Anda di halaman 1dari 2

Nama : Maulidya Firda Nur Aini

Kls/No : IX-G / 20

CERPEN

KEHILANGAN SOSOK AYAH

Pagi itu matahari sudah mulai menampakan sinarnya. Aku bangun dari tempat tidur
menuju luar rumah, aku melihat banyak orang diluar lurmah yang sedang berkumpul, Disana
ada ibuku yang sedang duduk-duduk bersama bibik ku dan saudara-saudaraku, disaat aku
melihat mereka entah kenapa aku selalu terbayang wajah Ayah ku, aku buang semua
fikiranku yang aneh itu tentang ayahkusambil tersenyum aku menghampiri ibuku, pada saat
ku mainkan hp ku dan melihat sekumpulan foto di galeriku entah kenapa jari-jariku menekan
salah satu foto itu yaitu foto aku bersama ayahku, kupandangi foto itu sambil tersenyum,
tiba-tiba saat aku memandangi foto itu paman ku menghampiri aku bersama ibu dan saudara-
saudaraku yang lain dia menghampiriku dengan wajah yang agak sedih, pamanku membawa
kabar yang sangat mengagetkan semua oarang yang disini.

Pamanku mengatakan bahwa ada seseorang nelayan yang meninggal karena masuk
kedalam menhol yang ada gas beracun didalamnya. Semua orang kaget mendengarnya, tiba-
tiba terlintas di mataku ada bayangan ayahku.

Setelah berapa lama pamanku mendapat telfon dari petugas kapal. Petugas itu
mengatakan orang yang meninggal tadi bernama “Suwono”. Karena mendengar kabar itu
pamanku langsung kaget dan meneteskan air mata. Akan tetapi pada saat aku menanyakan
kepada pamanku, dia menyembunyikan kabar itu.

Suasana pun semakin tegang. Di rumahku semakin banyak orang yang berdatangan.
Pada saat aku menyanyakan kembali pada pamanku, dia hanya tersenyum dan mengelus
kepalaku dengan lembut. Karena perlakuan semua orang semakin aneh padaku. Aku semakin
penasaran dan mulai bertanya sendiri pada diriku. Sekitar pukul 11.00 aku melihat Ibuku
yang sudah tidak sadarkan diri.

Pada saat itu ada seorang yang menghampiriku dan membawakan aku segelas air putih
untuk kuminum. Setelah ku minum air itu sampai habis, bibiku mengatakan dengan sangat
pelan bahwa ayahku telah meninggal dunia.
Lantas aku sangat kaget mendengarnya. Tanpa sadar tiba-tiba air mataku menetes
membasahi pipiku. Bibiku memelukku dengan erat dan penuh dengan kasih sayang. Semua
orang menangis.

Pada saat itu aku masih belum percaya akan kabar itu, tapi pada saat Ambulance datang
dan berhenti di depan rumah, aku melihat tubuh ayahku yang sudah kaku dibopong oleh
orang. Setelah melihat mayat ayahku di saat itulah aku percaya bahwa ayahku sudah tiada.
Aku memandikan tubuh ayahku untuk terakhir kalinya.

Setelah ba’da maghrib semua orang mengantarkan jenazah ayahku ke tempat


peristirahatan terakhirnya. Air mataku terjatuh lagi untuk kesekian kalinya. Tapi aku yakin
semua ini mungkin sudah jalan yang terbaik untuk keluargaku.

Aku menyasal kenapa pada saat ayahku masih hidup, aku tidak bisa memberikan yang
terbaik untuknya. Pada malam harinya di rumahku sudah banyak orang. Bayangan laki-laki
tersenyum kepadaku pda saat ku lihat wajah laki-laki itu, wajah yang bersih itu mirip dengan
ayahku. Aku ingin sekali memeluknya tapi sayangnya aku tidak bisa karena itu Cuma
bayangan seorang ayahku yang telah tiada.

Aku berusaha menahan diriku sendiri agar tidak menangis, tapi aku tidak bisa, lagi-lagi
air mataku menetes. Aku berjanji pada diriku sendiri dan kepada Alm. Ayahku agar aku tidak
akan menangis lagi dan akan menjaga adikku dan ibuku. Aku yakin suatu saat nanti aku pasti
bisa menjadi seseorang yang ayah inginkan dan bisa membahagiakan ibuku.

Anda mungkin juga menyukai