Bayi R, Laki-laki 6 hari, masuk dirawat di Ruangt NICU RS X dengan diagnosis medis NKB
SMK (34 minggu, 1750 gram), Sepsis e.c Acenetobacter Baumanil. Bayi R merupakan
rujukan RS Daerah Y, 4 hari SMRS ibu mengatakan BAB anaknya berdarah warna merah tua,
perut semakin membesar sejak usia 3 hari, bayi lemah dan selalu memuntahkan cairan yang
masuk, nafas sesak. Riwayat ACC tidak teratur, persalinan ditolong bidan, pengeluaran
mekonium < 24 jam pertama (+), riwayat pemberian vit. K (+). Hasil pemeriksaan
laboratorium saat ini menunjukan Leukosit 4000/mm3, trombosit 32.000/mm3, hasil foto
polos abdomen menunjukan terdapat udara pada vena porta, distentensi fokal atau gas non
spesifik, Pnematosis intestinal, dan Pnemoperitonium.
Jawaban.
1. Patofisiologi terjadinya pendarahan pada By. R adalah cedera mukosa mungkin karena
infeksi, isi intraluminal imunitas yang belum matang, pelepasa vasokontriksi dan mediator
inflasi. Hilangnya integritas mukosa memungkinkan bagian dari bakteri dan toksin masuk ke
dinding usus dan sepsis pada NEC berat.
NEC merupakan hasil akhir dari suatu rentetan interaksi yang terjadi bersamaan antara
perusakan mukosa usus oleh berbagai faktor (iskemi, infeksi) dan reaksi penjamu terhadap
perusakan tersebut (sirkulasi, imunologi dan inflamasi). Kerusakan mukosa usus
menyebabkan perdarahan di saluran usus.
B. Epidemiologi
Angka kejadian NEC sangat bervariasi antar negara bagian di Amerika Serikat,
berkisar antara 3-28% dengan rata-rata 6-10% terjadi pada neonatus dengan berat lahir
kurang dari 1500 gram. Berbanding terbalik antara usia kehamilan saat lahir atau berat lahir
dengan insiden NEC, artinya semakin cukup usia kehamilan atau semakin cukup berat lahir,
semakin rendah resiko terjadinya NEC.
NEC lebih sering terjadi pada neonatus laki-laki dan beberapa penulis melaporkan
angka kejadian lebih banyak pada orang afrika daripada orang kulit putih atau ras hispanik.
Walaupun kebanyakan neonatus yang menderita NEC adalah neonatus yang lahir pada usia
kehamilan preterm, namun 5-10% dari kasus yang dilaporkan, juga terjadi pada neonatus
yang lahir pada usia kehamilan lebih dari 36 minggu. Sebagian basar kasus NEC terjadi pada
bayi prematur yang lahir pada usia gestasi sebelum 34 minggu yang telah diberi minum
enteral (Marcdante,dkk 2014).
Pada neonatus prematur terdapat penurun immun, immaturitas saluran cerna dan
abnormalitas peristaltik. Hal ini dapat menyebabkan maldigesti dan malabsorbsi nutrisi yang
memacu pertumbuhan bakteri, kolonisasi dan iskemik pada usus neonatus prematur. Selain
itu ketidakstabilan kardiorespirasi, homeostatik, dan rendahnya autoregulasi aliran darah
menyebabkan neonatus prematur lebih rentan terhadap kejadian iskemik atau hipoksia, dan
menempatkan mereka pada resiko NEC. Karena kejadian prematur inilah muncul beberapa
penyebab terjadinya NEC, antara lain :
• Iskemia Gastrointestinal
Telah disebutkan diatas bahwa pada neonatus prematur terjadi ketidakstabilan dalam
kardiorespirasi, homeostatik dan rendahnya autoregulasi. Dari keadaan tersebut maka
tubuh neonatus yang mengalami NEC memiliki keterbatasan dalam perfusi jaringan.
Saat mengalami keterbatasan perfusi, terjadi mekanisme pertahanan tubuh yang
melindungi otak dan jantung dari kerusakan akibat iskemik, yaitu aliran darah ditubuh
diprioritaskan untuk dialirkan ke kedua organ tubuh tersebut dengan memindahkan
aliran darah dari daerah mesentrika dan renal. Sehingga pada neonatus yang
mengalami asfiksia, aliran darah ke abdomen, ileum dan kolon menurun drastis
selama episode tersebut.
Apabila terjadi gangguan regulasi di mesentrika menuju intestin, maka akan terjadi
hipoksia pada area organ tubuh yang mendapatkan aliran darah dari mesentrika yang
mencetuskan terjadinya injuri pada mukosa epitel intestinal. Saat hal tersebut terjadi,
bakteri dapat dengan mudah masuk pada area injuri dan mengakibatkan kerusakan
jaringan, termasuk nekrosis dan ulcerasi.
D. Faktor Predisposisi
1. Berat badan lahir rendah dan kurang bulan
2. Neonatus dengan asfiksia
3. Neonatus dengan sindroma gangguan pernafasan/apnea berulang
4. Neonatus lahir dengan infeksi perinatal
5. Neonatus yang mendapat katerisasi vena umbilikalis
6. Penyakit jantung bawaan sianotik
7. Hiptermia, hipotensi dan ganggua keadaan umum lainnya.
E. Patogenesis
Patogenesis NEC sulit untuk dipahami dan kontroversial, meskipun demikian,
patogenesis NEC adalah multifaktor. Ada tiga mekanisme patologis utama dalam proses
terjadinya NEC: cedera iskemik pada usus, kolonisasi bakteri usus, dan adanya suatu substrat
seperti formula.
Cedera hipoksisk/iskemik menyebabkan aliran darah ke usus menurun. Hipoperfusi usus ini
selanjutnya merusak mukosa usus, dan sel mukosa yang melapisi usus menghentikan sekresi
enzim protektif. Bakteri yang berproliferasi dibantu oleh makanan enteral (substrat),
menginvasi mukosa usus yang rusak sehingga terjadi kerusakan usus lebih lanjut karena
pelepasan bakteri dan gas hidrogen. Gas mulanya membela lapisan serosa dan submukosa
usus (pneumatosis intestinal). Gas tersebut juga dapat robek ke dalam bantalan vaskular
mesentrika, yang akan didistribusikan ke dalam sistem vena hepar. Tiksin bakterial yang
berkombinasi dengan iskemia mengakibatkan nekrosis. Nekrosis usus yang sangat tebal
mengakibatkan perforasi dengan pelepasan udara bebas ke dalam rongga peritoneal
(pneuperotoneum) dan peritonitis.
F. Manifestasi Klinis
Gejala yang muncul pada NEC dapat terjadi tiba-tiba umumnya onset terjadi pada 1-2
minggu setelah kelahiran dan bisa terjadi hingga beberapa minggu. Onset NEC berbanding
terbalik dengan usia kehamilan dimana neonatus yang lahir pada 28 minggu cenderung
menderita NEC lebih besar dari pada neonatus yang lebih matang.
Berikut ini adalah beberapa gambaran klinis yang ditunjukan oleh neonatus :
Manifestasi klinis dari NEC menurut Gomella,dapat dikategorikan sesuai dengan kriteria
Bell's, yaitu :
1.Stadium I (suspek NEC)
a. kelainan sistemik: tandanya tidak spesifik, termasuk apnea, bradikardia, letargi dan suhu
tidak stabil.
b. kelainan abdominal : termasuk intoleransi makanan, rekuren residual lambung, dan
distensi abdomen.
c. kelainan radiologik : gambaran radiologik bisa normal atau tidak spesifik.
2.Stadiun II (terbukti NEC)
a. kelainan sistemik : seperti stadium I ditambah dengan nyeri
tekan abdominal dan trombositopenia.
b. kelainan abdominal : distensi abdomen yang menetap, nyeri tekan, edema dinding usus,
bising usus hilang dan perdarahan rektal.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Darah lengkap dan hitung jenis
Hitung jenis leukosit bisa normal, tetapi biasanya meningkat atau rendah
(leukopenia), trombositopenia sering terlihat. 50% kasus terbukti NEC, jumlah
platelet < 50.000 uL.
3. Kuktur
Specimen darah, urin, feses dan cairan serebrospinal sebaiknya diperiksa untuk
kemungkinan adanya virus, bakteri dan jamur yang patogen.
4. Elektrolit
Gangguan elektrolit seperti hiponatremia dan hipernatremia serta hiperkalemia
sering terjadi.
5. Analisa gas darah
Asidosis metabolik ataupun campuran asidosis metabolik dan respiratorik mungkin
terlihat.
6. Sistem koagulasi
Jika dijumpai trombositopenia ataupun perdarahan screening koagulopati lebih lanjut
harus dilakukan. Prothrombin time memanjang, partial tromboplastin time
memanjang, penurunan fibrinogen dan peningkatan produk pemecah fibrin,
merupakan indikasi terjainya disseminated intravascular coagulation (DIC).
7. C- Reaktif Protein
Mungkin tidak meningkat atau pada kasus NEC yang lanjut karena neonatus tidak
bisa menghasilkan respon inflamasi yang efektif.
H. Penatalaksanaan
7. Perbaiki kondisi sirkulasi. Cairan pengganti diperluhkan bila mengarah pada syok.
Penggunaan inotropik untuk menjaga tekanan darah dalam baras normal
8. Lakukan monitoring yang ketat terhadap intake dan output cairan. Usahakan untuk
mempertahankan produksi urine 1-3 ml/Kg BB/jam. Jangan menambah kalium ke
Stadium III
1. Semua penatalaksanaan Idan II : ditambah hipotensi refrakter dapat menjadi masalah
akan memerluhkan dukungan dengan presor, ekspansi volume intravascular dengan
produk darah atau larutan kristaloid
2. Temuan yang sering dalam stadium ini adalah trombositopenia, DIC, leukopenia atau
neutropenia
3. Intervensi bedah perlu pada stadium ini.
I. Pencegahan
Nutrisi enteral adalah pemberian asupan nutrisi melalui saluran cerna dengan
menggunakan feeding tube, kateter, atau stoma langsung melintas sampai ke bagian
tertentu dari saluran cerna.4 Pemberian nutrisi dengan cara ini mengabaikan
peran mulut dan esophagus sebagai tempat pertama masuknya makanan. Target yang dituju
adalah bagian usus paling proksimal yang masih dapat menjalankan fungsinya, dimulai dari
lambung hingga usus halus.
Manfaat nutrisi enteral tidak jauh berbeda dengan cara pemberian per
oral yaitu proses pencernaan dan absorbsi nutrisi dapat berlangsung secara
aman, mendekati fungsi fisiologis, mampu menjaga imunitas saluran cerna,
mengurangi pertumbuhan bakteri yang berlebihan, menjaga keseimbangan
mikrorganisme saluran cerna, mudah, dan lebih murah dari segi finansial.
g. Bolus feeding
Pemberian formula enteral dengan cara bolus feeding dapat dilakukan dengan
menggunakan NGT/OGT, dan diberikan secara terbagi setiap 3-4 jam
sebanyak 250-350 ml. Bolus feeding dengan formula isotonik dapat dimulai dengan
jumlah keseluruhan sesuai yang dibutuhkan sejak hari pertama, sedangkan formula
hipertonik dimulai setengah dari jumlah yang dibutuhkan pada hari pertama.
Pemberian formula enteral secara bolus feeding sebaiknya diberikan dengan
tenang, kurang lebih selama 15 menit, dan diikuti dengan pemberian air 25-60 ml untuk
mencegah dehidrasi hipertonik dan membilas sisa formula yang masih berada di feeding
tube. Formula yang tersisa pada sepanjang feeding tube dapat menyumbat feeding tube,
sedangkan yang tersisa pada ujung feeding tube dapat tersumbat akibat penggumpalan
yang disebabkan oleh asam lambung dan protein formula.
Sumber: Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) VIII , Bandung, 27-28 Nopember 2010
Tetapi pada bayi dengan R. Kita tidak bisa memberikan enteral feeding, padahal bayi R
memerlukan energi / kalori untuk pemulihan dan pertumbuhannya, untuk itu
diperlukan parenteral nutrisi.
DEFINISI
Nutrisi Parenteral (NP) merupakan cara pemberian nutrisi dan energi secara intravena
yang bertujuan untuk memberikan kecukupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral yang diperlukan untuk metabolisme dan pertumbuhan bayi baru lahir yang
mempunyai problem klinik yang berat, terutama pada Bayi Baru Lahir Amat Sangat
Rendah (BBLASR) di mana belum/tidak memungkinkan untuk diberikan nutrisi
enteral.
INDIKASI
kebutuhan nutrisi enteralnya tidak dapat
terpenuhi > 3 hari.
> 5 hari.
traktus gastrointestinalis
dengan bagian bawah infus yang mempunyai filter berukuran 0,22 um.
NPT SENTRAL
Osmolaritas cairan yang digunakan dapat diatas 900 mosm/L, konsentrasi
dekstrose 15-25%.
Prosedur pemberian NPT sentral :
plastik yang paling kecil, yaitu No. 1, 9 F sedangkan untuk bayi yang lebih besar
digunakan No. 2, 7 F. Sebaiknya dihindari penggunaan kateter double lumen
yang lebih besar, karena berhubungan dengan sindroma Vena Cava Superior dan
erosi dinding pembuluh darah.
melalui V. Antekubiti, V. Saphena, V. Jugularis interna
dan eksterna, V. Subkalvia atau yang lebih jarang melalui V. Umbikalis atau
fermoralis. Kateter harus diarahkan sedemikian rupa sehingga ujungnya
terletak pada sabumngan antara atrium kanan dan V. Cava superior/inferior.
BBLSR, karena hal ini menimbulkan kerugian berupa insiden trombosis tinggi,
KOMPLIKASI
Pada kateter vena sentral dapat terjadi : sindroma vena cava superior, aritmia
atau tamponade jantung, trombus intrakardial, efusi pleura atau kilotorak,
emboli paru dan hidrosefalus sekunder terhadap trombosis vena jugularis.
Pada bayi berat lahir amat sangat rendah sering terjadi hiperglikemia, karena
Produksi insulin yang tidak adekuat dan berkurangnya sensitivitas terhadap
insulin. Hipoglikemia terjadi karena penghentian infus glukosa atau kelebihan
pemberian insulin.
Pada bayi kurang bulan kelebihan beban protein akan menimbulkan
azotemia, hiperammonia.
Resiko terjadi hiperbilirubinemia meningkat pada bayi cukup bulan dan pemberian
NPT yang lama tanpa disertai enteral feeding. Keadaan ini biasanya terjadi secara
dini dan lebih berat pada keadaan pemberian protein yang tinggi dan cairan
dekstrosae yang hipertonis. Penyebabnya multi faktor, biasanya dihubungkan
dengan stimulasi aliran empedu, malnutrisi, defisiensi atau toksis terhadap asam
amino.
Pengkajian keperawatan adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-
masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental dan lingkungan.
Pengkajian sendiri terdiri dari anamnesa, pengkajian fisik dan diagnostik:
1. Anamnesa
a. Identifikasi pasien
Nama : By. R
Usia : 6 hari
b. Identifikasi penanggung jawab yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, hubungan dengan pasien dan alamat.
c. Keluhan utama
Lemah dan selalu memuntahkan cairan
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat pengkajian ibu mengatakan BAB anaknya berdarah warna merah tua, perut
semakin membesar sejak usia 3 hari, bayi lemah dan selalu memuntahkan cairan yang
masuk, nafas sesak. Riwayat ACC tidak teratur, persalinan ditolong bidan, pengeluaran
mekonium < 24 jam pertama (+), riwayat pemberian vit. K (+). Hasil pemeriksaan
laboratorium saat ini menunjukan Leukosit 4000/mm3, trombosit 32.000/mm3, hasil foto
polos abdomen menunjukan terdapat udara pada vena porta, distentensi fokal atau gas
non spesifik, Pnematosis intestinal, dan Pnemoperitonium.
3. Provocatif/paliatif
Pada pasien NEC adanya invasi Acenetobacter Baumanii
4. Qualitas/quantitas
Darah Merah tua, perut membesar, memuntahkan cairan yang masuk dan sesak nafas
5. Region/radiasi
Di bagian abdomen
6. Skala
By. Y lemah
• Sistem kardiovascular
Pada pasien dengan NEC mungkin akan ditemukan
bradikardi, serta perfusi perifer yang buruk
• Sistem pencernaan
Pada pasien dengan NEC ditemukan adanya distensi abdomen, bunyi usus yang
kemungkinan tidak ada, edema di daerah abdomen dan darah di dalam feses
• Sistem musculoskeletal
Pada pasien dengan NEC ditemukan adanya perubahan aktifitas, seperti mudah
menangis terutama pada pasien neonatus
• Sistem integumen
Pada pasien dengan NEC mungkin ditemukan adanya eritema pada dinding
abdomen serta suhu badan yang tidak stabil
• Sistem neurosensori
• Sistem endokrin
Pada pasien dengan NEC mungkin akan ditemukan adanya hypoglikemi
• Sistem genitourinarius
Pada pasien dengan NEC biasanya tidak ditemukan adanya gangguan dalam
sistem ini
14. Aktifitas sehari-hari
Aktivitas sehari-hari yang perlu dikaji meliputi : nutrisi (pasien NEC biasanya
mengalami penurunan pola makan), eliminasi (mungkin akan ditemukan darah dalam
feses pada pasien NEC), pola istirahat/tidur, personal hygiene serta pola aktifitas sebelum
dan selama sakit.
15. Aspek psikologis
Perlu diketahui dampak hospitalisasi anak terhadap orang tua pasien.
16. Aspek sosial
b. Pemeriksaan laboratorium
Biasanya akan ditemukan leukopenia, trombositopenia dan asisdosis metabolik
Intervensi Rasional
Anjurkan ibu untuk memberikan ASI Asi adalah makanan terbaik bagi
eksklusif kepada bayinya neonatus dibandingkan dengan
pemberian susu formula
Intervensi Rasional
Atur posisi kepala agak ekstensi, beri Pertukaran oksigen dapat berjalan
oksigen sesuai kebutuhan dengan lancar, dan kebutuhan oksigen
dapat terpenuhi
Intervensi Rasional
Kaji adanya rigiditas, kedutan, Mengetahui respon awal dari bayi jika
kegelisahan yang meningkat, peka keadaan perfusi jaringannya semakin
rangsangan dan serangan kejang memburuk
4. Risiko infeksi ditandai dengan pertahanan primer tidak adekuat, kerusakan jaringan.
Pantau tanda dan gejala infeksi Tanda dan gejala yang muncul dapat
(misalnya suhu tubuh) memberikan gambaran terjadinya
infeksi