Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi Spiritual
Spiritual adalah multidimensi yang terdiri dari dimensi vertikal dan dimensi
horizontal yang berarti dimensi vertikal menunjukkan hubungan individu dengan
Tuhan yang dapat menuntun dan mempengaruhi individu dalam menjalani
kehidupan sedangkan dimensi horizontal merupakan hubungan individu dengan
dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungannya (Rois, 2014 dalam Sasmita, 2016).

B. Aspek Spiritual pada Pasien Paliatif


1. Hubungan dengan Diri Sendiri
Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan
diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang
menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa
depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri sendiri (Young dan
Koopsen, 2007). Kekuatan yang timbul dari diri seseorang membantunya
menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang pengalaman
hidupnya sebagai pengalaman yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadap
masa depan, dan tujuan hidup yang terhadap sesuatu atau seseorang sehingga
dapat memahami kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas. Harapan
(Hope). Harapan berhubungan dengan ketidakpastian dalam hidup dan merupakan
suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan saling percaya dengan
orang lain, termasuk dengan Tuhan. Harapan sangat penting bagi individu untuk
mempertahankan hidup, tanpa harapan banyak orang menjadi depresi dan lebih
cenderung terkena penyakit. Makna atau arti dalam hidup (Meaning of live).
Perasaan mengetahui makna hidup, yang kadang diidentikkan dengan perasaan
dekat dengan Tuhan, merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang positif
seperti membicarakan tentang situasi yang nyata, membuat hidup lebih terarah,
penuh harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh orang lain
(Puchalski, 2004).
2. Hubungan dengan Orang Lain atau Sesama
Hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya dengan diri sendiri.
Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan saling keterhubungan telah
lama diakui sebagai bagian pokok dalam pengalaman manusiawi (Young dan
Koopsen, 2007 dalam Matoka,2016).Young dan Koopsen ( 2007) menyatakan
adanyahubungan antara manusia satu dengan lainnya yang pada tarafkesadaran
spiritual kita tahu bahwa kita terhubung dengan setiapmanusia.Hubungan ini
terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnyahubungan dengan orang lain.
Keadaan harmonis meliputipembagian waktu, ramah dan bersosialisasi, mengasuh
anak,mengasuh orang tua dan orang yang sakit, serta meyakini kehidupan dan
kematian. Sedangkan kondisi yang tidak harmonismencakup konflik dengan
orang lain dan resolusi yangmenimbulkan ketidakharmonisan, serta keterbatasan
hubungan.
3. Hubungan dengan Alam
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas meliputi hubungan individu
denganlingkungan. Pemenuhan spiritualitas tersebut melalui kedamaian
danlingkungan atau suasana yang tenang. Kedamaian merupakan keadilan,empati,
dan kesatuan. Kedamaian membuat individu menjadi tenang dan
dapatmeningkatkan status kesehatan (Kozier, et al, 1995). Harmoni merupakan
gambaran hubungan seseorang dengan alam yang meliputi pengetahuan tentang
tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam serta
melindungi alam tersebut (Kozier dkk 1995). Kedamaian (peace), kedamaian
merupakan keadilan, rasa kasihan dan kesatuan. Dengan kedamaian seseorang
akan merasa lebih tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan (Puchalski,
2004).
4. Hubungan dengan Tuhan
Pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan secara
tradisional dipahami dalam kerangka hidup keagamaan.Akan tetapi, dewasa ini
telah dikembangkan secara lebih luas dan tidak terbatas.Tuhan dipahami sebagai
daya yang menyatukan, prinsip hidup atau hakikat hidup. Kodrat tuhan mungkin
mngambil berbagai macam bentuk dan mempunyai makna yang berbeda bagi satu
orang dengan orang lain (Young dan Koopsen, 2009). Secara umum melibatkan
keyakinan dalam hubungan dengan sesuatu yang lebih tinggi, berkuasa, memiliki
kekuatan mencipta, dan bersifat ketuhanan, atau memiliki energy yang tidak
terbatas.

C. Peran Spiritual pada Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Paliatif


Studi pasien dengan penyakit kronis atau terminal telah menunjukkan
insiden tinggi depresi dan gangguan mental lainnya. Dimensi lain adalah bahwa
tingkat depresi adalah sebanding dengan tingkat keparahan penyakit dan
hilangnya fungsi agunan. Sumber depresi seperti sering berbaring dalam isu-isu
yang berkaitan dengan spiritualitas dan agama. Pasien di bawah perawatan paliatif
dan dalam keadaan seperti itu sering mempunyai keprihatinan rohani yang
berkaitan dengan kondisi mereka dan mendekati kematian. (Ferrell & Coyle,
2007: 848).
Spiritual dan keprihatinan keagamaan dengan pasien biasa bergumul dengan
isu-isu sehari-hari penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dengan orang tua dan
mereka yang menghadapi kematian yang akan datang. Kekhawatiran semacam itu
telah diamati bahkan pada pasien yang telah dirawat di rumah sakit untuk serius
tetapi non-terminal penyakit. (Ferrell & Coyle, 2007: 52). Studi lain telah
menunjukkan bahwa persentase yang tinggi dari pasien di atas usia 60
menemukan hiburan dalam agama yang memberi mereka kekuatan dan
kemampuan untuk mengatasi, sampai batas tertentu, dengan kehidupan.
Agama kekhawatiran di sakit parah mengasumsikan berbagai bentuk seperti
hubungan seseorang dengan Allah, takut akan neraka dan perasaan ditinggalkan
oleh komunitas keagamaan mereka. Sering menghormati dan memvalidasi
individu dorongan agama dan keyakinan adalah setengah pertempuran ke arah
menyiapkan mereka untuk suatu 'baik' kematian (Ferrell dan Coyle, 2007.)

D. Pengukuran Spiritualitas
Menurut Grace (2018), alat ukur spiritual salah satunya adalah SPNQ, alat
ukur ini dikembangkan oleh Amdt Bussing. SPNQ terdiri dari 22 item, dan diatur
dengan skor 1-3, dimana 1=cukup perlu, 2= perlu, 3= sangat perlu.
Lalu hasil dari semua skor dijumlah. Jika total skor bernilai 22-43 maka tingkat
spiritualitas pasien tergolong rendah, jika total skor bernilai 44-66 maka tingkat
spiritualitas pasien tergolong tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Ferrell, B. R. dan N. Coyle. 2007. Textbook of palliative nursing, 2nd ed. New
York City: Oxford University Press.

Grace, E. T. 2018. Hubungan Tingkat Spiritualitas dengan Intensitas Nyeri pada


Pasien Kanker di RSUP H. Adam Malik. Skripsi. Medan: Fakultas
Keeperawatan Universitas Sumatera Utara. [Online].
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/7443/141101021.pd
f. Diakses 8 November 2018.

Matoka, F. 2017. Perawatan Paliatif. http://repository. umy.ac.id /bits tre am/ h a n


dle/123456789/16227/BAB%20II.pdf.[Diakses pada 08 November 2018]

Sasmita. 2016. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien


Paliatif. http://scholar.unand.ac.id/18482/.[Diakses pada 08 November
2018]

Anda mungkin juga menyukai