PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep atau teoritis dari resiko bunuh diri
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar resiko bunuh diri, Menjelaskan
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan resiko bunuh diri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yangdapat mengancam
kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatrikarena merupakan perilaku untuk
mengakhiri kehidupannya. Perilakubunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan
berkepanjangandimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yangdigunakan
dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individumengakhiri kehidupan adalah kegagalan
untuk beradaptasi, sehinggatidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi
karenakehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yangberarti, perasaan
marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakanhukuman pada diri sendiri, cara untuk
mengakhiri keputusasaan
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain
dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak
dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap
bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai
sesuatu yang diinginkan. Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan
untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya untuk
mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan
mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri.
Bunuh diri dan percobaan bunuh diri atau membahayakan diri sendiri dengan sengaja
(DSH = deliberate self-harm), istilah yang terakhir ini, menjadi topik besar dalam psikiatri.
Di dunia, lebih dari 1000 bunuh diri terjadi tiap hari. Percobaan bunuh diri 10 kali lebih
sering, sekarang peracunan diri sendiri bertanggung jawab bagi 15% dari pasien medis yang
masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab terbanyak. Bunuh
diri cenderung terjadi pada usia diatas 45 tahun, pria, tidak pandang kelas sosial disertai
depresi besar dan telah direncanakan. Percobaan bunuh diri cenderung dilakukan oleh
wanita muda dari kelas sosial bawah, jarang disertai dengan depresi besar dan bersifat
impulsif.
2.2 Etiologi
2.2.1 Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri
sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
a. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri
mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,
penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social sangat
penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu
mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi masalah
tersebut, dan lain-lain.
d. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting yang
dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
e. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan
zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotinin, adrenalin, dan dopamine.
Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro
Encephalo Graph (EEG).
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri
mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat
mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan
mekanisme adaptif pada diri seseorang. Rentang Respons, YoseP, Iyus (2009)
1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri
secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas
terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat
(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka
seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak
optimal.
4. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri
akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.
Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009)
dibagi menjadi tiga kategori yang sebagai berikut.
1. Upaya bunuh diri (scucide attempt) yaitu sengaja kegiatan itu sampai tuntas akan
menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan
atau diabaikan. Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak
benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak
diketahui tepat pada waktunya.
2. Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk
usaha mempengaruhi perilaku orang lain.
3. Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung
verbal atau nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang
tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar
kita lagi atau juga mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah,
wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang sekitar dapat
dipersepsikan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatan diri sebagai respon paling adaptif,
sementara perilaku destruktif-diri, pencederaan diri, dan bunuh diri merupakan respon
maladaptif.
Peningkatan
Pertumbuhan
Diri Perilaku
Peningkatan Destruktif-diri tak langsung
Berisiko Pencederaan Diri Bunuh Diri
2.4 Tanda dan Gejala RBD
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri).
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis
dan menyalahgunakan alcohol).
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier).
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14. Pekerjaan.
15. Konflik interpersonal.
16. Latar belakang keluarga.
17. Orientasi seksual.
18. Sumber-sumber personal.
19. Sumber-sumber social.
20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
2. Riwayat pengobatan.
3. Riwayat pendidikan dan pekerjaan.
4. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari individu
dengan gangguan mood.
5. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri :
a. Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang sulit.
b. Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang teratur dan
cara-cara melaksanakan rencana tersebut.
c. Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat gelisah,
keparahan gangguan mood
d. Sistem pendukung yang ada.
e. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik
psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat
penyalahgunaan zat
6. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar keluarga klien, atau
keluarga tentang gejala, meditasi dan rekomendasi pengobatan gangguan mood,
tanda-tanda kekambuhan dan tindakan perawatan diri.
7. Symptom yang menyertainya
a. Apakah klien mengalami :
1) Ide bunuh diri
2) Ancaman bunuh diri
3) Percobaan bunuh diri
4) Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja
8. Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan anhedonia
dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko bunuh diri.
Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh diri
mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam lagi diantaranya :
a. Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan
b. Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau perencanaan
untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan rencananya.
c. Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk
merencanakan dan mengagas akan suicide
d. Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu diakses oleh
klien. Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian
tentang riwayat kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh diri :
Dalam melakukan pengkajian klien resiko bunuh diri, perawat perlu memahami
petunjuk dalam melakukan wawancara dengan pasien dan keluarga untuk
mendapatkan data yang akurat. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan wawancara adalah :
3) Kenali diri sendiri. Monitor dan kenali reaksi diri dalam merespon klien,
karena hal ini akan mempengaruhi penilaian profesional
4) Jangan terlalu tergesa – gesa dalam melakukan wawancara. Hal ini perlu
membangun hubungan terapeutik yang saling percaya antara perawat dank lien.
9. Masalah keperawatan : Diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada klien dengan
resiko bunuh diri adalah: reiko bunuh diri
10.Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klienresiko bunuh diri salah satunya
adalah dengan terapi farmakologi. Menurut (videbeck, 2008), obat-obat yang biasanya
digunakan pada klienresiko bunuh diri adalah SSRI (selective serotonine reuptake
inhibitor) (fluoksetin 20 mg/hari per oral), venlafaksin (75-225 mg/hari per oral),
nefazodon (300-600 mg/hari per oral), trazodon (200-300 mg/hari per oral), dan
bupropion (200-300 mg/hari per oral). Obat-obat tersebut sering dipilih karena tidak
berisiko letal akibat overdosis. Mekanisme kerja obat tersebut akan bereaksi dengan
sistem neurotransmiter monoamin di otak khususnya norapenefrin dan serotonin. Kedua
neurotransmiter ini dilepas di seluruh otak dan membantu mengatur keinginan,
kewaspadaan, perhataian, mood, proses sensori, dan nafsu makan
b. penatalaksanaan keperawatan
c. Intervensi keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri, Tujuan : Pasien tetap aman
dan selamat Tindakan : Melindungi pasien. Untuk melindungi pasien yang mengancam
atau mencoba bunuh diri, maka saudara dapat melakukan tindakan berikut :
1. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman
2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)
3. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien mendapatkan
obat
4. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai
tidak ada keinginan bunuh diri
12.Evaluasi
Perhatikan hari – demi hari. Libatkan klien dalam mengevaluasi prilakunya
a. Apakah ancaman Bunuh diri sudah menghilang ?
b. Apakah perilaku menunjukkan kepedulian pada kegiatan sehari-hari ?
c. Apakah sumber koping sudah dipakai semua ?
d. Apakah klien sudah dapat menggambarkan dirinya dengan positif ?
e. Apakah sudah memakai koping positif ?
f. Apakah klien terlibat dalam aktivitas meningkatkan diri ?
g. Apakah klien sudah mendapat keyakinan untuk pertumbuhan diri ?
DAFTAR PUSTAKA
Videbeck, S.L..(2011). Buku ajar keperawatan jiwa. (Renata Komalasari, dkk, penerjemah).
Jakarta : EGC.
Wardaningsih S., Rochmawati E., Sutarjo P. (2010). Gambaran Strategi Koping Keluarga dalam
Merawat Pasien Skizofrenia di Wilayah Kecamatan Kasihan Bantul.
Winurini, Sulis. (2019). Pencegahan Bunuh Diri di Indonesia. Jurnal Bidang Kesejahteraan
Sosial,