Anda di halaman 1dari 12

ATTRIBUTE SAMPLING UNTUK

PENGUJIAN PENGENDALIAN
Auditing 1

Oleh :

Mutiara Hapsari 171020002


Siti Nur Vikaizah 171020016
Irfan Nur Hidayat 171020082

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2017/2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “ATTRIBUTE
SAMPLING UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN”.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhirnya penyusun
mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Semarang, Juni 2019

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar … .......................................................................................................... i


Daftar Isi … ................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN . ........................................................................................... 1


A. Latar Belakang …............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ….......................................................................................... 1

BAB II.PEMBAHASAN ............................................................................................... 2


A. Definisi dan Tujuan Sampling Audit ........... . ....................................................... 2
B. Sampling Statistik vs Sampling Nonstatistik dan Pemilihan
Sampel Probabilistik vs Nonprobabilistik. ........................................................... 2
C. Ketidakpastian dan Sampling Audit. .................................................................... 2
D. Pendekatan Sampling Audit… ............................................................................. 3
E. Sampling Dalam Pengujian Substantif. ............................................................... 4
F. Variable Sampling . ............................................................................................ 4
G. Sampling Dalam Pengujian Pengendalian … ...................................................... 5
H. Attribute Sampling. ............................................................................................ 5
I. Sampel Dengan Tujuan Ganda. ........................................................................... 6

BAB III. PENUTUP ….................................................................................................. 8


A. Simpulan … ....................................................................................................... 8
B. Saran. ................................................................................................................. 8

Daftar Pustaka … ........................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam materi pemerikasaan akuntansi ini, setelah materi pengujian pengendalian dan
pengujian substantive adalah materi sampling audit. Setelah auditor memutuskan prosedur
pengujian yang dipilih, auditor perlu menentukan jumlah item yang tepat sebagai sampel dari
suatu populasi untuk pengujian tersebut. Disamping itu, auditor harus menentukan bagian
populasi mana yang dipilih sebagai sampel.
Auditor melakukan pemilihan sampel dengan maksud untuk memperoleh sampel yang
representative. Sampel yang representative adalah sampel yang mempunyai karakteristik
populasi. Sebagai contoh auditor menemukan 2% kesalahan atas faktur penjualan , seandainya
ia melakukan inspeksi atas seluruh faktur penjualan. Misalkan, auditor ada 100 buah jumlah
faktur penjualan sebagai sampel dari suatu populasi. Sampel tersebut dapat dikatakan sebagai
sampel yang representative apabila auditor menemukan dua buah faktur yang mengandung
kesalahan.
Disamping itu sampel harus mengandung stabilitas. Yang dimaksud disini adalah apabila
jumlah sampel ditambah atau dikurangi maka hasilnya harus sama dan tidak berubah.
Pada kenyataanya, auditor tidak dapat mengetahui apakah sampel yang diambil kerupakan
sampel yang representative, meskipun ia telah selesai melaksanakan seluruh pengujian.
Auditor maksimal hanya dapat meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi mendekati
kualitas sampel yang representative. Hal tersebut dapat dilaksanakan auditor dengan cara
merancang dan melakukan seleksi sampel, dan mengevaluasi hasil sampel secara cermat dan
teliti.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi sampling dan tujuan sampling?
2. Pengertian sampling statistik vs sampling nonstatistik dan pemilihan sampel probabilistik
vs nonprobabilistik ?
3. Apa yang dimaksud ketidak pastian dan sampling audit?
4. Apa yang dimaksud risiko sampling dan apa saja yag termasuk risiko sampling?
5. Apa saja yang dimaksud pendekatan sampling audit?
6. Apa yang dimaksud dengan :
a. Sampling dalam pengujian substantive
b. Variable sampling
c. Sampling dalam pengujian pengendalian
d. Atribut sampling
e. Sampel dengan tujuan ganda

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Tujuan Sampling Audit


Ikatan Akuntansi Indonesia melalui Standar Profesional Akuntan Publik Seksi 350
mendefinisikan sampling audit sebagai :
“penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi
yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo
akun atau kelompok transaksi tersebut.”
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian maupun
pengujian substantive. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan sampling audit
dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan
prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang
berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling audit, jika diterapkan dengan semestinya
akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar
pekerjaan lapangan yang ketiga.

B. Sampling Statistik vs Sampling Nonstatistik dan Pemilihan Sampel Probabilistik vs


Nonprobabilistik

Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit dilakukan
dengan cara yang memberikan risiko sampling yang diinginkan dan meminimalkan
kemungkinan kesalahan nonsampling. Pemilihan sampel melibatkan keputusan bagaimana
sampel dipilih dari populasi.
Sampling statistik (statistical sampling) menerapkan aturan matematika, auditor dapat
mengkuantifikasi (mengukur) risiko sampling dalam merencanakan sampel dan dalam
mengevaluasi hasil.
Dalam sampling nonstatistik (nonstatistical sampling) auditor memilih item sampel
yang diyakini akan memberikan informasi yang paling bermanfaat, dalam situasi tertentu, dan
mencapai kesimpulan mengenai populasi atas dasar pertimbangan. Karena alasan tersebut
penggunaan sampling nonstatistik sering kali disebut dengan sampling pertimbangan
(judgemental sampling)

Dalam pemilihan sampel probabilistik (probabiistic sampel selection) auditor


memlih secara acak item-item sehingga setiap item populasi memiliki item probabilitas yang
sama untuk dimasukkan dalam sampel. Proses ini memerlukan ketelitian yang sangat tinggi
dan menggunaan salah satu dari beberapa metode yang telah dibahas secara singkat. Sedangkan
dalam pemilihan sampel nonprobabilistik (nonprobabilistik sample selection), auditor memilih
item sampel dengan menggunakan pertimbangan yang profesional dan bukan metode
probabilistik. Auditor dapat menggunakan salah satu dari beberapa metode pemilihan sampel
nonprobabilistik.

C. Ketidakpastian dan Sampling Audit


Semakin banyak sampel yang diambil, semakin banyak waktu dan biaya yang diperlukan.
Auditor juga mengakui adanya konsekuensi negative dari kemungkinan kesalahan
pengambilan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit terhadap data sampel
semata. Apabila auditor ingin mengurangi kemungkinan kesalahan keputusan tersebut, auditor

2
harus menambah jumlah sampel. Hal ini mengakibatkan peningkatan biaya dan waktu yang
diperlukan. Sebaliknya, apabila auditor ingin mengurangi biaya dan waktu untuk melakukan
pemeriksaan, maka auditor harus mengurangi jumlah sampel. Hal ini akan memperbesar
kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit
terhadap data sampel tersebut.
Ketidakpastian meliputi :
a. Ketidakpastian yang disebabkan langsung oleh penggunaan sampling (resiko sampling)
b. Ketidakpastian yang disebabkan faktor selain sampling (resiko non sampling).
1) Risiko Sampling
Tingkat risiko sampling mempunyai hubungan yang terbalik dengan ukuran sampel. Semakin
kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingnya. Sebaliknya, semakin besar ukuran
sampel, semakin rendah risiko samplingnya. Risiko sampling dapt dibedakan atas :
a) Risiko sampling dalam pengujian substantive atas detail atau rincian.
Auditor memperhatikan dua aspek penting dari risiko sampling, yang meliputi :
1. Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance)
2. Risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection)
b) Risiko sampling dalam melaksanakan pengujian pengendalian
Auditor memperhatikan dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi :
1. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing
control risk too low)
2. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing
control risk too high)

2) Risiko Non Sampling


Risiko non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan sampling.
Risiko ini tidak penah dapat diukur secara matematis. Risiko non sampling timbul karena :
a. Kesalahan manusia seperti gagal mengakui kesalahan dalam dokumen.
b. Kesalahan pemilihan maupun penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan tujuan
audit.
c. Salah interpretasi hasil sampel

D. Pendekatan Sampling Audit


Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar pekerjaan lapangan ketiga menyatakan
bahwa:
“bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan”
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk
memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah :
1) Sampling Statistik
Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada sampling non statistik. Namun,
tingginya biaya dapat dikompensasi dengan tingginya manfaat yang dapat diperoleh melalui
pelaksanaan sampling statistik. Sampling statistik menguntungkan manajemen dalam tiga hal
berikut :
a. Perencanaan sampel yang efisien
b. Pengukuran kecukupan bukti yang dihimpun
c. Pengevaluasian hasil sampel
Disamping itu, sampling statistik mendukung auditor untuk mengkuantufikasi dan
mengendalikan risiko sampling. Ada dua macam tehnik sampling statistik, yaitu :

3
a. Attribute sampling
b. Variables sampling

2) Sampling Non Statistik


Sampling non statistik merupakan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria subyektif.
Auditor dapat menentukan besarnya sampel yang diambil dalam sampling non statistik, dengan
melakukan pertimbangan subyektif berdasarkan pengalamanannya. Pelaksaan evaluasi atas
sampel juga dilakukan berdasar kriteria subyektif dan pengalaman auditor yang bersangkutan.

E. Sampling Dalam Pengujian Substantif


Standar Profesional Akuntan Publik 350. Par 16 menyebutkan berbagai faktor yang harus
dipertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian substantive. Faktor-faktor
tersebut meliputi :
a. Hubungan antara sampel dengan tujuan audit yang relevan yang harus dicapai.
b. Pertimbangan pendahuluan atas tingkat tingkat materialitas.
c. Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima auditor.
d. Karakteristik populasi.
Disamping faktor tersebut diatas auditor harus cermat dalam mempertimbangkan pula hal-hal
berikut :
1. Pemilihan sampel
2. Pelaksanaa evaluasi atas hasil sampel

F. Variable Sampling
Variable sampling tepat untuk diterapkan auditor, antara lain pada :
a. Observasi dan penilaian persediaan
b. Konfirmasi piutang dagang
c. Cadangan untuk piutang tak tertagih
d. Cadangan persediaan yang rusak
e. Menilai persediaan dalam proses
f. Menilai aktiva tetap dalam public utility company
g. Penilaian umur piutang
Ada tiga tehnik yang dapat digunakan dalam variable sampling, yaitu :
1. Mean-per-unit (MPU)
Langkah-langkah dalam perencanaan estimasi MPU, meliputi :
a. Menentukan tujuan rencana sampling
b. Mendefinisikan kondisi kesalahan
c. Mendefinisikan populasi dan unit sampling
d. Menentukan ukuran sampel
e. Menentukan metode pemilihan sampel
f. Melaksanakan rencana sampling
g. Mengevaluasi hasil sampel

2. Difference estimation
Dalam sampling estimasi perbedaan ini, perbedaan dihitung untuk setiap item sampel yang
sama dengan nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Auditor kemudian
menggunakan rata-rata perbedaan untuk menghimpun estimasi nilai populasi total. Variabilitas

4
perbedaan tersebut digunakan untuk menentukan (achieved precision) atau
cadangan (allowance) yang dapat diterima oleh risiko sampling.
Ada empat hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan tehnik sampling ini, yaitu :
a. Nilai buku setiap item populasi harus dapat diketahui auditor
b. Total nilai buku populasi harus diketahui auditor
c. Jumlah keseluruhan dari nilai buku item populasi harus sama dengan total nilai buku
populasi
d. Harus ada perbedaan antara nilai audit dan nilai buku yang dapat diharapkan

3. Sampling Estimasi Rasio


Dalam sampling ini, auditor menentukan nilai audit untuk setiap item sampel. Rasio dihitung
dengan menghitung hasil pembagian jumlah nilai audit dibagi jumlah nilai buku item sampel.
Rasio tersebut kemudian dikalikan dengan nilai buku total untuk menghasilkan nilai populasi
yang diestimasikan.
Sama dengan estimasi perbedaan, ada empat hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan
tehnik sampling ini.

G. Sampling Dalam Pengujian Pengendalian


Standar Profesional Akuntan Publik 350 par 31 menyebutkan faktor-faktor yang harus di
pertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian pengendalian. Seperti telah
dikemukakan, bahwa dalam menyelenggarakan pengujian pengendalian, auditor memberikan
dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi risiko penentuan tingkat risiko
pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk to low) dan risiko penentuan
tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk too high).

H. Attribute Sampling
Tehnik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaannya adalah untuk
memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam
populasi.
Sampling atribut untuk pengujian pengendalian, meliputi tahap berikut :
1. Menentukan tujuan pengujian audit
2. Menspesifikasi atribut yang akan diperiksa dan kondisi penyimpangan
3. Mendefinisikan populasi dan unit sampling
4. Menspesifikasikan tingkat penyimpangan yang dapat diterima
5. Menspesifikasikan risk of assessing control risk too low yang dapat diterima atau
acceptable risk of over reliance
6. Mengestimasi tingkat penyimpangan populasi
7. Menentukan ukuran sampel
8. Menentukan metode pemilihan sampel
9. Melaksanakan prosedur audit
10. Mengevaluasi hasil sampel
Tingkat penyimpangan yang dapat diterima sering disebut dengan tolerable deviation
rate (TDR). TDR mencerminkan tingkat penyimpangan dalam populasi yang dapat diterima
auditor. TDR mempunyai pengaruh yang signifikan atas ukuran sampel. TDR mempunyai
hubungan terbalik dengan besar kecilnya sampel. Semakin rendah TDR, semakin besar jumlah
sampel yang diperlukan auditor.
Aceptable risk of over reliance (ARO) merupakan risiko bahwa auditor menilai suatu
pengendalian berjalan efektif, padahal pada kenyataannya tingkat deviasi populasi lebih tinggi

5
daripada ARO. Auditor harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam pemilihan
ARO yang tepat untuk situasi tertentu. Besarnya ARO tergantung dengan keekstensifan
rencana auditor untuk mengurangi tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan. ARO
dipengaruhi planned assessed level of control risk atau tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan yang direncanakan, ARO mempunyai hubungan searah dengan planned assessed
level of control risk. Semakin tinggi Planned assessed level of control risk, semakin tinggi
ARO.
Apabila penilaian aspek kuantitatif dan kualitatif atas hasil sampel mendukung kesimpulan
bahwa ada penyimpangan pengendalian, maka auditor harus menggunakan pertimbangan
profesional untuk menentukan tindakan yang tepat. Jika auditor menyimpulkan bahwa hasil
sampel tidak mendukung tingkat risiko pengendallian yang direncanakan atas suatu asersi,
maka dia harus mennilai kembali sifat, waktu, dan luas prosedur pengujian substantive.
Perlu dibedakan antara TDR dan ARO yang dipilih auditor sebelum tes dilakukan, dengan
UDL, dan ARO hasil perhitungan secara obyektif berdasarkan sampel. TDR dan ARO yang
dipilih auditor sebelum tes dilakukan, merupakan TDR dan ARO standar. Sebelum populasi
dapat diterima, UPL harus lebih kecil atau sama dengan TDR. Apabila UDL harus lebih besar
daripada TDR, maka auditor dapat melakukan empat alternative tindakan berikut :
1. Merevisi TDR atau ARO. Langkah ini diambil apabila auditor berkesimpulan bahwa
spesifikasi sebelumnya terlalu konservatif.
2. Menambah ukuran atau jumlah sampel. Apabila sampel ternyata tidak representative,
maka auditor dapat menambah sampel dan mengevaluasi kembali hasilnya. Peningkatan
jumlah sampel dan mengevaluasi kembali hasilnya. Peningkatan jumlah sampel akan
mengurangi UDL sehingga terjadi penuruna risiko sampling.
3. Menambah prosedur pengujian substantive.
4. Memberitahu manajemen mengenai masalah struktur pengendalian intern. Apabila
auditor menilai bahwa struktur pengendalian intern tidak berjalan secara efektif, maka
auditor perlu menginformasi hal inni kepada manajemen.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk mengestimasi tingkat penyimpangan populasi yang
diharapkan, yang meliputi :
a. Tingkat penyimpangan sampel yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya terhadap
klien yang sama, disesuaikan dengan mempertimbangkan perubahan efektivitas
pengendalian tahun berjalan.
b. Estimasi yang dilakukan berdasarkan tingkat resiko yang ditentukan berdasarkan bukti
efektifitas operasi prosedur dan kebijakan pengendalian tahun berjalan.
c. Auditor menghimpun sampel kecil terlebih dahulu, kemudian berdasarkan nilai audit item
sampel ini, auditor auditor mengestimasi standar deviasi populasi.
Dalam melakukan evaluasi atas sampling atribut, auditor harus :
a. Menghitung tingkat penyimpangan sampel
b. Menentukan batas penyimpangan sampel
c. Menentukan cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling

I. Sampel Dengan Tujuan Ganda


Auditor dalam situasi tertentu, dapat merancang sampel yang memenuhi dua tujuan sekaligus,
yaitu :
a. Menentukan risiko pengendalian
b. Menguji kebenaran jumlah moneter ransaksi yang dicatat
Untuk melakukan hal itu, auditor biasanya telah membuat estimasi pendahuluan bahwa
terdapat tingkat risiko yang rendah bahwa penyimpangan dari prosedur atau kebijakan struktur

6
pengendalian intern yang ditetapkan dalam populasi, akan melebihi tingkat penyimpangan
yang dapat diterima.
Ukuran sampel yang dirancang harus merupakan yang terbesar diantara ukuran-ukuran
sampel yang dirancang untuk masing-masing tujuab terpisah. Penilaian untuk setiap tujuan
harus dilakukan secara terpisah dengan menggunakan tingkat risiko yang sesuai untuk masing-
masing tujuan pengujian.

7
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun
atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.Dilakukanya sampling audit adalah
agar sampel yang diperoleh representatif, yakni sampel yang mempunyai karakteristik yang
sama dengan populasi. Sampel haruslah mengandung stabilitas yang berarti apabila jumlah
sampel ditambah hasilnya tidak berubah.
Sampling audit berkaitan erat dengan ketidakpastian. Auditor menerima ketidakpastian atas
dasar adanya hubungan antara faktor-faktor biaya dan waktu yang diperlukan untuk
melaksanakaan pemeriksaan atas semua data, dengan konsekuensi negative akibat kesalahan
keputusan yang didasarkan atas kesimpulan yang dihasilka dari audit terhadap data sampel
semata. Ketidakpastian meliputi ketidakpastian yang disebabkan langsung oleh penggunaan
sampling (risiko sampling), dan ketidakpastian yang disebabakan faktor lain selain sampling
(risiko non sampling).
Risiko sampling berkaitan dengan kemungkinan bahwa sampel yang diambil bukanlah
sampel yang representative. Risiko ini dibedakan atas risiko sampling dalam pengujian
substantif atas detail. Dan risiko sampling dalam melaksanakan pengujian pengendalian. Bila
dalam pengujian substantive risiko sampling meliputi risiko keliru menerima (risiko beta), dan
risiko keliru menolak (risiko alpha), maka dalam pengujian risiko sampling meliputi risiko
penentuan tingkat risiko pengendalian terlalu tinggi.
Risiko non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan
sampling. Risiko ini tidak akan pernah di ukur secara matematis, karena timbul akibat hal-hal
seperti kesalahan manusia, salah interprestasi dan lain sebagainya.
Variable sampling digunakan untuk memperkirakan saldo akun dan mengusulkan
penyesuaian saldo akun agar sesuai dengan hasil estimasi statistik. Ada tiga tehnik dalam
variable sampling yakni mean per unit, different estimation, dan sampling estimasi rasio.
Attribute sampling digunakan untuk memperkirakan tingkat deviasiatau penyimpangan dari
pengendalian yang ditentukan dalam populasi. Dalam merancang sampel dalam keadaan
tertentu auditor dapat merancang dua jenis tujuan sekaligus, yaitu menentukan risiko
pengendalian dan menguji kebenaran jumlah moneter transaksi yang dicatat. Hal ini dikenal
dengan istilah sampel dengan tujuan ganda.

B. Saran
Makalah ini dibuat untuk pembaca yang ingin mengetahui secara singkat tentang
attribute sampling untuk pengujian pengendalian. Hal yang diharapkan oleh penulis
kedepannya adalah agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Disisi lain tentunya
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu jika terdapat pesan serata saran
yang membangu dalam penyempurnaan makalah ini sekira mohon disampaikan kepada
penulis.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/143593344/AUDITING-Attribute-Sampling-Untuk-Pengujian-
Pengendalian

http://irmajhe.blogspot.com/2017/05/makalah-audit-sampling.html

http://yasinibnmaftuh.blogspot.com/2013/05/makalah-samplin-audit.html

https://www.coursehero.com/file/19485142/MAKALAH-AUDIT-KELOMPOK-11-
SAMPLING-AUDIT-DALAM-PENGUJIAN-PENGENDALIAN/

http://markdebie.blogspot.com/2011/05/sampling-audit-dalam-pengujian.html.

Anda mungkin juga menyukai