''. l
'D~PA1tTISIPASI PEMUDA DALAM SEKTOR PERTANIAN STUD I KASUS
DI DESA DELANGGU KECAMATAN DELANGGU
KABUPATEN KLATEN
(Young Departicipation In The Sector OfAgriculture ;A Case Study In
Delanggu, Klaten)
_ Oleh:
ABSTRACT
This study is carried out in Delanggu, Klaten that has high productivity of rice
but undergoing a decrease in the role of the sector of agriculture. The goal of this
study is to observe young people departicipation in the sector od agriculture and fac-
tors that influence it. The method used is survey method. The population is all of the
young people in Delanggu , 1.419 people. The sampling uses stra,fij]ed proporsional
quota sampling where respondens are divided into three groups of age, 15-19 years
old, 20-24 years old, and 25-29 years old. Every sampling in each group is taken 5%
proportionally, with its homogenates consideration, while the characteristic, which
has determined in order to fulfil the number of deermined quota in each age group.
Collected tjata,is presented in the form offrequency and cross table. Qualitative data
analysis usesio}k:aljho1;Jght, -deductive-inductive, analogy ang comparison, whereas
analyzing'frequency ana cross table uses quant~tattve data analysis. The use of both
---- \
analysis is adjusted to the data and goal of the ~tudy.
Key words : Young departicipation ·~
PENDAHULUAN hargJ-harga barang konsumsi yang dibeli
petani, dan juga nilai tukarnya dengan
Kebijakan pembangunan
harga sarana produksi. Hal · ini berarti
pertanian yang ditekankan pada
bahwa keberhasilan dalam produksi beras
peningkatan produksi beras telah berhasil
tidak selalu diikuti dengan peningkatan, .
meningkatkan produksi sampai tingkat
pendapatan ataukesejahteraan petani padi. ,•
swasembada, meskipun pada saat yang
sama dampak negatifnya bagi produsen · 0 Pertumbuhan ekonomi yang
padi (petani) tidak bis~ dihindarkan. cepat pada masa tahun 1971-1981 diikuti
Produksi yang melimpah menyebabkan juga oleh perubahan struktur antar sektor.
menumnnya nilai tukar dasar beras dengan Sektor-sektor utama mengalami
Departisipasi Pemuda Dalam Sektor pertan ian ... (Dilahur, dkk) 199
Pekerja-pekerja marjinal yaitu banyak yang memalingkan perhatiannya
yang ruempunyai produktivitas dan ke sektor industri dan jasa di perkotaan
penghasilan rendah merupakan pekerja (Effendi, 1993).
yang paling mudah beralih pekerjaan ke
sektor lain. Kelompok ini biasanya kurang Partisipasi Pemuda dalam Sektor
mempunyai ikatan erat dengan pekerjaan Pertanian
yang sedang dilakukannya, pekerjaannya
Peranan pemuda dalam
umumnya bersifat tidak tetap, sehingga
pembangunan bangsa sangat strategis
dapat bergerak sangat mobile. Kesempatan
karena bagaimanapun kelompok ini
kerja dan penghasilan yang sangat sedikit
termasuk dalam kelompok usia kerja.
maka bagi kelompok ini lebih baik beralih
Soeroso Dasar (1981) mengemukakan
pekerjaan. Oleh karena itu, pada tahap-
bahwa setiap saat pemuda dituntut untuk
tahap permulaan pekerja marjinal inilah
tampil ke depan untuk menj adi motor
yang akan beralih ke sektor lain,
penggerak dan memulai pembangunan
sedangkan golongan yang paling banyak
meninggalkan sektor pertanian adalah .
yang merupakan suatu proses sangat
panjang. Inisiatif harus datang dari
buruh tani. Hal ini ditunjukan oleh terns
pemuda itu sendiri k<Jrena masih banyak
menurunnya persentase buruh tani dalam
lahan yang harus digarap oleh pemuda,
struktur pekerja pertanian. Buruh tani
baik lahan dalam artian sesungguhnya
adalah mereka yang bekerja pada orang
yaitu -lahan pertanian, maupun dalam
lain, umumnya pada petani penggarap
makna abstrak, yaitu lahan pekerjaan lain
lahan. Golongan ini tidak memiliki lahan
yang pdak berhubungan dengan pertanian
dan rasa keterikatannya dengan majikan
hampir tidak ada. Penghasilannya Pemuda sebenarnya me:mpakan
umumnya rendah dan pekerjaannya juga suatu fenomena yang kompleks, sebab di
tidak bisa diharapkan secara tetap sehingga samping · batasan umur, pemuda
golongan buruh tani ini mudah sekali mempunyai batasan-batasan lain yang
merupakan ciri-ciri bagian dari kelompok
tergerak ke pekerjaan lain (Sigit, 1989).
masyarakat yang sering disebut pemuda.
Hal lain yang menyebabkan Menurut seorang ahli komunikasi, Daniel
menurunnya proporsi pekerja di sektor Lerner (Abdullah, 1987), persamaan
pertanian adalah berubahnya aspirasi antara pemuda satu dengan yang lain
generasi muda pedesaan, terutama yang terletak pada empati. Empati adalah suatu ,•
berpendidikan. Pemuda pedesaan ~ondisi psikis (kejiwaan) yang
cenderung enggan bekerja di sektor memungkinkan seseorang membayangkan
pertanian karena pekerjaan itu dianggap dirinya mempunyai kemampuan untuk
mempunyai status yang rendah sehingga memainkan peranan-peranan tertentu yang
Departisipasi Pemuda Dalam Sektor pertan ian ... (Dilahur, dkk) 203
kJasifibsi ScJmridt Fil2glb1iUil tmnasnk pedmnbohan yang cokup besar. yak:ni
da1am tipe A (sanp lmah). Surakarta dan Yogyakarta. Jalan raya
Solo-Yogyakalta yang melintasi daerah
Omitrasi (jarak dari pusat
DeJanggu memberikan pengaruh yang
~ban) Desa Dc1anggu dari piSIIt
kuat terhadap tingginya tingkat
peuetilllabaok:a:alllalai1Sijmh0,.5k:mlre
aksesibilitas pendndnk
arah baiat, dari ibn kota Kabupatenl
Kolamadya Dali n sqam 11 k:m 1re atah Keadaan Pendndnk
'
olala, dari :ibakolapmpinsisqauh 100 k:m
Keadaan penduduk Desa
ke arab timor dan dati ibo kola oeg;;na
Delanggu yang meliputi jumlah dan
sejauh 700 k:m Ire atah barat. Ldak: ini
lrqwaclalan pendndnk. komposisi pendoduk
berpengaruh terhadap tingkat
dan pertumbuhan penduduk dapat
~ pmdndnk y.m:g antaia lain
eligamb;ukan beldasarkan data monografi
menrmtnkan tingkat: perdmnomian dan
• Desa Delaoggu tabon 1999.
pendidikan
Jmnlall paludnk DesaDelanggu
Luas Desa Delanggu adalah
berdasaikan data monogGifi tahon 1999
137~125 ha yang tenliri alas 53»97%
adaJah 5..286 jiwa, yang tenliri atas 2.827
(74~01 Ha) laban ~ 40»06 %
pendndnk laki-laki dan 3.002 pendudllk
(55.72 Ha) unt:uk penmkiman, 1.82%
pe:remp0andan telbagi dalam 1.370 kepala
(2.50 Ha) Wll:uk. bangunan umum dan
keluarga. Kepadatan pendnduk Desa
sisanya lllllnkkubm:an,ja]andanlain-lain
Delanggu ada1ah 4.251 jiw3Jkin2 • Desa
scbcsar 4.15 % (4.89 Ha)_ Pemo illlabao
Delanggumempakan wilayah yang paling
DesaJJdanggnsccnaadminimatiftcdDgi
padat penduduknya diiJanding desa-desa
da1am II RW dan 31 RTy.mg te:ntiri dari
12 dumo.. Desalldanggu1IDUpilbnsalah lain yang ·benda dalam wilayah
Departisipasi Pemuda Dalam Sektor pertan ian ... (Di/ahur, dkk) · 207
penggarap atau penguasa lahan adalah or- mulai berkurang sejak tahun 1990-an.
ang yang mengetjakan sawah baik milik Sebagai contoh, jumlah buruh tanam
sendiri maupun milik orang lain dengan (tandur) yang ada di Desa Delanggu saat
sistem sewa ataupun bagi hasil, sedangkan ini tinggal 15 orang sehingga para petani
buruh tani adalah orang yang bekerja pada terpaksa hams mengantri (bergiliran)
petani penggarap sawah baik sebagai untuk mempeketjakannya. Antrian order
buruh bajak, buruh cangkul, buruh tanam, penanaman yang hams menunggu sampai
buruh panen, dan sebagainya. beberapa hari ini tentu saja menghambat
produktivitas pertanian.
Petani penggarap yang
mengetjakan pertanian di Desa Delanggu Tenaga kerja pertanian yang
betjumlah 58 orang yang tergabung dalam masih tersisa di Desa Delanggu saat ini
kelompok tani Ngudi Makmur. Hal ini adalah tenaga kerja usia lanjut. Petani
kurang proporsional dengan luas sawah penggarap yang ada rata-rata berumur di
yang diketjakannya, yaitu 74,01 Ha atau atas 40 tahun dan sebagian besar sudah
sebanyak 296 pathok (1 pathok = 2.250 berumur di atas 50 tahun. Buruh tandur
m2). Jadi, dengan jumlah petani penggarap yang masih eksis di daerah ini adalah ibu-
dan 1uas sawah yang ada maka seorang ibu yang sebagian besar berumur di atas
petani penggarap rata-rata harus 50 tahun. Khusus buruh tandur yang
menggarap 5 pathok sawah. Kemampuan merupakan salah satu aktor penting dalam
menggarap dari tenaga ketja pertanian di pertanian, menurut Suwarno, selama
Delanggu, menurut seorang informan sepuluh tahun terakhir ini sama sekali
kunci, maksimal hanya sekitar 3 - 4 pathok tidak ada peketja barn yang menggantikan
sawah per-orang. Akan tetapi keadaan
sehingga menimbulkan kekhawatiran di
minimnya jumlah petani penggarap
kalangan petani. Kekhawatiran para petani
memaksanya untuk beketja ekstra keras
itu · wajar .sebab sampai saat ini belurn
dengan mengetjakan 5 pathok sawah per-
ditemukan mesin . yang mampu
orang. Kenyataan ini menunjukan bahwa
menggantikan fungsi buruh tanam.
sektor pert:a,nian di Delanggu sebenarnya
mempunyai daya tampung yang tidak Oleh karena itu, apabila tidak ada
sempit karena masih membutuhkan regenerasi secepatnya terhadap ibu-ibu
sejumlah petani penggarap lagi. buruh tanam yang sudah renta itu maka
Suwarno (55th), ketuakelompok dalam waktu dekat dapat diprediksikan ·.
tani N gudi Makmur Delanggu, tetjadi kemandekan dalam sektorpertanian -
menyebutkan bahwa tenaga buruh tani Qdi Desa Delanggu_ Hal ini dapat menjadi ..
semakin hari semakin berkurang. Tenaga kenyataan karena tidak adanya pekerja .
kerja pertanian, baik petani penggarap tanam berarti proses produksi padi tidak
maupun buruh tani, di Delanggu sudah akan mungkin betjalan. Kondisi ini tentu
Departisipasi Pemuda Dalam Sektor pertan ian ... (Di/ahur, dkk) 211
• •• t
Tabei 9. Kemauan Me~adi Petani Tabel 10 Alasan Tidak Mau Menjadi Petani
No. Kemauan Frek Persen No Alasan Tidak Frek Persen
jadi petani (%) Mau (%)
1. Tidakmau 41 56,16 1. Pekerjaannya 16 39,02
2. Maudengan 13 17,81 berat
syarat 2. Tidak punya 11 26,83
3. Mau 19 26,03 ketrampilan
Jumlah 73 100,00 pertanian
Sumber : Data Primer, 2000. 3. Tidak punya 10 24,39
lahan/sawah
4. Penghasilan 4 9,76
hanya sebesar 10,96 %. Re1atif kecilnya rendah & tidak
persentase pemuda yang terjun ke sawah tentu
Jumlah 41 100,00
pada saat ini dibanding pada beberapa dasa
warsa yang lalu menunjukan telah Sumber : Data Primer, 2000.
terjadinya departisipasi pemuda dalam
sektor pertanian di Desa De1anggu.
Keadaan yang demikian masih di sawah membutuhkan tenaga ekstra
diperparah dengan kenyataan yang karena hams berada. di bawah terik sinar
ditunjukan pada tabel 9 yang matahari yang panas dan menge1uarkan
memperlihatkan bahwa kesediaan pemuda energi yang tidak sedikit untuk
untuk terjun ke pertanian relatif kecil mengerjakannya. 01eh karena itu, pemuda
(26 ,03 %). Sebagian besar pemuda Desa Delanggu memandang bt;)kerja di
menyatakan tidak mau menjadi petani sawah adalah berat sehingga lebihmemilih
(56,16 %) dan sebagian kecil yang lain untuk bekerja di sektor lain (tabel 8).
bersedia dengan syarat (17 ,81 %). Pemuda Kenyataan ini sebenarnya secara tersirat
yang bersedia dengan syarat ini hanya mau menunjuk<;m bahwa sebagian pemuda Desa
bekerja di sektor pertanian asalkan Delanggu tidak memi1iki etos kerja yang
mendapatkan penghasilan yang tinggi dan tinggi (ma1as) sehingga memilih
punya lahan/sawah sendiri. menganggur ataupun bekerja pada·sektor
Berbagai alasan yang di luar pertanian meskipun dengan
melatarbelakangi ketidakbersediaan penghasilan yang re1atif lebihsedikit.
pemuda untuk terjun dalam sektor Alasan lain yang menyebabkan
pertanian dapat dilihat dalam tabel 10 · emuda tidak bersedia bekerja di sektor .
berikut. pertanian adalah karena tidak punya .
Alasan yang paling kuat adalah ketrampi1an pertanian (26, 82 %), tidak
karena pekerjaan pertanian dipandang punya lahan/sawah sehdiri (24,89 %) dan
berat oleh pemuda (39,02 %). Pekerjaan penghasilan pertanian yang rendah dan
Tabel 13. Kemauan Menjadi Petani Menumt Kepemilikan Sawah Orang Tua Responden
No. Kepemilikan Sawah Kemauan Men·adi Petani/Bumh Tani
Mau Tidak Mau Mau dengan Syarat
Frek. % Frek. % Frek. %
1. Memiliki 8 12,11 13 31,71 3 23 ,03
2. Tidak Memiliki 11 57,89 28 68,29 10 76,92
Jumlah 19 100,00 41 100,00 13 100,00
Sumber : Data Primer, 2000.
Departisipasi Pemuda Dalam Sektor pertan ian ... (Dilahur, dkk) 215
Tabel 14. Luas Sawah Orang tua Responden tidak lagi memiliki banyak pilihan dalam
No: Luas Sawah Frek (%) pekerjaan yang akan dimasuki sehingga
(Ha) bersedia untuk terjun ke pertanian. Dengan
1. 0- 1./.s 11 45,80 kata lain, mereka bersedia masuk ke
2. Y4- Y2 6 25,00
pertanian karena tidak ada pilihan lain
3. Y2 -1 7 29,20
4. >1 0 0,00 atau terpaksa.
Jumlah 24 100,00 Hal ini membuktikan kebenaran
Sumber : Data Primer, 2000. dari hipotesa kedua penelitian ini, bahwa
terdapat hubungan positif antara umur
Kenyataan yang ditunjukan pada pemuda dengan tingkat parti sipasi
tabel 15 tersebut memberikan gambaran pemuda dalam sektor pertanian. Artinya,
bahwa semakin tua umur pemuda semakin semakin tua umur pemuda semakin tinggi
tinggi kesediaannya untuk terjun ke dalam tingkat partisipasinya dalam sektor
sektor pertanian, sebaliknya pemuda yang pertanian, sebaliknya semakin muda umur
berada pada kelompok umur yang lebih pemuda semakin rendah tingkat
muda relatif lebih banyak yang menolak. 'partisipasinya dalam pertanian.
Hal ini dapat disebabkan karena pemuda
umur 15-19 tahun merupakan kelompok KESIMPULAN
usia pelajar yang masih sekolah sehingga
1. Terjadi departisipasi pemuda dalam
mereka masih memiliki harapan dan cita-
sektor pertanian di Desa Delanggu.
cita yang tinggi terhadap masa depannya.
Oleh karena itu, mereka tidak bersedia 2. Semakin tinggi pendidikan pemuda
bekerja di sektor pertanian yang berat dan semakin rendah partisipasinya dalam
berpenghasilan kecil sehingga tidak sektor pertanian.
menjanjikan bagi masa depan. Sebaliknya, 3. Kepemilikan lahan mempengaruhi
pemuda umur 25-29 yang pada umumnya departisipasi pemuda dalam sektor
telah lulus dari bangku sekolahlkuliah, pertanian.
Abdullah, Taufik (ed). 1987. Pemuda dan Perubahan Sosi"al. Jakarta: LP3ES.
Ananta, Aris (ed). 1990. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Ekonomi dan
· Pusat Antar Universitas Bidang Ekonomi Universitas Indonesia. ·
Brannen, Julia. 1999. Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Daldjoeni, N. 1982, Pengantar Geografi, Jakarta: Alumni
Dasar, Soeroso. 1981. Bangsaku dan Segudang Permasalahannya. Bandung: Iqra'.
Effendi, Tadjudin Noer. 1993 . Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja dan Kemiskinan.
Yogyakarta : Tiara Wacana.
Geertz, Clifford. 1983. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. Jakarta
: Bhatara Karya Aksara.
Maliki, Zainuddin. 1999. Penaklukan Negara Atas Rakyat, Yogyakarta : Gadjah Mada Uni-
versity Press. 0
,. Soetoro, Greg. 1997. Kekalahan Manusia Petani : Dimensi Mi:musia dalam Pembangunan
Pertanian. Yogyakarta : Kanisius.
Sunanto, Hatta. 2000. Menggeser Pembangunan, Memperkuat Rakyat: Emansipasi dan
Demokrasi_Mulai dari Desa. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utarna.
Sutrisno, Loekman. 1995. Menuju Masyarakat Parsitipatif. Yogyakarta: Kanisius.
.• ·"
Trijono, Lambang. "Pasca Revolusi Hijau di Pedesaan Jawa Timur", Prisma, XXIII (3)
1994:23, Jakarta: LP3ES.