Anda di halaman 1dari 31

PRAKTIK PROFESI NERS

KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN
“KONSTIPASI”

NAMA MAHASISWA :
ELIZA ANDRIANI
NIM. I4051201014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : Eliza Andriani


NIM : I 4051201014
Tgl Praktik : 29 Maret
Judul Kasus : Konstipasi
Ruangan : Ruang Anak

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Konstipasi merupakan keadaan yang sering ditemukan pada anak
dan dapat menimbulkan masalah sosial maupun psikologis. Konstipasi
lebih merupakan suatu gejala klinis dibanding sebagai suatu penyakit
tersendiri. Kata constipation atau konstipasi berasal dari bahasa Latin
constipare yang mempunyai arti ‘bergerombol bersama’, yaitu suatu
istilah yang berarti menyusun ke dalam menjadi bentuk padat. Baru pada
abad 16 istilah konstipasi digunakan pada keadaan ditemukan sejumlah
tinja terakumulasi di dalam kolon yang berdilatasi (Endaryani & Syarif,
2016).
Konstipasi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perubahan
konsistensi feses menjadi keras, ukuran besar, penurunan frekuensi atau
kesulitan defekasi. Konstipasi adalah ketidakmampuan melakukan
evakuasi tinja secara sempurna yang tercermin dari tiga aspek, yaitu
berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya, tinja lebih keras daripada
sebelumnya dan pada palpasi abdomen teraba masa tinja (skibala), dengan
atau tanpa disertai enkopresis (kecipirit) (Kadim & Endaryani, 2016)
2. Klasifikasi
Berdasarkan patofisiologis, konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi
konstipasi akibat kelainan struktural dan konstipasi fungsional (Endaryani
& Syarif, 2016) :
a. Konstipasi struktural
Konstipasi akibat kelainan struktural terjadi melalui proses obstruksi
aliran tinja
b. Konstipasi fungsional
Konstipasi fungsional berhubungan dengan gangguan motilitas
kolon atau anorektal. Konstipasi yang dikeluhkan oleh sebagian besar
pasien umumnya merupakan konstipasi fungsional. Pada awalnya
beberapa istilah pernah digunakan untuk menerangkan konstipasi
fungsional, seperti retensi tinja fungsional, konstipasi retentif atau
megakolon psikogenik. Istilah tersebut diberikan karena adanya usaha
anak untuk menahan buang air besar akibat adanya rasa takut untuk
berdefekasi. Retensi tinja fungsional umumnya mempunyai dua
puncak kejadian, yaitu pada saat latihan berhajat dan pada saat anak
mulai bersekolah.
Konstipasi fungsional dapat dikelompokkan menjadi bentuk
primer atau sekunder bergantung pada ada tidaknya penyebab yang
mendasarinya. Konstipasi fungsional primer ditegakkan bila penyebab
dasar konstipasi tidak dapat ditentukan. Keadaan ini ditemukan pada
sebagian besar pasien dengan konstipasi.Konstipasi fungsional
sekunder ditegakkan bila kita dapat menentukan penyebab dasar
keluhan tersebut. Penyakit sistemik dan efek samping pemakaian
beberapa obat tertentu merupakan penyebab konstipasi fungsional
yang sering dilaporkan.
Klasifikasi lain yang perlu dibedakan pula adalah apakah
keluhan tersebut bersifat akut atau kronis. Konstipasi akut bila
kejadian baru berlangsung selama 1-4 minggu, sedangkan konstipasi
kronis bila keluhan telah berlangsung lebih dari 4 minggu
3. Etiologi
Penyebab umum konstipasi adalah sebagai berikut :
a. Kebiasaan defekasi yang tidak teratur dan mengabaikan keinginan
untuk defekasi dapat menyebabkan konstipasi
b. Mengkonsumsi diet rendah serat sering mengalami masalah konstipasi
karena bergerak lebih lambat didalam saluran cerna. Asupan cairan
yang rendah juga memperlambat peristaltik
c. Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahraga
d. Pemakaian laksatif yang berat menyebabkan hilangnya reflek defekasi
normal
e. Konstipasi juga dapat disebabkan oleh kelainan gastrointestinal seperti
adanya obstruksi usus, ileus paralitik
f. Kondisi neurologis yang menghambat impuls saraf ke kolon
g. Otot yang semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang
terjadi pada orangtua
4. Patofisiologi
Defekasi seperti juga pada berkemih adalah suatu proses fisiologis
yang menyertakan kerja otot-otot polos dan serat lintang, persarafan
sentral dan perifer, koordinasi dari sistem refleks, kesadaran yang baik dan
kemampuan fisis untuk mencapai tempat BAB. Kesukaran diagnosis dan
pengelolaan dari konstipasi adalah karena banyaknya mekanisme yang
terlibat pada proses BAB normal (Dorongan untuk defekasi secara normal
dirangsang oleh distensi rektal melalui empat tahap kerja, antara lain:
rangsangan refleks penyekat rektoanal, relaksasi otot sfingter internal,
relaksasi otot sfingter extemal dan otot dalam region pelvik, dan
peningkatan tekanan intra abdomen).
Gangguan dari salah satu mekanisme ini dapat berakibat
konstipasi. Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus besar yang
menghantarkan feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses masuk dan
meregangkan ampula dari rektum diikuti relaksasi dari sfingter anus
interna. Untuk meghindarkan pengeluaran feses yang spontan, terjadi
refleks kontraksi dari sfingter anus eksterna dan kontraksi otot dasar pelvis
yang depersarafi oleh saraf pudendus. Otak menerima rangsang keinginan
untuk BAB dan sfingter anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi,
sehingga rektum mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot
dinding perut.
Kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam perut, relaksasi
sfingter dan otot elevator. Baik persarafan simpatis maupun parasimpatis
terlibat dalam proses BAB. Patogenesis dari konstipasi bervariasi,
penyebabnya multipel, mencakup beberapa faktor yang tumpang tindih.
Walaupun konstipasi merupakan keluhan yang banyak pada usia lanjut,
motilitas kolon tidak terpengaruh olch bertambahnya usia. Proses menua
yang normal tidak mengakibatkan perlambatan dari perjalanan saluran
cerna. Perubahan patofisiologi yang menyebabkan konstipasi bukanlah
karena bertambahnya usia tapi memang khusus terjadi pada mereka
dengan konstipasi.
Pathway Konstipasi

Kebiasaan defekasi yang


tidak teratur, pola konsumsi
makanan kurang sehat, Obstruksi saluran cerna
kurang olahraga, obat-obatan
dll

Kerusakan neuromuskular

Motalitas (peristaltik usus


menurun )

Penurunan pengeluaran
cairan didalam usus

Penaikan penyerapan air dari


feses didalam usus

Tinja kering, keras

Tinja tertahan dan sulit


dikeluarkan

Konstipasi

Sakit perut, melilit, kembung

Usaha mengejan dan sakit


Nyeri Akut akibat feses yang keras
5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala akan berbeda-beda ergantung dari pola makan, hormon,
gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda. Tanda gejala
umum yang ditemukan pada seseorang yang mengalami konstipasi adalah
sebagai berikut :
a. Perut terasa begah, penuh dan bahkan terasa kaku karena adanya
tumpukan tinja
b. Tinja menjadi lebih keras, panas, dan berwarna lebih gelap daripada
biasanya dan jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya
c. Pada saat buang air besar tinja sulit untuk dikeluarkan atau dibuang,
terkadang harus mengejan maupun menekan-nekan perut terlebih
dahulu supaya dapat dikeluarkan
d. Terdengar bunyi-bunyian dalam perut
e. Bagian anus terasa penuh dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit
akibat bergesekan dengan tinja yang keras
f. Frekuensi bunag angin meningkat disertai bau yang lebih busuk dari
biasanya
g. Menurunnya frekuensi buang air besar
h. Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Colok dubur.
Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang tegangan otot, dubur,
adanya timbunan lemak, atau adanya darah. Pemeriksaan dubur untuk
mengetahui adanya wasir, hernia, atau kemungkinan adanya tumor di
dubur yang bisa mengganggu proses buang air besar
b. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi fakor risiko konstipasi
seperti gula darah, kadar hormon tiorid, elektrolt, anemia akibat
keluarya darah dalam dubur.
c. Anoskopi
Pemeriksaan ini dianjurkan untuk menemukan hubungan abnormal
pada saluran cerna, tukak, wasir, dan tumor.
d. Foto polos perut.
Dilakukan pada penderita konstipasi untuk mendeteksi adanya
pemadatan tinja atau tinja keras yang menyumbat bahkan melubangi
usus.

7. Penatalaksanaan
Banyaknya macam-macam obat yang dipasarkan untuk mengatasi
konstipasi, merangsang upaya untuk memberikan pengobatan secara
simptomatik. Sedangkan bila mungkin, pengobatan harus ditujukan pada
penyebab dari konstipasi. Penggunaan obat pencahar jangka panjang
terutama yang bersifat merangsang peristaltik usus, harus dibatasi. Strategi
pengobatan dibagi menjadi :
a. Pengobatan nonfarmakologis
1. Latihan usus besar. Melatih usus besar adalah suatu bentuk latihan
perilaku yang disarankan pada penderita konstipasi yang tidak jelas
penyebabnya. Penderita dianjurkan mengadakan waktu secara
teratur setiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya.
dianjurkan waktu ini adalah 5-10 menit setelah makan, sehingga
dapat memanfaatkan reflek gastro-kolon untuk BAB. Diharapkan
kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap
tanda-tanda dan rangsang untuk BAB, dan tidak menahan atau
menunda dorongan untuk BAB ini.
2. Diet. Peran diet penting untuk mengatasi konstipasi terutama pada
golongan usia lanjut. Data epidemiologis menunjukkan bahwa diet
yang mengandung banyak serat mengurangi angka kejadian
konstipasi dan macam-macam penyakit gastrointestinal lainnya,
misalnya divertikel dan kanker kolorektal. Serat meningkatkan
massa dan berat feses serta mempersingkat waktu transit di usus.
untuk mendukung manfaat serat ini, diharpkan cukup asupan
cairan sekitar 6-8 gelas sehari, bila tidak ada kontraindikasi untuk
asupan cairan.
3. Olahraga. Cukup aktivitas atau mobilitas dan olahraga membantu
mengatasi konstipasi jalan kaki atau lari-lari kecil yang dilakukan
sesuai dengan umur dan kemampuan pasien, akan menggiatkan
sirkulasi dan perut untuk memeperkuat otot-otot dinding perut,
terutama pada penderita dengan atoni pada otot perut
b. Pengobatan farmakologis
Jika modifikasi perilaku ini kurang berhasil, ditambahkan terapi
farmakologis, dan biasnya dipakai obat-obatan golongan pencahar.
Ada 4 tipe golongan obat pencahar:
1. Memperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain : Cereal,
Methyl selulose, Psilium
2. Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan
menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah
penyerapan air. contohnya : minyak kastor, golongan dochusate
3. Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman
untuk digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal,antara lain
: sorbitol, laktulose, gliserin
4. Merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus
besar. Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan
bahwa pencahar golongan ini bisa dipakai untuk jangka panjang,
dapat merusak pleksus mesenterikus dan berakibat dismotilitas
kolon. Contohnya : Bisakodil, Fenolptalein.
Bila dijumpai konstipasi kronis yang berat dan tidak dapat diatasi
dengan cara-cara tersebut di atas, mungkin dibutuhkan tindakan
pembedahan. Misalnya kolektomi sub total dengan anastomosis
ileorektal. Prosedur ini dikerjakan pada konstipasi berat dengan
masa transit yang lambat dan tidak diketahui penyebabnya serta
tidak ada respons dengan pengobatan yang diberikan. Pada
umumnya, bila tidak dijumpai sumbatan karena massa atau
adanya volvulus, tidak dilakukan tindakan pembedahan.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses keperawatan pertama untuk menentukan
masalah kesehatan yang dialami oleh klien. Pengkajian yang digunakan
dalam laporan ini adalah menggunakan pengkajian model keperawatan
dan telah mengalami perbaikan. Pengkajian fokus yang digunakan untuk
mengkaji konstipasi pada anak menurut Susanty dalam Karima (2019),
yaitu:
1. Identitas
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan Utama : Kesulitan buang air besar, mengejan saat buang
air besar, rasa tidak nyaman pada perut, tidak lampias saat buang
air besar, Feses terasa keras dan kering, frekuensi buang air besar
berkurang, sering kelelahan saat aktivitas.
b. Riwayat Penyakit sekarang : Tidak suka makan sayuran dan buah,
sering menahan buang air besar, kurang minum, atau sering merasa
cemas
c. Riwayat penyakit dahulu : hemoroid, rasa nyeri saat buang air
besar
d. Riwayat penyakit keluarga
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum: Tampak lemah
b. Tanda-tanda Vital (Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, Suhu, GCS)
4. Pemeriksaan (fokus abdomen)
a. Warna kulit: Normal
b. Bunyi peristaltik: terjadi penurunan dari normal
c. Keadaan permukaan abdomen : Tenderness
d. Suara perkusi : Dullness
e. Distensi abdomen
f. Nyeri tekan abdomen
5. Kebutuhan fisik dan psikososial
a. Nutrisi
- Frekuensi makan: cenderung tetap, dan menurun ketika
terjadi keluhan
- Nafsu makan : cenderung tetap, dan menurun ketika terjadi
keluha
- Jenis makanan dirumah: makanan yang tidak
disukai/alergi/pantangan: rendah serat
b. Eliminasi (BAB/BAK)
- Frekuensi` : penurunan Frekuensi buang air besar
- Warna : Cenderung hijau kehitaman
- Konsistensi : keras dan kering
- Keluhan : mengejan saat buang air besar
c. Istirahat/tidur
- Durasi tidur
- keluhan/masalah : tidak nyaman karena nyeri pada
abdomen
d. Psikososial
- Persepsi pasien terhadap penyakitnya: biasanya anak
merasa cemas dan takut untuk buang air besar.

Pengkajian menggunakan model keperawatan terdiri dari 13 domain sesuai


dengan pemenuhan kebutuhan dasar klien yang meliputi:

1. Health Promotion. Kesadaran tentang kesehatan atau normalitas fungsi


dan strategi yang digunakan untuk mempertahankan kendali dan
meningkatkan fungsi sehat dan normal.
2. Nutrisi. Data yang mungkin kita temukan pada saat mengkaji anak
dengan konstipasi yaitu: nafsu makan anak, frekuensi makan,
penyebab masalah nutrisi, status gizi anak, pola asupan cairan, balance
cairan, dan pemeriksaan fisik abdomen.
3. Eliminasi. Data yang mungkin kita temukan pada saat mengkaji anak
dengan konstipasi yaitu: pola pembuangan urine, riwayat kelainan
kandung kemih, distensi kandung kemih/retensi urin, pola eliminasi,
adanya penyebab konstipasi
4. Aktivitas/Istirahat. Data yang mungkin diperoleh dari mengkaji yaitu:
jam tidur, insomnia, pertolongan untuk merangsang tidur, bantuan
ADL, resiko untuk cidera, riwayat penyakit jantung, pemeriksaan fisik
jantung, gangguan pernafasan, pemeriksaan fisik paru
5. Persepsi/Kognisi. Data yang mungkin diperoleh dari mengkaji yaitu:
tingkat pendidikan, kurang pengetahuan, orientasi, sakut kepala,
penggunaan alat bantu, penginderaa, kesulitan dalam berkomunikasi.
6. Persepsi Diri. Data yang mungkin diperoleh pada anak yang
mengalami konstipasi yaitu: perasaan cemas/takut, perasaan putus
asa/kehilangan, keinginan untuk mencederai, adanya luka/cacat,
peranan hubungan.
7. Hubungan Peran
8. Seksualitas. Data yang didapat dari mengkaji yaitu: masalah seksual
9. Koping/Toleransi stres. Data yang mungkin kita temukan pada anak
dengan konstipasi yaitu: rasa sedih/takut/cemas, kemampuan
mengatasinya, perilaku yang menampakkan cemas.
10. Prinsip Hidup. Data yang ditemukan yaitu: nilai kepercayaan yang
diikuti dan pemecahan masalah.
11. Keamanan/Perlindungan. Data yang mungkin ditemukan pada anak
dengan konstipasi yaitu: alergi, penyakit autoimun, tanda infeksi,
gangguan thermoregulasi, gangguan/resiko yang lain.
12. Kenyamanan. Data yang mungkin diperoleh pada anak dengan
konstipasi yaitu: Nyeri yang dirasa, rasa tidak nyaman lainnya, gejala
yang menyertai.
13. Pertumbuhan/Perkembangan. Data yang diperoleh pada anak yaitu:
mengetahui bagaimana pertumbuhan anak, perkembangan anak
(meliputi: kognitif, komunikasi, seksual, dan moral), dan KPSP.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi b.d penurunan motilitas gastrointestinal
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
3. Rencana Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


.
Dx
1 Konstipasi b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Eliminasi Fekal
Observasi
penurunan selama 3 x 24 jam, diharapkan
 Identifikasi masalah usus
motilitas eliminasi fekal membaik
dan penggunaan obat
gastrointestinal dengan kriteria hasil:
pencahar
 Keluhan defekasi lama
 Identifikasi pengobatan
dan sulit menurun
yang berefek pada kondisi
 Distensi abdomen
gastrointestinal
menurun
 Monitor buang air
 Nyeri abdomen menurun
besar(warna, frekuensi,
 Konsistensi feses
konsistensi, dan volume)
membaik
 Monitor tanda gejala
 Frekuensi defekasi
konstipasi
membaik
Terapeutik
 Peristaltik usus membaik
 Berikan air hangat setelah
makan
 Jadwalkan waktu defekasi
bersama pasien
 Sediakan makanan tinggi
serat
Edukasi
 Jelaskan jenis makanan
yang membantu
meningkatkan keteraturan
peristaltik usus
 Anjurkan mengkonsumsi
makana yang mengandung
tnggi serat
Kolaborasi
 Kolaborasikan pemberian
supositoria anal jika perlu
2 Nyeri akut b..d Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri
agen pencedera selama 3 x 24 jam, diharapkan Observasi
fisik tingkat nyeri menurun dengan  Identifikasi lokasi,
kriteria hasil: karakteristik, durasi,
 Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas,
 Meringis menurun intensitas nyeri
 Gelisah menurun  Identifikasi skala nyeri
Terapeutik
 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Evaluasi secara teoritis
Evaluasi keperawatan adalah suatu penilaian dengan cara
membandingkan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan
kriteria hasil yang dibuat dalam tahap rencana keperawatan. Tujuan dari
evaluasi yaitu untuk melihat kemampuan pasien dengan mencapai tujuan
yang diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon pasien
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat
mengambil keputusan. Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses
keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak (Bagaskara, 2019).
Dalam evaluasi keperawatan penentuan masalah teratasi, teratasi
sebagian atau tidak teratasi yaitu dengan cara membandingkan antara
SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Format
evaluasi menggunakan SOAP yaitu S (subjektif) adalah informasi berupa
ungkapan yang didapat dari pasien setelah tindakan diberikan. O (objektif)
yaitu informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian
pengukuran yang dilakukan. A (analisis) yakni membandingkan antara
informasi subjektif dan informasi okjektif dengan tujuan dan kriteria hasil,
kemudian diambil kesimpulan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau
tidak teratasi. P (planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa (Bagaskara, 2019).
KONSEP TUMBUH KEMBANG

A. PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel
diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan
menyintesis protein-protein baru. Menghasilkan penambahan jumlah
berat secara keseluruhan atau sebagian. Pertumbuhan adalah
perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang
sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan
sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau
keadaan jasmaniah ) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara
berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
2. Pengertian Perkembangan
Perkembangan (development), adalah perubahan secara berangsur-
angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan
meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan,
atau kedewasaan, dan pembelajaran. (wong, 2000).
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957)
bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis,
perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang
berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan
integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan
sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu
lambant laun bagian- bagiannya akan menjadi semakin nyata dan
tambah jelas dalam rangka keseluruhan.
3. Tahapan Tumbuh Kembang
Tahap tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua,
yaitu :
 Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terbagi atas :
a. Masa Pranatal mulai masa embrio (mulai konsepsi-8
minggu), masa fetus (9 minggu sampai lahir),
b. Masa Pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari),
masa bayi (29 hari-1 tahun), masa anak (1-2 tahun), dan
masa prasekolah (3-6 tahun).
 Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun keatas, terdiri atas
a. Masa Sekolah (6-12 tahun)
b. Masa Remaja (12-18 tahun)

B. TAHAP TUMBUH KEMBANG USIA 0-6 TAHUN


1. Masa Pranatal
Masa pranatal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak
antara masa pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi
pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel menjadi satu organisme yang
lengkap dengan otak dan kemampuan berperilaku, dihasilkan dalam
waktu Iebih kurang sembilan bulan. Masa pranatal terdiri atas dua fase
yaitu :
a. Fase Embrio.
b. Fase Fetus.
2. Masa Pascanatal
Tumbuh kembang pada masa pascanatal dibagi ke dalam beberapa fase
berikut
a. Masa Neonatus (0-28 hari)
Tumbuh kembang masa pascanatal diawali dengan masa neonatus,
yaitu dimana terjadinya kehidupan yang baru. Pada masa ini terjadi
proses adaptasi semua sistem organ tubuh, dimulai dari aktifitas
pernafasan, pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-
50 kali permenit, penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali
permenit, perubahan ukuran jantung menjadi lebih besar di
bandingkan dengan rongga dada, kemudian gerakan bayi mulai
meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi.
b. Masa Bayi (29 hari – 1 tahun)
Pada masa bayi, tahap tumbuh kembang dapat dikelompokkan
menjadi 3 tahap yaitu :
 Usia 1-4 bulan, tumbuh kembang pada tahap ini diawali
dengan perubahan berat badan. Bila gizi anak baik, maka
perkiraan berat badan akan mencapai 700-1000 g/bulan.
Pertumbuhan tinggi badan agak stabil, tidak mengalami
kecepatan dalam pertumbuhan tinggi badan.
 Usia 4-8 bulan, pertumbuhan pada usia ini ditandai dengan
perubahan berat benda pada waktu lahir. Rata-rata kenaikan
berat benda adalah 500-600 g/bulan, apabila mendapatkan
gizi yang baik. Sedangkan pertumbuhan tinggi badan tidak
mengalamikecepatan dan stabil berdasarkan pertambahan
umur.
 Usia 8-12 bulan, pada usia ini pertumbuhan berat badan
dapat mencapai tiga kali berat badan lahir, pertambahan
berat badan perbulan sekitar 350-450 gram pada usia 7-9
bulan, 250-350 gram pada usia 10-12 bulan, bila
memperoleh gizi baik. Pertumbuhan tinggi badan sekitar
1,5 kali tinggi badan pada saat lahir. Pada usia 1 tahun,
pertambahan tinggi badan masih stabil dan diperkirakan
mencapai 75 cm.
3. Masa Anak (1-2 tahun)
Pada masa ini, anak akan mengalami beberapa perlambatan dalam
pertumbuhan fisik. Pada tahun kedua, anak hanya mengalami kenaikan
berat badan sekitar 1,5 – 2,5 kg dan penambahan tinggi badan 6-10
cm. Pertumbuhan otak juga akan mengalami perlambatan, kenaikan
lingkar kepala hanya 2 cm. untuk pertumbuhan gigi, terdapat tambahan
8 buah gigi susu, termasuk gigi geraham pertama dan gigi taring,
sehingga seluruhnya berjumlah 14-16 buah. Pada usia 2 tahun,
pertumbuhan fisik berat badan sudah mencapai 4x berat badan lahir
dan tinggi badan sudah mencapai 50 persen tinggi badan orang
dewasa. Menginjak usia 3 tahun, rata-rata berat badan naik menjadi 2-
3 kg/tahun, tinggi badan naik 6-8 cm/tahun, dan lingkar kepala
menjadi sekitar 50 cm.
4. Masa Prasekolah (3-6 tahun)
Pada masa prasekolah, berat badan mengalami kenaikan rata-rata
2kg/tahun. Tubuh anak terlihat kurus, akan tetapi aktivitas motorik
tinggi dan sistem tubuh mencapai kematangan dalam hal berjalan,
melompat, dan lain-lain. Tinggi badan bertambah rata-rata 6,75 – 7,5
cm setiap tahun. Pada masa ini anak mengalami proses perubahan pola
bakan, umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Anak juga mulai
menunjukkan kemandirian pada proses eliminasi.

C. TAHAP TUMBUH KEMBANG USIA 6 TAHUN KEATAS


1. Masa Sekolah (6-12 tahun)
Fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 12
tahun, sama dengan masa usia Sekolah Dasar. Anak-anak menguasai
keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung. Secara
formal mereka mulai memastiki dunia yang lebih luas dengan budayanya.
Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan
pengendalian diri sendiri bertambah pula.
2. Masa Remaja (12-18 tahun)
Pada masa remaja ini banyak dijumpai masalah, karena masa ini
merupakan proses menuju kedewasaan dan anak ingin mencoba mandiri.
Masalah yang sering dijumpai adalah perubahan bentuk tubuh.
Perkembangan khusus yang terjadi pada masa ini adalah kematangan
identitas seksual yang ditandai dengan perkembangan organ reproduksi.
Masa ini merupakan masa krisis identitas dimana anak memasuki proses
pendewasaan dan meninggalkan masa anak-anak, sehingga membutuhkan
bantuan dari orang tua.
D. Pertumbuhan Dan Perkembangan Masa Konsepsi Sampai Remaja.

I. Pertumbuhan dan perkembangan embrio manusia dalam kandungan


Usia Ciri-ciri
1 bulan Bagian kepala, jantung, dan hati mulai terbentuk; sistem
(4 minggu) pencernaan sebagai suatu saluran sederhana; ada sebuah ekor yang
khas; jaringan-jaringan ekstra embrionik mulai muncul.
2 bulan Telinga, mata, jari-jari, mulut, hidung, dan tumit merupakan
(8 minggu) bentuk-bentuk tersendiri; tulang mulai dibentuk, sistem
pencernaan terbentuk; sistem saraf dan sistem sirkuler mulai
berfungsi; adanya alat kelamin luar, tetapi belum dapat dibedakan
jenis kelaminnya.
3 bulan Ginjal, hati, tangan, lengan, tungkai, kaki, dan sistem pencernaan
(12 telah berkembang baik; alat kelamin luar antara pria dan wanita
minggu) mulai dapat dibedakan; paru-paru mulai jelas; adanya gerakan-
gerakan kecil dari janin.
4 bulan Detak jantung sudah dapat dirasakan; terbentuknya tulang-tulang
(16 di seluruh tubuh; kulit berkembang sepenuhnya; sudah dapat
minggu) ditentukan jenis kelaminnya; munculnya alis, bulu mata, dan
rambut kepala; gerakan janin meningkat.
9,5 bulan Sejak minggu ke-16 sampai saat kelahiran terjadi akumulasi lemak
(38 di bawah kulit; menjelang minggu ke-22 janin mulai membuka
minggu) matanya; gerakan-gerakan janin dirasakan oleh ibunya, terjadi
kenaikan gerak badan yang sangat cepat; pada bulan ke-7 posisi
kepala ke bawah sebagai persiapan untuk kelahiran.
II. Pertumbuhan dan perkembangan setelah lahir
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
1. Ciri-ciri fisik
Usia Pertumbuhan Perkembangan
Tinggi Berat Motorik Kognitif
Badan Badan
0–3 45–65 3–5 kg Menggerakkan Mulai mengenal suara, bentuk
bulan cm beberapa bagian benda dan warna.
tubuh seperti
tangan, kepala,
dan mulai belajar
memiringkan
tubuh.
6–9 64- 70 7–9 kg Dapat Mengoceh, sudah mengenal
bulan cm menegakkan wajah
kepala, belajar seseorang, bisa membedakan
tengkurap suara, belajar makan dan
sampai dengan mengunyah
duduk (pada usia
8 – 9 bulan), dan
memainkan ibu
jari kaki.
12– 74–81 10–11 Belajar berjalan Mulai belajar berbicara,
18 cm kg dan berlari, mempunyai
bulan  mulai bermain, ketertarikan terhadap jenis-jenis
dan koordinasi benda, dan mulai muncul rasa
mata semakin ingin tahu.
baik.
2–3 86–96 12–15 Sudah pandai Keterampilan tangan mulai
tahun cm kg berlari, membaik,
berolahraga, dan pada usia 3 tahun belajar
dapat meloncat menggunting kertas, belajar
menyanyi, dan membuat coretan
sederhana.
4–5 100– 16–22 Dapat berdiri Mulai belajar membaca,
tahun 120 cm kg pada satu kaki, berhitung,
mulai dapat menggambar, mewarnai, dan
menari, merangkai
melakukan kalimat dengan baik.
gerakan olah
tubuh,
keseimbangan
tubuh mulai
membaik.

2. Ciri-ciri Psikologis
Usia Ciri-ciri Psikologis Balita (bawah lima tahun)
0-5 Mulai mengenal lingkungan. Membutuhkan perhatian khusus dari orang
tahun tua. Senang bermain. Bersifat kekanak-kanakan (manja). Cenderung
keras kepala. Suka menolak perintah. Membutuhkan zat gizi yang
banyak. Hormon pertumbuhan dihasilkan secara meningkat.

B. Pertumbuhan dan Perkembangan masa anak-anak


1. Ciri-ciri fisik
Usia Pertumbuhan Perkembangan
Tinggi Berat Motorik Kognitif
Badan Badan
6–8 120–130 21–27 Mampu meloncati Menggambar dengan bentuk
tahun cm kg tali setinggi 25 proporsional,
cm, belajar naik memakai dan mengancingkan
sepeda. baju, menulis, lancar
membaca, tangkas dalam
berhitung, belajar bahasa
asing, belajar memainkan alat
musik.
9–10 131–145 28–33 Melakukan olah Pandai menyanyi, mampu
tahun cm kg raga permainan membuat sebuah karangan,
seperti Menyerap
bulutangkis, pelajaran dengan optimal,
sepak bola, mulai belajar berdiskusi dan
tangkas mengemukakan
bersepeda. pendapat.
11– 145–152 33–39 Melompat tali Konsentrasi belajar meningkat,
12 cm kg sampai di atas 50 mulai belajar bertanggung
tahun cm, meloncat jawab, senang berpetualang
sejauh lebih dari dan mempunyai rasa ingin
1 meter, tahu yang besar.
 terampil dalam
menggunakan
peralatan.

 2. Ciri-ciri Psikologis


Usia Ciri-ciri Psikologis
6 – 12 Gigi susu mulai tanggal dan gigi permanen mulai tumbuh.
tahun Pertumbuhan jiwanya relatif stabil. Daya ingat kuat, mematuhi segala
perintah gurunya. Mudah menghafal tetapi juga mudah melupakan.
Sifat keras kepala mulai berkurang dan lebih dapat menerima,
pengertian karena kemampuan logikanya mulai berkembang.

C. Pertumbuhan dan Perkembangan masa remaja (puber)


 1. Ciri-ciri fisik
Perbedaa Laki-laki Perempuan
n
Usia 11 – 16 tahun 10 – 15 tahun
Ciri Terjadi mimpi basah Mengalami  menstruasi
khusus
Ciri – ciri tumbuhnya kumis payudara tumbuh membesar, tumbuhnya
kelamin dan jambang, rambut di ketiak dan di sekitar alat
sekunder tumbuhnya rambut di kelamin, serta membesarnya pinggul.
ketiak dan
di sekitar alat
kelamin, serta dada
menjadi lebih bidang.

2. Ciri-ciri Psikologis
Usia Ciri-ciri Psikologis
Kurang Mulai memperhatikan penampilan. Mudah cemas dan bingung bila
lebih adanya perubahan psikis. Tidak mau dibatasi aktivitasnya. Mulai
usia 10 memilih teman yang cocok. Tidak mau diperlakukan seperti anak
– 17 kecil. Selalu ingin mencoba hal-hal baru. Senang meniru idola atau
tahun berkhayal. Mulai bersikap kritis. Mulai ada perubahan bentuk fisik.
Mulai menghasilkan hormon reproduksi. Alat kelamin mulai
berkembang. Hormon pertumbuhan masih terus dihasilkan.
KONSEP DASAR IMUNISASI

A. PENGERTIAN IMUNISASI
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak
diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan penyakit tersebut ia
tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa
kekebalan pasif maupun aktif. Sedangkan imunisasi dasar adalah
pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu
tahun untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan.
Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh kekebalan pasif
disebut imunisasi pasif dengan memberikan antibody atau faktor
kekebalan pada seseorang yang membutuhkan. Contohnya pemberian
immunoglobulin spesifik untuk penyakit tertentu misalnya
immunoglobulin antitetanus untuk penderita tetanus. Kekebalan pasif tidak
berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh, seperti
kekebalan alami yang diperoleh janin dari ibu akan perlahan menurun dan
habis.

B. TUJUAN IMUNISASI
a. Tujuan Umum
Tujuan umum imunisasi adalah untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I). Penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, pertusis
(batuk rejan), measles (campak), polio dan tuberculosis.
b. Tujuan Khusus, antara lain:
1. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi
di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010.
2. Tercapainya ERAPO (Eradikasi Polio), yaitu tidak adanya virus
polio liar di Indonesia yang dibuktikan dengan tidak ditemukannya
virus polio liar pada tahun 2008.
3. Tercapainya eliminasi tetanus maternal dan neonatal MNTE
(Maternal Neonatal Tetanus Elimination).
4. Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya angka kesakitan
campak turun pada tahun 2006.
5. Peningkatan mutu pelayanan imunisasi.
6. Menetapkan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection
practices).
7. Keamanan pengelolaan limbah tajam (safe waste disposal
management).

C. SASARAN PROGRAM IMUNISASI


Sasaran program imunisasi mencakup:
a. Bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi BCG, DPT, polio,
campak dan hepatitis-B.
b. Ibu hamil dan wanita usia subur dan calon pengantin (Catin) untuk
mendapatkan imunisasi TT.
c. Anak sekolah dasar (SD) kelas 1, untuk mendapatkan imunisasi DPT.
d. Anak sekolah dasar (SD) kelas II s/d kelas VI untuk mendapatkan
imunisasi TT (dimulai tahun 2001 s/d tahun 2003), anak-anak SD
kelas II dan kelas III mendapatkan vaksinasi TT (Depkes RI, 2005).

D. MANFAAT IMUNISASI
Manfaat yang didapat dari pemberian imunisasi di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit menular yang sering berjangkit
2. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya
pengobatan jika anak sakit.
3. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan,
menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan negara (Depkes RI, 2005).

E. JENIS IMUNISASI
a. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah proses mendapatkan kekebalan dimana tubuh
anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahun-
tahun. Vaksin dibuat “hidup dan mati”. Vaksin hidup mengandung
bakteri atau virus (germ) yang tidak berbahaya, tetapi dapat
menginfeksi tubuh dan merangsang pembentukan antibodi. Vaksin
yang mati dibuat dari bakteri atau virus, atau dari bahan toksit yang
dihasilkannya yang dibuat tidak berbahaya dan disebut toxoid.
Imunisasi dasar yang dapat diberikan kepada anak adalah:
1. BCG, untuk mencegah penyakit TBC.
2. DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit difteri, pertusis dan
tetanus.
3. Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis.
4. Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles).
5. Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis.
b. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian antibody kepada resipien,
dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus
memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya.
Antibody yang diberikan ditujukan untuk upaya pencegahan atau
pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri maupun virus
(Satgas IDAI, 2008). Imunisasi pasif dapat terjadi secara alami saat ibu
hamil memberikan antibody tertentu ke janinnya melalui plasenta,
terjadi di akhir trimester pertama kehamilan dan jenis antibodi yang
ditransfer melalui plasenta adalah immunoglobulin G (LgG). Transfer
imunitas alami dapat terjadi dari ibu ke bayi melalui kolostrum (ASI),
jenis yang ditransfer adalah immunoglobulin A (LgA). Sedangkan
transfer imunitas pasif secara didapat terjadi saat seseorang menerima
plasma atau serum yang mengandung antibody tertentu untuk
menunjang kekebalan tubuhnya.

F. PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI


a. Tuberculosis
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis dan mycobacterium bovis, yang pada umumnya sering
mengenai paru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ-organ lainnya,
seperti selaput otak, tulang, kelenjar superfisialis dan lainlain.
Seseorang yang terinfeksi mycobacterium tuberculosis tidak selalu
menjadi sakit tuberculosis aktif. Beberapa minggu (2-12 minggu)
setelah infeksi maka terjadi respon imunitas selular yang dapat
ditunjukkan dengan uji tuberkulin (Satgas IDAI, 2008). Gejala awal
penyakit adalah badan lemas, terjadi penurunan berat badan, demam
dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk
terus menerus, nyeri dada dan mungkin batuk darah. Gejala lain
tergantung organ yang diserang.
b. Difteri
Difteri adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxin-mediated
desease dan disebabkan oleh kuman corynebacterium diphteriae.
Seorang anak dapat terinfeksi difteria pada nasofaringnya dan kuman
tersebut kemudian akan memproduksi toksin yang menghambat
sintesis protein selular dan menyebabkan destruksi jaringan setempat
dan terjadilah suatu selaput/membran yang dapat menyumbat jalan
nafas. Gejala awal penyakit ini adalah radang tenggorokan, hilang
nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih
kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan
komplikasi berupa gangguan pernafasan yang berakibat kematian.
c. Tetanus
Tetanus merupakan penyakit akut, bersifat fatal yang disebabkan oleh
eksotoksin yang diproduksi bakteri clostridium tetani yang umumnya
terjadi pada anak-anak. Perawatan luka, kesehatan gigi dan telinga
merupakan pencegahan utama terjadinya tetanus disamping imunisasi
terhadap tetanus baik aktif maupun pasif. Gejala awal penyakit adalah
kaku otot pada rahang disertai kaku pada leher, kesulitan menelan,
kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi sering disertai
gejala berhenti menetek antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir.
Gejala berikutnya adalah kejang hebat dan tubuh menjadi kaku.
Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia dan
infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.
d. Pertusis atau Batuk Rejan
Pertusis adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri
bordetella pertusis, yakni bakteri batang yang bersifat gram negatif dan
membutuhkan media khusus untuk isolasinya. Gejala utama pertusis
timbul saat terjadinya penumpukan lendir dalam saluran nafas akibat
kegagalan aliran oleh bulu getar yang lumpuh dan berakibat terjadinya
batuk paroksismal. Pada serangan batuk seperti ini, pasien akan
muntah dan sianosis, menjadi sangat lemas dan kejang. Bayi dan anak
prasekolah mempunyai risiko terbesar untuk terkena pertusis termasuk
komplikasinya. Pengobatannya dapat dilakukan dengan antibiotik
khususnya eritromisin dan pengobatan suportif terhadap gejala batuk
yang berat, sehingga dapat mengurangi penularan.
e. Campak (measles)
Campak yaitu penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang
sangat menular pada anak-anak, ditandai dengan gejala panas, batuk,
pilek, konjungtivitis, bercak kemerahan diikuti dengan erupsi
makulopapular yang menyeluruh. Komplikasi campak adalah diarrhea
hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran nafas (pneumonia).
f. Poliomielitis
Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus poliomyelitis
pada medula spinalis yang secara klasik dapat menimbulkan
kelumpuhan, kesulitan bernafas dan dapat menyebabkan kematian.
Gejalanya ditandai dengan menyerupai influenza, seperti demam,
pusing, diare, muntah, batuk, sakit menelan, leher dan tulang belakang
terasa kaku. Penyebaran penyakit melalui kotoran manusia (feses)
yang terkontaminasi. Kematian dapat terjadi jika otot-otot pernafasan
terinfeksi dan tidak segera ditangani.
g. Hepatitis-B
Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
hepatitis-B (VHB) yang dapat menyebabkan kematian. Biasanya tanpa
gejala, namun jika infeksi terjadi sejak dalam kandungan akan menjadi
kronis, seperti pembengkakan hati, sirosis dan kanker hati. Jika
terinfeksi berat dapat menyebabkan kematian. Gejala yang terlihat
biasanya anak terlihat lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti
flu. Urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa
terlihat pula pada mata (sclera) dan kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Bagaskara, F.(2019).  Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Pada Ny. S Dan


NY. M Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Napas DI Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Haryoto
Lumajang Tahun 2019 (Doctoral dissertation, Fakultas Keperawatan
Universitas Jember).
Endyarni, B., & Syarif, B. H. (2016). Konstipasi fungsional. Sari Pediatri, 6(2),
75-80.
Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Kadim, M., & Endyarni, B. (2016). Manfaat Terapi Pijat pada Konstipasi Kronis
Anak. Sari Pediatri, 12(5), 342-6.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawtaan, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Soetjiningsih, SpAk, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai