Laporan Praktikum Fitofarmasi

Uji Diuretik Secara In Vitro Ekstrak Keji

Beling

Nama : Mohammad Alrico

NIM : 10118132
Prodi : S1 Farmasi
 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Indonesia memiliki banyak kekayaan alam hayati yang
melimpah. Salah satu kekayaan alam hayatinya adalah
banyaknya obat atau tanaman tradisonal yang dapat digunakan
sebagai pengobatan untuk segala macam penyakit. Salah satu
tanaman tradisonal tersebut adalah Keji beling.
Strobilanthes crispus atau Keji beling merupakan tanaman
tradisonal yang dipercaya dalam masyarakat untuk pengobatan
seperti Batu ginjal, memperlancar buang air kecil dan lain-lain.
Namun khasiat dari tanaman kejibeling belum begitu populer
dikalangan masyarakat. Padahal Keji beling merupakan tanaman
yang mudah dibudidayakan, sehingga harganya relatif murah.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana aktivitas farmakologi diuretik pada tanaman Keji
beling?

1.3 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui efek diuretik pada tanaman Keji beling
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Strobilanthes crispus atau Kejibeling mengandung senyawa penting

antara lain Polifenol, flavonoid, katekin, alkaloid, dan tanin. Bagian
daun yang diolah menjadi simplisia atau sebagai daun segar,
digunakan sebagai bahan jamu atau obat tradisional. Tanaman
Kejibeling untuk mengobati beberapa jenis penyakit antara lain batu
ginjal, infeksi ginjal, tumor, diabetes melitus, prostat ambeien,
gangguan fungsi lever, kolesterol tinggi, maag, diare, serta terkena
ulat bulu dan semut hitam (Sulkani, 2013)

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dycotiledoneae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Achanthaceae
Genus : Strobilanthes
Spesies : Strobilanthes crispus BI
Nama Lokal : Keji Beling
(Herbarium Medanense, 2014)

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan

urin. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan edema,
yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa
sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal (Tanu,
2009 dalam Jurnal Nurihardiyanti et al, 2015).
 BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
 Sonde oral,
 kertas saring,
 batang pengaduk,
 Timbangan,
 Erlenmeyer
 botol,
 Beaker gelas,
 spektrofotometer serapan atom
 Spektrofotometer UV-Vis,
 Tabung reaksi
 rotary evaporator

3.2 Bahan
 Kejibeling
 etanol 96%,
 Larutan penginduksi
 aquadest.

3.3 Prosedur kerja

 1.Pembuatan ekstrak Keji
beling dengan metode
ekstrasi maserasi.

2. Hewan percobaan dibagi menjadi 5 Kelompok

( Tiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus).
Terdiri dari kontrol negatif, kontrol positif, Kelompok
I, kelompok II, kelompok III.

3. Kelompok negatif diberi aquadest, sisanya diberi

larutan penginduksi untuk menginduksi pembentukan
baru ginjal pada hewan percobaan selama 14 hari.

4. Pada hari ke 8 hingga ke 14, Kelompok I diberi ekstrak keji beling

(ekstrak 100 mg/200 g BB),kelompok II (ekstrak 200 mg/200 g BB) dan
Kelompok III (ekstrak 400 mg/200 g BB) secara oral.

Pada hari ke 15, urin 24 jam tikus ditentukan kadar

kalsium ( Spektrofotometer serapan atom) dan oksalat(
Spektrofotometer UV-Vis)
 BAB IV
PEMBAHASAN

Hasil.

Dari hasil pada tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa lamanya

penginduksi mempengaruhi bobot batu ginjal. Kadar kalsium
dan oksalat yang Terlarut dalam urin hewan percobaan pada hari
ke 15 lebih rendah dibanding hari ke 8. Hal tersebut disebabkan
kalsium dan Oksalat banyaknya yang mengendap di Ginjal
membentuk batu ginjal dan sedikit yang larut di dalam urin.
Kadar kalsium lebih tinggi daripada oksalat dikarenakan
kalsium adalah komponen utama dalam pembentukan batu
ginjal.
Kemudian dari hasil kadar kalsium dan Oksalat yang diperoleh
pada urin kontrol positif lebih rendah Dibandingkan dengan urin
kelompok lainnya yang diberikan dosis ekstrak kejibeling, hal
ini membuktikan bahwa keji beling dapat melarutkan batu
ginjal. Kelompok yang mempunyai daya larut batu ginjal paling
tinggi adalah kelompok III.
 Diuretik adalah bahan yang dapat memperbanyak Pengeluaran
volume urin. Efek farmakologi diuretik Berhubungan dengan
fungsi ginjal yang utama yaitu Mengatur keseimbangan air,
konsentrasi garam dalam Darah, keseimbangan asam basa dan
pengeluaran buang air kecil. Adanya jenis penyakit yang sering
terjadi pada ginjal dan terjadinya komplikasi atau menyebabkan
hilangnya fungsi Ginjal salah satunya adalah Penyakit Batu
Ginjal.(Soenanto & Kuncoro, 2005 dalam Jurnal Helmi Arifin et
al, 2010)
 BAB V
KESIMPULAN

1. Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa

ekstrak keji beling mempunyai aktivitas farmakologi
sebagai diuretik karena dapat melarutkan batu ginjal
2. Semakin dikit dosis ekstrak keji beling makanya semakin
larut kalsium dan oksalat didalam urin, hal itu dibuktikan
pada perlakuan kelompok III yang mempunyai daya larut
batu ginjal yang tinggi menggunakan dosis paling besar.
 DAFTAR PUSTAKA

Herbarium Medanense., 2016, Identifikasi Tumbuhan, Medan :

Herbarium Medanense Sumatra Utara
Soenanto, H & Kuncoro, S., 2005, Hancurkan Batu Ginjal dengan
Ramuan Herbal. Puspa Swara. Jakarta dalam Helmi Arifin, Masitah,
Elisma, 2010,EFEK DIURETIK DAN DAYA MELARUTKAN
BATU GINJAL DARI EKSTRAK HERBA PECUT KUDA
(Stachytarpheta jamaicensis (L)Vahl)Fakultas Farmasi, Universitas
Andalas Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) lawas, Padang.
Surya Dharma, Mimi Aria, Esa Fadillah Syukri, 2014,PENGARUH
EKSTRAK ETANOL DAUN KEJIBELING (Strobilanthes crispa (L)
Blume) TERHADAP KELARUTAN KALSIUM DAN OKSALAT
SEBAGAI KOMPONEN BATU GINJAL PADA URIN TIKUS
PUTIH JANTAN
Sulkani. (2013, Mei 27). Tanaman Biduri, Gandarusa. Retrieved
September 26, 2014, from Kementrian Pertanian - Direktorat Jendral
Perkebunan: http://ditjenbun.pertanian.go.id/tanregar/berita-214-
tanaman-biduri-gandarusa.html
Tanu, I. (2009). Farmakologi dan Terapi Edisi 5 (Cetak Ulang dengan
Perbaikan),Balai Penerbit FKUI, Jakarta dalam Nurihardiyanti,
Yuliet, Ihwan, 2015,DIURETIC AKTIVITY OF SEED EXTRACT
COMBINATION OF PAPAYA (Carica papaya L.) AND SNAKE
FRUID (Salacca zalacca varietas zalacca (GAERT.)VOSS) IN
WISTAR STRAIN MALE RATS (Rattus norvegicus L.), Jurusan
Farmasi Fakultas MIPA Universitas Tadulako, Palu
LAMPIRAN