Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Usia anak remaja merupakan masa yang rawan, bukan anak-anak lagi dan juga
bukan orang dewasa, dan mereka masih mencari jati diri. Masa inilah yang perlu juga
menjadi perhatian kita. Sebagai salah satu wujud kepedulian pemerintah pada remaja
dimana remaja pada masa mendatang yang akan menjadi generasi penerus bangsa
pemerintah melalui departemen kesehatan menggalakan program PKPR (Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja)

Sejak tahun 2013, Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). yang ditujukan
dan dapat dijangkau remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka,
menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan
kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera remaja
diperkenalkan dan dijalankan di puskesmas.
Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dilayani di
Puskesmas
PKPR
(Puskesmas yang menerapkan PKPR). Di Puskesmas PKPR, tersedia tenaga
kesehatan yang peduli dan siap melayani semua kelompok usia remaja. Disini remaja
dilayani dengan sikap menyenangkan, dihargai dan diterima dengan tangan terbuka.
Kegiatan PKPR diantaranya penyuluhan, pelayanan klinis maupun konseling
oleh pelaksana program, serta melatih konselor sebaya. Konselor sebaya yang dimaksud
adalah kader kesehatan remaja yang telah diberi tambahan pelatihan
interpersonal
relationship
dan konseling
PKPR dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas. Jumlah
Puskesmas PKPR dari 26 provinsi yang melaporkan sampai dengan bulan Desember
2008 sebanyak 1611 puskesmas dan jumlah tenaga kesehatan yang dilatih PKPR
sebanyak 2256 orang

TUJUAN
1. Memahami pengertian PKPR
2. Memahami tujuan PKPR
3. Memahami sasaran PKPR
4. Memahami karakteristik PKPR
5. Memahami Strategi pelaksanan dan pengembangan PKPR
6. Memahami langkah – langkah pembentukan dan pelaksanaan PKPR
7. Memahami jenis kegiatan PKPR
8. Mampu untuk menjadi Konselor PKPR

BAB II
PROGRAM KESEHATAN PEDULI REMAJA
Remaja berada dalam masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak untuk
menjadi dewasa. Secara fisik, remaja dapat dikatakan sudah matang tetapi secara
psikis/kejiwaan belum matang. Beberapa sifat remaja yang menyebabkan tingginya
resiko antara lain: rasa keingintahuan yang besar tetapi kurang mempertimbangkan
akibat dan suka mencoba hal-hal baru untuk mencari jati diri.
Bila tidak diberikan informasi/pelayanan remaja yang tepat dan benar, maka
perilaku remaja sering mengarah kepada perilaku yang beresiko, seperti:
penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya), perilaku
yang menyebabkan mudah terkena infeksi HIV/AIDS, Infeksi menular seksual (IMS),
masalah gizi (anemia/kurang darah, kurang energi kronik (KEK), obesitas/kegemukan)
dan perilaku seksual yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Sejak tahun 2013, model pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat
dijangkau remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai
remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta
efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera remaja diperkenalkan dengan
sebutan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

PENGERTIAN
PKPR adalah Pelayanan Kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh
remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja,
menjaga kerahasiaan,peka aka kebutuhan terkait dengan kesehatannya serta efektif dan
efisien dalam memenuhi kebutuhan remaja.
PKPR adalah pelayanan kesehatan pada remaja yang mengakses semua
golongan remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien.
Disini remaja tidak perlu ragu dan khawatir untuk curhat/konseling,
mendapatkan informasi yang benar dan tepat untuk berbagai hal yang perlu diketahui
remaja

TUJUAN

Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas.

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan masalah
kesehatan khusus remaja,

Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
pelayanan kesehatan remaja.

Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, dialog
interaktif,
Focus Group Discussion
(FGD), seminar, jambore, dll

Konseling/curhat masalah kesehatan dan berbagai masalah remaja lainnya (dan
kerahasiaannya dijamin)

Remaja dapat menjadi
peer counselor
/kader kesehatan remaja agar dapat ikut
membantu teman yang sedang punya masalah

SASARAN
Semua remaja dimana saja berada baik di sekolah atau di luar sekolah seperti karang
taruna, remaja mesjid/gereja/vihara/pura, pondok pesantren, asrama, dan kelompok
remaja lainnya.
A.
Batasan remaja
Remaja
adalah mereka yang berada pada tahap transisi anatara masa kanak – kanak dan
dewas. Menurut WHO, remaja adalah anak yang berusia antara 10-19 tahun. Terdiri
dari
:
1.
Masa remaja awal yaitu 10 – 14 tahun.
2.
Masa remaja pertengahan yaitu 14 – 17 tahun.
3.
Masa remaja akhir yaitu 17 – 19 tahun.
Sedangkan menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI,
2007) remaja adalah laki-laki dan perempuan yang belum kawin dengan batasan
usia meliputi 15-24 tahun.
B.
Citra diri seorang remaja
Tiap orang mempunyai pandangan tentang apa, siapa dan bagaimana dirinya sendiri.
Ketiga hal tersebut menyatu sehingga setiap orang memiliki gambaran tentag dirinya
sendiri disebut citra diri.
Pada usia remaja citra diri yang terbentuk selama masa kanak – kanak tidak cocok lagi
dengan masa remaja dikarenakan remaja mengalami perubahan jasmaniah yang cepat
dan mendadak. Citra diri pada masa remaja merupakan hal yang sangat berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku remaja

C. Perkembangan remaja
1.
Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik remaja mempunyai 3 ciri khas:

Adanya dorongan tumbuh yang kuat.

Adanya pertumbuhan dan perkembangan kelenjar hormon seks

Meningkatnya fungsi berbagai organ tubuh sehingga menghasilkan kekuatan
fisik yang besar.
2.
Perkembangan psikososial ( kejiwaan )
a.
Perkembangan psikososial remaja awal

Cemas terhadap penampilan badan atau fisik

Perubahan hormonal

Menyatakan kebebasan dan merasa seorang individu, tidak hanya sebagai
seorang anggota keluarga

Perilaku memberontak dan melawan

Kawan menjadi lebih penting

Perasaan memiliki teman sebaya.
b.
Perkembangan psikososial remaja pertengahan

Lebih mampu berkompromi

Belajar berfikir secara independen dan membuat keputusan sendiri

Terus menerus bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasakan
nyaman

Merasa perlu mengumpu;kan pengalaman baru, mengujinya walaupun
beresiko

Tidak lagi terfokus pada diri sendiri



Membangun norma dan mengembangkan moralitas

Mulai membutuhkan lebih banyak teman

Mulai membina hubungan dengan lawan jenis

Intelektual lebih berkembang dan ingin tahu tentang banyak hal

Berkembang kemampuan intrlrktual khusus

Mengembangkan minat yang besar dalam bidang seni dan olah raga

Senang berpetualang dan ingin bepergian sevara mandiri

c. Perkembangan psikososial remaja akhir



Ideal

Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar keluarga

Harus belajar untuk mencapai kemandirian dalam bidang finansial dan
emosional

Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis

Merasa sebagai orang dewasa yang esetara dengan anggota keluarga lain

Hampir siap untuk menjadi orang dewasa yang mandiri

D. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa remaja


1.
Lingkungan keluarga

Pola asuh keluarga

Kondisi keluarga

Pendidikan moral dalam keluarga
Dalam mendidik orang tua harus bersikap konsisten, terbuka, bijaksana, bersahabat,
ramah tegas dan dapat memberi rasa aman.
2.
Lingkungan sekolah

Suasana sekolah
Kedisiplinan, kebiasaan belajar, pengendalian diri

Bimbingan guru
3.
Lingkungan teman sebaya
4.
Lingkungan masyarakat

Sosial budaya

Media masa

IV. KARAKTERISTIK PKPR


Karakteristik PKPR merujuk WHO ( 2003) memerlukan :
1.
Kebijakan yang peduli remaja
Kebijakan peduli remaja bertujuan untuk :

Memenuhi hak remaja

Tidak membatasi pelayanan karena kecacatan, etnik, usia dan status

Memberikan perhatian pada keadilan dan kesetaraan gender.

Menjamin privasi dan kerahasiaan.

Mempromosikan kemandirian remaja

Menjamin biaya yang terjangkau / gratis.
2.
Prosedur pelayanan yang peduli remaja

Pendaptaran dan pengambilan kartu yang mudah dan dijamin kerahasiaanya.

Waktu tunggu yang pendek

Dapat berkunjung sewaktu waktu dengan atau tanpa perjanjian.
3.
Petugas khusus yang peduli remaja
Petugas yang melayani PKPR di Puskesmas PKPR bisa seorang dokter, bidan atau
perawat yang sudah terlatih. Mereka akan melayani dengan sabar, ramah, siap
menampung segala permasalahan remaja serta siap berdiskusi (memberikan
konseling).
Petugas khusus yang peduli remaja harus memenuhi kriteria:

Mempunyai perhatian dan peduli, baik budi, penuh pengertian, bersahabat,
memiliki kompetensi teknis dalam memberikan pelayanan khusus kepada
remaja, mempunyai ketrampilan komunikasi interpersonal dan konseling

Mempunyai motivasi untuk menolong dan bekerjasama dengan remaja.



Tidak menghakimi, tidak bersikap dan berkomentar tidak menyenangkan atau
merendahkan.

Dapat dipercaya dan dapat menjaga kerahasiaan.

Mampu dan mau mengorbankan waktu sesuai kebutuhan.

Dapat/mudah ditemui pada kunjungan ulang.

Menunjukkan sikap menghargai kepada semua remaja dan tidak membeda-
bedakan.

Mau memberikan informasi dan dukungan yang cukup hingga remaja dapat
memutuskan pilihan yang tepat untuk mengatasi maalahnya atau memenuhi
kebutuhannya.
4.
Petugas pendukung yang peduli remaja

Menunjukan sikap menghargai dan tidak membedakan.

Mempunyai kompetensi sesuai dengan bidangnya.

Mempunyai motivasi untuk menolong dan memberikan dukungan pada remaja.
5.
Fasilitas kesehatan yang peduli remaja

Lingkungan yang aman berarti bebas dari ancaman dan tekanan sehingga
menimbulkan rasa tenang dan remaja tidak segan berkunjung kembali.

Lokasi pelayanan yang nyaman dan mudah dicapai.

Fasilitas yang baik menjamin privasi dan kerahasiaan.

Jam kerja yang nyaman menyesuaikan dengan waktu luang remaja

Tidak ada stigma misalnya kedatangan remaja ke puskesmas semula dianggap
pasti memiliki masalah seksual atau penyalahgunaan NAPZA.
6.
Partisi
p
asi atau keterlibatan keluarga

Remaja mendapat informasi yang jelas tentang adanya pelayanan, cara
mendapatkan pelayanan, kemudia memanfaatkan dan mendukung
pelaksanaannya

Remaja perlu dilibatkan secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi


pelayanan.
7.
Keterlibatan masyarakat
Perlu dilakukan dialog dengan masyarakat tentang PKPR sehingga masyarakat :

Mengetahui keberadaan PKPR dan menghargai nilainya.

Mendukung kegiatannya dan
membantu meningkatkan mutu
pelayanannya.
8.
Berbasis masyarakat, menjangkau ke luar gedung,serta mengupayakan pelayanan
sebaya.

Pelayanan sebaya adalah KIE untuk konseling remaja dan rujukannya oleh
teman sebayanya yang terlatih menjadi pendidik sebaya ( peer aducator ) dan
konselor sebaya ( peer counselor )
elayanan harus sesuai dan komprehensif

Meliputi kebutuhan tumbuh kembang, dan kesehatan fisik , psikologis dan
so
s
ial.

Menyediakan paket komprehensif dan rujukan ke pelayanan terkait remaja
lainya.

Menyederhanakan proses pelayanan dan menghilangkan prosedur yang tidak
penting.
10.
Pelayanan yang efektif

Dipandu oleh pedoman dan prosedur tetap penatalaksanaan yang sudah teruji.

Memiliki sarana dan prasarana yang cukup untuk melaksanakan pelayanan.

Mempunyai system jaminan mutu untuk pelayanannya.
11.
Pelayanan yang efisien
Mempunyai system informasi manajemen termasuk informasi tentang biaya dan
mempunyai system agar informasi itu dapat dimanfaatkan.

STRATEGI PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PKPR


1.
Penggalangan kemitraan dengan membangun kerjasama atau jejaring kerja.
Penggalangan kemitraan didahului dengan advokasi kebijakan public sehingga
PKPR di puskesmas dapat pula di promosikan oleh pihak lain, selanjutnya dikenal
dan di dukung oleh masyarakat.
2.
Pemenuhan sarana dan prasarana dilaksanakan secara bertahap.
3.
Penyertaan remaja secara aktif
Dengan di keterlibatan remaja informasi pelayanan dapat cepat meluas.
4.
Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin bahkan kalau mungkin gratis.
5.
Dilaksanakannya kegiatan minimal.
Pemberian KIE, pelaksanaan konseling serta pelayanan klinis medis termasuk
laboratorium dan rujukan, dilaksanakan sejak awal dan bersamaan.
6.
Ketepatan penentuan prioritas sasaran.
Sasaran ini misalnya remaja sekolah, remaja jalanan, karang taruna, buruh pabrik,
PSK remaja dan sebagainya.
7.
Ketepatan pengembangan jenis kegiatan
Perluasan kegiatan PKPR ditentukan sesuai dengan masalah dan kebutuhan
setempat serta sesuai dengan kemampuan puskesmas.
8.
Pelembagaan monitoring dan evaluasi internal.
Monitoring dan evaluasi secara periodic yang dilakukan oleh tim jaminan mutu
puskesmas merupakan bagian dari upaya peningkatan akses dan kualitas PKPR

LANGKAH – LANGKAH PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN PKPR


1.
Identifikasi masalah
a.
Gambaran remaja di wilayah kerja

Jumlah remaja, pendidikan , pekerjaan

Perilaku beresiko: seks pranikah, rokok, tawuran dan kekerasan

Masalah kesehatan: kehamilan remaja, gizi, HIV / AIDS, penyalahgunaan
NAPZA.
b.
Identifikasi pandangan remaja tentang sikap dan tata nilai berhubungan
dengan prilaku beresiko, masalah kesehatan yang ingin diketahui dan
pelayanan yang dikehendaki.
c.
Jenis upaya kesehatan remaja yang ada
d.
Identifikasi kebuttuhan sarana dan prasarana termasuk buku – buku pedoman.
Metode kajian dengan mengambil data sekunder dari berbagai sumber,
pemerintah dan swasta, dan wawancara dengan sasaran langsung atau tidak
langsung ( orang tua, guru, pengurus asrama, dll ).
2.
Advokasi kebijakan public
Kebijakan public adalah pernyataan kebijakan dari penguasa dengan tujuan
mengarahkan dan mengendalikan institusi, masyarakat atau individu. Dengan
advokasi diharapkan mendapat dukungan sehingga dapat mempercepat
keberhasilan pembentukan dan pelaksanaan PKPR. Contoh :

Dukungan pemerintah daerah dan pengadaan dana untuk pelaksanaan PKPR
antara lain pengadaan poster, pengadaan ruang konseling, biaya rujuakan, kegiatan
dirumah singgah dan lain – lain.

Penggalian potensi masyarakat dan pendanaan

Pembentukan jejaring khusus melalui peran politis unttuk memperkuat system
rujukan berupa :
Rujukan social antara lain penyaluran pelatihan keterampilan remaja pasca
rehabilitasi NAPZA atau mempersiapkan remaja pra nikah.

Rujukan medis bagi remaja yang membutuhkan

Rujukan pranata hokum diperlukan untuk kasus tindakan kekerasan.
3.
Persiapan pelaksanaan PKPR di puskesmas

Sosialisasi internal

Penunjukan petugas

Pembentukan tim
Timterdiri dari dokter, para medis ( bidan dan perawat ), petugas UKS, petugas
penyuluhan, petugas gizi dan petugas lain yang dibutuhkan.

Pelatihan formal petugas PKPR

Penentuan jenis kegiatan, pelayanan, serta sasaran

Selain kegiatan KIE, konseling dan pelayanan klinis medis dapat pula dilakukan
perluasan kegiatan seperti :

Penyediaan pelayanan hot line di puskesmas

Penanganan anak jalanan di wilayah puskesmas

Revitalisasi pembinaan dan pelaksanaan UKS di sekolah lanjutan

Pemenuhan sarana dan prasarana
Pemenuhan sarana dan prasarana selain memberikan kenyamanan, menjaga
privasi, serta menjamin kerahasiaan juga memudahkan untuk pemberi layanan.

Penentuan prosedur pelayanan
Penentuan biaya layanan, jam buka, penentuan desain, proses pemberian dan
penyimpanan kartu, register dan catatan ( status ) medis / konseling, penentuan
alur pelayanan.
4.
Sosialisasi eksternal
Dapat dilakukan dalam setiap kesempatan dan waktu baik forum
resmi maupun
tidak resmi, ditempat remaja berada, melalui leaflet, selebara, atau ceramah..
Perlibatan pers dapat mempercepat sosialosasi.
5.
Pelaksanaan PKPR
Pelaksanaan PKPR penting segera dilaksanakan meskipun sarana dan prasarana
belum lengkap.

VII.
ALUR DAN LANGKAH PELAKSANAAN PKPR
Klien datang ( kiriman atau sendiri ) daftar melalui loket langsung diregister di rung
konseling.
anamnesa

Identitas

Apa yang sudah diketahui

Tentang KRR
Perubahan fisik dan fsikis, masalah yang mungkin timbul dan cara menghadapinya.

Tentang prilaku hidup sehat pada remaja
Pemeliharaan kesehatan( gizi, personal hygiene), hal – hal yang perlu dihindari ( napza,
seks bebas ), pergaulan sehat antara laki – laki dan perempuan.

Tentang persiapan berkeluarga
Kehamilan, KB, HIV / AIDS
Pemeriksaan fisik

Tanda tanda anemi, KEK

Tanda – tanda kekerasan terhadap perempuan.
Pelayanan konseling
Bila tidak perlu pelayanan medis klien dipulangkan , konseling lanjutan bila perlu.
Bila perlu pelayanan medis

Pemeriksaan infeksi saluran reproduksi



Kehamilan, perkosaan

Pasca keguguran, kontrasepsi

konseling lanjutan bila perlu
VIII.
JENIS KEGIATAN DALAM PKPR
1.
Pemberian informasi dan edukasi

Dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung secara perorangan atau kelompok

Dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih mengunakan materi dari
puskesmas

Menggunakan metode ceramah Tanya jawab, FGS ( focus group discussion ), diskusi
interaktif yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau elektronik.

Menggunakan bahasa yang sesuai denga sasaran dan mudah di mengerti.
2.
Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukan
3.
Konseling
a.
Pengertian

Konseling adalah
Suatu hubungan saling membantu antara dua orang: konselor dan klien
(dalam situasi saling tatap muka) memutuskan
bekerja sama dalam upaya membantu
klien menolong dirinya sendiri untuk;
-
Menyelesaikan masalah2 tertentu dalam hidupnya
-
Lebih dapat mengerti dirinya
-
Lebih dapat menyesuaikan dirinya

Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan seseorang kepada
orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan perasaan yang terlibat
didalamnya dengan didasari saling menghormati dan saling menghargai.

b. Ciri – ciri konseling



Interaksi dinamis yang bersifat langsung dan timbal balik

Menghargai kemampuan dan potensi yang ada pada klien

Berorientasi pada pemecahan masalah, mendorong perubahan prilaku dan pemenuhan
kebutuhan klien

Bersifat pribadi namun profesional
c.
Tujuan konseling

Memberikan keterampilan, pengetahuan dan jangkauan kepada berbagai sumber daya

Membantu klien menanggapi masalah2 dalam kehidupan klien
d.
Proses konseling

Sebaiknya jangan hanya diberikan sekali, sebenarnya merupakan proses jangka panjang

Konseling dapat diberikan secara individual,maupun kelompok

Memakai pendekatan humanistik, yaitu individu mempunyai kebebasan untuk memilih /


menentukan yang dianggapnya terbaik bagi dirinya sendiri
e.
6 langkah kunci konseling
1.
Great ( berikan salam )
2.
Ask ( tanyakan )
3.
Tell ( berikan informasi )
4.
Help ( bantu )
5.
Explaining ( jelaskan )
6.
Return ( kunjungan )
f.
Sifat – sifat yang diperlukan dari konselor
1.
Menerima
2.
Terbuka
3.
Memiliki minat dan kesanggupan untuk membantu orang lain
4.
Sabar dan adil, emosi stabil, tenang dan simpatik
5.
Supel, ramah, menyenangkan , perhatian terhadap orang lain
6.
Memiliki keberanian menghadapi masalah
7.
Memahami batas – batas lkemampuan yang ada pada dirinya
8.
Mampu mengenal dan memahami klien

4.
Pendidikan keterampilan hidup sehat ( PKHS )
PKHS merupakan kemampuan psikologis seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan
mengatasi masalah dalam kehidupan sehari – hari secara efektif.
PKHS dapat diberikan secara berkelompok dimana saja disekolah, puskesmas, rumah
singgah, sanggar, dll.
Kompetensi psikososial ( PKHS ) memiliki 10 aspek yaitu :
a.
Pengambilan keputusan
b.
Pemecahan masalah
c.
Berfikir kreatif
d.
Berfikir kritis
e.
Komunikasi efektif
f.
Hubungan interpersonal
g.
Kesadaran diri
h.
Empati
i.
Mengendalikan emosi
j.
Mengatasi stress
PKHS dapat dilaksanakan dalam bentuk bermain peran, drama, diskusi, dl
5.
Pelatihan pendidik dan konselor sebaya
Keuntungan melatih remaja menjadi kader kesehatan remaja ( pendidik sebaya ) yaitu
pendidik sebaya akan berperan sebagai agen perubah sebayanya untuk berprilaku sehat,
sebagai agen promotor keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok yang siap membantu
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Pendidik sebaya dapat diberikan
pelatihan tambahan untuk memperdalam keterampilan interpersonal relationship dan
konseling sehingga dapat berperan sebagai konselor remaja.
6.
Pelayanan rujukan
Rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi, rujukan social, dan rujukan
pranatta hukum.
IX.
MONITORING DAN EVALUASI
Melalui monitoring petugas akan dibantu menemukan masalah secara dini sehingga
koreksi yang akan dilakukan
tidak akan memerlukan waktu yang banyak dan
mempercepat tercapainya PKPR yang berkualitas. Tahapan melakukan monitoring
adalah :
1)
Memutuskan informasi apa yang akan dikumpulkan
Mengumpulkan data dan menganalisanya
3)
Memberikan umpan balik hasil monitoring.
Standar dan indicator terpilih yang diperlukan untuk mengevaluasi kualitas dan akses
PKPR:
1)
Kualitas

Kompetensi petugas

Sarana institusi

Kepuasan klien

Kelengkapan jaringan pelyanan rujukan
2)
Akses

Jumlah pelaksanaan KIE dan konseling kasus lama dan kasus baru, jumlah kunjungan
klien, didalam gedung dan di luar gedung.

Prakuensi petugas puskesmas berperan sebagai narasumber atau fasilitator kegiatan
remaja.

Jumlah kader ( pendidik / konselor ) sebaya yang dilatih puskesmas

Jumlah rujukan masuk dari masyarakat

BAB III
PENUTUP
Sejak tahun 20
1
3, model pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja,
menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif
dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera remaja, diperkenalkan dengan
sebutan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).
PKPR dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas, termasuk
Poskestren, menjangkau kelompok remaja sekolah dan kelompok luar sekolah, seperti
kelompok anak jalanan, karang taruna, remaja mesjid atau gereja, dan lain-lain,
dilaksanakan oleh petugas puskesmas atau petugas lain di institusi atau masyarakat.
Jenis kegiatan PKPR meliputi penyuluhan, pelayanan klinis medis termasuk
pemeriksaan penunjang, konseling, pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS),
peltihan pendidik sebaya (yang diberi pelatihan menjadi kader kesehatan remaja) dan
konselor sebaya (pendidik sebaya yang diberi tambahan pelatihan interpersonal
relationship dan konseling), serta pelayanan rujukan

Anda mungkin juga menyukai