Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL


(BUDI UTOMO & SAREKAT ISLAM)

KELOMPOK 1:

1. Anugrah Romadhon

2. Anton Wahyudi

3. Erina Holifatus .Z

4. R. Ayu Maghfira

5. Siti Rohmatul

XI – MIPA
SMA NEGERI 3 BANGKALAN
TAHUN PELAJARAN 2015-2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Budi utomo dan Sarekat Islam”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bangkalan, 13 November 2015

Penyusun

~ ii ~
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................................i

Kata Pengantar.......................................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1

1.3 Tujuan..................................................................................................................1

1.4 Manfaat................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Organisasi Pergerakan Nasional..........................................................................2

2.2 Budi Utomo..........................................................................................................2

2.3 Sarekat Islam........................................................................................................5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................9

3.2 Saran.....................................................................................................................9

Daftar Pustaka........................................................................................................................10

~ iii ~
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penderitaan lahir batin yang tak tertahankan lagi ditambah pengaruh kejadian-
kejadian didalam maupun diluar tanah air yang merupakan dorongan yang mempercepat
lahirnya pergerakan nasional dan titik berangkat lahirnya Budi Utomo pada tanggal 20
Mei 1908 sebagai organisasi pelajar guna memajukan kepentingan-kepentingan priyayi
rendah, dimana jangkauan geraknya terbatas pada penduduk Pulau Jawa dan Madura.
Salah satu organisasi pada masa pergerakan nasional adalah Sarekat Islam. Sarekat
Islam mula-mula dinamakan Sarekat Dagang Islam. Ketika masih menjadi Sarekat Dagang
Islam organisasi ini lebih berfokus kepada masalah perekonomian, tetapi ketika sudah
menjadi Sarekat Islam maka lebih berfokus kepada masalah politik.
Sarekat Islam merupakan suatu organisasi yang banyak memberikan konstribusi
kepada pergerakan nasional. Kongres-kongres yang dilakukan oleh Sarekat Islam banyak
yang memberikan kritik kepada pemerintah Belanda serta memberikan peluang kepada
masyarakat pribumi. Walaupun karena kritik tersebut Sarekat Islam pernah dibekukan.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana sepak terjang Organisasi Pergerakan Nasional Budi utomo
 Bagaimana sepak terjang Organisasi Pergerakan Nasional Serikat Islam

1.3 Tujuan
 Agar Mengetahui sepak terjang Organisasi Pergerakan Nasional Budi utomo
 Agar Mengetahui sepak terjang Organisasi Pergerakan Nasional Serikat Islam

1.4 Manfaat
 Dapat Memahami sepak terjang Organisasi Pergerakan Nasional Budi utomo
 Dapat memahami sepak terjang Organisasi Pergerakan Nasional Serikat Islam

~1~
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Organisasi Pergerakan Nasional


Masa Pergerakan Nasional yang dimulai dari tahun 1908 hingga 1942 merupakan
awal mula pergerakan Indonesia. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan timbulnya
banyak Organisasi-organisasi yang sudah tersusun secara struktural. Maksud dari
Organisasi yang tersusun secara struktural yaitu Organisasi yang ada tidaklah bersifat
tradisional. Organisasi yang tradisional dicirikan dengan peran pemimpin yang sangat
dominan. Jika pemimpin tersebut meninggal atau ditangkap maka organisasi tersebut
akan lenyap. Selain dari organisasi yang sudah tersusun secara struktural ciri dari masa
ini yaitu lingkup yang sudah menasional. Nasional di sini dimaksudkan bahwa organisasi
tersebut bukan hanya terpaku oleh daerah-daerah saja, tetapi juga sudah melebarkan
sayapnya hingga meraih anggota dan pengaruh ke daerah lain yang lebih luas.
Gerakan yang mereka jalankan memang tidak hanya terbatas untuk memperbaiki
taraf hidup bangsa tetapi juga meliputi gerakan di berbagai sektor, seperti: sosial,
ekonomi, pendidikan,  keagamaan, kebudayaan, wanita, pemuda dan lain-lain. Istilah
“nasional” berarti bahwa pergerakan-pergerakan tersebut mempunyai cita-cita nasional
untuk mencapai kemerdekaan bagi bangsanya yang masih terjajah. Disamping itu, sifat
pergerakan pada masa ini lebih bersifat nasional bila dibanding dengan sifat pergerakan
sebelumnya yang bercorak kedaerahan.

2.2 Budi Utomo


2.2.1 Latar Belakang.
Budi Utomo adalah organisasi pertama di Indonesia yang disusun dengan bentuk
modern (pengurus tetap, anggota, tujuan, yang didasarkan atas peraturan – peraturan
yang telah ditetapkan). Badan ini didirikan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908.
Dorongan untuk mendirikan organisasi ini ialah propaganda dari dokter Wahidin
Sudirohusodo pada tahun 1906 dan 1907, yang mengadakan suatu perjalanan keliling ke
seluruh Jawa dalam rangka menganjurkan perlunya perluasan untuk memajukan
bangsanya; terutama yang ditekankan pada bidang pendidikan.
Dalam perjalananan kelilingnya tersebut, akhirnya pada tahun 1907 dokter
Wahidin sampai di Jakarta dan bertemu dengan para pelajar Stovia (Sekolah Dokter
Pribumi) seperti; Sutomo dan berbincang – bincang tentang nasib rakyat yang kurang

~2~
mendapat perhatian di bidang pendidikan. Sehingga saat itu tumbuh pemikiran dalam diri
Sutomo untuk melanjutkan cita – cita dokter Wahidin Sudirohusdo, yang tidak hanya
terbatas pada studiefonds saja, tetapi labih luas dari pada itu. Gagasannya tersebut
kemudian dilontarkan kepada teman – temannya dan memperoleh sambutan yang positif,
khususnya dari Gunawan Mangunkusumo.  Kemudian setelah mendapat dukungan dari
teman – temannya para pelajar Stovia tersebut, pada tanggal 20 Mei 1908 dibentuklah
organisasi yang kemudian diberi nama Boedi Utomo, dan Sutomo terpilih sebagai
ketuanya.
Istilah Boedi Utomo berasal dari kata ‘Boedi’ yang berarti perangai atau tabiat,
dan ‘Oetomo’ yang berarti baik atau luhur. Dengan demikian, Boedi Oetomo yang
dimaksud oleh pendirinya adalah perkumpulan yang akan mencapai sesuatu berdasarkan
keluhuran budi, kebaikan perangai, atau tabiat. Nama tersebut muncul setelah Soeradji
mendengar perbincangan antara dokter Wahidin dengan Sutomo, sehingga ketika mereka
mendirikan perkumpulan ini diusulkan agar diberi nama Boedi Oetomo. Selain Sutomo
dan Soeradji, yang turut aktif dalam pendirian Boedi Oetomo adalah; M. Muhammad
Saleh, Mas Suwarno, Muhammad Sulaiman, Gunawan, Gumbreg, dan R. Angka.
Sementara susunan pengurus Boedi Oetomo ketika itu adalah; Ketua; R. Sutomo, Wakil
Ketua; M. Sulaiman, Sekertaris I; Suwarno, Sekertaris II; M. Gunawan, Bendahara; R.
Angka, Komisaris; M. Suwarno, M. Muhammad Saleh.

2.2.2      Tujuan dan Perkembangan Organisasi.


Budi utomo sebagai organisasi pelajar yang baru muncul ini, secara samar-samar
merumuskan tujuannya untuk kemajuan Hindia, dimana yang jangkauan gerak semulanya
hanya terbatas pada Pulau Jawa dan Madura yang kemudian diperluas untuk penduduk
Hindia seluruhnya dengan tidak memperhatikan perbedaan keturunan, jenis kelamin dan
agama. Namun dalam perkembangannya terdapat perdebatan mengenai tujuan Budi
Utomo, dimana Dr.Cipto Mangunkusumo yang bercorak politik dan radikal, Dr.Radjiman
Wedyodiningrat yang cenderung kurang memperhatikan keduniawian serta Tirtokusumo
(Bupati Karanganyar) yang lebih banyak memperhatikan reaksi dari pemerintah kolonial
dari pada memperhatikan reaksi dari penduduk pribumi.
Budi Utomo cenderung untuk memejukan pendidikan bagi golongan priyayi dari
pada bagi penduduk pribumi pada umumnya. Slogan Budi Utomo berubah dari perjuangan
untuk mempertahnkan penghidupan menjadi kemajuan secara serasi. Hal ini menunjukkan

~3~
pengaruh golongan tua yang moderat dan golongan priyayi yang lebih mengutamakan
jabatannya. (Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto : 1984 : 178)
Pancaran eksistensi Budi Utomo di Indonesia dibuktikan dengan diadakannya
konggresnya yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Dalam waktu
singkat Budi Utomo mengalami perubahan orientasi. Kalau semula orientasinya terbatas
pada kalangan priyayi maka menurut edaran yang dimuat dalam Bataviaasch Nieuwsblad
tanggal 23 Juli 1908, Budi Utomo cabang Jakarta menekankan cara baru bagaimana
memperbaiki kehidupan rakyat.
Di dalam konggres tersebut menghasilkan beberapa keputusan,sebagai berikut :
1.      Tidak mengadakan kegiatan politik
2.      Bidang utama adalah pendidikan dan kebudayaan
3.      Terbatas wilayah Jawa dan Madura
4.      Mengangkat Raden Adipati Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) sebagai ketua
Budi Utomo.
Kekuatan Budi Utomo kembali bangkit sejak mulai pecahnya Perang Dunia I pada
tahun 1914. Berdasarkan adanya kemungkinan intervemsi kekuasaan asing maka Budi
Utomo melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dan yang pertama mengajukam
gagasan wajib militer pribumi. Diskusi yang terjadi berturut-turut dalam pertemuan-
pertemuan setempat justru menggeser perhatian rakyat dari soal wajib militer kearah soal
perwakilan rakyat, sehingga dikirimlah ebuah misi kenegri Belanda oleh komite” Indie
Weerbaar “ untuk pertahanan India dalam tahun 1916-1917 yang merupakan pertanda
masa yang amat berhasil bagi Budi Utomo.
Dwidjosewoyo sebagai wakil Budi Utomo dalam misi tersebut berhasil mengadakan
pendekatan dengan pemimpin-pemimpin Belanda terkemuka keterangan menteri urusan
jajahan tentang pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) yang waktu itu dibicarakan
didalam dewan perwakilan rakyat Belanda, dimana ia menekankan badan itu akan
dijadikan Dewan Perwakilan Rakyat yang nantinya akan menggembirakan anggota misi
Budi Utomo. Undang-undang wajib militer gagal sebaliknya undang-undang pembentukan
Volksraad disahkan pada bulan November 1914 .
Di dalam sidang Volksraad wakil-wakil Budi Utomo masih tetap berhati-hati dalam
melancarkan kritik terhadap kebijaksanaan politik pemerintah. Sebaliknua para anggota
pribumi yang lebih radikal dan juga anggota sosialis Belanda di dalam Volksraad
melaukan kritik terhadap pemerintah dengan memakai kesempatan adanya krisis bulan
November 1918 di negeri Belanda mereka menuntut perubahan bagi Volksraad dan
~4~
kebijakan politik negeri Belanda umumnya sampai akhirnya dibentuk sebuah komisi pada
tahun 1919.

2.2.3      Keruntuhan Boedi Oetomo.


Pada dekade ketiga abad XX kondisi-kondisi sosio-politik makin matang dan Budi
Utomo mulai mencari orientasi politik yang mantap dan mencari massa yang lebih luas.
Kebijakan politik yang dilakukan oleh pemerintah kolonial, khususnya tekanan terhadap
pergerakan nasional maka Budi Utomo mulai kehilangan wibawa, sehingga terjadilah
perpisahan kelompok moderat dan radikal dalam Budi Utomo. Selain itu juga, karena Budi
Utomo tidak pernah mendapat dukungan massa, kedudukannya secara politik kurang
begitu penting, sehingga pada tahun 1935 organisasi ini resmi dibubarkan.

2.3 Sarekat Islam.


2.3.1      Latar Belakang.
Organisasi Sarekat Islam, pada mulanya berawal dari Sarekat Dagang Islam (SDI)
yang didirakan di Solo pada tahun 1905 oleh H. Samunhudi.  Namun nama Sarekat
Dagang Islam tidak bertahan lama, karena segera diganti menjadi Sarekat Islam (SI).
Organisasi ini terus maju dengan pesatnya, karena Sarekat Islam merupakan suatu
organisasi yang telah lama dinanti – nantikan oleh rakyat umum. Pertumbuhan organisasi
ini disebabkan oleh kepedihan nasional (yang melahirkan semangat nasionalisme) akibat
dijajah oleh bangsa lain, juga disebabkan oleh kesadaran Asia umumnya. Beberapa sebab
khusus yang melatar belakangi berdirinya organisasi ini adalah; (1). Perdagangan bangsa
Tionghoa yang menjadi suatu halangan bagi perdagangan Indonesia, (2). Kemajuan gerak
langkah penyebaran agama Kristen serta ucapan – ucapan yang menghina dalam parlemen
negri Belanda tentang tipisnya kepercayaan agama bangsa Indonesia, dan (3). Cara adat
lama yang terus dipakai di daerah kerajaan – kerajaan Jawa, makin lama, makin dirasakan
tidak sesuai.
Semangat nasionalisme yang dilatarbelakangi perjuangan ekonomi rakyat telah
menjadikan pertumbuhan organisasi ini pesat dan meluas secara horizontal, sehingga
menjadikan perkumpulan ini sebagai organisasi massa yang pertama di Indonesia.
Perkembangan Sarekat Islam yang begitu pesat, telah menyebabkan kekhawatiran dari
pihak pemerintah kolonial Belanda. Melalui agama Islam dan dengan penuh kemauan
mempertinggi derajat rakyat, memperbaiki ekonomi rakyat, Sarekat Islam berkembang
keseluruh wilayah Hindia Belanda. Oleh karena itu, Gubernur Jendral Idenburg tidak mau
mengakui Sarekat Islam sebagai suatu rechtspersoon. Karena Idenburg hanya mau
~5~
mengakui Sarekat Islam secara lokal, sehingga hal tersebut dianggap sebagai cara
pemecahbelahan untuk memetikan benih persatuan nasional, sebagai suatu praktek
“devide et impera”.

2.3.2       Perkembangan Sarekat Islam


Perkembangan Sarekat Islam sebagai suatu organisasi pergerakan yang lebih
bersifat kerakyatan mengalami beberapa masa yang memperlihatkan represi – represi dari
pemerintah kolonial, serta rongrongan dari tubuh organisasi tersebut, seperti ;
  Periode 1911-1916
Pada periode ini, organisasi Sarekat Islam ditandai oleh perhatian terhadap
masalah–masalah organisasi, termasuk usaha mencari pimpinan, penyusunan anggaran
dasar, dan hubungan antara organisasi pusat dengan organisasi daerah. Anggaran dasar
pertama disusun oleh Raden Mas Tirtoadisuryo pada tanggal 11 November 1911.
Dalam Anggaran Dasarnya tersebut, ditetapkan tujuan Sarekat Islam yaitu berusaha
agar anggotanya satu sama lain bergaul seperti saudara, mendorong timbilnya
kerukunan dan tolong menolong sesama muslim, guna meningkatkan derajat rakyat
agar menjadi makmur, sejahtera, demi kejayaan negara.
Sarekat Islam mengalami perubahan setelah dipimpin oleh Oemar Said
Tjokroaminoto, yang bergabung dengan Sarekat Islam pada bulan Mei 1912 di
Surabaya atas ajakan Haji Saman Hudi. Kemudia Tjokroaminoto menyusun anggaran
dasar baru Sarekat Islam yang berlaku umum di Seluruh Indonesia dan meminta
pengakuan dari pemerintah untuk menghindarkan diri dari “pengawasan preventif dan
represif secara administratif”. Akan tetapi pemerintah Belanda menolak permintaan
pengakuan tersebut, dan memberikan peluang bagi organisasi – organisasi lokal untuk
meminta pengakuan sendiri – sendiri setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Sehingga penolakan tersebut menggangu struktur organisasi Sarekat Islam yang dalam
kongresnya yang pertama tahun 1913, menekankan kegiatan yang bersifat menyeluruh
untuk segenap pelosok tanah air.

  Periode 1916-1921
Pada periode ini Sarekat Islam telah menemukan formatnya, ketika itu Sarekat
Islam memberikan perhatian terhadap berbagai masalah, baik politik maupun agama,
dan sifat tegas gerakan Sarekat Islam dalam bidang politik sangat jelas. Sifat politik

~6~
dari organisasi ini dirumuskan dalam “keterangan pokok” (Asas) dan program kerja
yang disetujui oleh kongres nasional yang kedua dalam tahun 1917.
Kegiatan yang digerakan oleh pemerintah kolonial untuk memobilisasi rakyat
dalam persipan menjelang Perang Dunia, disiasati oleh Sareka Islam yang
menggunakan forum dalam kegiatan aksinya itu sebagai saluran pemikiran dan
perasaan tidak senangnnya, selain itu organisasi ini memberikan tasiran sendiri tentang
konsep “ketahaan”. Konsep itu telah tercermin dalam mosi – mosi Central Sarekat
Islam tentang masalah weerbar pada tanggal 8 September 1916. Dimana dalam mosi
tersebut diungkapkan bahwa lembaga perwakilan di Indonesia yang dipilih oleh orang
Indonesia sendiri, hendaknya dipercayakan untuk menghadapi ketahanan India.

  Periode 1921-1927
Pada periode ini, selain ditandai dengan perpecahan dalam tubuh Sarekat Islam
juga terjadi beberapa perubahan dalam organisasi ini. Perubahn – perubahan tersebut
dapat terlihat dari; Pertama : adanya perubahan dalam “Keterangan Asas”, yang
disebabkan kekecewannya terhadap pemerintah colonial Belanda. Kedua : Terdapat
perubahan dalam struktur Sarekat Islam, perubahan struktur yang terakhir didasarkan
pada Kongres Nasional ke VII di Madiun tanggal 17-20 Februari 1923. Dimana Sarekat
Islam diubah menjadi suatu partai yang terdiri dari anggota – anggota inti Sarekat Islam
lama, yang aktif dalam organisasi ini. Ketiga : Mundurnya Abdul Muis dalam tubuh
organisasi Sarekat Islam, yang disebabkan oleh kekecewannya terhadap sikap
pemimpin Sarekat Islam lainnya, termasuk Tjokroaminoto sehingga Agus Salim naik
menjadi pemimpin utama dari organisasi ini. Keempat : Adanya perubahan sikap
Sarekat Islam terhadap pemerintah colonial, dibandingkan dengan waktu – waktu
sebelumnya. Diawali dengan pemutusan hubungan dengan pemerintah tahun 1923,
serta hanya mau mewakilkan dirinya pada pada Tjokroaminoto dalam Volksraad,
Sarekat Islam kemudian dalam kongresnya tanggal 8-10 Agustus 1942 memutuskan
untuk tidak mengirimkan wakilnya dalam dewan rakyat itu.

  Periode 1927-1942
Dalam periode ini, ada perubahan nama dari Sarekat Islam menjadi Partai Sarekat
Islam. Sejalan dengan sifatnya yang semakin terus terang menentang pemerintah
colonial Belanda, dalam Kongresnya tahun 1927, Partai Sarekat Islam menegaskan
tujuannya bahwa tujuan organisasi ini adalah untuk mencapai kemerdekan nasional
~7~
atas dasar agama Islam. Sehingga pada tanggal 17 Desember 1927 atas inisiatif Partai
Nasional Indonesia, organisasi ini juga menggabungkan diri dengan PPPKI
(Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia).
Pada tahun 1940 terjadi perpecahan lagi dalam tubuh PSII yang ditandai dengan
keluarnya Kartosuwiryo, yang kemudian mendirikan perkumpulan baru dengan nama
sama, PSII. Dengan demikian ketika itu, terdapat dua PSII yakni PSII Tjokroaminoto
dengan PSII Kartosuwiryo.

2.3.3 Kemunduran Serikat Islam


Kehancuran atau kemunduran Partai Serikat Islam ini dimulai pada saat struktur
organisasi partai yang dianggap telah sempurna, lalu adanya pemecatan terhadap Dr.
Soekiman yang merupakan salah satu elit pengurus partai. Kemudian Dr. Soekiman
beserta pengikutnya membentuk sebuah partai lagi yang diberi nama Partai Islam
Indonesia (PII), kemudian adanya konflik di dalam partai juga membuat partai ini
semakin melemah. Melemahnya partai juga terlihat pada saat “Kongres Partai Sarekat
Islam tahun 1927 menegaskan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemerdekaan
nasional berdasarkan agama Islam. Karena tujuannya adalah untuk mencapai
kemerdekaan nasional maka Partai Sarekat Islam menggabungkan diri dengan
Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)”
(Hasyim, 2010). 
Kemudian, hal ini terlihat pada tahun 1938 ketika Abikusno sudah mulai tidak
konsisten dengan ia memilih menggabungkan PSII ke dalam GAPPI yang dianggap
sebagai wadah Organisasi Nasional. Tujuan GAPPI adalah mempersatukan semua
partai politik Indonesia Raya. Dasar aksinya adalah hak mengatur diri sendiri,
kebangsaan yang bersendikan demokrasi menuju cita–cita bangsa Indonesia. Kemudian
juga kelemahan dan kehancuran partai pun semakin terlihat pada tahun 1939, ketika
secara resmi S.M. Kartosuwiryo mengundurkan diri dari kepengurusan Partai,
Kartosuwiryo pada saat itu jabatannya adalah sebagai sekjen yang merangkap sebagai
wakil Presiden dalam partai, dan setelah ia keluar dari Partai Serikat Islam Indonesia, ia
membentuk sebuah lembaga yang dinamakan lembaga Suffah (Pusat Pendidikan
Kaderisasi Gerakan).

~8~
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kehadiran Budi Utomo di Indonesia mengundang reaksi yang baik. Budi Utomo
dianggap sebagai tanda keberhasilan politik ethis yang menghendakaki adanya suatu
organisasi pribumi yang progresif-moderat yang dikendalikan oleh para pejabat yang
maju. Namun pejabat –pejabat Belanda lainnya mencurigai Budi Utomo yang dianggap
sebagai gangguan yang potensial. Dalam perekembangannya Budi Utomo mengalami
fluktuasi. Budi Utomo menempuh cara dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi
pada waktu itu sehingga wajar jika Budi Utomo berorientasi pada kultural. Tindakan
yang tepat ini berarti Budi Utomo tanggap terhadap politik kolonial yang sedang berlaku.
Berdirinya Sarekat Dagang Islam ini disambut baik oleh para pengusaha batik
dengan harapan organisasi ini bisa membantu mereka agar dapat membeli bahan batik
yang lebih murah. Meskipun untuk bergerak secara sah harus menyusun anggaran
dasarnya untuk disahkan oleh pemerintah. Namun, Haji Samanhudi merasa tidak mampu
untuk menyusunnya sehingga beliau meeminta bantuan kepada seorang pelajar Indonesia
yang bekerja diperusahaan Surabaya. Dia adalah Cokroaminoto. Setelah bertukar pikiran,
timbullah gagasan dari Umar Said Cokroaminoto untuk mengubah nama Sarekat Dagang
Islam karena perkumpulan itu tidak terbatas pada para pedagang saja tetapi juga
mempunya dasar yang lebih luas sehingga orang islam yang bukan pedagang pun bisa
menjadi anggota. Ide ini pun diterima dengan baik oleh Haji Samanhudi.

3.2 Saran
Organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo dan Sarekat Islam sangat
diharapkan menjadi suatu motivasi bagi para generasi muda dalam mempertahankan
kemerdekaan yang nantinya dapat menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang
lebih baik kedepannya.

~9~
DAFTAR PUSTAKA

Delvy. 2011. Perbedaan Budi utomo dan Sarekat Islam. (online)


(http://poenyadelfi.blogspot.co.id/2011/07/perbedaan-budi-utomo-dan-sarekat-
islam.html, diakses 11 November 2015, Pukul 16.00)

~ 10 ~

Anda mungkin juga menyukai