ACCOUNT OFFICER
“ANALISIS KUANTITATIF”
Kelas : D
SURABAYA
2020
PEMBAHASAN
1. Kualitas Kredit
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum pada bagian kedua pasal 10 menyebutkan
bahwa, “Kualitas kredit ditetapkan berdasarkan faktor penilai sebagai berikut:
a. Prospek usaha, b. Kinerja (performance) debitur; dan c. Kemampuan bayar.
Menurut peraturan ini pula dijelaskan mengenai faktor-faktor penilaian kredit
pada pasal 11. Penjelasan tersebut akan dijabarkan dibawah ini
a. Prospek usaha
Penilaian terhadap prospek usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 10
huruf a meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
- Potensi pertumbuhan usaha;
- Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan;
- Kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja;
- Dukungan dari grup atau afiliasi; dan
- Upaya yang dlakukan debitur dalam rangka memelihara lingkungan
hidup.
b. Kinerja (performance) debitur
Penilaian terhadap kinerja debitur sebagaimana dalam pasal 10 huruf b
meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
- Perolehan laba;
- Struktur permodalan;
- Arus kas; dan
- Sensitivitas terhadap risiko pasar.
c. Kemampuan bayar
Penilaian terhadap kemampuan bayar sebagaimana dimaksud dalam pasal
10 huruf c meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai
berikut:
- Ketepatan pembayaran pokok dan bunga;
- Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur;
- Kelengkapan dokumentasi kredit;
- Kepatuhan terhadap perjanjian kredit;
- Kesesuaian penggunaan dana; dan
- Kewajaran sumber pembayaran kewajiban.
2. Analisis Rasio Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan hal yang penting untuk dilakukan.
hal ini dikatakan penting, karena pihak eksternal dapat mengetahui kekuata
dan kelemahan dari perusahaan tersebut. Analisis laporan keuangan juga
digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan di masa lalu. Hasil
evaluasi ini nantinya akan digunakan perusahaan sebagai bahan pertimbangan
dalam menyusun rencana perusahaan ke depannya. Salah satu cara
memperoleh informasi yang bermanfaat dari laporan keuangan perusahaan
adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan
Analisa rasio keuangan adalah perbandingan antara dua/kelompok data
laporan keuangan dalam satu periode tertentu, dan data tersebut bisa antar
data laporan posisi keuangan dan data laporan laba rugi. Tujuannya adalah
memberi gambaran kelemahan dan kemampuan finansial perusahaan dari
periode ke periode. Analisa rasio keuangan ini dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu: comparative ratio analysis dan ratio trend analysis. Comparative
ratio analysis adalah membandingkan kinerja perusahaan tersebut dengan
perusahaan lain atau industri yang sejenis. Sedangkan ratio trend analysis
adalah membandingkan kinerja perusahaan yang sekarang dengan kinerja
perusahaan di masa lalu. Analisa rasio keuangan sendiri terdiri dari:
a. Rasio Likuiditas
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Terdapat dua
macam rasio likuiditas yang biasanya digunakan, yaitu:
- Current Ratio
Current Ratio merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar liabilitas lancarnya dengan
menggunakan aset lancar yang dimilikinya. Semakin besar rasio
ini, berarti semakin likuid perusahaan. Namun, rasio ini
mempunyai kelemahan karena ternyata tidak semua komponen
aset lancar memiliki tingkat likuiditas yang sama.
Aset lancar
Current Ratio ¿ ×100 %
Liabiltas jangka pendek
- Quick Ratio
Quick Ratio merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar liabilitas lancarnya dengan
menggunakan aset yang lebih likuid seperti kas, surat berharga,
dan piutang. Sedangkan untuk persediaan dan semua aset
dibawahnya, seperti uang muka, tidak diperhitungkan karena
kurang likuid.
Quick Ratio
c. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam mengelola sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien.
Terdapat 6 rasio aktivitas yang digunakan, yaitu:
- Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover – ARTO)
Rasio ini digunakan untuk menilai efektivitas kebijakan kredit
dari perusahaan. Semakin tinggi nilai ARTO, maka semakin cepat
pula penagihan hutang yang dilakukan oleh perusahaan. Dari
informasi rasio ARTO dapat dihitung rata-rata periode penagihan
piutang (Average Collection Period – ACP).
Penjualan Kredit 365 hari
ARTO ¿ ACP ¿
PiutangUsaha ARTO
d. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (laba) dan untuk tumbuh
di masa datang. Rasio profitabilitas ini terdiri dari:
- Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mengkonversi penjualan menjadi laba bersih. Rasio ini juga
mengukur efisiensi perusahaan secara keseluruhan, baik efisiensi
operasional maupun non-operasional.
Laba Bersih
NPM ¿ ×100 %
Penjualan
- Operating Profit Margin (OPM)
Rasio ini memfokuskan hanya pada pendapatann yang bersumber
dari kegiatan normal perusahaan, dimana pendapatan kategori ini
lebih merefleksikan keberlanjutan perusahaan dimasa yang akan
datang.
Laba Operasi
OPM ¿ ×100 %
Penjualan
N
Rasio Keuangan Keterangan
O
1. Net Operating Margin
2. Operating Profit Margin Penting untuk semua jenis
3. Return on Asset
4. Time Interest Earned kredit
5. Debt to Total Asset Ratio
6. Perputaran Persediaan Penting untuk kredit modal
7. Perputaran Piutang
8. Current Ratio / Quick Ratio kerja (jangka pendek)
9. Perputaran Aset Tetap Penting untuk kredit
10. Perputaran Total Aset investasi (jangka panjang)
Aset lancar
Current Ratio (2018) ¿ ×100 %
Liabiltas jangka pendek
1, 975 , 979 , 249 ,304
¿ ×100 %
1 ,316 ,323 , 262 ,100
¿ 165 %
1, 795 , 404 , 979 , 854−384 , 646 , 010 , 207−62 , 556 , 108 ,595
¿ ×100 %
1 ,085 , 566 , 305 , 465
¿ 124 %
Total Liabiltas
Debt to Equity Ratio (DER) (2017) ¿ ×100 %
Total Modal Saham
1, 182 , 424 , 339 ,165
¿ ×100 %
2 ,055 , 170 , 880 ,109
¿ 58 %
Total Liabiltas
Debt to Assets Ratio (DAR) (2018) ¿ ×100 %
Total Aset
1, 405 , 264 , 079 , 012
¿ ×100 %
3 ,592 , 164 , 205 , 408
¿ 39 %
Total Liabiltas
Debt to Asset Ratio (DAR) (2017) ¿ ×100 %
Total Aset
1 ,182 , 424 , 339 , 165
¿ ×100 %
3 ,237 , 595 , 219 ,274
¿ 37 %
LTD-to-capitalization (2018)
150 ,116 ,045 , 042+50 , 269 ,328 , 831+55 , 685 , 895 , 439
¿
55 , 685 , 895 , 439
¿ 4.60 kali
109, 696 , 951 , 060+31 ,268 , 949 , 262+70 , 481 ,376 , 024
¿
70 , 481 ,376 , 024
¿ 3 kali
Analisis : Dari hasil perhitungan DER, dan DAR tahun 2017 sampai
2018, dapat diketahui bahwa perusahaan semakin banyak
menggunaakan hutang sebagai sumber pendanaan. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam membayar
hutang baik itu jangka panjang maupun jangka pendek akan semakin
turun. Hal ini mengindikasikan adanya risiko gagal bayar yang
semakin besar.
365 hari
¿
ARTO
3 ,611 , 694 ,059 , 699 365
¿ ¿
967 , 561, 118, 359 3.73 kali
¿ 3. 73 kali ¿ 98 hari
Penjualan
ARTO (2017) ¿ ACP (2017)
Piutang Usaha
365 hari
¿
ARTO
3 ,160 , 637 , 269 ,263 365
¿ ¿
820 , 333 , 562, 486 3.85 kali
¿ 3,85 kali ¿ 95 hari
365 hari
¿
INTO
1, 968 , 473 , 595 , 847 365
¿ ¿
519 ,237 , 523 , 369 3.79 kali
¿ 3.79 kali ¿ 96 hari
365 hari
¿
INTO
1, 830 , 139 ,851 , 672 365
¿ ¿
384 , 646 , 010 ,207 4.76 kali
¿ 4.76 kali ¿ 77 hari
Harga Pokok Produksi 365 hari
APTO (2018) ¿ ADAP (2017) ¿
Liabilitas Usaha APTO
1, 968 , 473 , 595 , 847 365
¿ ¿
545 , 455 , 845 , 864 3.61kali
¿ 3.61 kali ¿ 101 hari
Penjualan
WCTO (2018) ¿
Modal Kerja
3 , 611 , 694 , 059 , 699
¿
(1 , 975 , 979 ,249 , 304−1 ,316 , 323 , 262, 100)
¿ 5.48 kali
Penjualan
WCTO (2017) ¿
Modal Kerja
3 , 160 ,637 , 269 , 263
¿
(1 ,795 , 404 , 979 , 854−1 , 085 , 566 ,305 , 465)
¿ 4.45 kali
Penjualan
TATO (2018) ¿
Total Aset
3 , 611 , 694 , 059 ,699
¿
3 ,592 , 164 , 205 , 408
¿ 1.01 kali
Penjualan
TATO (2017) ¿
Total Aset
3 ,160 , 637 , 269 , 263
¿
3 ,237 , 595 , 219 ,274
¿ 0.98 kali
Penjualan
FATO (2018) ¿
Total Aset Tetap(Neto)
3 , 611 , 694 , 059 , 699
¿
1, 423 , 720 , 979 , 453
¿ 2.54 kali
Penjualan
TATO (2017) ¿
Total Aset Tetap( Neto)
3 ,160 , 637 , 269 ,263
¿
1 ,247 , 283 , 242 ,755
¿ 2.53 kali
Analisis : Dari hasil perhitungan ARTO dari tahun 2017 sampai
2018, dapat diketahui bahwa kemampuan perusahaan dalam
menagih piutangnya mengalami penurunan yang sedikit. Atau
dengan kata lain, keefektivitasan kebijakan kredit perusahaan
mengalami sedikit penurunan. Dapat juga dilihat dari ACP yang
semakin bertambah sedikit harinya.
Jika dilihat dari perhitungan INTO dari tahun 2017 sampai 2018,
menunjukkan bahwa adanya penurunan terhadap kemampuan
perusahaan dalam menjual produknya. Dapat dilihat juga dari nilai
ADI yang semakin bertambah harinya.
Jika dilihat dari perhitungan APTO dari tahun 2017 sampai 2018,
menunjukkan bahwa adanya penurunan kemampuan perusahaan
dalam membayar hutang ke pemasok. Dapat dilihat juga dari nilai
ADAP yang semakin bertambah harinya.
Jika dilihat dari perhitungan WCTO dari tahun 2017 sampai 2018,
menunjukkan bahwa adanya peningkatan pada kemampuan
perusahaan dalam mengelola modal kerjanya selama satu tahun.
Jika dilihat dari perhitungan TATO dari tahun 2017 sampai 2018,
menunjukkan bahwa adanya sedikit peningkatan efisiensi
perusahaan dalam memanfaatkan seluruh asetnya untuk
menghasilkan penjualan.
Jika dilihat dari perhitungan FATO dari tahun 2017 sampai 2018,
menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang sangat sedikit
terhadap kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aset tetapnya
untuk mendukung penjualan. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa
adanya pengurangan yang sangat sedikit terhadap aset tetap
perusahaan yang menganggur.
Rasio Profitabilittas
Laba Bersih
NPM (2018) ¿ ×100 %
Penjualan
150 , 116 ,045 , 042
¿ × 100 %
3 ,611 , 694 ,059 , 699
¿4 %
Laba Bersih
NPM (2017) ¿ ×100 %
Penjualan
109 , 696 , 951 , 060
¿ ×100 %
3 ,160 , 637 , 269 ,263
¿3%
Laba Operasi
OPM (2018) ¿ ×100 %
Penjualan
236 , 026 ,711 , 691
¿ × 100 %
3 ,611 , 694 ,059 , 699
¿7%
Laba Operasi
OPM (2017) ¿ ×100 %
Penjualan
186 , 807 , 173 ,516
¿ ×100 %
3 ,160 , 637 , 269 ,263
¿6%
Laba Kotor
GPM (2018) ¿ × 100 %
Penjualan
1, 643 , 220 , 463 , 852
¿ ×100 %
3 ,611 ,694 , 059 ,699
¿ 45 %
Laba Kotor
GPM (2017) ¿ × 100 %
Penjualan
1, 330 , 497 , 417 , 591
¿ ×100 %
3 ,160 , 637 , 269 , 263
¿ 42 %
Laba Bersih
ROA (2018) ¿ ×100 %
Rata−Rata Total Aset
150,116,045,042
¿ ×100 %
3,592,164,205,408+ 3,237,595.219,274
( )
2
¿4 %
Laba Bersih
ROA (2017) ¿ ×100 %
Rata−Rata Total Aset
109,696,951,060
¿ ×100 %
3,237,595.219,274+3 , 284 , 504 , 424 , 358
( )
2
¿3%
Laba Bersih
ROE (2018) ¿ ×100 %
Rata−Rata Total Ekuitas
150,116,045,042
¿ ×100 %
2 ,186 , 900 , 126 , 396+2 ,055 , 170 , 880 ,109
( )
2
¿7%
Laba Bersih
ROE (2017) ¿ ×100 %
Rata−Rata Total Ekuitas
109,696,951,060
¿ ×100 %
2 ,055 , 170 , 880 ,109+1 , 952 , 072, 473 , 629
( )
2
¿5%
Pada bab pembahasan juga telah diberikan contoh analisis rasio keuangan
dengan menggunakan ratio trend analysis pada PT. Kino. Apabila PT. Kino
mengajukan kredit, maka saya sebagai kreditur akan menolak untuk memberikan.
Hal ini dikarenakan hasil dari perhitungan rasio-rasio keuangan menunjukkan
kinerja perusahaan yang tidak begitu bagus. Jika dilihat dari kemampuan
perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya, maka kinerja PT. Kino
dinilai tidak begitu baik selama tahun 2017 – 2018. Jika dilihat dari kemampuan
perusahaan dalam membayar total hutangnya baik jangka pendek maupun jangka
panjang, maka kinerja PT. Kino dinilai juga tidak begitu baik selama tahun 2017 –
2018. Meskipun kinerja PT. Kino dalam membayar bunga hutang mengalami
kenaikan. Jika dilihat dari kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya
secara efektif dan efisien, maka kinerja PT. Kino juga dinilai tidak begitu baik
selama tahun 2017 – 2018. Hal ini dikarenakan adanya penurunan kemampuan
dalam mengelola piutang, kemampuan dalam menjualkan produk serta
kemampuan dalam membayar hutang ke pemasok. Meskipun terdapat kenaikan
pada kemampuan perusahaan dalam mengelola modal kerja serta memanfaatkan
seluruh total aset dan aset tetapnya, akan tetapi kenaikan ini tidak begitu
signifikan jika dibandingkan dengan penurunan rasio yang lain. Sedangkan jika
dilihat dari kemampulabaan perusahaan, maka kinerja PT. Kino dinilai sedikit
baik selama tahun 2017 – 2018. Akan tetapi meskipun kemampulabaan ini bisa
memberikan nilai positif bagi perusahaan, nilai positif ini tidak begitu berarti jika
dibandingkan dengan kemampuan perusahaan yang banyak mengalami
penurunan. Hasil keputusan menerima atau tidaknya pengajuan kredit oleh PT.
Kino ini mungkin saja berbeda apabila menggunakan comparative ratio analysis.