Anda di halaman 1dari 10

FILSAFAT PANCASILA

“ KASUS ISU SARA PEMILIHAN KEPALA DAERAH 2018 “

Dr. Agustinus W. Dewantara, S.S., M.Hum

NAMA : Aditya

NIM :

JURUSAN : Manajemen

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

KOTA MADIUN

2018
Abstrak : Di dalam kehidupan merupakan salah satu sektor yang dimana
kehidupan bersosialisasi diantaranya suku, agama, ras, serta antar golongan
( SARA ). Hal tersebut sangat penting bagi seluruh kehidupan yang ada pada
daerah tempat tinggal masing-masing bahkan bisa juga di daerah asing atau
daerah yang belum dikenali bisa disebut dengan daerah yang tergolong asing. Di
era atau zaman sekarang tidak bisa dipungkiri, bahwa kemajuan teknologi yang
dapat dimanfaatkan oleh berbagai manusia yang ada berkehidupan. Hal tersebut
bisa terjadi hal hal positif ataupun negatif. Jika hal tersebut dilakukan dengan hal
positif maka tidak akan adanya kesalahpahaman antara perbedaan suku, agama,
ras atau antar-golongan. Ada pula yang mempunyai hal negatif, penyebaran isu
sara yang terjadi di daerah tersebut. Dimana suatu kelompok atau golongan
yang tidak menyukai salah seorang atau kelompok lain, dengan penyebaran
fitnah, pencemaran nama baik, bahkan unsur kebencian.

Kata Kunci : Kehidupan manusia yang mempunyai sifat nilai kepancasilaan


atau kesatuan.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Penyebaran isu sara pilkada di Medsos meningkat saat pilkada 2018.


Penyebaran isu Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan ( SARA ) di Media
Sosial ( Medsos ) mengalami peningkatan pada saat pelaksanaan Pemilihan
Kepala daerah ( Pilkada ) serentak pada tahun 2018. Menurut Kasubdit I
Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Kombes Irwan Anwar.

Ada 18 jenis tindakan pidana di dunia maya yang diawasi oleh jajaran-
jajaran Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri. Salah satu peningkatan
tindakan tersebut ialah kasis ujaran kebencian berkonten SARA. Dalam
pelaksanaan pencarian kepala daerah ini sendiri telah dalam tahap masa
kampanye serta berbagai debat publik. Dalam pilkada saat ini, masa kampanye
cukup terbilang cukup lama, yaitu sejak bulan Februari hingga Juni 2018.

Adapun selain penyebaran isu ujaran kebencian bernuansa SARA, kasus


penghinaan dan pencemaran nama baik juga mengalami kenaikan yang cukup
signifikan dibandingkan saat tidak ada pelaksanaan Pilkada. Terkait kejahatan di
Siber, sebelumnya pihak polisi juga mengungkap kelompok penyebar ujaran
kebencian di media sosial yang tergabung dalam kelompok The Family Muslim
Cyber Army ( MCA ).
The Family MCA diduga kuat sering melempar isu provokatif di media
soasial, antara lain, kebangkitan PKI, penculikan Ulama, dan penyerangan
terhadap nama baik Presiden, pemerintah, serta tokoh-tokoh tertentu. Kelompok
ini melibatkan mantan anggota atau jaringan dari sindikat penyebar hoax
Saracen yang sebelumnya sudah diusut polisi. Kini rekening Bank para
tersangka telah disita untuk menelisik adanya pihak pemesanan dalam kelompok
tersebut.

Selain ujaran kebencian, kelompok MCA ini ditenggarai juga mengirimkan


virus kepada kelompok atau orang yang dianggap musuh. Virus yang biasanya
merusak perangkat elektronik penerima. Berdasarkan data terkahir dari
Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, dalam kasus ini telah
menangkap 7 penyebar hoax yang berada dalam kelompok The Family MCA.
Hal tersebut sudah melanggar undang undang yang terancam dikenai pasal 45A
ayat (2) Jo pasal 28 ayat (2) UU ITE 11/2008 ITE, pasal jo pasal 4 huruf b angka
1 UU 40/2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis dan atau pasal
33 UU ITE.

B. TUJUAN

Tujuannya ialah :
1. Fokus terhadap kegiatan isu sara yang sangat berkembang di negara
Indonesia.
2. Pendidikan kesosialan atau bersifat gotong royong yang harus
dikembangkan.
3. Fokus yang harus dilakukan sesuai dengan norma-norma yang ada pada
filsafat pancasila.

C. PENJELASAN PERMASALAHAN

Penyebaran isu Suku, Agama, Ras, Antar Golongan ( SARA ) merupakan


tindakan yang sudah melanggar norma norma pada undang undang atau kelima
sila ( pancasila ). Penyebaran isu SARA dapat dilakukan oleh sekelompok orang
atau sekelompok golongan yang tidak suka atau tidak menyukai hal yang
dilakukan oleh beberapa orang bahkan negara yang memutuskan untuk
melakukan hal tersebut agar negara itu bisa mempunyai rasa aman dan nyaman.

Ada juga unsur isu unsur kebencian bernuansa SARA, yaitu dimana
sekelompok orang atau golongan yang tidak menyukai pimpinan atau kepala
negara di negara yang ia tinggali, maka sekelompok orang atau golongan
tersebut membuat unsur kebencian kepada orang orang untuk memfitnah bahkan
menjatuhkan pimpinan negara tersebut. Sekelompok orang yang tidak menyukai
pemimpinnya maka ia juga akan melibatkan unsur fitnah. Dan hal tersebut akan
disebar luaskan melalui tatap mata, bahkan yang tercanggih yaitu menggunakan
media sosial agar banyak orang mengetahui dan diterima banyak orang
informasi yang mengandung unsur kebencian atau unsur fitnah tersebut.

Ada pula unsur yang dilakukan orang atau sekelompok golongan yang
disebut dengan unsur penghinaan. Hal itu bisa terjadi jika sekelompok orang
atau golongan melakukan tindakan penghinaan kepada orang atau pemimpin
yang tidak disukai nya. Dengan cara apapun ia akan melakukan penghinaan agar
pemimpin yang tidak dia sukai dapat lengser atau tergantikan pemimpin gaya
baru atau pemimpin yang disenangi oleh sekelompok orang atau sekelompok
golongan itu. Hal tersebut juga dapat disebar luaskan pada media sosial. Agar
semua orang mengetahui idenya dan dapat diterima oleh berabagai kalangan
orang.

Pencemaran nama baik yaitu ujaran dimana seorang yang tidak menyukai
suatu kelompok atau golongan dengan cara memfitnah atau membalikkan fakta
tentang orang yang tidak disukai atau orang yang dibenci. Hal tersebut dering
terjadi seperti seseorang yang tidak menyukai salah seorang maka, orang
tersebut akan memberitahu kepada orang klain secara tatap muka bahkan
memanfaatkan teknologi dengan menggunakan media sosial yang memfitnah
atau menuduh dengan tidak sesuai kenyataannya.

D. ARGUMENTASI

Saya melihat diamana isu Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan ( SARA )
yang ada di Indonesia cukup meningkat. Diamana sekelompok orang atau
golongan yang tidak menyukai kepemimpinan atau cara kerja bahkan cara-cara
seseorang melakukan kegiatan atau kewajiban yang dijalankan.

Maka sekelompok orang atau golongan yang tidak menyukai nya, maka
sekelompok tersebut akan memfitnah, kemudian bisa mencemarkan nama baik
seseorang yang tidak disukai oleh sekelompok orang atau golongan. Hal tersebut
dilakukan oleh sekelompok orang atau golongan agar seseorang yang tiak
disukai bisa lengser atau menuruti semua kemauan sekelompok orang atau
sekelompok golongan.
Hal tersebut sudah termasuk golongan yang tidak mengetahui apa itu
pancasila, atau inti dari kepancasilaan bahkan makna dari pancasila tersebut.
Maka kelompok atau golongan tersebut melakukan hal-hal menyeleweng dari
kelima sila dari pancasila.

Untuk sila pertama yaitu berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa “. Dari
makna tersebut kita dapat menyimpulkan jika Tuhan itu Esa atau besar, maka
kita itu hidup didunia harus saling menghargai dengan berbagai umat beragama,
ras, suku maupun antar golongan. Karena semua kelak akan kembali kepada
tuhan. Oleh karena itu kita sudah diciptakan oleh Tuhan untuk dapat berfikir
secara agama, karena agama mengajarkan kita untuk saling menghargai sesama
umat beragama baik seagama maupun berbeda agama dengan yang lainnya.
Kemudian agama tidak mengajarkan unsur kebencian, caci maki, fitnah,
pencemaran nama baik, dan kita sesama umat beragama diharuskan dan
diwajibkan saling menghargai dan saling merangkul. Untuk segi saling
merangkul. Kita juga harus menjaga nama baik agama kita sendiri ataupun nama
baik dari agama yang berbeda. Dan juga ras kita yang berbeda juga harus saling
menghargai dan merangkul untuk memberikan rasa kenyamanan semasa hidup.

Dari sila kedua yang berbunyi “ Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab “. Inti
dari makna tersebut ialah kita sebagai manusia juga harus bersikap adil, dimana
jika ras, agama, antar golongan yang berbeda dengan kita, maka kita juga harus
bersikap adil kepada ras, agama, antar golongan yang berbeda juga. Kita sebagai
manusia juga harus saling menjaga, merangkul, menghormati, dan menyayangi
sesama manusia. Kita juga harus mempunyai sifat yang beradab, disini berarti
kita diharuskan mempunyai sifat yang tidak mengarah ke keburukan atau sifat
tercela. Sifat tercela sendiri merupakan sifat yang cukup tidak terpuji yang harus
kita jauhi. Sifat beradab yaitu sifat yang mempunyai inti saling menghargai dan
menghormati sesama manusia, tidak ada rasa dendam ataupun yang lainnya.

Sila ketiga berbunyi “ Persatuan Indonesia “. Kita sebagai manusia yang


hidup di suatu negara yang dipimpin oleh seorang pemimpin atau presiden di
negara tersebut. Maka kita juga harus menjaga kedaulatan NKRI. Karena di
negara Indonesia sendiri banyak ras, suku, agama, dan antar golongan yang
berbededa-beda. Oleh sebab itu kita harus menjaga kedaulatan NKRI supaya
mempunyai rasa aman, nyaman, dan tentram antara umat satu dengan lainnya.
Jadi negara Indonesia sendiri merupakan negara yang disebut negara hukum,
dimana hampir semua kegiatan yang dilakukan mempunyai hukum atau aturan-
aturan masing-masing. Hal tersebut sudah tercerminkan di UUD 45 serta pasal-
pasalnya. Apabila seseorang atau sekelompok golongan menyebarkan hal yang
bersifat isu SARA atau yang lainnya sudah tercantum di UU IT, dan sudah
tercantum pasalnya serta hukuman apa saja yang akan diterimanya jika
melanggar aturan atau undang-undang yang sudah tercantum. Oleh sebab itu kita
harus menjaga diri kita jangan terprovokasi dengan kelompok atau golongan
yang menyebarkan informasi belum sepenuhnya hal itu terjadi atau sesuai
kenyataan. Hal tersebut bisa melalui media sosial ( Medsos ). Karena di era atau
zaman sekarang merupakan jaman yang mudah mendapatkan informasi-
informasi yang belum kita ketahui ataupun yang sudah kita ketahui.

Untuk sila keempat berbunyi “ Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat


Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan “. Hakikat sila keempat ini
ialah demokrasi dimana demokrasi mempunyai arti umum yakni pemerintah dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi sendiri melibatkan segenap
bangsa dalam pemerintahan baik yang tergabung dalam pemerintahan dan
kemudian peran rakyat yang diutamakan. Permusyawaratan mempunyai arti
mengusahakan putusan secara bulat, dan sesudah itu diadakan tindakan bersama.
Disini terjadi simpul yang penting yaitu mengusahakan keputusan secara bulat.
Bulat yang dimaksud ialah hasil mufakat, yang artinya keputusan itu diambil
dengan kesepakatan bersama. Dengan demikian berarti bahwa penentu
demokrasi yang berdasarkan pancasila ialah kebulatan mufakat sebagai hasil
kebijaksanaan. Oleh karena itu kita ingin memperoleh hasil yang sebaik-baiknya
didalam kehidupan bermasyarakat, maka hasil itu merupakan suatu nilai yang
ditempatkan lebih dahulu. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran
bersama. Dalam hal ini perlu diingat bahwa keputusan bersama. Perbedaan
secara umum demokrasi di barat dan di Indonesia yaitu terletak pada
permusyawaratan. Permusyawaratan diusahakan agar dapat menghasilkan
keputusan-keputusan yang diambil secara bulat.

Secara sederhana, pembahasan sila ke empat ialah demokrasi. Demokrasi


yang mana dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat ialah
pemimpin yang berakal, sehat, rasional, cerdas, terampil, dan seterusnya pada
hal-hal yang bersifat fisis atau jasmaniah. Sementara kebijaksanaan ialah
pemimpin yang berhatinurani, arif, bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya pada
hal-hal yang bersifat psikis atau rohaniah. Jadi pemimpin yang hikmat-
kebijaksanaan itu lebih mengarah pada pemimpin yang profesional ( hikmat )
dan juga dewasa ( bijaksana ). Itu semua negara demokratis yang dipimpin oleh
orang yang dewasa profesional dilakukan melalui tatanan dan juga tuntunan
permusyawaratan atau perwakilan. Lebih tegasnya sila keempat menunjuk pada
NKRI sebagai negara demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh profesional
dewasa melalui sistem musyawarah.
Adapun sila kelima yang berbunyi “ Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia “. Dari sila kelima mengandung inti yaitu semua rakyat yang ada di
Indonesia mempunyai hak untuk mempunyai rasa keadilan. Dimana seorang
rakyat yang berada dilingkungan tersebut harus menjalankan hak serta
kewajibannya. Hak dan kewajibannya juga harus bersifat positif dan tidak
mengandung unsur negatif atau melawan peraturan perundang-undangan yang
ada di negara Indonesia. Oleh sebab itu jika sekelompok atau golongan yang
mempunyai sifat negatif bisa disebut juga mengarah ke sifat SARA maka
sekelompok atau golongan tersebut harus bertanggung jawab atas perbuatannya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Bisa
juga sekelompok atau orang tersebut dikenai hukuman pidana atau yang lainnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara Indonesia.

E. TEORI MENURUT ARISTOTELES

Dalam teori keadilan Aristoteles yang dicetuskan oleh Aristoteles mengenai


keadilan ada 5 macam perbuatan atau kategori keadilan yaitu :

1. Keadilan komunikatif

Keadilan komunikatif ialah perlakuan kepada seseorang namun tanpa


melihat jasa-jasanya.

Contoh :

a) Pemberian sanksi kepada seseorang atau sekelompok atau golongan


yang tanpa melihat jasa. Karena seseorang atau sekelompok atau
golongan tersebut sudah melakukan tindakan yang sudah melawan
badan hukum, sehingga ia tidak bisa melihat jasa dari peraturan
hukum yang telah ada sebelumnya.

2. Keadilan Distributif

Keadilan Distributif merupakan perlakuan kepada seseorang sesuai


dengan jasa-jasa yang telah dilakukan.

Contoh :
a) Bagi seseorang, sekelompok, atau golongan yang melanggar
peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah ataupun negara.
Maka orang, kelompok, atau golongan juga akan menerima sanksi
atau pertanggung jawaban yang telah dilakukan oleh seseorang,
sekelompok ataupun golongan tersebut. Jadi setimpal dengan apa
yang mereka lakukan.

3. Keadilan Kodrat Alam

Keadilan ini merupakan perlakuan kepada seseorang yang sesuai dengan


hukum alam.

Contoh :

a) Jika seseorang, sekelompok atau golongan tersebut melakukan hal


yang bertentangan dengan peraturan maka orang tersebut akan
dikenai sanksi atau pertanggung jawaban apa saja yang telah
diperbuatnya. Maka jika mereka melakukan hal tersebut dengan
melukai fisik psikis bahkan hati. Mereka akan dibenci atau di caci
maki oleh keadaan orang-orang disekitar lingkungan atau bahkan
juga diluar lingkungan.

4. Keadilan Konvensional

Keadilan konvensional merupakan keadilan yang terjadi apabila


seseorang, kelompok atau golongan yang telah mematuhi peraturan yang
khususnya peraturan perundang-undangan .

Contoh :

a) Warga negara yang telah mematuhi peraturan perundang-undangan


negara.
b) Sekelompok yang juga telah melakukan tindakan postif dan
melakukan tindakan postif dan tidak melawan peraturan-peraturan
yang telah ditetapkan.

5. Keadilan Perbaikan

Keadilan Perbaikan ialah keadilan yang terjadi dimana seseorang yang


telah melakukan tindakan SARA atau bahkan pencemaran nama baik orang
lain.

Contoh :

a) Seseorang, kelompok, ataupun golongan yang telah meminta maaf


kepada korban lewat media sosial atau bahkan bisa juga dengan atau
secara langsung karena telah melakukan tindakan yang mempunyai
unsur SARA. Hal tersebut bisa juga melakukan tindakan pencemaran
nama baik korban. Kemudian seorang, kelompok atau golongan
meminta maaf kepada korban yang telah menjadi korban.
F. REFERENSI

Dr. Agustinus W. Dewantara, S.S., M.Hum. Diskursus Filsafat Pancasila.


(2017)

BeritaTerkini.com

Anda mungkin juga menyukai