Anda di halaman 1dari 4

Universitas Pamulang Akuntansi S-1

PERTEMUAN KE-4
PAJAK PENGHASILAN FINAL

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari pertemuan ini, mahasiswa mampu menyusun makalah
seminar tentang Pajak Penghasilan Final serta menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang timbul dari peserta seminar atas makalah tersebut.

B. URAIAN MATERI
1. Pengertian Pajak Final

Pajak final atau PPh final merupakan pajak yang dikenakan langsung saat
wajib pajak (WP) menerima penghasilan. Pajak final biasanya langsung disetorkan
oleh WP. Karena sifat pungutannya yang seketika, PPh final tidak lagi
diperhitungkan dalam pelaporan SPT tahunan meskipun nantinya tetap harus
dilaporkan.
Lalu, mengapa pemerintah membedakan pajak penghasilan menjadi 2
jenis? Pemisahan PPh final dan nonfinal bukanlah sebuah keputusan yang dibuat
semata-mata untuk mempersulit wajib pajak, bahkan sebaliknya, pemerintah
(dalam hal ini Dirjen Pajak) berusaha memudahkan wajib pajak agar kewajibannya
bisa dipenuhi dengan lebih mudah lagi. Setidaknya ada dua pertimbangan yang
menjadi dasar penerapan pajak final, yaitu:
a. Penyederhanaan pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha.
b. Memudahkan serta mengurangi beban administrasi bagi wajib pajak.

Untuk lebih memahami dua jenis pajak ini, selanjutnya mari kita bahas
beberapa hal tentang PPh final dan non-final yang mungkin belum Anda tahu.
Perbedaan PPh Final dan Non Final
a. Berbeda Sistem Hitungnya
PPh final dihitung langsung sebagai satu kesatuan tanpa dikaitkan dengan
perhitungan penghasilan lainnya. Sedangkan PPh non-final dihitung dari
penghasilan bruto ditambah biaya lain seperti biaya perolehan, pemeliharaan,

Seminar Perpajakan 26
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

dan penagihan. Jadi, jika penghasilan yang didapat termasuk PPh final, maka
penghasilan tersebut tidak perlu dihitung lagi untuk mengetahui berapa pajak
terutang.
Penghasilan yang Dikenakan Pajak Final
Lalu, apa saja jenis penghasilan yang termasuk PPh final? Berdasarkan
UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang termasuk pajak
final adalah:
1) Penghasilan dari bunga deposito dan tabungan.
2) Penghasilan dari bunga obligasi.
3) Penghasilan dari hadiah undian.
4) Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek.
5) Penghasilan dari usaha jasa konstruksi.
6) Penghasilan dari sewa tanah dan bangunan.
7) Penghasilan dari perusahaan pelayaran Indonesia.
8) Penghasilan dari wajib pajak luar negeri yang memiliki kantor perwakilan di
Indonesia.
b. Tarifnya Berbeda
Untuk PPh final, tarif yang dikenakan adalah tarif umum progresif yang
tercantum dalam pasal 17 UU PPh. Sedangkan tarif dan dasar pemungutan
PPh non-final diatur oleh Peraturan Presiden (Perpres) atau Peraturan Menteri
(Permen).
c. Waktu Penyetoran Berbeda
Pada PPh final, jumlah pajak yang dipotong pihak lain atau dibayar sendiri
dapat dikreditkan pada SPT tahunan. Sedangkan pada PPh non-final kewajiban
baru bisa ditunaikan begitu kita menyetor dan melaporkan SPT tahunan.
Transaksi PPh non final dianggap lunas saat Anda selesai melakukan
perhitungan pajak akhir tahun.

Jika penjelasan di atas masih membuat Anda bingung, mari kita pelajari
contoh kasus di bawah ini untuk mendapatkan pemahaman lebih menyeluruh
tentang apa sebenarnya PPh final dan non-final itu?

Seminar Perpajakan 27
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

Contoh Kasus
Pak Ahmad memiliki sebuah rumah yang disewakan untuk indekos.
Perbulannya, Pak Ahmad mendapatkan penghasilan senilai Rp 2 juta dari sewa
tersebut. Saat menerima uang, Pak Ahmad langsung memotong penghasilannya
sebesar 0,5% dan menyetorkannya melalui OnlinePajak.
Maka ketika masa pelaporan SPT Tahunan tiba, Pak Ahmad tidak perlu lagi
mencantumkan penghasilan dari sewa indekosnya untuk dihitung dengan
penghasilan lain karena pendapatan dari sewa tersebut termasuk PPh final. Pak
Ahmad hanya perlu melaporkan setoran PPh finalnya sebagai kelengkapan
administrasi.
Selain menyewakan kamar, Pak Ahmad juga bekerja sebagai tour guide
(pemandu perjalanan) sebuah perusahaan tour & travel. Dari pekerjaan tersebut,
beliau menerima gaji sejumlah Rp 6.000.000 per bulan. Saat mengisi laporan SPT
tahunan, Pak Ahmad masih harus mencantumkan penghasilannya sebagai tour
guide karena termasuk PPh pasal 21 untuk dihitung sebagai pembayaran pajak
tahunan. Hal ini karena, penghasilan yang didapat sebagai guide tergolong PPh
non-final.
Pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) yang tergolong kedalam objek pajak
juga dibagi menjadi dua yaitu pertama, dikenakan Pajak Penghasilan dengan tarif
umum berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan, serta yang
kedua, dikenakan Pajak Penghasilan bersifat final. Penghasilan yang dikenakan
Pajak Penghasilan bersifat final, maka atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh tersebut akan dikenakan Pajak Penghasilan dengan tarif tertentu, serta
dasar pengenaan pajak tertentu pada saat penghasilan tersebut diterima atau
diperoleh. Pajak Penghasilan yang dikenakan tersebut, baik yang dipotong pihak
lain maupun yang disetor sendiri, tidak tergolong ke dalam pembayaran di muka
atas Pajak Penghasilan terutang, tetapi langsung melunasi PPh terutang untuk
penghasilan tersebut. Oleh karena itu, atas penghasilan yang dikenakan pajak
bersifat final, Pajak Penghasilannya tidak akan dihitung lagi pada saat pengisian
SPT Tahunan untuk dikenakan tarif umum bersama-sama dengan penghasilan
lainnya, dengan kata lain Pajak Penghasilannya sudah selesai (final) pada saat

Seminar Perpajakan 28
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

transaksi terjadi. Begitu juga, PPh yang sudah dipotong atau dibayar tersebut juga
bukan merupakan kredit pajak di SPT Tahunan.

C. LATIHAN SOAL
1. Susunlah sebuah makalah mengenai Pajak Penghasilan bersifat Final, lalu
analisislah menurut pendapat saudara
2. Makalah yang telah disusun harus dipresentasikan dikelas

D. DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah Indonesia. 2008. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan. Lembaran Negara RI Tahun 2008. Sekretariat Negara. Jakarta.

Seminar Perpajakan 29

Anda mungkin juga menyukai