Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur senantiasa kami panjatkan


kehadirat Allah SWT. karena atas berkat limpahan rahmat, karunia dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Bayi Tabung” ini.

Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam makalah ini juga
disusun dengan maksud agar pembaca dapat memperluas ilmu dan pengetahuan
tentang Bayi Tabung. Kami juga mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada Dosen Mata kuliah Agama Islam yang telah membimbing kami. Tak lupa
pula ucapan terimakasih sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Keritik dan satan selalu kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepasa seluruh
pembaca dan bermanfaat bagi kita semua, Aamiin . demikian kami ucapkan
terimakasih.

Bogor, 23 November 2019

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................2

C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Pengertian Inseminasi Buatan (Bayi Tabung)...........................................3

B. Latar Belakang Dilakukannya Inseminasi Buatan / Bayi Tabung............4

C. Jenis-jenis Bayi Tabung............................................................................5

D. Tahap-tahap Bayi Tabung.........................................................................6

E. Bayi Tabung dalam Pandangan Islam...........................................................8

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP..............................................................................................................12

A. Kesimpulan..............................................................................................12

B. Saran........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Idealnya dalam suatu perkawinan adalah terpenuhinya tujuan-tujuan


dilangsungkannya perkawinan itu sediri. Menurut undang undang nomor 2 tahun
1974 tentang perkawinan, tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga
(rumah tagga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.
Perkawinan bukan sekedar untuk menyalurkan nafsu seksual menurut cara yang
sah, melaikan juga mengandung nilai nilai luhur yang dicapai dengan perkawinan,
salah satunya memperoleh keturunan yang sah, artinya jelas nasabnya, baik dilihat
secara keperdataan maupundari sudut pandang hukum islam (Murti, 2015). Oleh
karna pentingnya kehadiran anak, maka wajarlah mereka yang merasa mandul
atau tidak mendapatkan keturunan berupaya sebatas kemampuan masing masing
untuk memperoleh keturunan. Salah satunya adalah dengan inseminasi buatan
(Murti, 2015)

Pada prinsipnya, program bayi tabung itu bertujuan untuk membantu


mengatasi sepasang suami istri yang tidak mampu melahirkan keturunan secara
alami yang disebabkan karna ada kelaina pada masing masing suami istri, seperti
radang pada selaput lendir rahim, sperma kurang baik, dan lain sebagainya.
Dengan program bayi bayi tabung ini, diharapkan akan mampu memberikan
kebahagian bagi sepasang suami istri yang telah hidup bertahun-tahun dalam
ikatan perkawinan yang sah tanpa keturunan (Zubaidah, 2002). Di Indonesia
program bayi tabung masih terdengar eskslusif dikalangan masyarakat. Mereka
yang kebanyakan melakukan program bayi tabung adalah pasangan yang sulit
memiliki keturunan. Bayi tabung adalah sakh satu solusi bagi pasangan yang
memiliki gangguan kesuburan (Djuwatono,2008).

Inseminasi buatan ialah penghamilan buatan yang dilakukan terhadap


seseorang wanita, tanpa melakukan cara alami, yakni tanpa persetubuhan,
melainkan dengan cara melakukan dengan cara memasukkan sperma laki laki
kedalam rahim wanita tersebut dengan pertolongan dokter (Tahar, 1987).
Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran dalam hal memproses kelahiran bayi

1
tabung dengan cara inseminasi buatan, dari satu sisi dapat dipandang sebagai
suatu keberhasilan untuk mengatasi kesulitan bagi pasangan suami istri yang telah
lama mengharapkan keturunan (Safarudin 2011). Tetapi dari sisi lain, program
bayi tabung tersebut di atas, telah banyak menimbulkan permasalahan dibidang
hukum, khususnya bagi umat islam (Zubaidah, 2015).

Meskipun inseminasi buatan memiliki manfaat yang besar, namun juga


sangat rentan terhadap penyalahgunaan dan kesalahan etika apabila dilakukan
oleh orang yang tidak beragama, beriman, dan beretika sehngga dapat berpotensi
berdampak negatif dan fatal. Kaidah dan ketentuan syariah merupakan panduan
etika dalam menggunakan teknologi tersebut, sebab penggunaan dan penerapan
teknologi belum tentu sesuai menurut agama, etika, dan hukum yang berlaku di
masyarakat (Safarudin, 2012).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Inseminasi / bayi tabung?
2. Bagaimana pandangan agama terhadap Inseminasi buatan / bayi tabung?
C. Tujuan

Untuk memaparkan bagaimana pandangan agama islam terhadap inseminasi /


bayi tabung?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Inseminasi Buatan (Bayi Tabung)

Inseminasi merupakan terjemahan dari artifical insemination. Artifical


artinya buatan atau tiruan, sedangkan isemition berasal dari kata latin. Inseminatus
pemasuka atau penyampain. Artifical insemination adalah penghamilan atau
pembuahan buatan (pratiknya dalam keputusan muktamar tarjih muhammadiyah).

Jadi, insiminasi buatan adalah penghamilan buatan yang dilakukan


terhadap wanita dengan cara memasukkan sperma laki-laki ke dalam rahim wanita
tersebut dengan pertolongan dokter, istilah lain yang semakna adalah kawin
suntik, penghamilan buatan dan permainan buatan (PB). Yang dimaksud dengan
bayi tabung (test tubebaby) adalah bayi yang didapatkan melalui proses
pembuatan yang dilakukan di luar rahim sehingga terjadi embiro dengan bantuan
ilmu kedokteran. Dikatakan sebagai kehamilan bayi tabung karena benih laki-laki
yang disebut dari zakar laki-laki disimpan dalam suatu tabung (permadi etal,
2008).

Istilah insemia buatan atau bayi tabung yang dikenal dalam masyarakat
sebenernya mengacu pada proses Fertilisasi In Vitro (FIV) dalam dunia
kedokteran (Alam dan Hadibroto, 2007).

Fertilisasi berarti pebuahan sel telur wanita oleh spematozoa pria, sedang
In Vitro berarti diluar tubuh. Dengan demikian, FIV berarti proses pembuahan sel
telur wanita oleh spermatozoa pria (bagian dari proses reproduksi manusia), yang
terjadi diluar tubuh (permadi et al, 2008).

Pada dasarnya program bayi tabung adalah pelaksanaan proses


pembuahan yang seharusnya terjadi didalam saluran telur, tetapi karna satu dan
lain hal, maka proses tersebut tidak dapat terjadi secara ilmiah, maka proses
tersebut dilakukan secara in vitro ( di dalam laboratorium0 (alam dan
hadibroto,2007)

3
Inseminasi butan atau bayi tabung ialah upaya pembuatan yang dilakukan
dengan cara mempertemukan sperma dan ovum tidak melalui hubungan langsung
(besenggama). Hal ini dilakukan melalui proses pembuahan sperma dan sel telur
(fertilasi) didalam gelas (in virto, latin) atau dengan kata latin ikhtiar
mempertemukan sel telur (ovum) dengan sperma diluar kandungan, kemudian
dimasukkan lagi ke rahim setelah pembuahan terjadi ( priono, 2015).

Proses bayi tabung adalah sperma dan ovum yang telah dipertemukan
dalam sebuah tabung, dimana setelah terjadinya pembuahan, kemudian
disarangkan ke dalam rahim wanita, sehingga sampai pada saatnya lahirlah bayi
tersebut (tarjiah muhammadiyah,1980) bayi tabung merupakan salah satu metode
untuk megatasi masalah kesuburan dalam sebuah rumah tangga ketika metode
lainnya tidak berhasil (permadi et al,2008).

Jadi, menurut Alam dan Hadibroto (2007), bayi tabung adalah metode
untuk membantu pasangan subur yang mengalami kesulitan dibidang pembuahan
sel telur wanita oleh sel sperma pria. Secara teknis, dokter mengambil sel telur
dari indung telur wanita dengan alat yang disebut laporoscop (temuan dr. Patrick
C. Steptoe dari inggris).

Sel telur itu kemudian diletakkan didalam suatu mangkuk kecil dari kaca
yang dipertemukan dengan sperma dari suami. Setelah terjadinya pembuahan di
dalam mangkuk kaca tersebut, kemudian hasil pembuahan itu dimasukkan lagi
kedalam rahim sang ibu untuk kemudian mengalami masa kehamilan dan
melahirkan anak seperti biasa (Pratiknya dalam Keputusan Muktamar Tarjiah
Muhammadiyah).

B. Latar Belakang Dilakukannya Inseminasi Buatan / Bayi Tabung

Dalam dunia kedokteran sistem inseminasi buatan atau bayi tabung ini bukan
merupakn hal yang baru. Bangsa arab telah mempraktekan sistem ini pada abad
14 dalam upaya mengembangbiakan pertenakan kuda dan mulai dikenal di dunia
barat pada akhir abad ke-18. John Hanter adalah dokter pertama dari inggris yang
merekayasa sistem ini tahun 1899 M, yaitu dengan experimen pada sepasang
suami istri (permadi et al, 2008).

4
Pada tahun 1978 di inggris, dokter Step Toe berhasil melakukan
inseminasi ini pada pasangan tuan dan nyonya Brown. Pada tahun 1918 M
Adiperancis terjadi inseminasi buatan atau bayi tabung dengan benih selain dari
suami istri. Kemudian muncul bank-bank sperma untuk mendukung penemuan
baru tersebut. Yang menjadi persoalan dalam praktek inseminasi buatan atau bayi
tabung ini bukan prosesnya itu sendiri, tapi sperma siapa yang digunakan, dan sel
telur siapa yang dibuahi. Karena itu praktek inseminasi buatan ini ditinjau dari
aspek subyeknya (pasien) adalah sebagai berikut:

1. Inseminasi buatan/bayi tabung dari sperma dan ovum suami istri yang
dimasukkan kedalam rahim istri sendiri.
2. Inseminasi buatan/bayi tabung dari sperma dan ovum suami istri yang
dimaksukkan ke dalam rahim selain istrinya. Atau disebut juga sewa sperma.
3. Inseminasi buatan/ bayi tabung dengan sperma dan ovum yang diambil dari
bukan suami/istri. Inseminasi buatan/bayi tabung dengan sperma yang
dibekukan dari suaminya yang sudah meninggal (Djuwantono, 2008).

Menurut Permadi et al 2008, latar belakang dilakukannya Fertilisasi in


vitro dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Faktor pria
2. Gangguan pada saluran keluar spermatozoa
3. Kumpilan fisik yang menyebabkan pria tidak mampu melakukan hubungan
seksual (misalnya kelumpuhan tubuh bagian pinggang kebawah setelah
terjadinya kecelakaan)
4. Sangat terbatasnya jumlah spermatozoa yang mampu membuahi sel telur
(yang memiliki bentuk tubuh spermatozoa normal dan bergerak secara aktif)
5. Hal lain yang masih belum dapat dijelaskan secara ilmiah
6. Faktor wanita
7. Gangguan pada saluran reproduksi wanita (seperti pada perlengkatan atau
subatan tuba)
8. Adanya antibodi abnormal pada saluran reproduksi wanita, sehingga
menyebabkan spermatozoa pria yang masuk ke dalamnya tidak mampu
bertahan hidup.

5
9. Hal lain yang masih belum daoat dijelaskan secara ilmiah.
C. Jenis-jenis Bayi Tabung

Apabila ditinjau dari segi sperma, dan ovum serta tempat embrio
ditransplantasikan, maka bayi tabung dapat dibagi menjadi 8 jenis yaitu :

1. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami istri,
kemudian embrionya di trans-plantasikan ke dalam rahim istri.
2. Bayi tabunng yang mengguanakan sperma dan ovum dari pasangan suami
istri, lalu embrionya ditransplan-tasikan ke dalam rahim ibu penggati
(surrogate mother).
3. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami dan ovumnya berasal dari
donor, lalu embrionya ditrans-plansikan ke dalam rahim istri.
4. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari donor, sedangkan ovumnya
berasal dari istri lalu embrionya ditransplansikan ke dalam rahim istri.
5. Bayi tabung yang menggunakan sperma donor, sedangkan ovumnya berasal
dari isteri lalu embrionya di transplantasikan ke dalam rahim surrogate
mother.
6. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami, sedangkan ovumnya
berasal dari donor, kemudian ombrianya ditrans-plantasikan kedalam rahim
surrogste mother.
7. Bayi tabung yang mengguanakan spermadan ovum dari donor lalu
embrioanya ditansplantasikan kedalam rahim istri.
8. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum berasal dari donor,
kemudian embrionya ditransplantasikan kedalam rahim surrogate mother
(Salim 1993).

Kedelapan jenis bayi tabung tersebut di atas secara teknologi sudah dapat
dilakukan, namun didalam kasus khasus pengumaan teknologi bayi tabung baru
mencakup 5 jenis, yaitu: jenis pertama, kedua, ketiga, keempat dan ketujuh. Dan
mengapa kelima jenis itu sudah dapat ditetapkan, sedangkan jenis lain belum
dilaksanakan? Hal ini disebabkan karena kondisi dari pasangan suami istri pada
saat menginginkan anak memilih salah satu dari kelima jenis itu, dan

6
pemilihannya tergantung pada faktor penyebab infertilitas masing-masing (Salim
1993).

D. Tahap-tahap Bayi Tabung

Menurut permadani, 2008 tahap tahap yang harus dilakukan oleh setiap
pasangan yang beminat mengikuti program bayi tabung adalah :

1. Tahap stimulasi atau perangsang produksi sel telur matang. Salah satu
penyebab sulitnya seorang wanita memiliki anak adalah kegagalan ovarium
dalam menghasilkan sel telur matang yang siap untuk dibuahi.
2. Tahap pengambilan sel telur matang dari ovarium wanita dan spermatozoa
pria.
3. Tahap fertilisasi sel telur oleh spermatozoa dilaboratorium inilah tahap yang
dinanti oleh spermatozoa dan sel telur untuk bertemu, didalam sebauh tempat
khusus yang menjamin nutrisi, serta sterilitas, spermatozoa dan sel telur
dipertemukan.
4. Tahap pencangkokan embrio kedalam rahim. Embrio yang dinilai berkualitas
baik akan segera ditanamkan pada hari ke-2, ke-3 atau hari ke-5 pasca
pengambilan sel telur. Terjadi tidaknya kehamilan pasca penanaman embrio
akan dipantau melalui kadar Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam
darah. Biasanya hal ini dilakukan apabila tidak terjadi menstruasi selama 16
hari.

Menurut Alam dan Hadipronoto,2007 prosedur bayi tabung dimulai dengan


perangsangan indung telur dengan hormon. Hal ini untuk memacu perkembangan
sejumlah folikel agar menghasilkan sel telur. Perkembangan pematangan sel telur
tersebut dipantau secara teratur dengan alat USG dan dilakukan juga pengukuran
kadar hormon ekstradional dalam darah. Perkembangan yang terakhir
pengambilan sel telur matang dari permukaan indung telur tidak perlu lagi melalui
operasi kecil, tetapi cukup pengisapan cairan folikel dengan tuntutan alat
ultrasonografi transvagnal. Cairan folikel tersebut kemudian dibawa ke
laboraturium dan seluruh sel telur yang diperoleh kemudian dieramkan dalam
inkubator.

7
Beberapa jam kemudian, kepada setiap sel telur ditambahkan sejumlah sperma
yang telah diolah dan dipilih yang terbaik mutunya agar terjadi inseminasi sekitar
18-20 jam kemudian akan terlihat proses pembuahan berhasil atau tidak. Sel telur
yang telah dibuahi sperma disebut zigot, dan akan dipantau lagi selama 22-24 jam
untuk melihat perkembangan prosesnya menjadi embrio. Biasanya dokter akan
memilih empat embrio yang terbaik untuk ditanamkan kembali ke dalam rahim.
Jumlah tersebut adalah maksimal, karena apabila keempatnya berhasil terjadi dan
terjadi kehamilan, resikonya akan besar bagi calon ibu dan janin (Permadi et al).

E. Bayi Tabung dalam Pandangan Islam

Ajaran syariat dalam islam mengajarkan kita untuk tidak boleh putus asa dan
menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar(berusaha) dalam menganggapi karunia
Allah SWT. salah satunya memelihara fungsi dan kesucian reproduksi bagi
kelangsusngan dan kesinambungan generasi umat manusia. Allah telah
menjanjikan setiap kesukitan ada solusinya dijelaskan dalam (QS. Al-Insyirah :5-
6) termasuk kesulitan reproduksi manusia dengan adanya kemajuan teknologi
kedokteran dan kemajuan ilmu biologimodern yang Allah karuniakan kepada
umat manusia agar mereka bersyukur dengan menggunakannya sesuai kaidah
ajaran-Nya (Murti, 2015).

Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran dalam hal memproses kelahiran bayi
tabung dengan cara asimilasi buatan, dari sisi lain dapat dipandang sebagai suatu
keberhasilan untuk mengatasi kesulitan bagi pasangan suami isteri yang telah
lama mengharapkan keturunan (Zubaidah, 2002).

Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan selalu
mendorong kepada pemeluk-pemeluknya untuk berkecimpung dan menyelami
lautan ilmu pengetahuan, menyambut penemuan baru ini sebagai hasil
perkembangan pikiran manusia yang patut dipuji asal saja penemuan itu
digunakan dalam batas-batas yang tidak bertentngan dengan agama dan tidak
melanggar batas molar dan kemanusiaan (Yusuf, 1989).

Menurut keputusan Muktamar Tarjih Muhammadiyah ke-21 di Klaten yang


diadakan dari tanggal 6-11 April 1980 dalam Sidang Seleksi A (Bayi Tabung)

8
menyebutkan bahwa bayi tabung menurut proses dengan sperma dan ovum dari
suami dan istri sah menurut Hukum Islam adalah mubah dengan syarat :

1. Teknis mengambil sperma dengan cara yang tidak bertentangan dengan


syariat Islam
2. Penempatan zygota seyogyanya dilakukan oleh dokter wanita
3. Resipien adalah isteri sendiri
4. Situs anak dari bayi tabung PLTSI-RRI (sperma dan ovum dari suami-isteri
yang sah, resipien istri sendiri yang mempunyai ovum itu) adalah anak sah
dari suami-isteri yang bersangkutan (Tajriah Muhammadiyah, 1980).

Kemudian surat keputusan Majelis Ulama Indonesia Nomor Kep-


952/MUI/XI/1990 tentang Inseminasi buaatan/Bayi Tabung tertanggal 26
November 1990 menyebutkan bahwa inseminasi buatan/bayi tabung dengan
sperma dan ovum yang diambil dari pasangan suami-isteriyang sah secara
muhtaram dibenarkan oleh islam selama mereka dalam ikatan perkawinan yang
sah.

Beberapa Ulama berpendapat antara lain Hasan Basri mengemukakan bahwa


“Proses kelahiran melalui teknik bayi tabung menurut agama islam itu dibolehkan
dan sah, asal yang pokok sperma dan sel telurnya dari pasangan suami-isteri. Hal
ini disebabkan perkembangan ilmu pengetahuan yang menjurus kepada bayi
tabung dengan positif patut disyukuri. Dan ini merupakan karunia Allah SWT.
sebab bisa dibayangkan sepasang suami-isteri yang sudah 14 tahun mendambakan
seorang anak bisa terpenuhi” (Salim, 1993).

Husein Yusuf mengemukakan bahwa “Bayi Tabung dilakukan bila sperma


dan ovum dari pasangan suami-isteri yang diproses dalam tabung, setelah terjadi
pembuahan kemudian disarangkan dalam rahim isterinya sampai saat terjadi
kelahiran, maka secara otomatis anak tersebut dapat dipertalikan keturunannya
dengan ayah beserta ibunya, dan anak itu mempunyai kedudukan yang sah
menurut syari’at islam. Dari beberapa pendapat dan pandangan diatas dapat
dikemukakan bahwa penggunaan teknologi bayi tabung tidak menimbulkan
persoalan, asal bayi tabung yang dikembangkan adalah menggunakan sperma dari

9
pasangan suam-isteri, kemudian embrionya ditransplantasukan ke dalam rahim
isteri.

Sebaliknya kalo inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor


sperma dan atau ovum, maka diharamkan dan hukumnya sama saja dengan zina
(prositusi). Begitu juga dengan embrionya ditransfer kedalam rahim ibu pengganti
(surrogate mother). Dan sebagai akibat hukumannya, anak hasil inseminasi
tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang
melahirkannya.

Terdapat larangan penggunaan sperma maupun mentransfer kedalam rahim


ibu pengganti seperti terdapat pada Surat Al-Baqarah : 233

Artinya : “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat bercocok tanam,


datanglah tanah tempat bercocok tanamanmu itu sebagaimana kamu kehendaki
kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan takwalah pada Allah dan
ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Berilah kabar gembira orang-
orang beriman”.

Surat An-Nur : 30-31 yang Artinya : “Katakanlah kepada orang laki-laki


yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara
kemaluannya yang demikian lebih suci dari mereka, sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman :
“Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya”.

Ayat diatas memerintahkan kepada suami (laki-laki) mukmin untuk


menahan pandangannya dan kemaluannya, termasuk didalamnya memelihara
jangan sampai sperma yang keluar dari fajrinya (alat kelamin) itu bertaburan atau
ditaburkan kedalam rahim yang bukan isterinya. Begitu juga wanita beriman
diperintahkan untuk menjaga kemaluannya, artinya jangan sampai fajrinya
menerima sperma yang bukan berasal dari suaminya.

Berdasarkan firman Allah SWT. tersebut maka dapat dikemukakan bahwa


seorang isteri tidak diperkenankan umtuk menerima sperma dari orang lain, baik
yang dialkukan secara fisik maupun dalam bentuk pre-embrio. Dan hal terakhir ini
analog dengan penggunaan sperma donor. Karena disini pendonor tidak

10
melakukan hubungan badan secara fisik dengan isteri, tetapi isteri menerima
sperma dalam bentuk pre-embrio. Dan apabila hal ini juga dilakukan oleh isteri,
maka ini juga termasuk dosa besar sesudah syirik. Kedudukan anaknya adalah
sebagai anak zina.

Menurut dalil-dalil syar’i yang dapat dijadikan landasan menetapkan hukum


haram pelaksanan bayi tabung dengan donor ialah :

1. Firman Allah SWT dalam Surat Al-Isra : 70


2. Artinya : “Dan sesungguhnys telah kami muliakan anak cucu adam, dan kami
angkat mereka di darat dan di laut, dan kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik, dan kami lebihkan mereka diatas banyak makhluk yang kami
cipatakan dengan kelebihan yang sempurna”.
3. Hadist Nabi SAW yang menyatakan, “Tidak halal bagi seseorang yang
beriman kepada Allah dan Hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada
tanaman orang lain (isteri orang lain) “. HR. Abu Daud Tarmidzi dan
dipandang Sahih oleh Ibnu Hibban.
4. Dalil lain untuk syaratkehalalan pelaksanaan bayi tabung bagi manusia harus
berasal dari sperma dan ovum pasangan yang sah menurut syariah adalah
kaidah hukum fiqih yang menatakan “dar’ul mafsadah muqaddam’alajalbil
mashlahah” (menghindari mafsadah atau mudharat) harus didahulukan
daripada mencari atau menarik maslahah/kebaikan. Namun mudharat dan
mafsadahnya jauh lebih besar antara lain berupa pencampuran nasab.

Islam sangat menjaga kesucian/kehormatan kelamin dan kemurnian nasab,


karena ada kaitannya dengan kemahraman (siapa yang halal dan haram dinikahi)
dan kewarisan.

1. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam


2. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prosistusi, karena terjadi
pencampuran sperma pria denganovum wanita tanpa perkawinan yang sah.
3. Kehadiran anak hasil inseminasi bisa menjadi sumber konflik dalam rumah
tangga, terutama bayi tabung dengan bantuan donor merupakan anak yang
sangat unik yang bisa berbeda sekali bentuk, sifat-sifat fisik dan
karakter/mental si anak dengan orang tuanya.

11
4. Anak hasil inseminasi lebih banyak unsur negatifnya daripada anak adopsi.
5. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, terutama bagi
bagi bagi bayi tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya
kepadapasangan suami-isteri yang punya benihnya sesuai dengan kontrak,
tidak terjalin hubungan keibuan secara alami. (QS. Lukman : 14 dan Al-Ahfaq
: 14).

Adapun mengenai status anak hasil inseminasi buatan dengan donor sperma
atau ovum menurut hukum Islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan
anak hasil prostitusi atau hubungan perzinaan.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Inseminasi buatan ialah penghamilan buatan yang dilakukanterhadap


seseorang wanita, tanpa melalui cara alami yakni tanpa persetubuhan, melaikan
dengan cara memasukan sperma laki-laki kedalam rahim wanita tersebut dengan
pertolongan dokter.

Kemudian surat keputusan Majelis Ulama Indonesia Nomor Kep-


952/MUI/XI/1990 tentang Inseminasi buaatan/Bayi Tabung tertanggal 26
November 1990 menyebutkan bahwa inseminasi buatan/bayi tabung dengan
sperma dan ovum yang diambil dari pasangan suami-isteriyang sah secara
muhtaram dibenarkan oleh islam selama mereka dalam ikatan perkawinan yang
sah.

B. Saran

Dalam makalah ini penulis menjelaskan tentang bayi tabung, kami penulis
menyarankan kepada pembaca khususnya para pasangan suami isteri agar lebih
tau tentang bayi tabung.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al Marwadi edisi VII Februari 1999

A.Hasasan, Qadir. 1984. Terjemahan Nailul Authar himpunan Hadis-Hadis


Hukum, Surabaya.

14

Anda mungkin juga menyukai