PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
insulin secara relatif maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali
Panjang.1
sensitivitas reseptor.2
mellitus tipe 2. Dari beberapa tipe yang ada, diabetes mellitus tipe 2
merupakan salah satu jenis yang paling banyak di temukan yaitu lebih dari
90-95%.3 Sekitar 90% dari pasien yang DM telah didiagnosis dalam DM tipe
2 dan dikaitkan dengan usia yang lebih tua, obesitas, riwayat keluarga DM,
tidak menular, diabtes melitus merupakan penyebab mortalitas dari 1,5 juta
jiwa di dunia pada tahun 2012.5 Hiperglikemia kronik pada diabetes mellitus
dari 10 juta kasus DM pada 2015 diprediksi akan mencepai 21,3 juta pada
prevalensi DM tertinggi yaitu pada usia 55 sampai 65 tahun sebesar 4,8 %.6
jumlah pasien DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1
obatan, dan asupan makanan.6 Faktor makanan sebagai faktor utama yang
meningkat dari 15 % menjadi 25% dan 40 -50% dari pasien penyakit jantung
pembuluh darah otak, 5 kali lebih mudah menderita ulkus diabetikum, 7 kali
lebih mudah mengidap gagal ginjal terminal, dan 12 kali lebih mudah
pasien dengan diabetes melitus rata-rata tiga kali lebih tinggi dibanding
pasien lainnya.9
serta yang tidak kalah penting juga adalah meningkatkan kualitas hidup
pasien DM. Hal itu juga sesuai dengan pedoman terbaru dari American
pengaturan makan dan latihan jasmani11. Apabila kadar glukosa darah belum
sesuai target, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik
mellitus dilakukan dalam jangka waktu yang lama yakni seumur hidup dan
mengenai efek samping obat yang dikonsumsi dalam jangka waktu lama
kejadian diabetes mellitus oleh karena itu perlu dilakukan intervensi yang
Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada
memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit daripada obat modern. 15
Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk
multiguna karena hampir seluruh bagian tanaman mulai dari akar hingga daun
kadar glukosa darah. Saponin merupakan suatu glikosida alamiah yang terikat
maka kadar glukosa dalam darah akan menurun, sehingga menimbulkan efek
fungsi normal usus. Pengaruh saponin terhadap susunan membrane sel dapat
menghambat absorbsi molekul zat gizi yang lebih kecil, yang seharusnya
cepat diserap, misalnya glukosa darah. Struktur membran sel yang terganggu
gula darah pada penyakit diabetes melllitus sudah dilakukan antara lain : Pada
penelitian Elin Yulinah Sukandar pada mencit yang diberikan ekstrak daun
binahong secara oral sebanyak 50, 100 dan 200 mg/kgBB yang dilakukan
daun binahong penambahan air sebanyak 250 ml yang dikemas dalam wadah
dengan ukuran yang sama. pada mencit yang diberikan ekstrak daun
binahong secara oral sebanyak 50, 100 dan 200 mg/kgBB yang dilakukan
dilakukan pada hari ke 1, 7 dan 14. 6 Penelitian lain pada tikus wistar
yang diberikan ekstrak daun binahong dengan dosis 1,8 g/kgBB juga
beberapa jenis dosis ekstrak daun binahong yang diberikan pada tikus
wistar tidak memberikan beda yang signifikan dalam penurunan kadar
glukosa darah. 6
kemudian pada menit ke 15, 30, 60 dan 120 menit dipriksa kembali setelah
daun binahong 1,8 g/KgBB dapat menurunkan kadar glukosa darah pada
glukosa darah puasa dan 2 jam postprandial pada penderita Diabetes Mellitus
Tipe 2.
saponin 21,8 mg. Masing-masing kelompok akan diukur kadar gula darah
sebelum dan sesudah perlakuan. sebagai pretest dan postest. Pretest pada
masing-masing kelompok bertindak sebagai kontrol terhadap kelompok itu
sendiri.
B. Perumusan Masalah
kerusakan seksresi insulin dan kerja insulin yang dapat ditandai dengan
hiperglikemia.1
saponin.5
5. Saponin memiliki mekanisme kerja sebagai inhibitor enzim α-glukosidase
C. Rumusan Masalah
puasa.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
post prandial
E. Hipotesis Penelitian
F. Manfaat Penelitian
keperawatan yaitu :
1. Manfaat Teoritik
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
asuhan keperawatan.
mellitus untuk memahami cara berperilaku hidup sehat, dan juga sebagai
mellitus agar tetap memperhatikan gaya dan cara hidup sehat bagi
TINJAUAN PUSTAKA
sistematis.23
kuantitatif dan kualitatif, maka dalam systematic review juga terdapat metode
sebab akibat antara faktor risiko atau perlakuan dengan suatu efek (outcome).
melakukan integrasi data untuk mendapatkan teori maupun konsep baru atau
dan lain-lain).24 25
melakukan sintesis dari berbagai hasil penelitian yang relevan, sehingga fakta
ekonomi).
cara untuk melakukan sintesa hasil secara statistik (teknik kuantitatif). Cara
lain untuk melakukan sintesis hasil adalah teknik naratif (teknik kualitatif).
analisis (funnel plot dan forest plot). 8) Penyajian hasil penelitian dalam
findings).27
F. Diabetes Mellitus
patogenik29.
genetik yang belum diketahui dan non genetik. Diabetes tipe spesifik lain
satu dari empat kriteria terpenuhi, maka diagnosis diabetes mellitus dapat
ditegakkan.
jelas).
b. Glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL., dimana puasa didefinisikan
minimal 8 jam.
Glukosa Oral (TTGO), dimana asupan glukosa pada tes ini sebesar
hidup selnya berkisar antara 60-90 hari. Oleh karena fungsi utama
sel ini adalah untuk mengikat glukosa dalam darah, maka kadara
terakhir.
terganggunya respon seluler terhadap insulin dari waktu ke waktu 32. Insulin
memiliki dua fungsi yaitu endokrin dan parakrin29. Dalam fungsinya sebagai
penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh29. Resistensi insulin juga bisa berarti
menurunnya respon sel-sel tubuh target terhadap kadar insulin fisiologis.
Resistensi insulin dapat terjadi karena faktor genetik, defek primer pada sel
utama diabetes tipe 2 adalah obesitas 33. Pada individu dengan obesitas, terjadi
deposit visceral adipose tissue (VAT) yang besar28. Visceral Adipose Tissue
adalah deposit jaringan lemak yang terletak pada abdomen, baik itu ormental,
laju lipolysis lebih besar daripada jaringan lemak lainnya. Hal ini secara
menghambat aktivitas tirosin kinase pada reseptor insulin dan secara spesifik
hepatik dan mengakibatkan stimulasi oksidasi asam lemak pada hepar dan otot
type 1 (PAI-1).
keton dalam darah yang melebihi ambang Kondisi inilah yang menginisiasi
kadar gula darah melebihi ambang filtrasi ginjal maka akan terjadi glikosuria.
Kondisi ini juga disertai dengan diuresis osmotik, yaitu perpindahan air dari
defisiensi kalori dalam tubuh, maka akan timbul rasa lapar (polidipsi).
Defisiensi kalori ini terjadi hingga ke level seluler sehingga terjadi starvasi
(kelaparan sel) yang akan menurunkan aktivitas sel yang berakibat pada
haus (polidipsi).
D. Komplikasi
1. Akut
nefropati.
a. Pengaturan Diet
dan aktivitas fisik. Tujuan utama dari diet ini adalah mencapai dan
b. Olahraga
oleh sel-sel tubuh. Hal ini dapat menrunkan kadar gula darah agar
c. Akupressure
pada titik akupresur yang tepat dan yang telah ditentukan yang
glukosa darah pasien DM tipe 2.36 Penekanan pada titik ini dapat
energi qi. Selain alasan tersebut, stimulasi titik SP6 dan ST36
glukosa darah.36
d. Bekam basah
Perlukaan kulit pada terapi bekam basah menghasilkan zat nitrit
e. Herbal
2. Terapi Farmakologis
Terdapat lima sasaran yang harus dipenuhi yaitu kadar plasma glukosa,
kadar plasma glukosa setelah makan, kadar hemoglobin A1c, kadar HDL
dan kadar LDL. Kadar ideal plasma glukosa puasa adalah 70-130 mg/dL
>45mg/dL pada pria dan >50mg/dL pada wanita. Sedangkan kadar LDL
sekresi glukagon45.
usus. Penyerapan amilase dan karbohidrat lain pada usus dikatalis oleh
terekskresi kedalam urin. Efek bersih dari obat-obatan golongan kelas ini
dengan 2,2-2,8 mmol/L namun relatif tidak merubah GDP (kurang lebih
vaskular33.
Efek samping obat dari kelas ini adalah terjadi mekanisme osmosis 30.
Akan tetapi pada dual terapi dengan golongan insulin atau sulfonilurea
maka hipoglikemia yang terjadi pada individu yang mendapat terapi obat-
frekuensi tiga kali sehari. Apabila diperlukan, dosis dapat dinaikkan dalam
resistensi.
berdasarkan kondisinya.
penambahan satu obat perlu dilakukan apabila kadar A1C kurang dari !
kadar yang dimiliki individu berjarak 1-1,5% maka dua obat oral atau
g. Pada terapi kombinasi tiga jenis obat, DPP-4 inhibitor dapat menjadi
injeksi.
adalah yang bersifat intermediate atau long acting pada malam hari
dengan terapi oral untuk siang hari. Obat oral yang sebaiknya diberikan
j. Apabila kommbinasi terapi insulin untuk malam hari dengan obat oral
siang hari gagal mencapai target, maka terapi yang diberikan adalah
dilakukan. Jika terapi ini gagal, ditambahkan terapi suntikan bolus pada
saat makan berat kedua. Jika terapi ini gagal, maka diberikan terapi
mellitus, terdapat tiga tahapan terapi yang dijelaskan pada gambar 2.2.
tahapan tersebut adalah terapi inisial, terapi kombinasi dua obat dan
a. Terapi inisial
maka obat kedua diganti dengan kelas lain. Data mengenai efektivitas
yang mendapatkan terapi tiga obat ini perlu dilakukan dengan baik
1. Aktifitas Fisik
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi gula darah baik gula darah puasa
maupun gula darah 2 jam Post-pandrial. Hal ini dikarenakan glikogen yang
tersedia dalam darah dapat diolah langsung menjadi energi. Gaya hidup
yang kurang aktivitas fisik menjadi faktor yang menyebabkan gula darah
2. Usia
Usia yang rentan terhadap gula darah puasa tidak normal adalah usia 45
tahun keatas. Dibandingkan dengan orang dengan usia dibawah 45, orang
ketidaknormalam gula darah baik gula darah puasa maupun gula darah 2
3. Pola Makan
Orang yang dengan pola makan tidak baik beresiko 2,2 kali lebih besar
4. Riwayat Keturunan
gula darah puasa dan gula darah 2 jam post-pandrial sebanyak 1,6 kali
mellitus.48
Gula darah puasa merupakan glukosa yang berada dalam sistem peredarah
darah yang menjadi sumber energi utama dan berasal dari nutrisi yang
tidak adanya asupan kalori dalam bentuk apapun selama minimal 8 jam.
dalam sistem peredaran darah 2 jam setelah makan gula sebesar 75 gram
c. HbA1C
60-90 hari. HbA1C pada penderita diabetes bernilai ≥6,5. Oleh karena
fungsi utama sel ini adalah untuk mengikat glukosa dalam darah, maka
kadar HbA1C akan menunjukkan kadar gula darah dalam 2-3 bulan
terakhir.49
H. SAPONIN
1. Definisi
dan struktur molekulnya terdiri dari aglikon steroid atau triterpen yang
disebut dengan sapogenin dan glikon yang mengandung satu atau lebih
rantai gula. Saponin berasal dari kata Latin yaitu “sapo” yang berarti
mengandung busa stabil bila dilarutkan dalam air. Kemampuan busa dari
hidrofobik (larut dalam lemak) dan bagian rantai gula yang bersifat
2. Struktur Saponin
terikat pada posisi C3, tetapi beberapa saponin memiliki dua rantai gula
saponin disebut sebagai surfaktan alami. Saponin steroid tersusun atas inti
glikosida triterpenoid atau steroid aglikon, terdiri dari satu atau lebih
Rasa saponin sangat ekstrim, dari sangat pahit hingga sangat manis.
dalam air (dingin maupun panas) dan alkohol, namun membentuk busa
saponin dapat larut dalam air tetapi tidak larut dalam alkoholabsolut,
kloroform, eter dan pelarut organik non polar lainnya. Sedangkan gugus
4. Manfaat saponin
organ sel. Selain itu saponin juga bersifat antioksidan dan dapat
relatif tinggi sehingga dapat melindungi gugus amin, rantai asam amino
dan nukleotida dari oksidasi karena sifat antioksidannya 53. Alkaloid dalam
saponin juga bersifat antipiretik, antiheminitik, analeptik dan
antiplasmodium.
I. Mekanisme Saponin
susunan membran sel dapat menghambat absorbsi molekul zat gizi yang
darah menurun).
Universitas Udayana.
diabetes mellitus yang baik dari tenaga kesehatan akan menjadi tidak optimal
tanpa kemampuan keluarga serta penderita dalam turut serta aktif dalam
pengobatan.
adekuat maka ia jatuh dalam kondisi defisit perawatan diri. Defisit perawatan
untuk dirinya sendiri. Teori ini menitik beratkan langkah preventif dan
adekuat dan adaptif, Mengubah persepsi dan sikap penderita yang salah atau
farmakologi. 54
L. Kerangka Teori
Aplikasi teori
Dorothea Orem
Komplikasi diabetes Farmakologis Non farmakologi
melitus:
Mengkonversi glukosa
Menghambat lipolisis,
menjadi glicogen
meningkatkan pengambilan
glukosa oleh sel adipose,
memperbaiki resistensi insulin
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
biinahong terhadap penurunan kadar gula darah puasa dan 2 jam pp pada
(SLR) ada beberapa tahapan yang akan dilaukan sehingga hasil dari study
berikut :
Pencarian pada situs
Proquest
Pencarian pada situs Pencarian pada situs
(n=37.195)
EBSCOHost ScienceDirect
(n=64) (n=13.301)
Screening:
Screening
a. Rentang waktu 5 tahun
Jurnal akhir yang (April 2015 - April 2020)
sesuai b. Tipe (Research articles,
review articles)
dengan kriteria inklusi c. Jurnal bahasa inggris
Proquest EBSCO
Full text:
Proquest n=x
Jurnal yang dapat
EBSCO n=40
diakses full text
Kriteria Inklusi:
EBSCO (n=X)
1. Identifikasi Masalah
terhadap penurunan kadar gula darah puasa dan 2 jam PP pada penderita
2. Pencarian data
penyediaan jurnal agar dapat diakses secara penuh oleh para peneltian.
3. Screening
masalah penelitian yang sesuai dengan topik uang diteliti. Adapun topik
yang diteliti yang diakses dalam proses penelitian ini di screening
4. Penilaian kualitas
5. Ekstrasi Data
memenuhi syarat telah diklasifikasi untuk semua data yang ada. Setalah
proses screening dilaukan maka hasil dari ekstraksi data ini dapat
diketehui pasti dari jumblah awal data yang memiliki berapa yang masih
1. Populasi Penelitian
a. Kriteria inklusi
Kriteria Inklusi
Jangka Rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 5
tahun
Waktu (2015-2020)
b. Kriteria eksklusi
3. Sampel
sample dapat mewakili populasi yang ada dan yang kedua sampel harus
adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk menjadi subjek dalam
sebuah penelitian atau sebagai jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apabila populasi
besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat
daun biinahong terhadap penurunan kadar gula darah puasa dan 2 jam pp
D. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
2012). Variabel independen dalam penelitian ini adalah tema nano partikel
daun biinahong terhadap penurunan kadar gula darah puasa dan 2 jam pp
E. Analisa Data
menggunakan kedua teknik analisa data yakni secara kuantitatif dan kualitatif
F. Penulisan Hasil Studi Literatur
partikel daun binahong terhadap penurunan kadar gula darah puasa dan 2 jam
G. Kesimpulan penelitian
analisis deskripsi berasal dari fakta- fakta atau hubungan yang logis dan
77
16. Syamsul ES, Lestiani WA and Sukawati Y. Uji daya analgetik ekstrak etanolik
daun binahong [Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis] pada mencit putih (Mus musculus
L.) jantan. PROSIDING SEMINAR KIMIA. 2016.
17. Siskaningrum A. EFEKTIFITAS HIDROGEL BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis) TERHADAP LUAS LUKA PADA TIKUS HIPERGLIKEMIA (Rattus Norvegicus)
GALUR WISTAR. Journal Keperawatan Stikes ICME Jombang. 2019; 17: 50-9.
18. Fatmala UT, Apriyanto DR and Nurbaiti N. Efektivitas Kombinasi Ekstrak Daun
Annona Muricata L. Dan Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis Terhadap Kadar Glukosa
Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan.
2018; 4.
19. Primsa E. Efek Hipoglikemik Influsia Simpliasia Daging Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa Scheff Boerl) pada Tikus Jantan Putih. Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Gajah Mada, Jogjakarta Gambar. 2002; 5.
20. Rotblatt M and Zimet I. Evidence-based herbal medicine. London: Haney &
Belfus. INC, 2002.
21. Sukandar EY, Qowiyyah A and Larasari L. Effect of methanol extract hearhleaf
madeiravine (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis) leaves on blood sugar in diabetes
mellitus model mice. jurnal Medika Planta. 2013; 1.
22. Febria Syahfu Sari RA. Pengaruh Jus Lidah Buaya Terhadap Kadar Glukosa
Darah Puasa Dan 2 Jam PP (Post Prandial) Pada Penderita Diabetes Melitus. 1.
23. Armstrong R, Hall BJ, Doyle J and Waters E. ‘Scoping the scope’of a cochrane
review. Journal of public health. 2011; 33: 147-50.
24. Siswanto S. Systematic review sebagai metode penelitian untuk mensintesis
hasil-hasil penelitian (sebuah pengantar). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2010;
13: 21312.
25. Lewin S. Methods to synthesise qualitative evidence alongside a Cochrane
intervention review. London: London School of Hygiene and Tropical Medicine. 2008.
26. Kitchenham B. Procedures for performing systematic reviews. Keele, UK, Keele
University. 2004; 33: 1-26.
27. Francis C. Baldesari.(2006). Systematic Reviews of Qualitative Literature
Oxford: UK Cochrane Centre.
28. DeFronzo RA, Ferrannini E, Alberti KGMM, Zimmet P and Alberti G.
International Textbook of Diabetes Mellitus, 2 Volume Set. John Wiley & Sons, 2015.
29. Garber AJ, Abrahamson MJ, Barzilay JI, et al. Consensus statement by the
American Association of Clinical Endocrinologists and American College of
Endocrinology on the comprehensive type 2 diabetes management algorithm–2017
executive summary. Endocrine Practice. 2017; 23: 207-38 %@ 1934-2403.
30. Draznin B, Gilden J, Golden SH and Inzucchi SE. Pathways to quality inpatient
management of hyperglycemia and diabetes: a call to action. Diabetes Care. 2013; 36:
1807-14 %@ 0149-5992.
31. Broek I, Haris M, Hanken M, et al. Clinical Guidelines Diagnosis and Treatment
Manual. MSF, 2010.
32. Lestari WAA, Pk S and Lestari AAW. Resistensi Insulin: Definisi, Mekanisme
dan Pemeriksaan Laboratoriumnya. Buku Ilmiah Clinical Pathology Update on
SURAMADE. 2011; 1: 2011.1-2.
33. Vogt L and Roelofs JJ. Introduction to Pathogenetic Mechanisms of Diabetic
Nephropathy. Diabetic Nephropathy. Springer, 2019, p. 83-7.
78
34. Patra S, Nithya S, Srinithya B and Meenakshi SM. Review of medicinal plants
for anti-obesity activity. Translational Biomedicine. 2015; 6.
35. Fatimah RN. Diabetes Melitus Tipe 2. 2015; 4.
36. Jumari J, Waluyo A, Jumaiyah W and Natashia D. Pengaruh Akupresur
terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Persadia RS Islam
Jakarta Cempaka Putih. Journal of Telenursing (JOTING). 2019; 1: 38-50.
37. Masithoh RF, Ropi H and Kurniawan T. Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap
Kadar Gula Darahpada Pasien Diabetes Melitus Tipe Iidi Poliklinik Penyakit Dalam RS
Tk II Dr. Soedjono Magelang. Journal of Holistic Nursing Science. 2016; 3: 26-37.
38. WULANDARI R, Ambarwati WN and Jadmiko AW. Perbedaan Kadar Gula Darah
Setelah Terapi Bekam Basah Dan Pijat Refleksi Pada Penderita Diabetes Mellitus Di
Karangmalang Sragen. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015.
39. Rizki A and Endang M. Pengaruh Bekam Basah Terhadap Kadar Gula Darah
Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Di Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro.
2013; 2.
40. Andari R and Mahati E. Pengaruh Bekam Basah terhadap Kadar Gula Darah
Puasa pada Pasien Diabetes Melitus Di Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro.
2014; 2: 137976.
41. Astuti SM, Sakinah MAM, Andayani RBM and Risch A. Determination of
saponin compound from Anredera cordifolia (Ten) Steenis plant (binahong) to
potential treatment for several diseases. Journal of agricultural science. 2011; 3: 224
%@ 1916-9752.
42. Hasbullah UHAa. Kandungan Senyawa Saponin pada Daun, Batang dan Umbi
Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis). PLANTA TROPIKA: Jurnal
Agrosains (Journal of Agro Science). 2016; 4: 20-4 %@ 2528-7079.
43. Astuti SM, Sakinah AMM and Risch A. THE TRITERPENOID SAPONIN FROM
BINAHONG [Anredera cordifolia (Ten) Steenis] TO POTENTIAL USING AS ANTIDIABETIC
ACTIVITY IN ANIMAL LABORATORY. 2012, p. 331.
44. Kurniawan B and Aryana WF. Binahong (Cassia Alata L) As Inhibitor Of
Escherichiacoli Growth. Jurnal Majority. 2015; 4.
45. Pinel J and Pinel J. Essential drugs: Practical guidelines. Medecins Sans
Frontieres, 2006.
46. Greenblatt DJ, Von Moltke LL, Harmatz JS and Shader RI. Pharmacokinetics,
pharmacodynamics, and drug disposition. Neuropsychopharmacology: the fifth
generation of progress Baltimore (MD): Lippincott, Williams and Wilkins. 2002: 507-24.
47. Elevera Juwita S, Novie E Mauliku, Diyan K Nugrahaeni. Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Prolanis Puskesmas Kecamatan Cimahi Tengah. 2020; 9: 87-93.
48. Abil Rudi dHNK. Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah Puasa
Pada Pengguna Layanan Laboratorium. 2017; 3.
49. Nur Ramdhan NM. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
Berdasarkan Kadar HbA1C Di Puskesmas Jayabaru Kota Banda Aceh. 2015; 2.
50. Achmadi SS, Sulistiyani BI and Kayun SP. Uji In Vivo Tanaman Akar Kuning.
Arcangelisia flava. 2005: 1-7.
51. Deshpande S, Kewatkar S and Paithankar V. Antimicrobial activity of Saponins
rich fraction of Cassia auriculata Linn against various microbial strains. International
Current Pharmaceutical Journal. 2013; 2: 85-7.
79
52. Indri Wirasuasty Makalalag AW, dan Weny wiyono Uji Ekstrak Daun Binahong
( Anredera cordifolia Steen.) Terhadap kadar Gula Darah Pada Tikus Putih Jantan Galur
Wistar ( Rattus norvegicus) yang Diinduksi Sukrosa Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT
2013; Vol. 2 No. 01.
53. Miladiyah I and Prabowo BR. Ethanolic extract of Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis leaves improved wound healing in guinea pigs. Universa Medicina. 2015; 31: 4-
11 %@ 2407-230.
54. Putra IWA and Berawi K. Empat Pilar Penatalaksanaan Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2. Jurnal Majority. 2015; 4: 8-12.
80