Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

STUDI PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA PADA PT.


FAJAR BHAKTI LINTAS NUSANTARA KECAMATAN PULAU
GEBE KABUPATEN HALMAHERA TENGAH PROVINSI
MALUKU UTARA

Oleh:

Nurul Muzdalifah

NPM : 07381711010

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2021
LEMBARAN PERSETUJUAN

Judul KP : Study Penanggulangan Kecelakaan Kerja

Tempat KP : PT. Fajar Bhakti Lintas Nusantara Kecamatan Pulau


Gebe Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku
Utara
Waktu Pelaksanaan : 09 April Sampai 09 Mei 2021
Nama/NPM : Nurul Muzdalifah / 07381711010

Ternate, 13 Maret 2021

Menyetujui,

Pimbimbing Ketua Program Studi Teknik


Pertambangan

Hilda Alkatiri, ST., MT Arbi Haya, ST., M.Eng


NIDN: 8838170018 NIP: 19770104200511001
LEMBARAN PENGESAHAN

Judul KP : Study Penanggulangan Kecelakaan Kerja

Tempat KP : PT. Fajar Bhakti Lintas Nusantara Kecamatan Pulau


Gebe Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku
Utara
Waktu Pelaksanaan : 09 April Sampai 09 Mei 2021
Nama/NPM : Nurul Muzdalifah / 07381711010

Ternate, 13 Maret 2021

Menyetujui
Pembimbing Peserta

Hilda Alkatiri, ST., MT Nurul Muzdalifah


NIDN: 8838170018 NPM. 07381711010

Mengetahui,

Koordinator Kerja Praktek Koordinator Progran Studi


Teknik Pertambangan Teknik Pertambangan

Hilda Alkatiri, ST., MT Arbi Haya, ST., M.Eng


NIDN: 8838170018 NIP: 19770104200511001

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak


terkendali dan tidak dikehendaki pada saat bekerja, yang disebabkan oleh tindakan
tidak aman dan kondisi tidak aman sehingga terhentinya kegiatan penambangan.
Mengidentifikasi potensi bahaya merupakan suatu kegiatan yang sangat penting guna
menjamin kegiatan operasional sehingga timbulnya rasa aman dan nyaman bagi
pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif.
Faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja adalah faktor manusia, faktor
pekerjaan maupun faktor lingkungan. Kejadian kecelakaan kerja disebabkan karena
belum sepenuhnya melaksanakan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang
menyangkut K3 yang telah ada, seperti kurang memadai kualitas dan kuantitas
ketersediaan peralatan pelindung diri (APD), dan kurang disiplinnya tenaga kerja
dalam mematuhi ketentuan mengenai K3.
Perlu dilaksanakan pengelolaan K3 sebaiknya sesuai dengan prosedur dan
peraturan/ketentuan yang berlaku seperti dalam PERATURAN MENTERI ENERGI
DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN
2018 TENTANG PELAKSANAAN KAIDAH PERTAMBANGAN YANG BAIK
DAN PENGAWASAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengajukan proposal kerja praktek
dengan judul “STUDI PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA
PADA PT. FAJAR BHAKTI LINTAS NUSANTARA
KECAMATAN PULAU GEBE KABUPATEN HALMAHERA
TENGAH PROVINSI MALUKU UTARA”

1.2 Rumusan Masalah


- Faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja?
- Bagaimana penerapan peraturan keselamatan kerja?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah penelitian ini adalah tindakan tidak aman oleh pekerja dan
kondisi tidak aman pada lokasi penambangan.

1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya
kecelakaan kerja dan penerapan peraturan keselamatan kerja.

1.5 Manfaat
Manfaat yang diperoleh yaitu:
- Kegiatan belajar dalam mengenal kondisi nyata dalam dunia kerja.
- Sebagai sarana dalam menambah wawasan dan pengalaman.

BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN dan LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum Perusahaan
2.1.1 Sejarah dan Profil Perusahaan
PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara (PT. FBLN) merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang pertambangan mineral, yang melakukan kegiatan operasi
berdasarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Bahan Galian Nikel
DMP, yang diterbitkan oleh bupati Halmahera Tengah. Wilayah IUP PT. FLBN
seluas 854. 3 ha, berlokasi di Kecamatan Pulau Gebe Kabupaten Halmahera Tengah
Provinsi Maluku Utara, berlaku selama 19 Tahun, dan akan berakhir pada 20
September 2030. Adapun sistem penambangan yang dilakukan adalah sistem
tambang terbuka dengan metode (Disposal mining), hal ini dilakukan dikarenakan
endapan Nikel atau badan bijih (ore body) yang merupakan bekas timbunan oleh PT.
Antam, maka dengan dasar analisis Striping Ratio maka digunakan sistem tambang
terbuka.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana
kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang
bersangkutan. Keselamat kerja dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja adalah
suatu usaha yang menciptakan dan menjamin tempat kerja yang bebas dari segala hal-
hal yang dapat menimbulkan kecelakaan terhadap para pekerja di tempat kerja.
Tujuan program keselamatan kerja diantaranya sebagai berikut:
a. Melindungi kesehatan dan keselamatan karyawan sehingga karyawan dapat
memaksimalkan semua kemampuannya dalam bekerja tanpa rasa khawatir,
b. Melindungi masyarakat sekitar misalnya dari bahaya pencemaran lingkungan,
polusi air dan udara, suara bising,
c. Mengamankan asset produksi milik perusahaan yaitu barang, bahan dan peralatan
produksi, sehingga asset produksi tersebut berada ditempat yang aman (secure) serta
lebih tahan lama,
d. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja, misalnya antisipasi kebakaran,
antisipasi bahan kimia berbahaya, radiasi, dan kecelakaan kerja lainnya.
2.2.2 Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak
terkendali, dan tidak dikehendaki (unplanned, uncontrolled, and undesired) pada saat
bekerja, yang disebabkan, baik secara langsung atau tidak langsung, oleh tindakan
tidak aman dan atau kondisi tidak aman, sehingga terhentinya kegiatan kerja yang
dapat menimbulkan bahaya dan kerugian pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
Ada dua penyebab utama timbulnya kecelakaan dalam perusahaan:
a. Kondisi yang Tidak Aman (Unsafe Condition)
Kondisi yang tidak aman adalah kondisi mekanik atau fisik yang mengakibatkan
kecelakaan. Yang termasuk dalam kondisi ini antara lain:

1) Peralatan yang tidak diamankan dengan baik.


2) Peralatan yang rusak.
3) Pengaturan atau prosedur yang berbahaya, atau di sekitar mesin-mesin atau
peralatan.
b. Tindakan yang Tidak Aman (Unsafe Action)
Tindakan yang tidak aman merupakan sebab utama kecelakaan dan manusialah yang
menimbulkan tindakan tidak aman tersebut. Adapun yang termasuk dalam kategori
tindakan yang tidak aman ini antara lain:
1) Tidak mengamankan peralatan.
2) Tidak menggunakan pakaian pelindung atau peralatan pelindung tubuh.
3) Membuang benda sembarangan.
4) Bekerja dengan kecepatan yang tidak aman, apakah terlalu cepat atau
terlalu lambat.
5) Menyebabkan tidak berfungsinya alat pengaman dengan memindahkan,
menyesuaikan atau memutuskan.
6) Menggunakan peralatan yang tidak aman dalam memuat, menempatkan,
mencampur atau mengkombinasi.
7) Mengambil posisi yang tidak aman di bawah beban yang tergantung.
8) Mengangkat barang dengan ceroboh.
9) Mengganggu, menggoda, bertengkar, bermain dan sebagainya.
Kondisi yang tidak aman dan tindakan yang tidak aman tersebut akan
mengakibatkan kecelakaan kerja dan bilamana sering terjadi akan mengancam
operasi perusahaan. Kecelakaan kerja ini dapat langsung mengakibatkan:
1) Penderitaan fisik tenaga kerja, misalnya kematian, cacat tubuh dan
sebagainya.
2) Kehilangan waktu kerja, kerusakan harta benda dan lain sebagainya.
2.2.3 Penyebab Kecelakaan Kerja
Penyebab kecelakaan kerja adalah:
a. Sebab Dasar atau Asal Mula

Sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang mendasari secara umum
terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab dasar kecelakaan kerja di industri
antara lain meliputi faktor:
1) Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinan perusahaan
dalam upaya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
perusahaan.
2) Manusia atau para pekerjanya sendiri.
3) Kondisi tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja.
b. Sebab utama
Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan
persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang belum dilaksanakan secara
benar (substandards). Sebab utama kecelakaan kerja karena:
1) Faktor manusia atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman (Unsafe
Action) yaitu merupakan tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin
dilatarbelakangi oleh berbagai sebab antara lain:
a) Kekurangan pengetahuan dan keterampilan (Lack of Knowledge and Skill).
b) Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal (Inadequate Capability).
c) Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak (Biodilly Defect).
d) Kelelahan dan kejenuhan (Fatique and Boredom).
e) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman (Unsafe Attitude and Habits).
f) Kebingungan dan stres (Confuse and Stress) karena prosedur kerja yang
baru dan belum dipahami.
g) Belum menguasai/belum trampil dengan peralatan mesin-mesin baru (Lack
of skill).
h) Penurunan konsentrasi (Difficulting in Concerting) dari tenaga kerja saat
melakukan pekerjaan.
i) Sikap masa bodoh (Ignorance) dari tenaga kerja.
j) Kurang adanya motivasi kerja (Improper Motivation) dari tenaga kerja.
k) Kurang adanya kepuasan kerja (Low Job Satisfaction).
l) Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri.
Manusia sebagai faktor penyebab kecelakaan seringkali disebut sebagai
Human Error dan sering disalah artikan karena selalu dituduh sebagai penyebab
terjadinya kecelakaan. Padahal seringkali kecelakaan terjadi karena kesalahan desain
mesin dan peralatan kerja yang tidak sesuai.
2) Faktor lingkungan atau dikenal dengan kondisi tidak aman (Unsafe
Condition) yaitu kondisi tidak aman dari: mesin, peralatan, pesawat, bahan,
lingkungan dan tempat kerja, proses kerja, sifat pekerjaan dan sistem kerja.
Lingkungan dalam artian luas dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi juga
faktorfaktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang
lalu maupun sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja, hubungan sesama
pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi
3) Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja merupakan sumber
penyebab kecelakaan. Apabila interaksi antara keduanya tidak sesuai maka akan
menyebabkan terjadinya suatu kesalahan yang mengarah kepada terjadinya
kecelakaan kerja. Dengan demikian, penyediaan saran kerja yang sesuai dengan
kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia, harus sudah dilaksanakan sejak
desain sistem kerja. Satu pendekatan yang Holistic (sederhana dan mudah dipahami
secara menyeluruh), Systemic (secara menyeluruh pada sistem yang ada) dan
Interdisiplinary (antar disiplin pada bidang studi) harus diterapkan untuk mencapai
hasil yang optimal, sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah sedini mungkin.
Kecelakaan kerja akan terjadi apabila terdapat kesenjangan atau ketidak harmonisan
interaksi antara manusia, pekerjaan dan peralatan kerja.
2.2.4 Peralatan Keselamatan Kerja
Perlengkapan keselamatan kerja baik jenis, kualitas, dan jumlah alat
pelindung diri (APD) yang dibutuhkan untuk keselamatan kerja menurut kondisi
pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pakaian serta alat keselamatan
kerja lainnya yang telah disediakan oleh perusahaan wajib dikenakan setiap pegawai
selama melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kondisi dan lokasi kerja. Disamping
itu perusahaan juga harus melihat dan memeriksa karyawan atau pekerja secara
teratur sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan.
Adapun standar peralatan kerja yang harus disiapkan oleh kontraktor dalam
menjaga keselamatan dan kesehatan kerja adalah: (Ervianto, 2005)
1. Pakaian kerja atau rompi yang dilengkapi dengan scotchlite
2. Sepatu kerja (Safety shoes)
3. Helm (Safety helmet)
4. Sarung tangan (Gloves)
5. Alat pelindung pernapasan (Masker)
6. Kacamata kerja (Googles)
7. Alat pelindung telinga (Ear plug dan ear muff), dan sebagainya.
Adapun media komunikasi K3:
1. Rambu
Rambu-rambu yang terpasang adalah jenis rambu larangan, perintah,
informasi dan peringatan. Rambu ini dipasang disepanjang jalan hauling dan
diarea tambang serta di instlalasi berbahaya.
2. Poster
Poster K3 banyak terpasang diruang kerja dengan tujuan sebagai peringatan
dan motivasi bagi karyawan untuk mempertimbangkan dan mengutamakan
kesehatan dan keselamatan kerja ketika bekerja.
3. Papan Informasi K3
Papan informasi dipasang dengan tujuan untuk memberikan informasi baik
kepada karyawan maupun kepada visitor. Papan informasi dipasang
dihalaman depan dengan harapan mudah dilihat karena diletakan dijalur
masuk ke kantor.
4. Billboard
Billboard diletakan ditempat yang sering dilalui karyawan sehingga mudah
untuk dibaca. Billboard ini berisi pengumuman sebagai media komunikasi
yang berisi infornasi.

2.2.5 Standar Operasional Prosedur (SOP)


Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen yang berkaitan dengan
prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari para pekerja
dengan biaya yang serendah-rendahnya. Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah
sistem yang disusun untuk memudahkan, merapihkan dan menertibkan pekerjaan.
Sistem ini berisi urutan proses melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir.
1. Tujuan dan Fungsi SOP 

Tujuan pembuatan SOP adalah untuk menjelaskan perincian atau standar yang
tetap mengenai aktivitas pekerjaan yang berulang-ulang yang diselenggarakan dalam
suatu organisasi. SOP yang baik adalah SOP yang mampu menjadikan arus kerja
yang lebih baik, menjadi panduan untuk karyawan baru, penghematan biaya,
memudahkan pengawasan, serta mengakibatkan koordinasi yang baik antara bagian-
bagian yang berlainan dalam perusahaan.
Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah sebagai berikut (Indah Puji,
2014:30):
- Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu
dan kemana petugas dan lingkungan dalam melaksanakan sesuatu tugas atau
pekerjaan tertentu.
- Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja, dan
supervisor.
- Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan (dengan demikian menghindari
dan mengurangi konflik), keraguan, duplikasi serta pemborosan dalam proses
pelaksanaan kegiatan.
- Merupakan parameter untuk menilai mutu pelayanan. 
- Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efisien dan
efektif. 
- Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas
yang terkait.
- Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses
kerja bila terjadi suatu kesalahan atau dugaan mal praktek dan kesalahan
administratif lainnya, sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan petugas.
- Sebagai dokumen yang digunakan untuk pelatihan.
- Sebagai dokumen sejarah bila telah di buat revisi SOP yang baru.
Sedangkan fungsi SOP adalah sebagai berikut (Indah Puji, 2014:35):
- Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
- Sebagai dasar hokum bila terjadi penyimpangan.
- Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
- Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
- Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

2. Manfaat SOP
SOP atau yang sering disebut sebagai prosedur tetap (protap) adalah
penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, dimana dan oleh siapa
dan dibuat untuk menghindari terjadinya variasi dalam proses pelaksanaan kegiatan
oleh pegawai yang akan mengganggu kinerja organisasi (instansi pemerintah) secara
keseluruhan. SOP memiliki manfaat bagi organisasi antara lain (Permenpan
No.PER/21/M-PAN/11/2008):

1. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan


pekerjaan khusus, mengurangi kesalahan dan kelalaian. 
2. SOP membantu staf menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada
intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan
dalam pelaksanaan proses sehari-hari. 
3. Meningkatkan akuntabilitas dengan mendokumentasikan tanggung jawab
khusus dalam melaksanakan tugas. 
4. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai. cara
konkret untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang
telah dilakukan. 
5. Menciptakan bahan-bahan training yang dapat membantu pegawai baru untuk
cepat melakukan tugasnya.
6. Menunjukkan kinerja bahwa organisasi efisien dan dikelola dengan baik. 
7. Menyediakan pedoman bagi setiap pegawai di unit pelayanan dalam
melaksanakan pemberian pelayanan sehari-hari. 
8. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas pemberian pelayanan. 
9. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam
memberikan pelayanan. Menjamin proses pelayanan tetap berjalan dalam
berbagai situasi.

3. Prinsip-prinsip SOP

Dalam PERMENPAN PER/21/M-PAN/11/2008 disebutkan bahwa


penyusunan SOP harus memenuhi prinsip-prinsip antara lain: kemudahan dan
kejelasan, efisiensi dan efektivitas, keselarasan, keterukuran, dimanis, berorientasi
pada pengguna, kepatuhan hukum, dan kepastian hukum.

1. Konsisten. SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu,


oleh siapapun, dan dalam kondisi apapun oleh seluruh jajaran organisasi
pemerintahan.
2. Komitmen. SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh
jajaran organisasi, dari level yang paling rendah dan tertinggi.
3. Perbaikan berkelanjutan. Pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap
penyempurnaan-penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-
benar efisien dan efektif.
4. Mengikat. SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan prosedur standar yang telah ditetapkan. 
5. Seluruh unsur memiliki peran penting. Seluruh pegawai peran-peran
tertentu dalam setiap prosedur yang distandarkan. Jika pegawai tertentu tidak
melaksanakan perannya dengan baik, maka akan mengganggu keseluruhan
proses, yang akhirnya juga berdampak pada proses penyelenggaraan
pemerintahan.
6. Terdokumentasi dengan baik. Seluruh prosedur yang telah distandarkan
harus didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat selalu dijadikan
referensi bagi setiap mereka yang memerlukan.
BAB III
METODE PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. Fajar Bhakti Lintas Nusantara berlokasi di


Kecamatan Pulau Gebe Kabupaten Halmahera Tengah Propinsi Maluku Utara. Waktu
Penelitian dimulai pada tanggal 9 April 2021 sampai dengan selesai.
3.1.1. Rencana dan Jadwal Kegiatan

Tabel 3.1.1. Jadwal kegiatan Kerja Praktek

Maret April Mei

Nama
NO Minggu Ke Minggu Ke Minggu Ke
Kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Bimbingan
1
Proposal

Pengambilan
2
Data

Pengolahan
3
Data

Bimbingan
4
Hasil

Seminar
5
Hasil

3.2 Metode atau Tahapan


Tahapan penelitian yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.2.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dibahas pada penelitian ini, maka penelitian
ini tergolong penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
mendiskripsikan suatu gejala, fakta, peristiwa atau kejadian yang sedang atau telah
terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi bahaya yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan, kecelakaan yang sering terjadi dan penyebab
kecelakaan yang sering terjadi.
3.2.2 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan pencarian literatur melalui jurnal nasional,
penelitian terdahulu serta peraturan-peraturan yang berhubungan dengan keselamatan
kerja.
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data
3.2.3.1 Data Primer
Wawancara
Wawancara (interview) merupakan pengumpulan data primer. Teknik ini
dilakukan dengan mengajukan seperangkat pertanyaan-pertanyaan: 1) informasi
tentang faktor penyebab terjadi kecelakaan kerja 2) informasi tentang penerapan
peraturan keselamatan kerja.
Observasi
Pada tahap ini meliputi segala kegiatan pengamatan terhadap lakasi
penambangan serta alat-alat keselamatan kerja.
Observasi digunakan untuk melengkapi keakuratan data hasil wawancara
melalui kegiatan pengamatan langsung mengenai kondisi dilokasi penelitian. Teknik
pengumpulan data ini digunakan untuk mendapatkan informasi secara langsung
dalam mempelajari karakteristik dan aktivitas para pekerja.
3.2.3.2 Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian
dengan memanfaatkan data yang telah ada seperti laporan yang sudah ada dalam
perusahan. Data sekunder tersebut yaitu data laporan kecelakaan keerja dan data
karyawan.
3.2.3.3 Pengolahan Data
Dari hasil pengumpulan data yang telah didapatkan dan juga data hasil survey
dilokasi penambangan, maka data yang didapatkan disusun secara sistematis dan
selanjutnya dilakukan analisis data kualitatif.

Gambar 1. Bagan Alir Metode Penelitian

Anda mungkin juga menyukai