Anda di halaman 1dari 38

KIMIA ANALISIS LINGKUNGAN

KELOMPOK 2 :TEKNIK PENYAMPLINGAN


GAS DIUDARA
MUHAMMAD HAFIZ FEZA 1710413001
RISMA ANINDIA 1810411032
NINING SYAFRIANI 1810412030

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : PROF. DR. REFILDA


LATAR BELAKANG
• Gas berbahaya merupakan masalah penting dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Terdapat
berbagai jenis gas yang mudah terbakar atau eksplosif. selain itu terdapat pula jenis yang
beracun, korosif atau iritan dan berbau yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan
para pekerja. Banyak data penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang erat antara
pola penyakit dalam masyarakat seperti penyakit saluran pernafasan dan paru-paru dengan
pencemaran udara.
• Menyadari bahwa keselamatan dan kesehatan masyarakat sangat penting maka diperlukan data
analisis yang handal sebagai sarana pengambilan keputusan. untuk ini perlu dikuasainya metoda
pengambilan contoh uji kualitas udara ambient, termasuk metoda analisis dan teknik pengukuran
yang teliti berdasarkan SNI yang berlaku
SAMPLING LOCATION SELECTION METHODS

• Sni 19-7119.6-2005: udara ambien bagian 6: “penentuan lokasi pengambilan


contoh uji pemantauan kualitas udara ambien”
• SNI 19-7119.9-2005: udara ambien bagian 9: “penentuan lokasi
pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara roadside”
• SNI 19-7118.3-2005: emisi gas buang sumber bergerak bagian 3: “cara uji
kendaraan bermotor kategori L pada kondisi idle”
SAMPLING METHODS
ISTILAH DAN DEFINISI
• Probe: sampling inlet/contoh uji masuk dari alat pengambilan contoh uji
• Absorbsi: penyerapan secara kimia oleh tumbuhan, bangunan, dan penghalang lainnya terhadap
contoh uji
• Adsorbsi: penyerapan secara fisika oleh tumbuhan, bangunan, dan penghalang lainnya terhadap
contoh uji
• Stasiun: tempat peralatan pengambil contoh uji dengan sistem otomatis
• Lokasi pengambilan contoh uji: daerah/area yang dipilih untuk menentukan pengambilan titik contoh uji
• Titik pengambilan contoh uji: tempat peralatan pengambil contoh uji diletakkan untuk melaksanakan
pengambilan contoh uji
ISTILAH DAN DEFINISI
• Roadside: daerah/lokasi jalan yang akan dipantau
• Stasiun road side: hotspot stasiun yang berlokasi di daerah yang sangat tajam konsentrasi polutannya
dibandingkan dari daerah lainnya
• Isopleth: garis yang menggambarkan konsentrasi yang sama dari penyebaran polutan pada
penerima
• Model simulasi: model matematis yang digunakan untuk memprediksi penyebaran polutan atau
pencemar dari suatu area yang akan dipantau
TEKNIK PENYAMPLINGAN GAS DI UDARA SECARA UMUM

Peralatan sampling umumnya terdiri dari collector, flowmeter dan vacuum pump. Untuk
mengumpulkan sampel gas dapat digunakan collector seperti impinger, fritted bubbler atau tube
adsorber dimana sampel akan bereaksi terhadap penyerap yang spesifik. Flowmeter berfungsi
untuk mengetahui volume udara yang terkumpul, dapat berupa dry gas meter, wet gas meter atau
rotameter. Vacuum pump digunakan untuk menghisap udara ke dalam collector. Ketelusuran data
hasil pengukuran umumnya tergantung kepada alat ukur flow meter.
Salah satu unsur pemantauan udara ambien adalah pengambilan sampel udara,
Yang dapat dibedakan menjadi:
• Sampling terus-menerus (continuous): pengukuran secara konstan selama
Periode pengambilan sehingga didapat fluktuasi data selama pengukuran.
• Sampling intermitten: pengukuran dengan mengambil beberapa titik
Pengukuran dengan interval waktu pengukuran yang konstan.
• Sampling sesaat (grab): pengukuran yang hanya dilakukan satu atau dua kali
Saja, tidak secara kontinu dan periodik
A. PENENTUAN LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL UDARA
Prinsip pengambilan sampel : data yang diperoleh harus dapat mewakili daerah yang sedang dipantau → memenuhi
persyaratan yang ditetapkan
Lokasi pemantauan kualitas udara ambien ditetapkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor arah angin, tata
guna lahan, tinggi cerobong dan luas sebaran bahan pencemar (dispersi polutan). Lokasi pemantauan dapat
dilakukan secara kontinyu (stasiun pemantauan) dan pemantauan secara grab atau sesaat.
Kriteria berikut ini dapat dipakai sebagai pedoman dalam menentukan suatu lokasi stasiun pemantauan kualitas
udara ambien kontinyu, dengan tidak menutup kemungkinan penerapan bagi sampling grab:
• Area dengan konsentrasi pencemar tinggi.
• Area dengan kepadatan penduduk tinggi.
• Di daerah sekitar lokasi.
• Di daerah proyeksi.
• Sesuai dengan strategi pengendalian pencemaran.
• Mewakili seluruh wilayah studi.
Adapun untuk penentuan lokasi pemantauan ambien grab atau sesaat, dapat mengacu kepada
kepka BAPEDAL no. 205 tahun 1996 tentang pedoman teknis pengendalian pencemaran udara l
Penentuan lokasi pemantauan udara ambien dilakukan pada arah angin dominan, dengan jumlah
titik minimum dua dengan mengutamakan daerah pemukiman atau tempat-tempat spesifik.
Sedangkan pada arah angin lainnya minimum satu titik dengan kriteria penetapan lokasi seperti
pada gambar 1.
Penempatan probe atau tempat masuk sampel udara dilakukan dengan melihat beberapa faktor. Tetapi secara
umum peraturan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1. Probe harus ditempatkan pada jarak lebih dari 15 m dari jalan raya.
2. Ketinggian probe antara 3 sampai 6 m dari permukaan bumi.
3. Pengambilan sampel partikulat dilakukan minimal 2 m diatas permukaan datar.
4. Probe harus lebih dari 15 m dari suatu pemanas atau exhaust vent pemanas air.
5. Probe ditempatkan minimal 2 kali ketinggian gedung yang terdekat.

Hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam menempatkan peralatan pemantau kualitas udara ambien adalah :
1. Hindari tempat yang dapat mengganggu aliran udara di sekitar alat tempat masuknya udara (inlet), seperti
gedung, pohon, dinding;
2. Hindari tempat yang dapat mengubah konsentrasi efek adsorpsi dan obsorpsi seperti dekat gedung dan pohon;
3. Hindari tempat yang terlalu dekat dengan sumber emisi;
4. Tempatkan peralatan pada tempat yang mempunyai sarana listrik, jauh dari bahaya bencana alam dan
ditempatkan secara aman.
Untuk mendukung pemantauan kualitas udara ambien, perlu dilakukan pemantauan kondisi
meteorologis yang meliputi arah angin, kecepatan angin, kelembaban dan temperatur. Penetapan
lokasi pemantauan meteorologis dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Untuk lokasi peralatan pemantau yang relatif dekat dengan bangunan /pohon tertinggi
berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. Minimal 2,5 kali tinggi penghisap alat pemantau kualitas udara ambien yang membentuk sudut
30˚ terhadap bangunan / pohon tertinggi;
b. Minimal 2 meter lebih tinggi dari bangunan / pohon tertinggi di sekitarnya;
c. Tinggi lokasi penghisap alat pemantau kualitas udara (sample inlet) minimal 3 meter;
d. Tinggi lokasi peralatan pemantau kondisi meteorologis minimal 10 meter.
Untuk lokasi peralatan pemantau yang relatif jauh dari bangunan / pohon tertinggi (jarak
peralatan ke bangunan / pohon tertinggi minimal 10 kali tinggi bangunan / pohon tertinggi),
berlaku ketentuan sebagai berikut (gambar 3) :
A. Minimal 2,5 kali tinggi penghisap alat pemantau kualitas udara ambien;
B. Tinggi lokasi penghisap alat pemantau kualitas udara (sample inlet) minimal 3 meter;
C. Tinggi lokasi peralatan pemantau kondisi meteorologis minimal 10 meter

Keterangan :
a = tinggi shelter + 0,5 m atau minimal 3 m
b = minimal 2,5 kali tinggi sampel inlet udara atau
minimal 10 m
TEKNIK SAMPLING UDARA ROADSIDE
PERSIAPAN PERALATAN PENGAMBILAN SAMPEL
UDARA
• PERALATAN SAMPLING EMISI
• PERALATAN SAMPLING UDARA AMBIEN
• PERALATAN SAMPLING UDARA DALAM RUANGAN
• PENGECEKAN KONDISI PERALATAN DAN MASA KALIBRASI ALAT
• PERALATAN PENYIMPANAN DAN PENGAWETAN SAMPEL
• PERALATAN K3
• FORM SAMPLING (SESUAI DENGAN PARAMETER)
• FORM BUKTI PENGAMBILAN SAMPEL
PERALATAN SAMPLING UDARA
PERALATAN K3
B. Penentuan lokasi pengambilan sampel udara emisi
Lokasi sampling emisi sumber tidak bergerak adalah cerobong yang mengeluarkan emisi dari suatu
proses atau fasilitas. Jenis fasilitas yang dipantau emisinya diatur dalam peraturan yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah. Sebagai contoh industri kertas harus melakukan pemantauan emisi dari
tungku recovery, tanur putar pembakaran kapur, tangki pelarutaan lelehan, digester, unit pemutihan,
tenaga ketel uap dan sumber lainnya, sedangkan fasilitas yang harus dipantau emisinya oleh pabrik
pupuk majemuk-npk adalah scrubber, tenaga ketel uap dan sumber lainnya.
❖Lokasi lubang pengambilan contoh uji
Menurut Kep. Kepala Bapedal no 205 tahun 1996, pemilihan lokasi lubang pengambilan contoh uji
emisi gas buang sumber tidak bergerak dilakukan pada suatu tempat yang paling sedikit 8
(delapan) kali diameter dari aliran bawah (hulu) yang diukur dari belokan, ekspansi atau
pengecilan aliran dalam cerobong dan 2 (dua) kali diameter dari aliran atas ( hilir). Jika perlu
lokasi alternatif dapat dipilih pada posisi paling tidak 2 (dua) ) kali diameter dari aliran bawah
dan 0,5 kali diameter dari aliran atas atau pada posisi dimana kecepatan aliran gas adalah
homogen. Lokasi alternatif dapat dipakai dengan syarat memperbanyak titik intas pada saat
pengambilan contoh uji debu.
❖hal lain yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi lubang sampling tersebut adalah :
a. lokasi harus relatif memudahkan dalam pengambilan contoh uji dan mudah terlihat.
b. lokasi harus relatif kuat untuk menjaga keamanan petugas pengambil contoh uji dan peralatan
pengambilan atau pengukuran contoh uji.
❖oleh karena itu sarana yang perlu dibuat dalam pembuatan lubang pengambilan contoh uji
adalah :
a. tangga yang aman untuk menuju ke lokasi lubang pengambilan contoh uji. (untuk tangga yang
dibuat tegak lurus, perlu dibuat suatu selubung pengaman)
b. scaffold atau penyangga yang kuat untuk pijakan petugas dan tempat penyimpanan peralatan
yang disertai dengan pagar pengamannya.
c. lubang pengambilan contoh uji sebanyak dua buah dengan diameter dalam minimal 10 cm yang
disertai dengan flange dan ditutup dengan system pelat flange yang dilengkapi dengan baut.
lubang ini sebaiknya dibuat tegak lurus pada dinding cerobong dengan ketinggian sekitar 1,5m
dari penyangga.
C. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL UDARA

Teknik sampling yang dikenal dalam aplikasi pengukuran dan analisis udara Secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu teknik tangkapan (Capture techniques) dan teknik
pemekatan (concentration techniques).
1. Teknik Tangkapan
Teknik sampling dengan menangkap sejumlah volum contoh udara yang ditarik
ke dalam kontainer khusus, contoh udara kemudian dianalisis di laboratorium
menggunakan instrumen analisis: GC, GC-MSD, HPLC, dsb. Teknik ini mampu
mengumpulkan sampel dalam jumlah besar dengan frekuensi berulang, sehingga
cocok untuk udara emisi. Prosedur sampling dengan teknik tangkapan dapat
dilakukan secara sesaat, pasif dan aktif, seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Pada
sampling sesaat, contoh diambil secara simultan dalam rentang waktu sesaat
dengan membuka katup pada kontainer atau dengan menambahkan tabung resistor
berupa kolom kapiler untuk mengendalikan laju alir sampel.
Pada sampling pasif, sampel diambil pada waktu lebih lama tanpa bantuan pompa udara namun
laju alir dikendalikan dengan alat pengendali aliran mekanis. Pada sampling aktif, sampling
dilakukan dengan bantuan pompa udara dan dilengkapi dengan pengendali laju alir mekanis.
Kekurangan pada teknik ini adalah kemungkinan adanya interaksi antar senyawa dalam sampel
atau antar sampel dengan kontainer pengumpul.

2. Teknik Pemekatan

Sampling dengan memekatkan sejumlah volum contoh udara yang ditarik ke dalam media tertentu
(cairan, reagen kimia, filter), untuk dianalisis di laboratorium. Dengan adanya pemekatan maka
konsentrasi contoh dapat dinaikkan tanpa mengubah konsentrasi relatifnya sehingga cocok untuk
sampling udara ambien yang konsentrasinya relatif rendah. Dalam teknik ini terdapat keterbatasan
dalam pengambilan volum sampel.
Adapun teknik pemekatan dalam sampling udara, antara lain yaitu:

1. Metode absorpsi cairan (impinger)

Berdasarkan prinsip reaksi kimia larutan penangkap dengan gas pencemar, analisis dilakukan
terhadap reaksi yang terjadi. Dalam metode ini udara dalam jumlah tertentu ditarik melalui
impinger melalui laju alir tertentu yang stabil. Cairan pengabsorbsi bereaksi dengan komponen gas
yang tertangkap dan membentuk substansi spesifik dan stabil.

2. Metode adsorpsi dan desorpsi

Metode sampling dengan tabung adsorpsi karbon dan desorpsi pelarut dilanjutkan dengan analisis
menggunakan GC. Metode ini biasanya digunakan dalam pengukuran VOC di industri.
1. Teknik pengambilan sampel gas di udara ambien
A. Teknik absorpsi (Penyerapan secara kimia)
❖Peralatan sampling umum yang menggunakan teknik absorpsi:
Tekhnik adsorbsi adalah tekhnik pengumpulan gas berdasarkan kemampuan gas pencemaran
terabsorpsi/ berakasi dengan larutaan absorben. Peraksi kimia yang digunkan harus sepesifik artinya
hanya dapat beraksi dengan gas pencemaran tertentu yang akan dianalisis. Efesiensi pengumpulannya
sangat dipengaruhi oleh, karaktersistik dari gas pencemran, yaitu kemampuan /kecepatan absorbsi zat
pencemaran pada larutan spesifik.
• Bubblers
• impinger:
Langkah-langkah kerjanya, yaitu:
❑Menaraik udara dengan pompa hisab kedalam tabung impinger yang bersisi larutan penangkap.
❑mengukur kontaminan yang tertangkap atau beraksi dengan larutan penagnkap baik dengan metoda
konvensional maupun instrumental.
❑Menghitung kadar kontaminan dalam udara berdasarkan jumlah udara yang dipompa dan hasil
pengukuran.
❖ Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun 1999 dan kepmen 50 tahun 1996 adalah :
• sulfur dioksida (SO2)
Pencemaran udara oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur
dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3) dan keduanya disebut sebagai SOx. Sulfur dioksida mempunyai
karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang
tidak reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur dioksida,
tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Meskipun udara tersedia
dalam jumlah cukup. Sulfur dioksida selalu terbentuk dalam jumlah terbesar. Jumlah SO3 yang terbentuk dipengaruhi
oleh kondisi reaksi, terutama suhu yang bervariasi dari 1 sampai 10 % dari total SO2 .
• Nitrogen dioksida (NO2)
• Oksidan (ox)

❖ Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun 1999 adalah indeks sulfat.;
• Filter sampling:
Parameter yang diukur menggunakan metoda pasif martin ferm : SO2, NO2 dan ox;
❖Adapun parameter yang diukur sesuai kepmen 50 tahun 1996 adalah:
• Amoniak (NH3)
Amoniak adalah salah satu indikator pencemar udara pada bentuk kebauan. Gas amoniak adalah gas
yang tidak berwarna, memiliki bau yang menyengat. Biasanya, amoniak berasal dari aktifitas mikroba,
industri amoniak, perngolahan limbah dan pengolahan batu bara. Amoniak di atmosfer bereaksi dengan
nitrat dan sulfat sehingga terbentuk garam amoniak yang sangat korosif. Amoniak yang menguap akan
mencemari udara dan mengganggu pernapasan. Titik leburnya ialah -75°C dan titik didihnya ialah -
33.7°C. Larutan amoniak
• Hidrogen sulfida (H2S)
Hidrogen sulfida (H2S) merupakan gas yang dapat menghasilkan bau tidak sedap. Gas tersebut bersifat
toksik bagi manusia dan ternak, dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, dan dapat
mengganggu efisiensi aktivitas para pekerja yang berada di sekitar kawasan tersebut. Hidrogen sulfida
diproduksi oleh pembusukan mikrobiologi dari senyawa sulfat dan resuksi mikroba dari sulfat, uap panas
bumi, serbuk kayu, aktivitas antropogenik seperti pembakaran batu baradan residu minyak bumi. Gas
hidrogen sulfida yang masuk ke atmosfer secara cepat diubah menjadi senyawa SO2 .
• Solid absorption:
Keterangan gambar:
A = botol penyerap (midget impinger)
B = flow meter
C = kran pengatur
D = pompa
E = gas meter tipe kering dengan rentang 1L/putaran
B. Teknik adsorpsi (penyerapan secara fisika)
Adalah teknik pengumpulan gas berdasarkan kemampuan gas teradsorbsi pada permukaan padat
adsorben (contohnya : karbon aktif atau aluminium oksida)Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun
1999 adalah hidrokarbon;
C. Teknik pendinginan
Adalah terknik penyamplingan gas dengan cara membekukan gas pada titik bekunya. Parameter
yang diukur sesuai kepmen 50 tahun 1998 adalah hidrogen sulfida, metil merkaptan, metil sulfida,
dimetil sulfida dan stiren.
D. Pengumpulan dengan kantong udara
Parameter yang diukur sesuai PP41 tahun 1999 adalah hidrokarbon dan karbonmonoksid.

Keterangan Gambar :
A = aliran udara masuk E = pompa vakum
B = kotak hampa udara (vakum) F = kran buka tutup tedlar bag
C = ruang vakum G = kran pengatur vakum
D = tedlar bag H = kran pengatur laju alir
DAFTAR PUSTKA
ANNUAL BOOK OF ASTM STANDARDS, 1997. ATMOSPHERIC ANALYSIS, VOLUME 11.03
JAPAN INDUSTRIAL STANDARD HANDBOOK. 1995. JAPANESE STANDARDS ASSOCIATION
JAPAN INDUSTRIAL STANDARD HANDBOOK, 2002. JAPAN STANDARD ASSOCIATION
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP 13/MENLH/3/1995
TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-129/MENLH/2003 TENTANG
BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP-
03/BAPEDAL/09/1995 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA BERACUN (B3)
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR KEP-
205/BAPEDAL/07/1996 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA SUMBER
TIDAK BERGERAK
METHODS OF AIR SAMPLING AND ANALYSIS, THIRD EDITION. JAMES LODGE (ED) 1988
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN
PENCEMARAN UDARA
STERN, ARTHUR C. 1993. AIR POLLUTION, VOL. III. ACADEMIC PRESS INC., SAN DIEGO
STERN, ARTHUR C. 1993. AIR POLLUTION, VOL.VI I. ACADEMIC PRESS INC., SAN DIEGO
WILLIAMSON, S.J. 1973. FUNDAMENTALS OF AIR POLLUTION. ADDISON- WESLEY PUBLISHING
CORPORATION COLLS, JEREMY. 1997, AIR POLLUTION AN INTRODUCTION, E&FN SPON, LONDON
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-
205/BAPEDAL/07/1996 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA SUMBER
TIDAK BERGERAK

Anda mungkin juga menyukai