Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERUBAHAN FISIOLOGI DALAM MASA NIFAS DAN MENYUSUI

Dosen Pengampun ;

HASFANY SST, MM

Disusun oleh :

Kelompok 1

Asti Sundari (PO7124120056)


Nadila Mokodompit (PO7124120023)
Nadila Adnan (PO7124120022)
Nevi Amriani (PO7124120025)
Nur Vadila (PO7124120030)
Tiara Madya (PO7124120040)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES PALU
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karuniaNya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan
makalah ini. Dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah, yaitu “Askeb
Nifas dan Menyusui”. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dan menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahawa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Palu, 7 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………... i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG…………..……………………………………………… 1

B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………. 1

C. TUJUAN………………………………………………………………………... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI……………………………………… 2

B. PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN……………………………………... 6

C. PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN……………………………………... 7

D. PERUBAHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL……………………………. 8

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN………………………………………………………………... 12

B. SARAN………………………………………………………………………... 12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas atau puerperineum adalah masa setelah partus selesai dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu. Masa nifas yaitu dimulainya setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan berakhir seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.
Adapun tahapan-tahapan masa nifas adalah :
1. Puerpenium dini yaitu masa kepulihan yakni saat-saat ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerpenium intermedial yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ
genital, kira-kira aantara 6-8 minggu.
3. Remot puerpenium yaitu waktu yang diperlukan untuk pylih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi.
Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka
kematian ibu dan bayi di Indonesia. Asuhan kebidanan yang diberikan oleh seorang
bidan sangat mempengaruhi kualitas asuhan yang diberikan dalam tindakan
kebidanan seperti upaya pelayanan antenatal, intranatal, postnatal dan perawatan bayi
baru lahir.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana perubahan sistem reproduksi dalam masa nifas?
b. Bagaimana perubahan sistem perkemihan dalam masa nifas?
c. Bagaimana perubahan sistem pencernaan dalam masa nifas?
d. Bagaimana perubahan sistem musculoskeletal dalam masa nifas?
C. Tujuan
a. Dapat mengetahui perubahan sistem reproduksi dalam masa nifas
b. Dapat mengetahui perubahan sistem perkemihan dalam masa nifas
c. Dapat mengetaahui perubahan sistem pencernaan dalam masa nifas
d. Dapat mengetahui perubahan sistem musculoskeletal dalam masa nifas
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perubahan sistem reproduksi


a. Involusi Uterus
Involusi adalah proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan. Proses terjadinya involusi uterus sebagai berikut:
1. Iskemia Miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari
uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif
anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2. Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen yang menyertai
pelepasan plasenta kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap
penghentian produksi esterogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain itu
lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan
lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru.
3. Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5
kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan
karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4. Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan rektrasi otot uterus
sehingga akan menekan pembuluh darah yaang mengakibatkan berkurangnya
suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau
tempat implantasi plasenta serta mengurangi pendarahan.
Involusi Tempat Plasenta
Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan
menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka
mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2
cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas
plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh
thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan
karena diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka.
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6
minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua
basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada
tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada
pembuangan lokia.
Lokia
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta
akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa
cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi
asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir)
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap
wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia
dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perubahan lochia
sebgai berikut:

Lokhia Waktu Warna

Rubra 1 – 3 hari Merah Kehitaman

Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur merah

Serosa 7-14 hari Kekuningan

Alba > 14 hari Putih

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi
berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina
bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir
keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga
270 ml.
b. Perubahan pada Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan
berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan
serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri
berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh
darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan
2–3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk.
Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh.
Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum
hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan
robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Akibat
peningkatan vaskular serta perubahan pada jaringan ikat dibawah pengaruh
estrogen, servik dalam kehamilan menjadi lunak. Terjadi sekresi kelenjar dan
lendir servik menjadi kental sehingga dapat berperan sebagai pelindung yang
meyumbat ostium uteri.
c. Perubahan pada Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi dan
nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5
mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin. Setelah 3 hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut
pada bekas implantasi plasenta.
d. Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam
keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak
sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi
karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan
selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami
robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan
episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum
dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga
tingkat tertentu.

B. Perubahan sistem pencernaan


Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya 2 jam
setelah persalinan. Mual dan muntah dapat terjadi pada ibu nifas kurang lebih 10
minggu. Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah terjadi ileus
paralitikus yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltic usus.
Penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam kehamilan dan partus lama,
sehingga membatasi gerak peristaltic usus serta bias juga terjadi karena pengaruh
psikis takut BAB karena ada luka jahitan perineum. Sistem gastrointestinal selama
kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron
yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah,
dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga
mulai menurun. Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan sistem pencernaan :
a. Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk
mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum
faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan,
asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
b. motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
c. Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus
otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare
sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid
ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu
untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1. Pemberian makanan yang mengandung serat
2. Pemberian cairan yang cukup
3. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan
4. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir

C. Perubahan sistem perkrmihan


Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang
berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar
steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal
kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam
jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan.
Fungsi sistem perkemihan antara lain:
a. Hemostatis internal, tubuh terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di
dalamnya, dan 70% dari cairan tubuh terletak di dalam sel-sel, yang disebut
dengan cairan intraselular. Cairan ekstraselular terbagi dalam plasma darah,
dan langsung diberikan untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial. Beberapa
hal yang berkaitan dengan cairan tubuh antara lain edema dan dehidrasi.
Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan
keseimbangan cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau
volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak
diganti.
b. Keseimbangan asam basa tubuh, Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas
normal PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH >74 disebut alkalosis dan
jika PH < 7,35 disebut asidosis. c. Pengeluaran sisa metabolisme, racun dan
zat toksin ginjal. Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolisme
protein yang mengandung nitrogen terutama urea, asam urat dan kreatinin. Ibu
post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses
involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu
merasa sulit buang air kecil. Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil
pada ibu post partum, antara lain:
1. Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga
terjadi retensi urin.
2. Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang
teretansi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun, hilangnya
peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume
darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi
kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dengan diuresis pasca partum. Ureter yang
berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada pasien
dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan resiko serupa
pada persalinan dengan Sectio Caesar. Sepuluh persen pasien pasca persalinan
menderita inkontinensia (biasanya stres inkontinensia) yang kadang-kadang menetap
sampai beberapa minggu pasca persalinan. Untuk mempercepat penyembuhan
keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot dasar panggul. Bila wanita pasca
persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca persalinan mungkin ada
masalah dan sebaiknya segera dipasang dower kateter selama 24 jam.

D. Perubahan sistem musculoskeletal


Adapun perubahan sistem muskuloskeletal pada masa nifas meliputi :
1. Dinding perut dan peritoneum
Peritoneum adalah membran berkilau yang melapisi semua organ perut.
Dengan mengeluarkan cairan peritoneal, membran ini memungkinkan isi perut
bergerak dengan lancar selama pengolahan makanan di usus. Luas permukaan
peritoneum sama besar dengan permukaan kulit, sekitar dua meter persegi.
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih kembali
dalam 6 minggu. Pada saat wanita asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus
abdonimis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari
peritoneum, fasia tipis, dan kulit.
2. Kulit Abdomen
Abdomen adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bagian dari tubuh
yang berada di antara thorax atau dada dan pelvis di hewan mamalia dan
vertebrata lainnya. Pada arthropoda, abdomen adalah bagian paling posterior
tubuh, yang berada di belakang thorax atau cephalothorax (sefalotoraks). Dalam
bahasa Indonesia umum, sering pula disebut dengan perut. Bagian yang ditutupi
atau dilingkupi oleh abdomen disebut cavitas abdominalis atau rongga perut.
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan
mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali
normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan post
natal.
3. Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding
abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna
melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus trektus
abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas,
paritas, dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama
pengembalian tonis otot menjadi normal.
4. Perubahan Ligamen
Ligamen (ligamentum) adalah jaringan berbentuk pita yang tersusun dari
serabut-serabut liat yang mengikat tulang satu dengan tulang lain pada sendi
setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali seperti
sediakala. Tidak jarang ligametum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
5. Simpisis pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat
menyebabkan mordibitas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis antara
lain : nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat
tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat dipalapasi. Gejala ii dapat
menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca meahirkan, bahkan ada
yang menetap.

Gejala Perubahan Sistem Muskuloskeletal


Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum
antara lain :
1. Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang
sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem
muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan.
2. Sakit kepala dan nyeri leher
Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala
dan migraine bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan
ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang
jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi umum.
3. Nyeri pelvis posterior
Nyeri pelvis posterior ditunjukkan untuk rasa nyeri dan disfungsi area
sendi sakrioiaka. Gejala ii timbul sebelum nyeri punggung bawah dan
disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi satrioiaka pada
bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikkan
tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha
posterior.
4. Disfungsi simfisis pubis
Disfungsi simfisis pubis merupakan istilah yang menggambarkan
gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar
area sendi. Fungsi sendi simfibis pubis adalah menyempurnakan cincin
tulang pelvis dan memintahkan berat badan melalui pada posisi tegak. Bila
sendi ii tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat
fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal, diperburuk dengan terjadinya
perbuhan mekanis, yang dapat mempengaruhi gaya berjalan suatu gerakan
lembur pada sendi simfibis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai
rasa nyeri yang hebat.
5. Diastase Rekti
Diastase rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5
cm pada tepat setinggi umbilicus sebagai akibat pengaruh hormone
terhadap linea alba serta akibat dari peregangan mekanis dinding
abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi pariatas, bayi besar , poli
hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu,
juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan,
sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.
6. Osteoporosis akibat kehamilan
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini
ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya
hendaya (tidak dapat berjalan), ketidak mampuan mengangkat atau
menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang
buruk
7. Disfungsi dasar panggul
Disfungsi dasar panggul meliputi :
a) Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak
disadari. Masalah yang paling umum dalam kehamilan dan pasca
partum adalah inkontinensia stress.
b) Inkontinensia alvi disebabkan oleh robeknya atau merenggangnya
sfingter anal atau kerusakan yang nyata pada suplai saraf dasar
panggul selama persalinan.
c) Prolaps
Prolaps genetalia, dikaitkan dengan persalinan per vagina yang
dapat disebabkan peregangan dan kerusakan pada fasia dan
persyarafan pelvis. Prolaps uterus adalah penururnan uterus.
Sistokel adalah prolaps kandung kemih dalam vagina, sedangkan
rektokel adalah prolaps rectum ke dalam vagina.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama seperti halnya
menstruasi. Asuhan kebidanan pada masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang
diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya
tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil.
Berdasarkan pembahasan di atas dan tujuan dalam pembuatan makalah ini,
maka dapat disimpulkan: Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh
dan bertanggung jawab terhadap pergerakan Perubahan sistem muskuloskeletal pada
masa nifas meliputi :
1.      Dinding perut dan peritoneum
2.       Kulit abdomen
3.       Striae

4.       Perubahan ligament


5.       Simpisis pubis
B. Saran
Semoga apa yang kami sampaikan bisa bermanfaat. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/septianbarakati/makalah-perubahan-fisiologis-sistem-reproduksi-
pada-ibu-nifas-42313582
http://novitasari819stikesyo.blogspot.com/2018/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-
x.html

Anda mungkin juga menyukai