DISUSUN :
NIM : 2015302254
* Bebas dari benda-benda pajangan yang mudah pecah, seperti kristal atau keramik.
* Bebas dari benda tajam semisal pisau dan peralatan pertukangan, maupun benda lain yang
dapat membahayakan anak, seperti bahan kimia pembersih, produk-produk perawatan, dan
obat-obatan.
* Stop kontak letaknya cukup tinggi atau berpenutup.
* Meja-kursi tak berujung runcing, taplak meja tak berjuntai.
* Dapur dan tangga diberi pintu, kolam renang diberi pagar pengaman dan pintu.
* Kamar tidur anak memiliki pintu penghubung dengan kamar orang tua dan pintunya
dibiarkan terbuka atau tertutup tapi tak dikunci.
* Tempat tidur batita memiliki “pagar” pengaman, tak ada ranjang bertingkat.
* Semua lubang kunci bebas dari anak kunci agar anak tak memainkannya yang bisa
berakibat dirinya terkunci di satu ruangan.
* Kamar mandi selalu dalam keadaan kering, bak rendam tak diisi air, pintu kamar mandi
selalu ditutup saat tak digunakan.
* Taman/halaman tak diisi dengan banyak pot tanaman dan bebas dari tanaman yang
tajam/beracun.
* Pintu rumah, halaman, juga garasi selalu dalam keadaan terkunci.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pekerjaan bapak dan lingkungan fisik
berpenga-ruh terhadap perkembangan balita. Namun, va-riabel karakteristik lain seperti
pendidikan bapak, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan orang-tua, dan lingkungan
psikologis tidak ada penga-ruh terhadap perkembangan balita. Hasil analisis juga
menemukan bahwa lingkungan fisik paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan
balita.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim riset ke-sehatan anak dan perkembangan anak
(NICHD) (2000), yang menyatakan bahwa adanya perbeda-an hasil perkembangan balita
antara lingkungan rumah memiliki keterbatasan sumber dan kesem-patan belajar dengan
rumah yang penuh dengan stimulasi dari lingkungannya. Keterbatasan sum-ber belajar dapat
dikaitkan dengan kondisi sosial ekonomi yang kurang.
Kesempatan belajar dan rumah yang penuh dengan stimulus identik dengan tersedianya
fasilitas ke-giatan stimulus, seperti tersedianya alat permain-an yang sesuai dengan usianya.
Tersedianya me-dia stimulus tentunya membutuhkan kondisi sta-tus ekonomi yang cukup
ditambah adanya peran serta dari orangtua untuk melakukan stimulasi perkembangan pada
balitanya.
Kemampuan orangtua, terutama ialah seorang ibu dalam menstimulus balita tidak bisa
muncul be-gitu saja. Menurut hasil penelitian Redjeki (2005), yang menyatakan bahwa
bahwa kemampuan ibu menstimulus balita terjadi karena pemberian pen-didikan kesehatan
yang diberikan dengan materi yang cukup sederhana dan metoda yang tepat. Pe-ningkatan
kemampuan ibu dapat dilihat dari pe-ningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam
menstimulus balita.
Artinya pengetahuan ibu tentang bagaimana me-nciptakan lingkungan rumah yang penuh
stimulus tidak secara otomatis ada namun didapat melalui proses pendidikan kesehatan
tentang stimulasi perkembangan dengan menggunakan materi dan metoda yang tepat
LEAFLET LINGKUNGAN YNG AMAN UNTUK BYI DAN ANAK