Anda di halaman 1dari 2

Tugas Kelas DO, Kelas Manajemen Reguler/Paralel

Ketika sebuah organisasi memutuskan untuk melakukan bisnis di negara lain, manajer
menghadapi serangkaian tantangan dan penghalang yang sangat baru. Mereka menemukan
bahwa menerapkan kesuksesan domestik mereka secara internasional memerlukan cara
yang sangat berbeda. Hal pertama yang perlu diketahui saat membuka cabang internasional
adalah mengetahui tentang pasar di negara tersebut. Secara umum, pelayanan kurang cocok
untuk melakukan globalisasi karena kebiasaan dan adat yang berbeda sering memerlukan
pendekatan yang berbeda untuk menyediakan layanan. Ini adalah bagian dari masalah Wal-
Mart di pasar Korea Selatan. Wal-Mart memasuki Korea Selatan pada akhir 1990-an untuk
ekspansi internasionalnya, namun mereka mengalami kegagalan besar di pasar ini dan pergi
dari Korea pada tahun 2005 dikarenakan cara pemasaran Amerika tidak dapat diterjemahkan
dengan baik di Korea. Wal-Mart memiliki kekurangan kritis dalam melakukan pertukaran
nilai (Exchange Value) dengan konsumen Korea karena konsumen Korea memiliki rasa dan
preferensi yang sangat berbeda dibandingkan dengan konsumen Amerika. Strategi Every
Day Low Price (EDLP) Wal-Mart dianggap tidak memiliki "nilai" di benak konsumen
Korea, dikarenakan konsumen Korea sangat memperhatikan kesegaran produk makanan
dengan serius dan mereka bersedia melakukan perjalanan jauh ke supermarket, toko, dan
pasar tradisional untuk membeli produk segar walaupun hanya membeli dalam jumlah yang
sedikit daripada membeli produk murah yang tidak segar. Sebaliknya konsumen Amerika,
jarang pergi ke supermarket dan membeli produk untuk penyimpanan yang lebih lama
(Produk hidup/segar). Konsumen amerika lebih fokus kepada kepraktisan daripada
kesegaran produk. Pengecer lokal Korea mengakomodasi preferensi ini dengan menerapkan
pasar tradisional ke dalam format yang nyaman dengan konsep supermarket. Toko-toko
ritel lokal memiliki makanan laut hidup, hidangan lokal, dan layanan pengemasan di tempat
yang menyerupai pasar tradisional, dan campuran barang dagangan mereka sangat terfokus
pada makanan dan minuman. Pengecer lokal Korea telah banyak menggunakan strategi
pelokalan yang cocok dengan selera dan preferensi konsumen Korea. Selain itu Wal-Mart
menawarkan segala barang mulai dari barang-barang kering, elektronik, dan pakaian. Ini
dipandang oleh orang Korea lebih kebarat-baratan daripada barang-barang pesaing lokalnya,
Wal-Mart memiliki strategi perdagangan dan distribusi yang seragam yang membatasi
diferensiasi dalam campuran barang dagangannya itu juga merupakan kendala dalam
beradaptasi dengan selera dan preferensi lokal. Konsumen Korea memandang Wal-Mart
sebagai toko untuk dikunjungi ketika mereka perlu membeli produk non-makanan dalam
jumlah besar dan untuk melihat berbagai produk lain, termasuk produk asing. Mereka lebih
suka mengunjungi supermarket lokal untuk membeli makanan dan barang keperluan sehari-
hari. Konsumen Korea juga suka berbelanja setiap hari, daripada setiap minggu atau dua
minggu sekali, dan membeli barang dalam kemasan kecil, karena rumah-rumah mereka
kecil dan ruang penyimpanannya mereka terbatas. Dengan demikian, perilaku dan
preferensi konsumen Korea tidak cocok dengan format ritel Wal-Mart, yang didirikan untuk
melayani belanja masal konsumen yang jarang. Pada akhirnya Wal-Mart tidak siap untuk
mengembangkan strategi lokalisasi yang efektif dan tidak memiliki proyeksi yang jelas
tentang seberapa banyak organisasi mereka mau berinvestasi dan tumbuh didalam pasar ini.

Nama: Aldo Navela Setyanto


NPM: 1741011064
Tugas Kelas DO, Kelas Manajemen Reguler/Paralel

Ini menunjukkan betapa pentingnya kecocokan strategis organisasi dengan kondisi pasar
lokal.

Nama: Aldo Navela Setyanto


NPM: 1741011064

Anda mungkin juga menyukai