Disusun oleh :
Erlin Kusumawati
40901800028
SEMARANG
2020
SISTEM PERNAFASAN
A. PENGHISAPAN LENDIR/SUCTION
1. Tindakan keperawatan yang dilakukan :
Penghisapan lendir / suction
2. Tujuan tindakan
- Untuk membantu pasien bernafas dengan lega
- Untuk mengeluarkan secret
- Memberikan rasa nyaman dan enak pada pasien
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi :
- Adanya secret yang berlebihan ,
- pasien yang tidak bisa mengeluarkan lendir sendiri
- pasien tidak sadar
b. Kontra indikasi :
Fraktur ,pasien dengan stridor
c. Alat dan bahan :
- bak instrumen yang berisi
- pinset anatomis 2 buah
- hand scoon
- kassa steril
- NaCL
- Kanul suction
- Perlak pengalas
- Mesin suction dan pipa penyambung
Kom steril
- Kertas tissue
4. Prosedur dan rasionalnya
Prosedur Rasional
Membilas kanul dengan NaCl dan berikan Agar tidak terlalu penuh dan tersumbat
pasien untuk bernafas
Ulangi prosedur bila secret masih banyak Agar secret dapat terhisap dengan bersih
Mengobservasi secret tentang warna bau dan Untuk mengetahui keadaan secret
volumenya
Melepas handscoon -
Prosedur Rasional
Mencuci tangan Menjaga kebersihan
Identifikasi pasien Memastikan benar pasien
Menjelaskan prosedur Memberi penjelasan ke pasien tentang
tindakan apa yang di lakukan
PROSEDUR RASIONAL
Inspeksi dinding dada anterior Saat klien duduk perawat berhadapan dengan
klien dan memperhatikan dinding dada, simetris
atau tidak,pergerakan dada saat respirasi
diperhatikan,adanya kesulitan untuk klien
bernafas atau tidak.
Inspeksi dinding dada lateral Perawat meminta klien untuk mengangkat
tangan sampai diatas kepala klien,kemudian
perawat berpindah di sebeleah kanan
klien,perhatikan seluruh bentuk dan diameter
anteroposterior toraks,dan konfigurasi lateral
vertebra torakalis.
Inspeksi toraks posterior perawat menghadap ke punggung klien
,perhatikan irama, amplitudo dan kesimetrisan.
Palpasi Pemeriksaan dengan cara sentuhan, rabaan dan
Letakkan kedua tangan pada lengkung tekanan
iga bagian bawah dengan telapak tangan
menempel pada punggung pasien dan
jari-jari menyebar,perhatikan adanya
pergerakan simetris klien.
SISTEM PENCERNAAN
D. PEMASANGAN NGT
1. Tindakan keperawatan :
Pemasangan NGT
2. Tujuan tindakan :
- Untuk memenuhi kebuttuhan nutrisi
- Mengirigasi karena perdarahan / keracunan dalam lambung
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi :
- Pasien tidak sadar
- Pasien yang tidak bisa menelan
b. Kontrak indikasi :
- Pasien dengan trauma cervikal
- Pasien dengan fraktur facialis
- Pasien striktur oesophagus
c. Alat dan bahan :
- Selang NGT
- Klem
- Spuit 20cc-50cc
- Stetoskop
- Gelas berisi air plaster non alergi dan gunting
- Kain kasa
- Handuk
- Bengkok
- Perlak pengalas
- Pelumas (jally)
- Handscoon steril
- Penlight
4. Prosedur tindakan dan rasionalnya
PROSEDUR RASIONAL
Menutup pangkal selang dengan spuit atau Agar udara tidak masuk
klem
Menutup ujung NGT dengan klem Agar udara tidak bisa masuk
Ukur dan catat jumlah panjang selang yang Untuk mengetahui seberapa panjang selang
dimasukan dari hidung ke lubang bagian NGT masuk
distal
E. KUMBAH LAMBUNG
1. Tindakan keperawatan : Kumbah lambung
2. Tujuan tindakan :
- Mengeluarkan cairan /isi lambung dan gas yang ada di lambung
- Mengirigasi karena pendarahan /keracunan dalam lambung
3. Prinsip tindakan
a. Indikasi
- Pasien yang keracunan
- Pasien pendarahan lambung
b. Kontra indikasi :
- Pasie dengan trauma cervikal
- Pasien fraktur
c. Alat dang bahan
- Selang NGT sesuai ukuran
- Klem
- Spuit 10cc-50cc
- Cairan NaCL
- Perlak pengalas
- Bengkok
- Handscoon
4. Prosedur tindakan dan rasionalnya
Prosedur Rasional
Klem selang pada ujungnya beberapa saat Agar cairan tidak masuk lebih banyak
kemudian di lepas
Masukan spuit untuk irigasi pada selang Masukan 100-160 ml jika terjadi tahanan cek
dan masukan normal salin perlahan-lahan posisi selang dan miringkan pasien ke sisi
lain.
-
lakukan palpasi luar dengan cara Untuk menilai apakah terdapat massa,
lengan bawah dan tangan dalam distensi, atau spasme otot abdomen
posisi horizontal, lakukan palpasi
menggunakan jari-jari tangan
dengan lembut, agar pasien tetap
rileks, palpasi dilakukan
diseluruh lapang abdomen.
SISTEM PENGINDRAAN
G. PEMERIKSAAN MATA
1. Tindakan keperawatan yang dilakukan:
Pemeriksaan mata
2. Tujuan tindakan:
Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada mata
3. Prinsip tindakan:
a. Indikasi :
- Menggunakan kacamata atau lensa kontak.
- Diabetes.
- Tekanan darah tinggi (hipertensi).
- Adanya riwayat glaukoma dalam keluarga.
- Mengonsumsi obat-obatan yang memengaruhi kesehatan mata,
misalnya kortikosteroid, tamsulosin, pil KB, obat kolesterol, antihistamin,
diuretik, dan antidepresan.
b. Kontra indikasi :
Tidak ada kontraindikasi pada tindakan pemeriksaan mata
c. Alat dan Bahan :
- Trial lens
- Trial frame
- Kartu Snellen
- Astigmat dial
- Kartu Ishihara
- Ruangan dengan panjang 5 m atau 6 m
- Penerangan yang cukup
4. Prosedur tindakan dan rasionalnya :
PROSEDUR & RASIONAL
1. Visus sentralis jauh diperiksa dengan kartu Snellen.
3. Tutup salah satu mata (sebaiknya mata kiri dulu), untuk memeriksa visus mata kanan.
4. Menutup bisa memakai telapak tangan kiri atau occluder yang diletakkan di depan trial
frame mata kiri.
6. Interpretasi Hasil
- Bila huruf baris paling atas pun tidak terbaca, maka diperiksa dengan hitungan jari
tangan yang berarti visusnya .../60.
Bila tidak bisa menghitung jari, digunakan goyangan tangan dengan jarak 1 meter,
-
yang berarti visusnya 1/300.
-
Bila tidak bisa melihat goyangan tangan, digunakan berkas cahaya dengan jarak 1
meter, yang berarti visusnya 1/0
- Bila dengan tes pinhole visus maju/ membaik (bisa 6/6), berarti terdapat kelainan
refraksi yang belum terkoreksi.
Bila dengan tes pinhole visus tidak maju/ tidak membaik kemungkinan
-
terdapat kelainan organik.
Apabila pinhole maju/ membaik maka dicoba untuk dikoreksi dengan lensa spheris
- negatif atau positif.
- Bila setelah koreksi maksimal visus belum mencapai 6/6, dilakukan pemeriksaan
astigmat dial
Bila pada astigmat dial melihat ada garis yang paling tegas, diperiksa dengan lensa
-
cylindris negatif atau positif (dengan metode trial and error) dimana axisnya tegak
lurus pada garis yang paling tegas tersebut, sampai dapat mencapai 6/6.
- Demikian sebaliknya diperiksa visus mata kirinya.
H. IRIGASI MATA
2. Tindakan keperawatan yang yang dilakukan :
Irigasi mata
3. Tujuan tindakan
Untuk membersihkan mata dan mengeluarkan benda asing
4. Prinsip tindakan :
a. Indikasi
- Cidera kimiawi
- Benda asing dalam mata
- Inflamasi mata
b. Kontra indikasi :
Luka karena tusukan pada mata
c. Alat dan bahan
- Kom berisi air hangat
- Spuit tanpa jarum
- Bengkok
- Handuk
- Perlak pengalas
- Handscoon
- Bola kapas dalam kom
5. Prosedur tindakan dan rasionalnya
PROSEDUR RASIONAL
Meletakkan bantal atau handuk di bawah Menghindarkan pasien dari cairan kotoran
kepala pasien dan memasang perlak dan
pengalas
Meletakan bengkok di bawah area irigasi Dapat menampung cairan dan secret
Isi spuit dengan larutan irigasi kemudian Mengeluarkan kotoran dengan cairan irigasi
meregangkan kelopak mata bawah dan atas
Minta pasien untuk melihat ke atas Mengeluarkan kotoran di daerah dalam mata
kemudian irigasi dengan menggunakan spuit
ke arah konjungtiva
Keringkan pipi dan kelopak mata dengan Agar cairan tidak kemana mana
bola kapas
https://www.youtube.com/watch?v=SPtxk78WJKQ
I. IRIGASI TELINGA
1. Tindakan keperawatan yang dilakukan : irigasi telinga
2. Tujuan tindakan : untuk menghilangkan kotoran telinga yang menghalangi saluran
telinga atau unutk menghilangkan benda asing yang bersarang disaluran telinga.
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi : irigasi telinga tidak hanya digunakan untuk tata laksana impaksi
serumen saja. Pada pemeriksaan fisik, prosedur ini dapat digunakan untuk
mempermudah inspeksi liang telinga dan membran timpani.
b. Kontraindikasi :
Pastikan pasien tidak mempunyai riwayat sakit telinga yang menyebabkan rupture
gendang telinga seperti congekan (OMSK) maupun riwayat trauma gendang
telinga, pastikan pasien tidak sedang mengalami sakit telinga luar.
c. Alat dan bahan :
- Kom/wadah dengan larutan irigasi steril
- Spuit tanpa jarum atau alat spooling
- Bengkok
- Handuk
- Perlak pengalas
- Handscoon
- Cairan H2O2 3%, karbol gliserin 10% dalam tempatnya
- Otoskop
- Kapas/kasa kering
- Lampu penerang
4. Prosedur tindakan dan rasional
PROSEDUR RASIONAL
Menyiapkan alat dan mendekatkan kedekat Agar tidak terlalu jauh dari pasien dan
pasien jangkauan perawat
Menjaga privasi dan mengajak pasien Pasien menjadi lebih tenang dengan
membaca basmallah berdoa terlebih dahulu
Kaji adanya sumbatan dengan mengeksplorasi Mengetahui letak dan bentuk dari
telinga menggunakan otoskop serumen ditelinga
Bantu pasien dengan mengambil posisi duduk Pasien menjadi lebih rileks dengan
atau berbaring dengan kepala dimiringkan posisi yang diharapkan
Tetesi telinga pasien sesuai kebutuhan. Jika Mencairkan serumen jika bersifat
serumen yang telah keras membatu, harus membatu, dan memudahkan keluarnya
dilembekkan terlebih dahulu dengan cairan serumen dari telinga
H2O2 3% atau larut kira kira 10-15 menit, jika
objek adalah serangga hidup, minyak terlebih
dahulu dimasukkan ke dalam telinga untuk
membunuh serangga.
Letakkan handuk dibawah telinga atau bahu Menjaga kebersihan pasien dari kotor
pasien
Keringkan bagian saluran tengan dengan kapas Supaya telinga pasien tidak basah
Melepas handscoon
SISTEM KARDIOVASKULER
J. PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
1. Tindakan keperawatan yang dilakukan : pemeriksaan fisik jantung
2. Tujuan tindakan :
Yaitu untuk mengetahui keadaan fisik jantung apakah ada kelainan atau tidak
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi : Pemeriksaan fisik rutin (check up) dan penilaian beberapa gejala seperti
nyeri dada, napas pendek, pusing dan pingsan
b. Kontraindikasi : tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki gejala nyeri di
bagian dada, penyakit jantung koroner dan hipertensi/ tekanan darah tinggi
c. Alat dan bahan : Stetoskop dan penggaris
4. Prosedur tindakan dan rasionalisanya
PROSEDUR RASIONAL
Anamnesa pasien Menanyakan keluhan pasien
Mencuci tangan Melakukan cuci tangan sebelum kontak
dengan pasien untuk kebersihan
Mengatur posisi pasien Pasien berbaring di atas tempat tidur, baju
bagian atas di buka.
Inspeksi Pemeriksaan dengan cara observasi atau
1. Pemeriksaan mata : pasien diminta pengamatan.
melihat ke atas kemudian dilihat apakah
konjungtiva anemis atau seclera ikterik
2. Pemeriksaan di daerah bibir : untuk
menilai sianosis
3. Pemeriksaan daerah thorax : untuk
menilai dinding dada, apakah bentuk
dinding dada normal atau terdapat
kelainan seperti pectus carinatum, pectus
excapatum, atau brrel chest
4. Mengidentifikasi lokasi iktuscordis dan
apakah terdapat pusasi lain pada dinding
dada
5. Melakukan pemeriksaan di ekstremitas
untuk menilai pusasi nadi apakah terdapat
sianosis, jari tabuh, dan refilling kafiler
serta pemeriksaan udem di bagian tungkai
Palpasi Pemeriksaan dengan cara sentuhan, rabaan
1. Palpasi terhadap iktus cordis, dilakukan dan tekanan
perabaan untuk menilai lokasi kuat angkat
dan luasnya iktus cordis
2. Palpasi untuk menilai apakah adanya tril
selain itu palpasi untuk pemeriksaan
pulsasi di daerah lain di dinding dada
Pemeriksaan JVP Tindakan untuk menilai tinggi pengisian
1. Meninggikan kepala pasien di minta vena jugularis interna di leher
menengok ke kiri Dalam keadaan normal vena jugularis tidak
2. Identifikasi vena jugularis interna pernah membesar, bila tekanan atrium kanan
berdasarkan lokasi dimedial dari kaput CVP naik sampai 10 mmHg vena jugularis
clavicula, muskulus sternum baru akan membesar.
cledomastedeus, identifikasi juga Nilai norma JVP adalah 3-4 cm di atas sudut
berdasarkan pengisian dari cranial dan sternum.
dapat meningkat pada penekanan hepar
atau dikenal sebagai hepatojugular reflaks
3. Tinggi vena jugularis interna diukur
secara fervendicular dari angulus stermi
dengan menggunakan penggaris, tekan
vena jugularis dinyatakan sebagai 5 cm
diukur dari atrium ke angulus stermi
ditambah tinggi pengisian vena jugularis
interna.
Perkusi Pemeriksaan dengan cara mengetuk jari
1. Menentukan batas kanan jantung, batas tengah tangan kiri yang diletakkan pada
kiri dan bawah jantung, pinggang jantung tubuh pasien untuk menentukan batas-batas
dan batas atas jantung. jantung.
2. Menentukan hasin normal atau abnormal 1. Batas kanan jantung ditentukan setelah
batas paru hepar ditemukan
2. Batas kiri jantung ditentukan setelah
batas paru – lambung ditemukan
3. Normal : bunyi pekak/ datar
Abnormal :bunyi pekak/ datar melebar
karena cardio megali
Auskultasi Pemeriksaan dengan menggunakan
1. Mendengarkan bunyi jantung I dan bunyi stetoskop
jantung 2 Bunyi jantung I (saat katup mitral dan
trikuspidal menutup) dan bunyi jantung 2
(saat katup aorta dan pulmonal menutup)
pada masing – masing katup jantung.
Catat hasil 1. Katup mitral terletak di
garismidklavikula sinistra intercostae V
2. Katuptrikuspidalterletak di garis
parasternal sinistra intercostae IV
3. Katup aorta terletak di garis sternalis
dextraintercostae II
4. katup pulmonal terletak di garis sternalis
sinistra intercostae II
6. Evaluasi tindakan :
RJP wajib diberikan jika orang yang mengalami kecelakaan tidak bergerak atau tidak
merespons tindakan penyadaran yang diberikan orang lain dan juga dilakukan dengan
seseorang yang sudah pernah menjalani pelatihan medih dasar.
7. Daftar pustaka :
https://www.youtube.com/watch?v=VB3Gp3eXSUk