Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prematur ejakulasi (PE) sudah termasuk lazim terjadi namun

sering kurang terdiagnosis, gangguan seksual yang mempengaruhi

pria dari segala usia. Identifikasi PE terhambat oleh stigma dan rasa

malu yang terkait dengan kondisi, dan kesadaran terbatas itu dapat

diobati. Karena diagnosis menginformasikan keputusan pengobatan

yang berdampak pada hasil klinis, kemampuan untuk mendiagnosa

PE akurat sangat penting untuk keberhasilan pengelolaan kondisi ini

(Jannini EA dkk, 2011).

Dan dengan berbagai perkiraan prevalensi berkisar antara 3%

sampai 20%. Meskipun masalah psikologis yang hadir pada

kebanyakan pasien dengan prematur PE, sebagai penyebab atau

sebagai konsekuensinya, penelitian tentang pengaruh pendekatan

psikologis untuk PE memiliki pada umumnya belum dikuasai atau acak

dan yang kurang dalam jangka panjang tindak lanjut (Melnik T

dkk,2011).Meskipun ejakulasi dini (PE) adalah disfungsi seksual umum

laki-laki, parameter yang relevan yang belum cukup belajar di besar

berbasis komunitas sampel (David Rowland, 2008).

1
Penelitian lanjutan 1000 orang wanita disimpulkan bahwa

seorang wanita mencapai orgasme dalam kurun waktu 5-8 menit

setelah penetrasi. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa

seorang pria dinyatakan menderita ejakulasi dini bila tidak mampu

mempertahankan ejakulasi dalam batasan waktu 5-8 menit, yang

menjadi pokok permasalahan lanjutan yang harus disadari kaum pria

adalah ejakulasi dini merupakan rantai awal suatu proses disfungsi

ereksi atau impotensi.

Seorang pria yang mengalami ejakulasi dini parsial atau

sebagian cepat atau lambat akan jatuh ke dalam fase ejakulasi dini

total. Pada saat seorang pria mengalami ejakulasi dini total tentu saja

psikologis pria tersebut akan sangat terganggu yang kemudian

menyebabkan penderita malas dan tidak percaya diri untuk melakukan

aktifitas sexual. Rasa tidak percaya diri dan psikosa sexual atack pada

penderita cepat atau lambat akan menyebabkan ganguan ereksi.

Awalnya parsial dan semakin lama akan jatuh ke dalam fase disfungsi

ereksi total.

Baru-baru, ide yang telah muncul on-demand penggunaan

serotonin reuptake inhibitor (SSRI), terutama pendek setengah-hidup,

harus sama-sama efektif dalam menunda ejakulasi sebagai

pengobatan SSRI harian ejakulasi dini. AIM: Untuk menyediakan bukti

bahwa SSRI akibat penundaan ejakulasi terutama tergantung pada

2
sifat farmakodinamik obat dan tidak pada faktor-faktor farmakokinetik,

dan bahwa pemberian SSRI gabungan dengan antagonisme reseptor

5-hidroksitriptamin (5-HT) menyebabkan akut penundaan ejakulasi

lebih kuat dari akut SSRI monoadministration.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang sebelumnya maka

penulis dapat mendifisikan beberapa rumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penilaian efektivitas intervensi psikososial untuk PE

2. Bagaimanakah pengujian utilitas diagnostik dari dua laporan diri

pertanyaan berdasarkan DSM-IV-TR definisi PE dan untuk

menyelidiki hubungan antara PE diri diidentifikasi, fungsi seksual,

dan kepuasan seksual pada pria ?

3. Bagaimakah penilaian prevalensi dan asosiasi masalah ereksi dan

ejakulasi dini pada MSM ?

4. Bagaimanakah mengevaluasi dan mendiagnosa PE ?

5. Bagaimanakah hasil tes penggunaan serotonin reuptake inhibitor

(SSRI) terhadap pengobatan ejakulasi dini ?

6. Bagaimanakah cara meneliti tingkat sensorik penis pada pasien

dengan premature ejaculation utama untuk menentukan apakah

ada dasar etiologi untuk kondisi ini atau tidak ?

3
C. Tujuan Penulisan

Adapun yang ingin penulis capai dalam penulisan ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk menilai efektivitas intervensi psikososial untuk PE

2. Untuk menguji utilitas diagnostik dari dua laporan diri pertanyaan

berdasarkan DSM-IV-TR definisi PE dan untuk menyelidiki

hubungan antara PE diri diidentifikasi, fungsi seksual, dan

kepuasan seksual pada pria.

3. Untuk menilai prevalensi dan asosiasi masalah ereksi dan ejakulasi

dini pada MSM.

4. Untuk memberikan gambaran bagaimana mengevaluasi dan

mendiagnosa PE.

5. Untuk melakukan analisis rinci neurotransmisi serotonin dan studi

hewan terakhir dengan 5-HT (1A) antagonis reseptor.Selain itu,

kami kritis terakhir yang ada sesuai permintaan pengobatan SSRI

publikasi dan perdebatan saat ini pada definisi ejakulasi prematur.

6. Untuk meneliti tingkat sensorik penis pada pasien dengan

premature ejaculation utama untuk menentukan apakah ada dasar

etiologi untuk kondisi ini.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Ejakulasi dini atau ejakulasi prematur adalah ketidak mampuan

seorang pria untuk mempertahankan waktu ejakulasi hingga batas

yang diinginkan. Menurut penelitian para ahli gangguan ini menyerang

40 persen pria dewasa diatas usia 30 tahun. Pada kenyataannya

sangatlah sedikit pria yang menyadari memiliki gangguan ejakulasi

dini, hal ini dipicu karena kurangnya pengetahuan dan informasi yang

dimiliki penderita. Faktor komunikasi dengan pasangan juga menjadi

kendala seorang pria untuk menyadari bahwa ia belum bisa

memuaskan pasangannya. Untuk mempermudah penegakan

diagnosis maka para ahli di Hokaido Jepang melakukan penelitian

1000 pria usia 25-40 tahun. Hasilnya diketahui bahwa 35 persen pria

dari 1000 sampling tersebut menderita ejakulasi prematur.

B. Penyebab Ejakulasi Dini

1. Faktor Fisik

Beberapa hal yang bersifat fisik dapat menyebabkan terjadinya

ejakulasi dini pada pria, antara lain adanya perubahan pada kelenjar

prostat, penyakit diabetes, gangguan pada saraf dan karena

kegagalan dalam mengendalikan titik ejakulasi. Pengalaman

5
seksual di masa muda juga turut memberi andil terjadinya ejakulasi

dini, diantaranya kebiasaan onani / masturbasi (Gustia, 2012).

Seks yang terburu-buru dan pengalaman seks yang tidak

menyenangkan akan memberi respon pada otak untuk

mempercepat proses ejakulasi. Faktor lingkungan juga berpengaruh

terhadap cepatnya terjadi ejakulasi (Gustia, 2012).

2. Faktor Non-Fisik

Faktor-faktor non fisik juga memberi andil terjadinya ejakulasi

dini pada pria. Misalnya, pasangan wanita sedang menderita sakit,

tekanan kerja yang meningkat, masalah keluarga yang belum

terselesaikan, orientasi seksual yang salah, kurang pengalaman

dalam seks, suasana rumah yang tidak mendukung ketika

berhubungan seks, kecemasan, perasaan takut gagal dan fantasi

seks yang berlebihan (Gustia, 2012).

Ketakutan atau kegelisahan juga bisa menjadi penyebab

ejakulasi dini. Beberapa contoh pikiran yang membuat pria

berejakulasi dini adalah perasaan resah tidak bisa memuaskan

pasangannya atau banyaknya pikiran tentang pekerjaan. Tekanan

dari dalam inilah yang justru membuatnya orgasme lebih awal. Istri

yang terlalu bersemangat juga bisa menyebabkan pria mengalami

ejakulasi atau orgasme yang terlalu cepat (Gustia, 2012).

6
C. Tanda-Tanda Dan Jenis Ejakulasi

Tanda-tanda ejakulasi dini adalah ketika ejakulasi terjadi

sebelum kedua pasangan menginginkannya, tidak bisa tahan lama

ketika berhubungan seks yang menyebabkan rasa kecewa dan stres

pada kedua pihak (Gustia, 2012).

Dokter biasanya membagi ejakulasi dini dua jenis ejakulasi dini

yaitu ejakulasi dini primer dan ejakulasi dini sekunder. Dalam rilis yang

dikeluarkan oleh International Society for Sexual Medicine, gejala

ejakulasi dini primer adalah:

1. Ejakulasi yang selalu atau hampir selalu terjadi pada satu menit

penetrasi vagina

2. Ketidakmampuan untuk menunda ejakulasi pada semua atau

hampir semua penetrasi vagina

3. Menimbulkan konsekuensi negatif pribadi, seperti stres, frustrasi

atau menghindari keintiman seksual

Ejakulasi dini primer terjadi sejak seorang pertama kali

melakukan hubungan seks, misal pada seks pada malam pertama.

Namun sebaliknya, jika Anda pernah merasa puas dengan kehidupan

seksual Anda dan tiba-tiba pada satu waktu Anda merasa menderita

ejakulasi dini, maka dalam hal ini Anda di kategorikan mengidap

ejakulasi dini sekunder (Gustia, 2012).

7
D. Cara Mencegah dan Mengatasi Ejakulasi Dini

Berikut ini tips mencegah dan mengatasi ejakulasi dini atau

disebut juga ejakulasi prematur pada pria indonesia:

1. Rubah Arahan Pikiran dan Konsentrasi semasa mendekati ejakulasi

Pada cara pertama ini, sewaktu pria merasa terlalu terangsang akan

semakin mudah terjadinya ejakulasi dini, untuk itu si Pria bisa

mengalihkan pikiran dan konsentrasi sejenak untuk memikirkan hal

lain diluar dari hubungan badan / hubungan intim.

2. Kurangi sensitifitas pada penis pria

Untuk mengurangi sensitifitas pada alat kelamin pria maka pria bisa

menggunakan kondom yang agak tebal agar sensitifitas gesekan

bisa dikurangi.

3. Menggunakan Teknik Cabut

Ketika si Pria merasa akan mengalami ejakulasi dini, maka ia bisa

dengan segera mencabut alat kelaminnya sehingga ejakulasi bisa

tertunda, lalu ia bisa beristirahat sejenak atau mengganti posisi

berhubungannya.

4. Memilih Posisi Berhubungan yang Tepat

Pilihlah posisi berhubungan yang memungkinkan Anda dengan

pasangan Anda agar bisa menikmati hubungan lebih lama. Posisi

yang bisa mengurangi terjadinya ejakulasi dini.

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Psikososial intervensi untuk ejakulasi prematur.

Dalam sebuah penelitian terapi perilaku (BT) secara signifikan lebih

baik dari daftar tunggu untuk durasi dalam berhubungan intim (MD

(perbedaan mean) 407,90 detik, 95% CI 302,42-513,38), dan

pasangan 'kepuasan seksual (MD -26,10, CI -50,48 untuk -1,72). BT

juga secara signifikan lebih baik untuk perawatan fungsional-

sexological baru (FS) (MD 412,00 detik, 95% CI 305,88-518,12),

berubah seiring waktu dalam persepsi subjektif dari durasi

berhubungan intim (Wanita: MD 2,88, 95% CI 2,06-3,70; Pria: MD

2,52, CI 1,65-3,39) dan kepuasan seksual pasangan '(MD -25,10, 95%

CI -2,25 -47,95 untuk), dibandingkan dengan daftar tunggu.

Secara keseluruhan, ada bukti lemah dan tidak konsisten

mengenai efektivitas intervensi psikologis untuk pengobatan ejakulasi

dini. Tiga dari empat termasuk studi terkontrol acak psikoterapi untuk

PE melaporkan hasil utama kami (Peningkatan IELT), dan mayoritas

memiliki ukuran sampel yang kecil. Laporan keberhasilan awal (97,8%)

dari Masters dan Johnson tidak dapat direplikasi. Satu studi

menemukan peningkatan signifikan dari awal dalam durasi hubungan

seksual, kepuasan seksual dan fungsi seksual dengan pengobatan

9
fungsional-sexological baru dan terapi perilaku dibandingkan dengan

daftar tunggu. Satu penelitian menunjukkan bahwa kombinasi

klorpromazin dan BT lebih unggul klorpromazin saja. Uji dengan

sampel acak kelompok yang lebih besar masih diperlukan untuk lebih

lanjut mengkonfirmasi atau menolak bukti yang ada saat ini intervensi

psikologis untuk mengobati PE.

B. Keterkaitan antara Ejakulasi Dini dan Aspek Fungsi Seksual dan

Kepuasan.

Sebuah survei internet kesehatan umum dan aspek fungsi seksual

dan kepuasan dilakukan di 2056 laki-laki. Pasien diklasifikasikan

sebagai memiliki "kemungkinan" atau "mungkin" PE, atau sebagai

"non-PE" oleh tanggapan survei.

Hasil. Sebanyak 1158 orang memenuhi kriteria seleksi (yang aktif

secara seksual dalam hubungan heteroseksual yang stabil), dan 189

(16,3%) diklasifikasikan sebagai memiliki PE kemungkinan dengan

melaporkan mereka mengalami ejakulasi sebelum mereka inginkan

dan menunjukkan "sangat banyak" atau " agak "masalah.Lain 188

(16,2%) laki-laki melaporkan ejakulasi sebelum mereka inginkan tetapi

dinilai kesusahan mereka lebih rendah dan diklasifikasikan sebagai

memiliki PE mungkin. Dibandingkan dengan non-PE pria, mereka

dengan PE mungkin dan mungkin melaporkan fungsi seksual jauh

10
lebih buruk di 6 dari 8 langkah-langkah penelitian. Kepedulian tentang

kepuasan mitra tinggi pada semua kelompok. Pentingnya kontrol

ejakulasi dan kemampuan untuk melakukan hubungan intim untuk

waktu yang diinginkan secara signifikan lebih tinggi pada pria dengan

PE dibandingkan non-PE pria (P <0,01).

C. Prevalensi dan asosiasi masalah ereksi dan ejakulasi dini pada

MSM.

Metode pada MSM diundang untuk menyelesaikan survei online

dari fungsi seksual. Ethnodemographic, seksualitas, dan kesehatan

yang berhubungan dengan faktor yang dinilai. Hasil Ukur Utama yaitu

peserta menyelesaikan versi International Index Fungsi Ereksi

dimodifikasi untuk digunakan dalam MSM (IIEF-LSL) dan Alat

Ejakulasi dini Diagnostik (PEDT). Skor total pada domain fungsi ereksi

(EF) dari IIEF-EF (IIEF-LSL-EF) digunakan untuk stratifikasi disfungsi

ereksi (DE) keparahan (25-30 = tidak ada ED, 16-24 DE moderat

ringan atau ringan, 11 -15 moderat ED, dan ≤ 10 ED berat). Skor

PEDT digunakan untuk stratifikasi risiko ejakulasi dini (PE, didiagnosis

sebagai PEDT skor ≥ 9).

Hampir 80% dari kelompok studi tentang 2.640 orang tinggal di

Amerika Utara. Prevalensi DE lebih tinggi pada pria yang lebih tua

sedangkan prevalensi PE relatif konstan di seluruh kelompok

11
usia. Regresi logistik multivariat menunjukkan bahwa peningkatan

usia, HIV seropositif, sebelum penggunaan terapi erectogenic, gejala

saluran kemih bawah (LUT), dan kurangnya pasangan seksual stabil

dikaitkan dengan kemungkinan lebih besar DE.Sebuah analisis

multivariat terpisah mengungkapkan bahwa usia yang lebih muda,

LUT, dan angka yang lebih rendah dari pasangan seksual seumur

hidup dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih besar dari PE.

D. Evaluasi dan diagnosa pada Prematur ejakulasi (PE).

Hasil Diagnosis PE meliputi tujuh langkah kunci: (i) Memperoleh

sejarah umum pasien medis dan seksual, (ii) Mengelompokkan gejala

berdasarkan onset (misalnya, seumur hidup atau diperoleh PE), waktu

(misalnya, sebelum atau selama hubungan seksual), dan jenis file

(misalnya, mutlak / umum atau relatif / situasional), (iii) Melibatkan

mitra untuk menentukan pandangan mereka tentang situasi dan

dampak PE pada pasangan secara keseluruhan; (iv) Mengidentifikasi

seksual komorbiditas (misalnya , disfungsi ereksi) untuk menentukan

apakah PE adalah sederhana (terjadi karena tidak adanya disfungsi

seksual lainnya) atau rumit (terjadi di hadapan disfungsi seksual), (v)

Melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa organ seksual pria itu

dan refleks, (vi ) Mengidentifikasi etiologi yang mendasari dan faktor

risiko (misalnya, endokrin-, urologis-, atau psychorelational-

12
/psychosexual-related) untuk menentukan penyebab utama dari PE

dan ada penyakit penyerta yang terkait; (vii) Membahas pilihan

pengobatan untuk menemukan intervensi yang paling cocok,

sesuai dengan kebutuhan pria dan pasangannya.

E. On-demand SSRI sebagai pengobatan ejakulasi dini.

Akut SSRI administrasi menyebabkan hanya meningkat ringan atau

tanpa 5-HT neurotransmisi dan stimulasi seiring postsynaptic 5-HT

reseptor. Ada on-demand SSRI studi pengobatan menderita

insufficiencies metodologis, dan tinggi kali lipat melaporkan

peningkatan dari waktu ejakulasi bertentangan dengan wawasan

neuropharmacological dari metabolisme serotonin. Penelitian terhadap

hewan menunjukkan bahwa SSRI pemberian bersamaan dengan 5-HT

(1A) antagonis reseptor secara signifikan meningkatkan waktu

ejakulasi akut dibandingkan dengan SSRI monoadministration akut.

F. Sensitivitas penis pada pasien dengan Premature Ejaculation

Primer.

Biothesiometry penis dilakukan pada 120 pasien dengan

prematureejaculation primer tanpa disfungsi ereksi dan defisit

neurologis, dan pada 66 sukarelawan normal laki-laki kuat.Ambang

13
getaran tercatat pada glans penis, batang penis, skrotum dan jari

telunjuk menggunakan biothesiometer a.

Pada glans penis dan batang penis nilai pada pasien dengan

premature ejaculation secara signifikan lebih kecil dibandingkan pada

pria ampuh normal (p kurang dari 0,001). Pada pria kuat yang normal

sebuah ketergantungan usia parameter biothesiometric telah dicatat,

dengan peningkatan yang signifikan di ambang getaran pada glans

penis dan batang penis pada pasien yang lebih tua. Namun, pada

pasien dengan prematureejaculation ada secara konsisten menurun

nilai tanpa ketergantungan usia pada glans penis dan batang penis (p

lebih besar dari 0,05).

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Secara keseluruhan, ada bukti lemah dan tidak konsisten

mengenai efektivitas intervensi psikologis untuk pengobatan

ejakulasi dini. Uji dengan sampel acak kelompok yang lebih besar

masih diperlukan untuk lebih lanjut mengkonfirmasi atau menolak

bukti yang ada saat ini intervensi psikologis untuk mengobati PE.

2. PE adalah masalah yang umum, ditandai dengan kurangnya

kontrol ejakulasi, dan dikaitkan dengan efek signifikan terhadap

fungsi seksual dan kepuasan. Penelitian tambahan pada

sensitivitas dan spesifisitas dari laporan diri pertanyaan yang harus

dikejar.

3. Faktor risiko untuk masalah seksual pada LSL mirip dengan apa

yang telah diamati dalam studi kuantitatif non-MSM laki-laki. Gejala

kencing yang berhubungan dengan fungsi seksual yang lebih buruk

pada MSM. Shindel AW, Vittinghoff E, dan BN Breyer. Disfungsi

ereksi dan ejakulasi dini pada pria yang berhubungan seks dengan

pria.

15
4. Pemahaman yang lebih besar tentang bagaimana untuk

mendiagnosa PE dengan benar,. Dan penggunaan yang lebih luas

dari pendekatan diagnostik terstruktur, dapat menyebabkan hasil

pengobatan yang lebih baik di masa depan. Jannini EA, Maggi M,

dan Lenzi Evaluasi A. ejakulasi dini.

5. On-demand pengobatan SSRI memiliki kurang ejakulasi-menunda

efek dari pengobatan SSRI setiap hari. SSRI dengan waktu paruh

yang singkat yang mungkin menyebabkan penundaan ejakulasi

jauh lebih sedikit daripada SSRI terdaftar saat ini. Dikombinasikan

penggunaan SSRI dengan 5-HT (1A) antagonis reseptor

meningkatkan kemungkinan penundaan ejakulasi klinis relevan

setelah on-demand pengobatan. On-demand SSRI dengan waktu

paruh pendek yang kurang menunda ejakulasi pada pria dengan

IELTS kurang dari 1 menit harus disebut ejakulasi-menunda obat

daripada obat terhadap ejakulasi dini.

6. Pasien dengan prematureejaculation primer memiliki

hipersensitivitas penis, yang memberikan implikasi lebih lanjut

untuk secara organik prematureejaculation.

16
B. Saran

1. Dalam berhubungan antara suami dan istri, kedua belah pihak

harus sama-sama mendapatkan kepuasan, dan kedua belah pihak

diharapkan bisa saling mengerti kekurangan ke kelemahan pihak

pasangan. Dan kelemahan yang sering di alami oleh Pria Indonesia

adalah sering mengalami ejakulasi dini.

2. untuk mengatasi masalah ejakulasi dini bisa anda lakukan dengan

cara melatih Mental, Fisik dan Emosional anda agar tetap Fokus

saat berhubungan intim.

3. Faktor psikologis dapat memainkan peran utama dalam kinerja

seksual, maka Lakukanlah segala sesuatunya dgn rileks dan santai.

4. Seks yang terburu-buru dan pengalaman seks yang tidak

menyenangkan akan memberi respon pada otak untuk

mempercepat proses ejakulasi. Faktor lingkungan juga berpengaruh

terhadap cepatnya terjadi ejakulasi

5. Jaga kebugaran fisik anda, baik dengan olahraga, ataupun makan-

makanan yang mengandung gizi tinggi atau food suplemen semisal

habbatussauda’, gamat, herbal berbahan purwoceng, dll yang

sekiranya memang telah terbukti mampu menopang aktivitas ibadah

anda di ranjang.

17

Anda mungkin juga menyukai