Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN ANALISA VIDEO SISTEM

PERNAFASAN, PENCERNAAN, PENGINDERAAN DAN KARDIOVASKULER


STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Disusun oleh :
Erlin Kusumawati
40901800028

PRGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2020
 SISTEM PERNAFASAN
A. PENGHISAPAN LENDIR/SUCTION
1. Tindakan keperawatan yang dilakukan :
Penghisapan lendir / suction
2. Tujuan tindakan
- Untuk membantu pasien bernafas dengan lega
- Untuk mengeluarkan secret
- Memberikan rasa nyaman dan enak pada pasien
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi :
- Adanya secret yang berlebihan ,
- pasien yang tidak bisa mengeluarkan lendir sendiri
- pasien tidak sadar
b. Kontra indikasi :
Fraktur ,pasien dengan stridor
c. Alat dan bahan :
- bak instrumen yang berisi
- pinset anatomis 2 buah
- hand scoon
- kassa steril
- NaCL
- Kanul suction
- Perlak pengalas
- Mesin suction dan pipa penyambung

Kom steril

- Kertas tissue
4. Prosedur dan rasionalnya

Prosedur Rasional

Pra interaksi : Untuk kebersihan, untuk mengetahui benar


Mengecek program terapi, mencuci pasien dan mempersiapkan alat sesuai
tangan,mengidentifikasi pasien dengan tindakan yang akan dilakukan
benar, menyiapkan alat

Memperkenalkan diri, melakukan kontrak, Memastikan pasien menetujui tindakan


menjelaskan tujuan,prosedur dan
menanyakan kesiapan pasien

Kepala sedikit ekstensi Mengatur posisi yang nyaman pada pasien

Memberikan oksigen 2-5 liter Untuk melarutkan secret


Meletakan perlak dan pengalas di dagu Untuk menghindarkan kotoran jatuh ke baju
pasien pasien

Menghidupkan mesin, mengecek tekanan Untuk mengetahui mesin apakah masih


dan botol penampung berfungsi atau tidak

Memakai handscoon Untuk menghindari


Kontak langsung dengan cairan pasien

Menghubungkan kateter dengan mesin -


suction

Memasukan suction dengan hati-hati Proses mengeluarkan secret

Menghisap lender dengan menutup lubang Mengekuarkan secret


kanul menarik keluar perlahan sambil
memutar

Membilas kanul dengan NaCl dan berikan Agar tidak terlalu penuh dan tersumbat
pasien untuk bernafas

Ulangi prosedur bila secret masih banyak Agar secret dapat terhisap dengan bersih

Mengobservasi secret tentang warna bau dan Untuk mengetahui keadaan secret
volumenya

Melepas handscoon -

5. Bahaya yang mungkin terjadi :


Jangan lakukan penghisapan lebih dari 15 detik karena dapat menurunkan
saturasi oksigen
6. Evaluasi :
- Rencana tindak lanjut
- Kontrak yang akan datang
7. Daftar pustaka :
https://youtu.be/HAj0waxpq20

B. NAFAS DALAM DAN BATUK EFEKTIF


1. Tindakan keperawatan yang di lakukan : nafas dalam dan batuk efektif
2. Tujuan tindakan :
- Meningkatkan kapasitas paru
- Mencegah atelektasi
- Mengurangi sesak nafas karena akumulasi secret
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi :
- Emphysema
- Fibrosis
- Asma
b. Kontra indikasi :
- Pnumotoraks
- Hemoptyis
- Edema paru
c. Alat dan bahan :
- Bengkok
- Air hangat
- Tissue
- Kom sputum
- Air minum hangat
- Handuk dan perlak pengalas
4. Prosedur tindakan dan rasional

Prosedur Rasional
Mencuci tangan Menjaga kebersihan
Identifikasi pasien Memastikan benar pasien
Menjelaskan prosedur Memberi penjelasan ke pasien tentang
tindakan apa yang di lakukan

Menanyakan kesedian pasien memastikan pasien bersedia dan menyetujui


tindakan

Memasang handuk di dada klien menghindari pasien dari kotoran secret


Pasang pengalas pengalas ke paha pasien menghindari pasien dari kotoran secret
Berikan pasien minum hangat Untuk memperlancar pengeluaran secret
Meletakan tangan kanan pasien di dada dan Untuk merasakan pergerakan naiknya paru-
tangan kiri memegang abdomen abdomen paru dan perkembangan abdomen

Melakukan tarik nafas dalam selama 3x Untuk meningkatkan kapasitas paru

Tarik nafas melalui hidung keluarkan dari Untuk mengeluarkan sputum


mulut dan meminta pasien untuk
membatukan
Tampung sputum ke dalam gelas untuk pemeriksaan diagnostik
penampung atau ke bengkok

Membereskan alat Membersihkan alat ke tempat semula


Menyanakan keadaan pasien Untuk mengetahui kodisi pasien etelah
tindakan

Mencuci tangan Untuk menjaga kebersihan

Dokumentasi Mencatat dan mendokumentasikan tindakan


yang telah dilakukan
5. Bahaya yang mungkin terjadi :
- Pengendapan aerosol didalam saluran nafas
- Mual
- Muntah
- bronkuspasme
6. Evaluasi :
Setelah dilakukan teknik tarik nafas dalam pasien merasa lebih nyaman dan
diafragma paru pasien menjadi normal serta secret berkurang
7. Daftar pustaka
https://www.youtube.com/watch?v=p6AuaDKle5U

C. PEMERIKSAAN FISIK PERNAFASAN (DADA)


1. Tindakan keperawatan yang dilakukan :
Pemeriksaan fisik sistem pernafasan
2. Tujuan tindakan :
Untuk mengetahui apakah sistem pernafasan nya terganggu atau tidak
3. Prinsip tindakan :
a) Indikasi
- Emfisema
- Infeksi saluran pernafasan atas
- Infeksi saluran pernafasan bawah
b) Kontra indikasi :
- Klien mengalami fraktur
- Riwayat medis klien abnormal sejak lahir
- Adanya lesi atau luka pada daerah yg akan dipalpasi dan diperkusi
- Tingkat kesadaran klien yg rendah
c) Alat dan Bahan:
1. Sarung tangan
2. Penggaris
3. Stetoskop
4. Bolpoint
5. Lembar dokumentasi
4. Prosedur tindakan dan rasionalnya

PROSEDUR RASIONAL
Inspeksi dinding dada anterior Saat klien duduk perawat berhadapan dengan
klien dan memperhatikan dinding dada, simetris
atau tidak,pergerakan dada saat respirasi
diperhatikan,adanya kesulitan untuk klien
bernafas atau tidak.
Inspeksi dinding dada lateral Perawat meminta klien untuk mengangkat
tangan sampai diatas kepala klien,kemudian
perawat berpindah di sebeleah kanan
klien,perhatikan seluruh bentuk dan diameter
anteroposterior toraks,dan konfigurasi lateral
vertebra torakalis.
Inspeksi toraks posterior perawat menghadap ke punggung klien
,perhatikan irama, amplitudo dan kesimetrisan.
Palpasi Pemeriksaan dengan cara sentuhan, rabaan dan
Letakkan kedua tangan pada lengkung tekanan
iga bagian bawah dengan telapak tangan
menempel pada punggung pasien dan
jari-jari menyebar,perhatikan adanya
pergerakan simetris klien.

Perkusi Pemeriksaan dengan cara mengetuk jari tengah


Perawat melakukan tindakan perkusi tangan kiri yang diletakkan pada tubuh pasien
kepada klien untuk menentukan batas untuk menentukan batas paru
anatomi resonansi paru dan menentukan
daerah dengan bunyi perkusi abnormal.
Auskultasi Untuk menilai pergerakan udara pada jalan nafas
Auskultasi paru posterior dan lateral dan untuk membuat kesimpulan tentang jalan
nafas,parenkim dan rongga pleura.
Auskultasi dada anterior Lapangan paru anterior diauskultasi dan
diperkusi lebih jauh mulai dari bawah klavikulas
sampai tingkatbatas diafragma.

5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya:


sesak nafas adalah kondisi yg sangat tidak nyaman,untuk antisipasinya dapat
menggunakan masker oksigen jika dalam kasus yg serius.
6. Evaluasi tindakan:
setelah perawat melakukan pemeriksaan fisik sistem pernafasan ternyata sistem
pernafasan klien normal
7. Daftar pustaka :
)https://www.youtube.com/watch?v=kRurdS0cJX8

 SISTEM PENCERNAAN
D. PEMASANGAN NGT
1. Tindakan keperawatan :
Pemasangan NGT
2. Tujuan tindakan :
- Untuk memenuhi kebuttuhan nutrisi
- Mengirigasi karena perdarahan / keracunan dalam lambung
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi :
- Pasien tidak sadar
- Pasien yang tidak bisa menelan
b. Kontrak indikasi :
- Pasien dengan trauma cervikal
- Pasien dengan fraktur facialis
- Pasien striktur oesophagus
c. Alat dan bahan :
- Selang NGT
- Klem
- Spuit 20cc-50cc
- Stetoskop
- Gelas berisi air plaster non alergi dan gunting
- Kain kasa
- Handuk
- Bengkok
- Perlak pengalas
- Pelumas (jally)
- Handscoon steril
- Penlight
4. Prosedur tindakan dan rasionalnya

PROSEDUR RASIONAL

Mencuci tangan menjaga kebersihan

Identifikasi pasien memastikan bener pasien


Menjelaskan prosedur memberitahu pasien tentang tindakan apa
yang di lakukan

Menanyakan kesedian pasien memastikan pasien menyetujui tindakan

Memasang handuk dan perlak pengalas ke menghindari pasien dari kotoran


dada klien

Memakai handscoon steril menjaga kebersihan dan mikoorganisme

Mengukur selang NGT Mengukur selang dari hidung ke daun


telinga dan kemudian ke ujung prosesus
xifoidius dan umbilicus dan tandai titik
dengan plester

Menutup pangkal selang dengan spuit atau Agar udara tidak masuk
klem

Mengolesi ujung NGT dengan pelumas Agar memperlicin proses masuk

Masukan selang Masukan selang di sepanjang hidung dan


arahkan lurus ke belakang oksiput

Minta pasien menelan Masukan perlahan sesuai dengan penelanan

Periksa posisi dengan menggunakan Untuk memastikan berda di lambung drngan


stetoskop mengaspirasi cairan lambung

Menutup ujung NGT dengan klem Agar udara tidak bisa masuk

Melakukan fiksasi Agar selang tidak lepas

Ukur dan catat jumlah panjang selang yang Untuk mengetahui seberapa panjang selang
dimasukan dari hidung ke lubang bagian NGT masuk
distal

5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasi :


Dapat mengakibatkan infeksi. Pemasangan harus steril jika tidak steril bisa
menyebabkan infeksi
6. Evaluasi :
- Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan
- Menyampaikan rencana tindak lanjut
- Membereskan alat
- Mencuci tangan dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
7. Daftar pustaka
https://www.youtube.com/watch?v=oA8S3584pvk

E. KUMBAH LAMBUNG
1. Tindakan keperawatan : Kumbah lambung
2. Tujuan tindakan :
- Mengeluarkan cairan /isi lambung dan gas yang ada di lambung
- Mengirigasi karena pendarahan /keracunan dalam lambung
3. Prinsip tindakan
a. Indikasi
- Pasien yang keracunan
- Pasien pendarahan lambung
b. Kontra indikasi :
- Pasie dengan trauma cervikal
- Pasien fraktur
c. Alat dang bahan
- Selang NGT sesuai ukuran
- Klem
- Spuit 10cc-50cc
- Cairan NaCL
- Perlak pengalas
- Bengkok
- Handscoon
4. Prosedur tindakan dan rasionalnya

Prosedur Rasional

Mencuci tangan Menjaga kebersihan

Identifikasi pasien Memastikan bener pasien

Menjelaskan prosedur Memberitahu pasien tentang tindakan apa


yang di lakukan

Menanyakan kesedian pasien Memastikan pasien menyetujui tindakan

Memasang handuk dan perlak pengalas Menghindari pasien dari kotoran


ke dada klien

Mengatur posisi semi flower Memberikan rasa nyaman pasien

Masukan 30 normal salin Untuk mengirigasi lambung

Klem selang pada ujungnya beberapa saat Agar cairan tidak masuk lebih banyak
kemudian di lepas
Masukan spuit untuk irigasi pada selang Masukan 100-160 ml jika terjadi tahanan cek
dan masukan normal salin perlahan-lahan posisi selang dan miringkan pasien ke sisi
lain.

Aspirasi Setelah selang masuk aspirasi cairan yang ada


di lambung pelan-pelan dan ukur jumlahnya.
Tahan 3-5 menit lakukan sampai bersih

Hubungkan selang dengan penampung Untuk menampung cairan lambung


jika tidak mengalir ulangi irigasi

5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasi


Ketika sedang melepas selang NGT harus di kleim terlebih dahulu supaya
udar tidak bisa masuk ke lambung
6. Evaluasi
Tindak melakukan kontra waktu , tidak membaca doa ,tidak mencuci tangan
setelah tindakan
7. Daftar pustaka
https://www.youtube.com/watch?v=rNciVeaTbGw

F. PEMERIKSAAN FISIK PENCERNAAN(ABDOMEN)


1. Tindakan keperawatan yang dilakukan :
pemeriksaan abdomen
2. Tujuan tindakan:
Mendapatkan atau mengidentifikasi tanda penyakit atau kelainan pada daerah
abdomen
3. Prinsip tindakan:
a. Indikasi :
- Gastrointestinal
- Genita dan Reproduksi
- Trauma
b. Kontra indikasi :
Belum ada kontraindikasi khusus untuk pemeriksaan fisik abdomen. Pada pasien
dengan eluhan tertentu, seperti nyeri perut pada kolesistitis, perlu diinformasikan
mengenai kemungkinan nyeri bertambah berat saat dilakukan pemeriksaan
abdomen.
c. Alat dan Bahan :
- Stetoskop
4. Prosedur tindakan dan rasionalnya
Prosedur Rasional
Minta pasien untuk Agar pemeriksaan lebih akurat
mengosongkan kandung kemih
terlebih dahulu

Posisikan pasien berbaring Agar pasien nyaman


dengan rileks
bebaskan bagian abdomen dari Untuk memudahkan pemeriksaan
daerah prosesus simpoideus
sampai dengan simpisis pubis
untuk dapat dilakukan
pemeriksaan
lakukan inspeksi Mengidentifikasi keadaan abdomen
- perhatikan pada kulit apakah terdapat
skar, strie, dilatasi vena, kemerahan dan
lesi
- perhatikan pada umbilikus apakah
terdapat bulging yang dicurigai ke arah
hernia, atau adanya tanda-tanda
inflamasi
perhatikan kontur abdomen , apakah datar,
buncit, skafoid, atau terdapat benjolan
pada lokasi tertentu.

perhatikan gerakan peristaltik untuk


beberapa menit

perhatikan pulsasi aorta pada epigastrium.

-
lakukan palpasi luar dengan cara Untuk menilai apakah terdapat massa,
lengan bawah dan tangan dalam distensi, atau spasme otot abdomen
posisi horizontal, lakukan palpasi
menggunakan jari-jari tangan
dengan lembut, agar pasien tetap
rileks, palpasi dilakukan
diseluruh lapang abdomen.

Lakukan palpasi dalam - Identifikasi bila terdapat massa,


menggunakan bagian dalam jari- lokasi,ukuran, bentuk, konsistensi,
jari tangan, lakukan di empat pulsasi, dan terfiksir atau tidak
kuadran abdomen. - Jika pasien mengeluhkan nyeri, minta
pasien batuk untuk menentukan letak
nyeri, kemudian lakukan palpasi
menggunakan satu jari untuk
menentukan lokasi nyeri.
- Tentukan jika terdapat nyeri tekan atau
nyeri lepas, lakukan dengan menekan
area nyeri secara perlahan, kemudian
lepaskan dengan cepat. Perhatikan wajah
pasien dan dengarkan suara pasien untuk
melihat apakah pasien kesakitan saat
dilakukan pemeriksaan.
- Lakukan palpasi untuk menilai kontur
hepar, tangan kiri pemeriksa diletakkan
dibawah tulang iga ke 11 dan 12 untuk
mendorong hepar ke bagian anterior
agar lebih mudah terpalpasi. kemudian
lakukan palpasi dari batas bawah hepar
ke arah kepala pasien. Minta pasien
untuk bernafas dalam, nilai bagian tepi
hepar saat hepar terdorong ke bawah
saat pasien melakukan inspirasi.

Kemudian lakukan perkusi - Untuk menilai ukuran hepar. Lakukan


perkusi pada garis midklavikularis
kanan. Untuk menentukan batas bawah
hepar, lakukan perkusi dari bawah
umbilicus ke arah hepar, perhatikan
perpindahan bunyi dari timpani ke
pekak. Untuk menentukan batas atas
hepar, lakukan perkusi sejajar putting
susu ke arah hepar, perhatikan
perpindahan bunyi sonor paru ke bunyi
pekak
- Untuk menilai lien, letakkan tangan kiri
pemeriksa di bawah tulang iga kiri,
sehingga teraba jaringan lunak,
kemudian dorong ke atas agar lien
terangkat dan lebih mudah untuk diraba,
tangan kanan melakukan palpasi dengan
menekan ke arah tangan kiri secara
lembut, minta pasien untuk bernapas
dalam agar lien terdorong ke bawah.
Sehingga lebih mudah untuk diraba.
Auskultasi Mendengarkan bising usus pada abdomen

5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya:


Trauma abdomen dapat ditangani dengan tekhnik airway,breathing,circulation
6. Evaluasi tindakan:
Tindakan pemeriksaan abdomen dilakukan dengan cara palpasi, auskultasi, perkusi
dan inspeksi
7. Daftar pustaka :
https://www.youtube.com/watch?v=0x6rk8v9sSc

 SISTEM PENGINDRAAN
G. PEMERIKSAAN MATA
1. Tindakan keperawatan yang dilakukan:
Pemeriksaan mata
2. Tujuan tindakan:
Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada mata
3. Prinsip tindakan:
a. Indikasi :
- Menggunakan kacamata atau lensa kontak.
- Diabetes.
- Tekanan darah tinggi (hipertensi).
- Adanya riwayat glaukoma dalam keluarga.
- Mengonsumsi obat-obatan yang memengaruhi kesehatan mata,
misalnya kortikosteroid, tamsulosin, pil KB, obat kolesterol, antihistamin,
diuretik, dan antidepresan.

b. Kontra indikasi :
Tidak ada kontraindikasi pada tindakan pemeriksaan mata
c. Alat dan Bahan :
- Trial lens
- Trial frame
- Kartu Snellen
- Astigmat dial
- Kartu Ishihara
- Ruangan dengan panjang 5 m atau 6 m
- Penerangan yang cukup
4. Prosedur tindakan dan rasionalnya :
PROSEDUR & RASIONAL
1. Visus sentralis jauh diperiksa dengan kartu Snellen.

2. Jarak pemeriksaan 5 meter atau 6 meter.

3. Tutup salah satu mata (sebaiknya mata kiri dulu), untuk memeriksa visus mata kanan.

4. Menutup bisa memakai telapak tangan kiri atau occluder yang diletakkan di depan trial
frame mata kiri.

Huruf / angka / gambar / huruf E yang berbeda-beda arah dengan berbagai


5. ukuran,makin ke bawah makin kecil, di pinggir dari tiap baris terdapat angka yang
menunjuk jarak yang diperlukan bagi orang normal untuk dapat melihat dengan jelas.
(contoh:Bila pemeriksaan pada jarak 6m, penderita (dengan satu mata) hanya dapat
membaca huruf yang bertanda 10 m, maka visus mata tersebut adalah 6/10).

6. Interpretasi Hasil

- Bila huruf baris paling atas pun tidak terbaca, maka diperiksa dengan hitungan jari
tangan yang berarti visusnya .../60.

Bila tidak bisa menghitung jari, digunakan goyangan tangan dengan jarak 1 meter,
-
yang berarti visusnya 1/300.
-
Bila tidak bisa melihat goyangan tangan, digunakan berkas cahaya dengan jarak 1
meter, yang berarti visusnya 1/0

- Bila visus kurang dari 6/6, dilakukan tes pinhole;

- Bila dengan tes pinhole visus maju/ membaik (bisa 6/6), berarti terdapat kelainan
refraksi yang belum terkoreksi.

Bila dengan tes pinhole visus tidak maju/ tidak membaik kemungkinan
-
terdapat kelainan organik.

Apabila pinhole maju/ membaik maka dicoba untuk dikoreksi dengan lensa spheris
- negatif atau positif.
- Bila setelah koreksi maksimal visus belum mencapai 6/6, dilakukan pemeriksaan
astigmat dial

Bila pada astigmat dial melihat ada garis yang paling tegas, diperiksa dengan lensa
-
cylindris negatif atau positif (dengan metode trial and error) dimana axisnya tegak
lurus pada garis yang paling tegas tersebut, sampai dapat mencapai 6/6.
- Demikian sebaliknya diperiksa visus mata kirinya.

7. Menyebutkan macam kelainan macam refraksinya.

- Diperiksa tajam penglihatan terhadap warna dengan kartu Ishihara

5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya:


Pandangan mata menjadi buram atau lebih sensitif terhadap cahaya selama beberapa jam
setelah pemeriksaan. Oleh karena itu, pasien sebaiknya tidak berkendara sendiri saat
pulang.
6. Evaluasi tindakan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, didapatkan hasil mata pasien
normal dan tidak terdapat gangguan
7. Daftar pustaka:
https://youtu.be/UbyzQXd6ov8

H. IRIGASI MATA
2. Tindakan keperawatan yang yang dilakukan :
Irigasi mata
3. Tujuan tindakan
Untuk membersihkan mata dan mengeluarkan benda asing
4. Prinsip tindakan :
a. Indikasi
- Cidera kimiawi
- Benda asing dalam mata
- Inflamasi mata
b. Kontra indikasi :
Luka karena tusukan pada mata
c. Alat dan bahan
- Kom berisi air hangat
- Spuit tanpa jarum
- Bengkok
- Handuk
- Perlak pengalas
- Handscoon
- Bola kapas dalam kom
5. Prosedur tindakan dan rasionalnya

PROSEDUR RASIONAL

Bantu pasien mengambil posisi terlentang Mengatur posisi nyaman


atau supinasi atau duduk dengan kepala
dicondongkan kebelakang dan sedikit miring
kearah mata yang akan diirigaasi

Meletakkan bantal atau handuk di bawah Menghindarkan pasien dari cairan kotoran
kepala pasien dan memasang perlak dan
pengalas

Meletakan bengkok di bawah area irigasi Dapat menampung cairan dan secret

Memakai handscoond Untuk kebersihan

Minta pasien memejamkan mata bersihkan Membersihkan mata dari kotoran


garis kelopak mata dan bulu mata dengan
kapas basah dari kaktus dalam ke kaktus
luar kemudian mita pasien membuka mata

Isi spuit dengan larutan irigasi kemudian Mengeluarkan kotoran dengan cairan irigasi
meregangkan kelopak mata bawah dan atas

Minta pasien untuk melihat ke atas Mengeluarkan kotoran di daerah dalam mata
kemudian irigasi dengan menggunakan spuit
ke arah konjungtiva

Keringkan pipi dan kelopak mata dengan Agar cairan tidak kemana mana
bola kapas

6. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasi :


-
7. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mengatakan matanya terasa
bersih
8. Daftar pustaka

https://www.youtube.com/watch?v=SPtxk78WJKQ

I. IRIGASI TELINGA
1. Tindakan keperawatan yang dilakukan : irigasi telinga
2. Tujuan tindakan : untuk menghilangkan kotoran telinga yang menghalangi saluran
telinga atau unutk menghilangkan benda asing yang bersarang disaluran telinga.
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi : irigasi telinga tidak hanya digunakan untuk tata laksana impaksi
serumen saja. Pada pemeriksaan fisik, prosedur ini dapat digunakan untuk
mempermudah inspeksi liang telinga dan membran timpani.
b. Kontraindikasi :
Pastikan pasien tidak mempunyai riwayat sakit telinga yang menyebabkan rupture
gendang telinga seperti congekan (OMSK) maupun riwayat trauma gendang
telinga, pastikan pasien tidak sedang mengalami sakit telinga luar.
c. Alat dan bahan :
- Kom/wadah dengan larutan irigasi steril
- Spuit tanpa jarum atau alat spooling
- Bengkok
- Handuk
- Perlak pengalas
- Handscoon
- Cairan H2O2 3%, karbol gliserin 10% dalam tempatnya
- Otoskop
- Kapas/kasa kering
- Lampu penerang
4. Prosedur tindakan dan rasional

PROSEDUR RASIONAL

Mencuci tangan Menjaga kebersihan

Identifikasi pasien dengan benar Memastikan benar pasien

Menyiapkan alat dan mendekatkan kedekat Agar tidak terlalu jauh dari pasien dan
pasien jangkauan perawat

Memperkeanalkan diri, melakukan kontrak dan Memberitahu prosedur yang akan


menjelaskan prosedur dilakukan kepada pasien

Menjaga privasi dan mengajak pasien Pasien menjadi lebih tenang dengan
membaca basmallah berdoa terlebih dahulu

Memakai handscoon Menjaga kesterilan antar pasien

Kaji adanya sumbatan dengan mengeksplorasi Mengetahui letak dan bentuk dari
telinga menggunakan otoskop serumen ditelinga

Bantu pasien dengan mengambil posisi duduk Pasien menjadi lebih rileks dengan
atau berbaring dengan kepala dimiringkan posisi yang diharapkan

Tetesi telinga pasien sesuai kebutuhan. Jika Mencairkan serumen jika bersifat
serumen yang telah keras membatu, harus membatu, dan memudahkan keluarnya
dilembekkan terlebih dahulu dengan cairan serumen dari telinga
H2O2 3% atau larut kira kira 10-15 menit, jika
objek adalah serangga hidup, minyak terlebih
dahulu dimasukkan ke dalam telinga untuk
membunuh serangga.
Letakkan handuk dibawah telinga atau bahu Menjaga kebersihan pasien dari kotor
pasien

Tempatkan bengkok dibawah telinga yang Tempat penampung dari serumen


diirigasi telinga

Minta pasien untuk bangun dan tegak Memudahkan perawat memasukan


larutan irigasi

Isi spuit dengan larutan irigasi Mengisi spuit untuk dimasukan


kedalam telinga

Masukan larutan irigasi perlahan dengan Memudahkan untuk memasukan


memegang ujung spuit 1cm diatas muara larutan irigasi ke telinga dan serumen
saluran telinga dapat keluar dengan dialiri larutan

Keringkan bagian saluran tengan dengan kapas Supaya telinga pasien tidak basah

Eksplorasi telinga kembali menggunakan Mengecek kembali apakah serumen


otoskop masih atau tidak

Melepas handscoon

Menyampaikan hasil anamnesa Memberitahu ke pasien tentang


keadaan setelah diirigasi

Menyampaikan rencana tindak lanjut Melakukan kontrak rencana lanjutan


yang akan dilakukan setelah diirigasi

Megajak pasien membaca hamdalah Mengajak pasien untuk mengucap


syukur karena telah dilancarkan
tidakannya

Membereskan alat Untuk menjaga kerapian dari alat yang


sudah digunakan ke pasien

Mencuci tangan Menjaga kebersihan

Mencatat dicatatan keperawatan Mendokumentasikan untuk


memberitahu keadaan apa saja yang
telah dilakukan kepada pasien ke
perawat atau dokter setelahnya

5. Bahaya yang mungkin terjadi :


Dapat membuat bakteri masuk ke dalam telinga dalam melalui perforasi. Maka
dari itu tidak dianjurkan jika gendang telinga pecah.
6. Evaluasi tindakan:
Irigasi telinga salah satu prosedur yang dapat dilakukan untuk membersihkan
liang telinga dari impaksi serumen atau mengeluarkan benda asing telinga yang
berukuran kecil.jadi untuk menghindari penumpukan serumen pada telinga kita
harus menjaga kebersihan telinga agar terhindar dari penumpukan serumen
juga komplikasi yang akan terjadi.
7. Daftar pustaka :
https://www.youtube.com/watch?v=bTg37v4ERPI

 SISTEM KARDIOVASKULER
J. PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
1. Tindakan keperawatan yang dilakukan : pemeriksaan fisik jantung
2. Tujuan tindakan :
Yaitu untuk mengetahui keadaan fisik jantung apakah ada kelainan atau tidak
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi : Pemeriksaan fisik rutin (check up) dan penilaian beberapa gejala seperti
nyeri dada, napas pendek, pusing dan pingsan
b. Kontraindikasi : tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki gejala nyeri di
bagian dada, penyakit jantung koroner dan hipertensi/ tekanan darah tinggi
c. Alat dan bahan : Stetoskop dan penggaris
4. Prosedur tindakan dan rasionalisanya

PROSEDUR RASIONAL
Anamnesa pasien Menanyakan keluhan pasien
Mencuci tangan Melakukan cuci tangan sebelum kontak
dengan pasien untuk kebersihan
Mengatur posisi pasien Pasien berbaring di atas tempat tidur, baju
bagian atas di buka.
Inspeksi Pemeriksaan dengan cara observasi atau
1. Pemeriksaan mata : pasien diminta pengamatan.
melihat ke atas kemudian dilihat apakah
konjungtiva anemis atau seclera ikterik
2. Pemeriksaan di daerah bibir : untuk
menilai sianosis
3. Pemeriksaan daerah thorax : untuk
menilai dinding dada, apakah bentuk
dinding dada normal atau terdapat
kelainan seperti pectus carinatum, pectus
excapatum, atau brrel chest
4. Mengidentifikasi lokasi iktuscordis dan
apakah terdapat pusasi lain pada dinding
dada
5. Melakukan pemeriksaan di ekstremitas
untuk menilai pusasi nadi apakah terdapat
sianosis, jari tabuh, dan refilling kafiler
serta pemeriksaan udem di bagian tungkai
Palpasi Pemeriksaan dengan cara sentuhan, rabaan
1. Palpasi terhadap iktus cordis, dilakukan dan tekanan
perabaan untuk menilai lokasi kuat angkat
dan luasnya iktus cordis
2. Palpasi untuk menilai apakah adanya tril
selain itu palpasi untuk pemeriksaan
pulsasi di daerah lain di dinding dada
Pemeriksaan JVP Tindakan untuk menilai tinggi pengisian
1. Meninggikan kepala pasien di minta vena jugularis interna di leher
menengok ke kiri Dalam keadaan normal vena jugularis tidak
2. Identifikasi vena jugularis interna pernah membesar, bila tekanan atrium kanan
berdasarkan lokasi dimedial dari kaput CVP naik sampai 10 mmHg vena jugularis
clavicula, muskulus sternum baru akan membesar.
cledomastedeus, identifikasi juga Nilai norma JVP adalah 3-4 cm di atas sudut
berdasarkan pengisian dari cranial dan sternum.
dapat meningkat pada penekanan hepar
atau dikenal sebagai hepatojugular reflaks
3. Tinggi vena jugularis interna diukur
secara fervendicular dari angulus stermi
dengan menggunakan penggaris, tekan
vena jugularis dinyatakan sebagai 5 cm
diukur dari atrium ke angulus stermi
ditambah tinggi pengisian vena jugularis
interna.
Perkusi Pemeriksaan dengan cara mengetuk jari
1. Menentukan batas kanan jantung, batas tengah tangan kiri yang diletakkan pada
kiri dan bawah jantung, pinggang jantung tubuh pasien untuk menentukan batas-batas
dan batas atas jantung. jantung.
2. Menentukan hasin normal atau abnormal 1. Batas kanan jantung ditentukan setelah
batas paru hepar ditemukan
2. Batas kiri jantung ditentukan setelah
batas paru – lambung ditemukan
3. Normal : bunyi pekak/ datar
Abnormal :bunyi pekak/ datar melebar
karena cardio megali
Auskultasi Pemeriksaan dengan menggunakan
1. Mendengarkan bunyi jantung I dan bunyi stetoskop
jantung 2 Bunyi jantung I (saat katup mitral dan
trikuspidal menutup) dan bunyi jantung 2
(saat katup aorta dan pulmonal menutup)
pada masing – masing katup jantung.
Catat hasil 1. Katup mitral terletak di
garismidklavikula sinistra intercostae V
2. Katuptrikuspidalterletak di garis
parasternal sinistra intercostae IV
3. Katup aorta terletak di garis sternalis
dextraintercostae II
4. katup pulmonal terletak di garis sternalis
sinistra intercostae II

Menentukan hasil normal atau abnormal Normal :Lup-Dup (BunyiJantung 1/S1-


bunyijantung 2/S2)
Abnormal :bunyitambahan ((BunyiJantung
3/S3 dan (BunyiJantung 4/S4, bunyimur-
mur, bunyitapakkuda)

5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya : Kandungan iodine pada cairan kontras


yang digunakan di pemeriksaan CT scan,menyebabkan reaksi alergi beru pada kulit gatal
dan memerah, ruam kulit, gangguan pernapasan, atau bahkan henti jantung
- Bagi pasien yang berencana menjalani pemeriksaan MRI jantung, diharuskan untuk
memberitahu dokter jika ada implanlogam di tubuhnya.
- Ada jenis pemeriksaan jantung yang menggunakan bantuan cairan kontras. Bagi
pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap cairan tersebut, dianjurkan untuk
memberitahu dokter.
6. Evaluasi tindakan :
Pemeriksaan fisik jantung sangat penting, terutama bagi seseorang yang memiliki gejala
nyeri dada atau riwayat maupun faktor risiko terhadap gangguan jantung dan pembuluh
darah, seperti penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi. Jadi kita tidak boleh
mengabaikan pemeriksaan jantung.
7. Daftar pustaka
https://www.youtube.com/watch?v=XkfVW9HI9FY
K. PEMERIKSAAN LISTRIK JANTUNG(EKG)
1. Tindakan keperawatan yang dilakukan: Elektrokardiogram
2. Tujuan tindakan:
untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung
3. Prinsip tindakan:
a. Indikasi :
- Pasien yang dicurigai sindroma koroner akut.
- Pasien dengan aritmia.
- Pasien dengan gangguan konduksi jantung.
- Pasien dengan gangguan elektrolit, terutama kalium.
- Pasien dengan kecurigaan keracunan obat.
- Evaluasi pasien yang terpasang implan defibrillator dan pacu jantung
- Sebagai monitoring pada sindroma koroner akut, aritmia dan gangguan
elektrolit paska terapi
b. Kontra indikasi :
Tidak ada kontraindikasi absolut pada tindakan pemeriksaan EKG
c. Alat dan Bahan :
- mesin EKG
- kabel untuk sumber listrik
- kabel elektroda ekstremitas dan dada
- plat elektroda ekstremitas beserta karet pengikat
- balon penghisap elektroda dada
- jelly
- kertas tissue
4. prosedur tindakan dan rasionalnya
Prosedur Rasional
Atur posisi pasien supinasi Mengatur posisi nyaman
Buka pakaian atas pasien dan melepas Agar pemeriksaan akurat
semua benda-benda yang terbuat dari
logam
Menyiapkan mesik EKG dan memastikan -
alat berfungsi dengan baik
Memberikan jelly pada daerah yang akan Agar pengukuran hasil akurat
dipasang elektroda dan memasang
elektroda pada daerah ekstremitas
Elektroda dengan kabel merah di lengan -
kanan, warna kuning di lengan kiri, warna
hijau di tungkai kiri, warna hitam
ditungkai kanan
Memasang elektroda precordial -
1. V1 kabel warna merah di ICS 4 linea
sternalis kanan
2. V2 kabel kuning di ICS 4 linea sternalis
kiri
3. V3 kabel hijau diantara V2 dan V4
4. V4 kabel coklat di ICS 5 linea mid
clavicula kiri
5. V5 kabel hitam di ICS 5 linea aksilaris
anterior kiri
6. V6 kabel ungu di ICS 5 midaxsilaris
kiri
Memilih seting pemeriksaan manual atau -
otomatis dan melakukan perekaman EKG
Mematikan board dengam menekan -
tombol off
Melepaskan kabel dan membersihkan jelly Agar tidak lengket
yang ada di tubuh pasien dengan
menggunakan tisue
Menuliskan identitas pasien, tanggal dan Mencatat hasil
jam perekaman, nama dan tanda tanggan
perekam serta lead pada hasil rekaman

5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya:


Dapat terjadi alergi pada pasien akibat penggunaan elektroda yang melekat di kulit.
Namun, pada saat ini sudah banyak alat EKG dengan elektroda berbahan hipoalergik
6. Evaluasi tindakan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan, didapatkan hasil aktivitas jantung dan pasien
diizinkan untuk melakukan aktivitas dengan normal, tentu dengan mengingat penyakit
jantung yang mungkin diidap pasien.
7. Daftar pustaka:
https://youtu.be/5WC8LZGDis8

L. RESUSI JANTUNG PARU


1. Tindakan keperawatan yang dilakukan : RJP
2. Tujuan tindakan :
Untuk menjaga darah dan oksigen tetap beredar keseluruh tubuh.
3. Prinsip tindakan :
a. Tanda tanda keberhasilan tehnik RJP
Nadi karotis mulai berdenyut, pernapasan mulai spontan, kulit yang tadinya
berwarna keabu abuan mulai menjadi merah. Bila denyut karotis sudah timbul
teratur, maka kompresi dapat dihentikan tetapi pernapasan buatan tetap
diteruskan sampai timbul napas spontan.
b. Menghentikan RJP.
Bila RJP dilakukan dengan efektif, kematian biologis akan tertunda. RJP harus
dihentikan tergantung pada:
- matinya kematian klinis
- prognosis penderita (diketahui dari henti jantung)
- penyebab henti jantung (pada henti jantung akrena minimal
listrik 1jam) sebaiknya keputusan menghentikan RJP diserahkan
kepada dokter.
4. Prosedur dan rasional :
PROSEDUR DAN RASIONAL
1. Tentukan tingkat kesadaran mengetahui respon penderita
2. Panggil bantuan bila petugas sendiri, maka jangan mulai RJP sebelum
memanggil bantuan
3. Penderita harus dalam keadaan terlentang, bila dalam keadaan terlungkup
penderita dibalikan.
4. Periksa pernapasan dengan inspeksi, palpasi dan auskultasi. Pemeriksaan ini
paling lama 3-5 detik. Bila penderita bernapas penderita tidak memerlukan
RJP.
5. Berikan pernapasan buatan 2kali, bila pernapasan buatan oertama tidak
berhasil, maka posisi kepala diperbaiki atau mulut lebih dibuka.bila
pernapasan buatan kedua tidak berhasil karena resistensi atau tahanan yang
kuat, maka airway harus dibersihkan dari obstruksi (hemlich maneuver, finger
sweep)
6. Tehnik resusitasi jantung paru dapat dilakukan oleh 1-2 orang, yaitu :
- Posisi penderita dalam keadaan terlentang pada dasr
yang keras.
- Posisi petugas berada setinggi bahu penderita bila
akan melakukan RJP 1 orang, bila penderita dilantai,
petugas berlutut setinggi bahu disisi kanan penderita.
- Tempat kompresi 2cm diatas proseus xifoideus pada
tengah sternum. Jari-jari keuda tangan dapat
dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada
penderita.
- Kompresi dilakukan dengan meluruskan siku, beban
pada bahu, bukan pada siku. Kompresi dilakukan
sedalam 3,5 cm cara lain untuk memeriksa pulsasi
nadi karotis uang seharusnya ada pada setiap
kompresi.
- Perbandingan kompresi-ventilasi. Pada dewasa 2 dan
1 petugas 15:2 anak, maupun bayi, perbandingan
kompresi-ventilasi setiap menitnya, pada dewasa
dalam satu menit dilakukan 5 siklus.
- Memeriksa pulsasi dan pernapasan.

5. Bahaya yang mungkin terjadi :


a. Patah tulang iga
b. Perdarahan pada perut

6. Evaluasi tindakan :
RJP wajib diberikan jika orang yang mengalami kecelakaan tidak bergerak atau tidak
merespons tindakan penyadaran yang diberikan orang lain dan juga dilakukan dengan
seseorang yang sudah pernah menjalani pelatihan medih dasar.
7. Daftar pustaka :
https://www.youtube.com/watch?v=VB3Gp3eXSUk

Anda mungkin juga menyukai