(Effect of water table level on some peatland chemical and physical properties of Kuala Dua
village, Kubu Raya regency)
Abstract
Peatland is the result of organic matter accumulation from the decaying vegetation with
naturally occuring through long term decomposition processes. The purpose of this study was to
gain the information about the effect of water table level on some peatland chemical and
physical properties of Kuala Dua village, Kubu Raya regency. The method used in this study
was experiment al study the soil samples on 3 (three) water table levels were while examinated.
Experimental study with completely randomized design using soil sampels of three water table
levels 30 cm, 50 cm, and 80 cm with three replication. The result of this study showed that the
depth 0-40 cm of water table level had the range values of soil water contents (397,3-460,5%),
soil bulk density (0,18-0,25g/cm3), cation exchange capacity (116,4-118,4 mEq), soil organic
carbon (56,8-57,5%), nitrogen (1,89-1,91%), soil phosporus (38,84-267,17%), soil humidity
(8,2-9,9 %RH), soil potential hydrogen (3,04-3,17) and soil temperature (27,3-29,3˚C). Base on
the results, soil temperature and soil humidity were effected by peatland water table level, while
the others properties were not impacted.
Keywords : chemical properties, peatland, peatland managemen, physical properties
998
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 988 – 1008
gambut adalah penurunan muka lahan muka air tanah yang bervariasi dalam
(subsidence) dan mudah tererosi baik oleh pengelolaan lahan gambut.
air. Bobot isi gambut nilainya sangat rendah METODE PENELITIAN
apabila dibandingkan dengan bobot isi Penelitian ini dilaksanakan di lahan
tanah mineral. Jika mengalami kekeringan gambut Desa Kuala Dua Kabupaten Kubu
kadar air < 100%, gambut kehilangan Raya. Penelitian berlangsung selama 2 hari
kemampuan menyerap air (irreversible di lapangan yaitu pada tanggal 4 dan 6 Juni
drying) dan menjadi bahan organik kering 2018. Dilanjutkan dengan analisis di
yang tidak cocok untuk digunakan sebagai Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah
media bercocok tanam dan kehilangan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
fungsinya sebagai tanah (Agus et al, 2008). Pontianak selama 2 bulan dari bulan Juni
Pembukaan lahan gambut untuk fungsi sampai dengan Agustus 2018. Bahan
lain (pertanian dan perkebunan) dan kondisi penelitian ini adalah tanah gambut sebagai
lahan hutan rawa gambut yang selalu basah contoh tanah yang diambil dari Desa Kuala
secara bersamaan dapat menyebabkan Dua Kabupaten Kubu Raya. Penelitian ini
perubahan kondisi tanah sampai 1 meter. dilakukan dengan metode experimen /
Perubahan TMA berdampak pada percobaan, analisis menggunakan
peningkatan emisi di lahan gambut (Astiani rancangan acak lengkap (taraf 1% dan 5%)
et al, 2017). Turunnya air tanah dan pengambilan sampel tanah dilakukan
mengakibatkan pori tanah menjadi kering secara purposive karena kondisi TMA yang
yang dapat mempercepat proses tidak seragam dan perbedaan bentuk lahan,
dekomposisi gambut dan lahan. yaitu mengambil sampel tanah di lapangan
Kekeringan terjadi dalam waktu yang sama seperti perlakuan tinggi muka air
cukup lama dan akan menyebabkan perlakuan di parit perlakuan penelitian ini
gambut kering permanen. adalah TMA 30 cm, 50 cm dan 80 cm di
Belum diketahui bagaimana kondisi Desa Kuala Dua Kabupaten Kubu Raya.
tanah dan lahan yang berhubungan dengan Data utama sifat fisik tanah gambut
kekeringan tersebut. Oleh karena itu perlu dalam penelitian ini yaitu kelembaban
kajian tentang sifat-sifat tanah gambut dan tanah, suhu tanah, kadar air, bobot isi dan
dampak dari perubahan TMA tanah di data utama sifat kimia gambut yaitu pH
lahan gambut. Hal ini bertujuan untuk tanah, C-Organik, kapasitas tukar kation,
mengetahui pengaruh TMA tanah terhadap nitrogen dan fosfor diperoleh dari
sifat fisik dan kimia tanah gambut untuk pengambilan sampel tanah dan pengukuran
pengelolaan lahan gambut. Penelitian ini di lapangan serta analisis di laboratorium.
bertujuan untuk mengetahui pengaruh Data sekunder yang diperlukan dalam
tinggi muka air tanah terhadap beberapa penelitian ini adalah data keadaan umum
sifat fisik dan kimia tanah gambut. Manfaat lokasi penelitian dan peta lokasi penelitian
penelitian adalah sebagai sumber informasi dengan skala 1: 6.000.
tentang apa yang terjadi terhadap sifat fisik Penentuan titik pengambilan contoh
dan kimia lahan gambut pada kondisi tinggi tanah berdasarkan survei awal dimana titik-
999
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 988 – 1008
1000
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 988 – 1008
Kadar Air
450
pertanian (Yulnafatmawati et al, 2007). 0-20
Hasil penelitian yang didapat setelah 400 >20-40
dianalisis.
1. Kadar Air 350
TMA 30 cm TMA 50 cm TMA 80 cm
Kadar air merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi sifat Gambar 1. Grafik Rata-rata Kadar Air Pada
TMA 30 cm, 50 cm dan 80 cm
fisik tanah gambut. Tanah gambut
(On the average Graph 30 cm, 50
mempunyai kapasitas mengikat atau cm, and 80 cm Water Table levels
memegang air yang relatif sangat tinggi Soil water Contens)
atas dasar berat kering. Secara umum 2. Bobot Isi
bagian atas gambut di lokasi penelitian Bobot isi tanah gambut dipengaruhi
termasuk gambut yang sudah kering oleh kadar air. Jika kadar air tinggi maka
karena telah dibuat drainase/parit bobot isi akan otomatis rendah. Bobot isi
(Suswati et al, 2011). Uji sidik ragam gambut bervariasi yaitu berkisar antara 0,1
RAL dengan taraf 1% dan 5 % sampai 2 gr/cm3 tergantung pada tingkat
terhadap 3 TMA dengan kedalaman 0- dekomposisinya. Dari hasil penelitian
20 cm hingga kedalaman > 20-40 cm. yang didapat menurut hasil analisis yang
Kondisi ini dipengaruhi oleh tingkat dilakukan 3 TMA tidak berpengaruh nyata
kematangan gambut yang homogen di terhadap perubahan sifat fisik tanah
lokasi penelitian. Noor (2001), menurut uji sidik ragam RAL dengan
menyebutkan kemampuan menjerap taraf 1% dan 5 %. Dapat dilihat bahwa
(absorbing) dan memegang (retaining) setiap TMA tidak berpengaruh terhadap
air dari gambut tergantung pada kondisi perubahan sifat fisika tanah.
gambutnya. Faktor yang mempengaruhi nilai
Secara teori TMA akan bobot isi tidak berbeda nyata disebabkan
mempengaruhi kadar air, semakin jauh oleh jenis gambut yang homogen di lokasi
tinggi air dari permukaan gambut penelitian dan kadar air yang hampir sama
cenderung meningkatkan kadar air di tiap tinggi muka air. Nilai bobot isi
seperti pada TMA 30 cm dan 80 cm, sangat ditentukan oleh tingkat pelapukan
1001
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 988 – 1008
3. Suhu Tanah
Gambar 3. Grafik Rata-rata Suhu Tanah
Suhu tanah merupakan salah satu Pada TMA 30 cm, 50 cm dan 80
sifat fisik tanah yang sangat cm (On the average Graph 30
mempengaruhi proses-proses pelapukan cm, 50 cm, and 80 cm of Soil
bahan organik di tanah gambut. Dari Temperature)
hasil penelitian ini suhu tanah pada 4. Kelembaban Tanah
TMA 30 cm memiliki nilai rata-rata Kelembaban tanah pada suatu areal
suhu tanah 29,3˚C lebih tinggi sangat dipengaruhi oleh besarnya
dibandingkan dengan 50 cm dan 80 cm tingkat kadar air di dalam tanah.
dan menurut uji sidik ragam RAL Kelembaban tanah merupakan salah
1002
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 988 – 1008
50,000
organik, yaitu asam humat dan asam
fulvat (Andriesse, 1974).
0,000
TMA 30 TMA 50 TMA 80 Bahan organik yang telah
cm cm cm
mengalami dekomposisi mempunyai
Gambar 4. Grafik Rata-rata Kelembaban gugus reaktif karboksil dan fenol yang
Tanah Pada TMA 30 cm, 50 cm
bersifat sebagai asam lemah.
dan 80 cm (On the average
Graph 30 cm, 50 cm, and 80 cm Kemasaman tanah gambut cenderung
of Soil Moisture) menurun seiring dengan kedalaman
1003
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 988 – 1008
1004
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 988 – 1008
118
dari kation yang diserap kaloid tanah 0-20
117
pada pH tanah tertentu. Dalam 20-40
116
penelitian ini hasil nilai KTK pada
115
masing-masing TMA diambil dari 3 TMA 30 cm TMA 50 cm TMA 80 cm
1005
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 988 – 1008
yaitu 1,91% artinya di tiga titik et al, 2014). Hasil analisis rerata
pengambilan contoh tanah tidak nitrogen dapat dilihat paa grafik
mengalami perubahan. Berdasarkan (gambar 8).
hasil penelitian 3 TMA menurut uji 1,95
Nitrogen (%)
0-20
sidik ragam RAL dengan taraf 1% dan 5
1,90 20-40
% tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap terhadap perubahan sifat kimia 1,85
TMA 30 TMA 50 TMA 80
tanah yaitu nitrogen. cm cm cm
Unsur N dalam tanah berasal dari Gambar 8. Grafik Rata-rata Nitrogen Pada
hasil dekomposisi bahan organik sisa- TMA 30 cm, 50 cm dan 80 cm
sisa tanaman maupun binatang, (On the average Graph 30 cm, 50
cm, and 80 cm of Nitrogen)
pemupukan (terutama urea dan e. Fosfor
ammonium nitrat) dan air hujan. Fospor merupakan salah satu sifat
Tanaman menyerap N terutama melalui kimia penting didalam tanah gambut,
akar, juga melalui stomata daun saat baik jika akna difungsikan sebagai
hujan atau penyeprotan pupuk daun lahan pertanian dan lainya. Jika nilai P
(Hanafiah, 2005). Pelepasan nitrogen tinggi biasanya tanah akan semakin
dari bahan organik dipengaruhi oleh pH subur. Nilai fospor pada masing-masing
tanah. Jika pH meningkat akan TMA diambil dari 3 titik sampel
meningkatkan pelepasan N sehingga kemudian diambil nilai rata-rata sampel
terjadi peningkatan N total tanah. setiap TMA. Pada TMA 80 cm dengan
Jumlah N organik yang dijumpai di kedalaman 0-20 cm memiliki nilai rata-
dalam ekosistem dapat terganggu jika rata fospor 91 % lebih tinggi dari TMA
siklus ini terganggu. 30 cm dan 50 cm. Pada TMA 80 cm
Dalam penelitian ini hal yang dengan kedalaman >20-40 cm memiliki
mungkin dapat mengakibatkan N tidak nilai fospor 267,163% lebih tinggi dari
berpengaruh adalah karena kondisi TMA 30 cm dan 50 cm.
tempat penelitian yang homogen yaitu Unsur fosfor (P) pada tanah gambut
lahanya terbuka, sehingga proses sebagian besar dijumpai dalam bentuk
pelapukan belum memiliki pengaruh P-organik, yang selanjutnya akan
nyata. Dengan demikian turunnya nilai mengalami proses mineralisasi menjadi
N-total tanah seiring dengan P-anorganik oleh jasad mikro. Fraksi P-
pertambahan usia tanaman diduga organik diperkirakan mengandung 2,0%
karena terjadinya degradasi bahan P sebagai asam nukleat, 1,0% sebagai
organik dan perubahan pH tanah yang fosfolipid, 35% inositol fosfat, dan
tidak signifikan dan masih tergolong sisanya belum teridentifikasi. Di dalam
sangat asam. Hal ini mengakibatkan tanah, pelepasan inositol fosfat sangat
mikroorganisme perombak bahan lambat dibandingkan ester lainnya,
organik tanah dan penambat N belum sehingga senyawa ini banyak
dapat bekerja secara optimal (Nugroho terakumulasi, dan kadarnya di dalam
1006
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 988 – 1008
1007
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 988 – 1008
1008