahwa
dari proses pewarisan dari orang tuanya. partisipasi pemuda dalam sektor pertanian
Tabel 13 menggambarkan bahwa pemuda di Desa Delanggu akan meningkat jika
yang tidak. mau bertani sebagian besar pemuda memiliki lahan/sawah sendiri.
adalah mereka yang orang tuanya tidak Oleh karena itu, salah satu jalan yang
memiliki sawah (68,29 %). mungkin dapat ditempuh untuk

Tabel 13. Kemauan Menjadi Petani Menumt Kepemilikan Sawah Orang Tua Responden
No. Kepemilikan Sawah Kemauan Men·adi Petani/Bumh Tani
Mau Tidak Mau Mau dengan Syarat
Frek. % Frek. % Frek. %
1. Memiliki 8 12,11 13 31,71 3 23 ,03
2. Tidak Memiliki 11 57,89 28 68,29 10 76,92
Jumlah 19 100,00 41 100,00 13 100,00
Sumber : Data Primer, 2000.

Tabel 14 menunjukan bahwa mengantisipasi beriarutnya pFoses


sawah yang dimiliki orang tua pemuda departisipasi pemuda dalam sektor
tidak begitu luas. Sebagian besar hanya pertanian adalah dengan memberikan
memiliki sawah seluas 0 - \4 Ha (48,50 lahan/sawah kepada pemuda untuk
%). Hal ini menunjukan bahwa orang tua dikerjakan, misalnya dengan
pemuda Delanggu yang memiliki sawah menggalakkan kembali pembukaan lahan
mempakan petani kecil (petani gurem) pertanian di luar Pulau Jawa. Jalan ini
karena sama sekali tidak ada yang memiliki memang membutuhkan biaya yang tidak
sedikit, tetapi hasilnya akan sangat
sawah yang luasnya lebih dari 1 Ha.
bermanfaat mengingat akibat serius yang
Kenyataan ini menggambarkan akan timbul jika proses departisipasi
kepemilikan sawah pemuda Delanggu dibiarkan berjalan terns. menjadi petani
yang relatif sedikit sehingga (53,66 %).
0

Departisipasi Pemuda Dalam Sektor pertan ian ... (Dilahur, dkk) 215
Tabel 14. Luas Sawah Orang tua Responden tidak lagi memiliki banyak pilihan dalam
No: Luas Sawah Frek (%) pekerjaan yang akan dimasuki sehingga
(Ha) bersedia untuk terjun ke pertanian. Dengan
1. 0- 1./.s 11 45,80 kata lain, mereka bersedia masuk ke
2. Y4- Y2 6 25,00
pertanian karena tidak ada pilihan lain
3. Y2 -1 7 29,20
4. >1 0 0,00 atau terpaksa.
Jumlah 24 100,00 Hal ini membuktikan kebenaran
Sumber : Data Primer, 2000. dari hipotesa kedua penelitian ini, bahwa
terdapat hubungan positif antara umur
Kenyataan yang ditunjukan pada pemuda dengan tingkat parti sipasi
tabel 15 tersebut memberikan gambaran pemuda dalam sektor pertanian. Artinya,
bahwa semakin tua umur pemuda semakin semakin tua umur pemuda semakin tinggi
tinggi kesediaannya untuk terjun ke dalam tingkat partisipasinya dalam sektor
sektor pertanian, sebaliknya pemuda yang pertanian, sebaliknya semakin muda umur
berada pada kelompok umur yang lebih pemuda semakin rendah tingkat
muda relatif lebih banyak yang menolak. 'partisipasinya dalam pertanian.
Hal ini dapat disebabkan karena pemuda
umur 15-19 tahun merupakan kelompok KESIMPULAN
usia pelajar yang masih sekolah sehingga
1. Terjadi departisipasi pemuda dalam
mereka masih memiliki harapan dan cita-
sektor pertanian di Desa Delanggu.
cita yang tinggi terhadap masa depannya.
Oleh karena itu, mereka tidak bersedia 2. Semakin tinggi pendidikan pemuda
bekerja di sektor pertanian yang berat dan semakin rendah partisipasinya dalam
berpenghasilan kecil sehingga tidak sektor pertanian.
menjanjikan bagi masa depan. Sebaliknya, 3. Kepemilikan lahan mempengaruhi
pemuda umur 25-29 yang pada umumnya departisipasi pemuda dalam sektor
telah lulus dari bangku sekolahlkuliah, pertanian.

Tabel15. kemauan Menjadi Petani Menurut Kelompok Umut


No. Kema'uan Menjadi Petani Kelompok Pemuda (th)
15-19 20-24 25 .-39
Frek (%) Frek (%) Frek (%)
1. Mau 6 31 ,58 6 53,66 7 30,77 .·
2. Tidakmau 22 ~ ,58 10 24,39 10 46,15 "
3. Mau dengan syarat 4 36,84 5 21,95 3 23,08
Jumlah 32 100,00 21 100,00 20 100,00
Sumber: Data Primer, 2000.

216 Forum Geografi, Vo/.15, No.2, 2001 : 193-218


4. Terdapat kesempatan kerja yang 2. Perlu diberikan insentifkepada pemuda
masih 1uas di sektor pertanian Desa berupa pemilikan 1ahanlsawah agar
De1anggu. mereka tertarik untuk terjun dalam
bidang pertanian.
5. Terjadi ke1angkaan tenaga kerja
pertanian di Desa De1anggu, terutama 3. Sosialisasi tentang kesempatan kerja
sektor pertanian yang masih 1uas di
buruh tanam yang sudah 1anjut usia
Desa De1anggu perlu di1akukan baik
dan tinggal sedikit jum1ahnya.
o1eh pemerintah maupun oleh
masyarakat petani sendiri untuk
Oleh karena itu maka disarankan :
menarik pemuda, terutama yang
1. Pemerintah hams me1akukan antisipasi pengangguran.
sedini mungkin terhadap terjadinya 4. Penemuan a1at tanam padi yang cocok
departisipasi pemuda da1am sektor digunakan di Indonesia perlu segera
pertanian sehingga keberadaan sektor diwujudkan sebagai antisipasi terhadap
pertanian yang menjadi tulang kelangkaan buruh tanam yang sudah
punggung pembangunan selama ini renta dan be1um ada yang mau
tetap terpelihara dan semakin kuat. menggantikannya.

DAFTAR PUS TAKA

Abdullah, Taufik (ed). 1987. Pemuda dan Perubahan Sosi"al. Jakarta: LP3ES.
Ananta, Aris (ed). 1990. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Ekonomi dan
· Pusat Antar Universitas Bidang Ekonomi Universitas Indonesia. ·
Brannen, Julia. 1999. Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Daldjoeni, N. 1982, Pengantar Geografi, Jakarta: Alumni
Dasar, Soeroso. 1981. Bangsaku dan Segudang Permasalahannya. Bandung: Iqra'.
Effendi, Tadjudin Noer. 1993 . Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja dan Kemiskinan.
Yogyakarta : Tiara Wacana.
Geertz, Clifford. 1983. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. Jakarta
: Bhatara Karya Aksara.
Maliki, Zainuddin. 1999. Penaklukan Negara Atas Rakyat, Yogyakarta : Gadjah Mada Uni-
versity Press. 0

Departisipasi Pemuda Dalam Sektor pertanian ... (Dilahur, dkk) 217


Mantra, Ida Bagus. "Profil Penduduk Indonesia Menjelang Tinggal Landas", Buletin
Penelitian Kebijakan Kependudukan Popu/asi, 2(1), 1999:39, Yogyakarta : Pusat
Penelitian Kependudukan UGM.
Marbun, B. N. 1988. Proses Pembangunan Desa Menyongsong Tahun 2000. Jakarta :
Erlangga.
Miles, Mathew B. dan Huberman, A. Michael. 1992. Ana/isis Data Kualitatif: Buku Sumber
tentang Metode-Metode Baru. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Mubyarto dan Kartodirdjo, Sartono. 1988. Pembangunan Pedesaan di Indonesia. Yogyakarta
:Liberty.
Muhadjir, Noeng. 1998. Metodologi Penelitian Kua/itatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Prayitno, Hadi dan Arsyad, Lincolin. 1987. Petani Desa dan Kemiskinan. Yogyakarta :
BPFEUGM.
Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Rahaijo, M. Dawatp.. 1984. Transformasi Pertanian, Industria/isasi dan Kesempatan Kerja.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Sigit, Hananto. "Transformasi Tenaga Kerja di Indonesia Selama Pelita~', Prisma, XVIII
(5), 1989:6, Jakarta : LP3ES.
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian (ed). 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta :
LP3ES. ,
Sevilla, Consuella G. et. al. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas In-
1
donesia Press.
Soekartawi, et. al. 1986. 1/mu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangmi Petani
Kecil. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

,. Soetoro, Greg. 1997. Kekalahan Manusia Petani : Dimensi Mi:musia dalam Pembangunan
Pertanian. Yogyakarta : Kanisius.
Sunanto, Hatta. 2000. Menggeser Pembangunan, Memperkuat Rakyat: Emansipasi dan
Demokrasi_Mulai dari Desa. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utarna.
Sutrisno, Loekman. 1995. Menuju Masyarakat Parsitipatif. Yogyakarta: Kanisius.
.• ·"
Trijono, Lambang. "Pasca Revolusi Hijau di Pedesaan Jawa Timur", Prisma, XXIII (3)
1994:23, Jakarta: LP3ES.

218 Forum Geografi, Vo/.15, No.2, 2001: 193-218

Anda mungkin juga menyukai