PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stres adalah suatu reaksi tubuh yang dipaksa, di mana ia boleh menganggu
equilibrium (homeostasis) fisiologi normal (Julie K., 2005). Sedangkan menurut
WHO (2003) Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan
mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk
menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai
berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres; konteks yang
menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres
semua sebagai suatu sistem.
Stres adalah keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi orang yang
mengalami stres dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat orang yang
bersangkutan melihat ketidaksepadanan, entah nyata atau tidak nyata, antara
keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang
ada padanya.
Saat ini, pandemi Covid-19 menjadi salah satu krisis kesehatan utama bagi
setiap individu dari semua bangsa, benua, ras, dan kelompok sosial ekonomi. Data
20 Februari 2021 dari World o Meters, Covid-19 di dunia mencapai 111.217.645
kasus. Dalam data tersebut Amerika Serikat hingga saat ini menempatkan posisi
pertama tingkat kasus covid 19 dunia dengan total kasus 28.5999.039 dengan
penambahan kasus baru dalam 24 jam terakhir sebanyak 74.347 orang.
Data 20 Februari 2021 di Indonesia saat ini kasus terkonfirmasi mencapaii
1.263.2999 dengan penambahan kasus positif dalam 24 jam terakhir mencapai 10.614
orang. Penularan Covid-19 dari satu individu ke individu yang lain telah ditunjukkan
dengan gejala demam, sakit tenggorokan, batuk, sesak nafas, dan ada beberapa
individu yang positif terkena Covid-19 tanpa gejala (Kemenkes RI, 2020).
Penatalaksanaan Covid-19 saat ini bersifat suportif, dan kegagalan pernafasan
menjadi penyebab utama mortalitas (Mehta, McAuley, Brown, Sanchez, Tattersall, &
Manson, 2020).
Respons yang diperlukan, seperti isolasi sosial, anjuran untuk tetap berada
dirumah, karantina seluruh masyarakat, dan penutupan instansi pendidikan telah
mengubah kehidupan sehari-hari secara tiba-tiba. Mahasiswa sebagai salah satu
individu yang jumlahnya paling banyak di institusi pendidikan tentunya sangat
merasakan dampak pendemi Covid-19, dimana sistem pembelajaran yang biasanya
dilakukan secara tatap muka baik di lingkungan kampus ataupun lahan praktek
berubah menjadi daring.
Perubahan yang terjadi pada mahasiswa akibat Covid-19 tentunya berdampak
pada psikologis mahasiswa. Hasil penelitian Cao, Fang, Hou, Han, Xu, Dong, &
Zheng, (2020) pada 7.143 mahasiswa menunjukkan bahwa 0,9% mahasiswa
mengalami ansietas berat, 2,7% mengalami ansietas sedang, dan 21,3% mengalami
ansietas ringan. Selain itu, tinggal di daerah perkotaan (OR= 0,810, 95% CI =
0,709 - 0,925), stabilitas pendapatan keluarga (OR= 0,726, 95% CI = 0,645 - 0,817)
dan tinggal bersama orang tua (OR= 0,752, 95% CI = 0,596) - 0,950)
adalah faktor pencegahan ansietas. Selain itu, memiliki kerabat atau kenalan yang
terinfeksi COVID-19 adalah faktor risiko terjadinya ansietas pada mahasiswa (OR
= 3.007, 95% CI = 2.377- 3.804). Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa efek
ekonomi, dan efek pada kehidupan sehari- hari, serta keterlambatan dalam kegiatan
akademik, secara positif berhubungan dengan gejala ansietas (P <0,001). Namun,
dukungan sosial berkorelasi negatif dengan tingkat ansietas (P <0,001).
Pandemi virus corona menyebabkan dampak yang sangat luar biasa
terhadap beberapa sektor kehidupan, salah satunya yaitu pendidikan. Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa pendidikan menjadi salah satu sektor
yang begitu terdampak oleh virus corona. Parahnya lagi, hal itu terjadi dalam
tempo yang cepat dan skala yang luas. Menurut data Organisasi Pendidikan,
Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), setidaknya ada 290,5 juta siswa di
seluruh dunia yang aktivitas belajarnya menjadi terganggu akibat sekolah yang
ditutup.
Wabah virus corona yang menyebar di Indonesia menyebabkan pemerintah
memutuskan untuk menutup kegiatan belajar mengajar di sekolah dan universitas.
Penutupan sekolah dan universitas dimulai pada hari Senin tanggal 16 Maret 2020.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah digantikan dengan kegiatan belajar mengajar
secara online atau daring. Istilah daring merupakan akronim dari “dalam jaringan“.
Sistem pembelajaran daring dianggap sebagai solusi yang dapat digunakan saat
masa penyebaran pandemi virus corona di Indonesia, pendidik dan peserta didik
dapat melangsungkan kegiatan belajar mengajar tanpa harus bertatap muka secara
langsung untuk mencegah penyebaran virus corona.
Dengan latar belakang seperti yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik
meneliti mengenai “Hubungan Tingkat Stres Dengan Prestasi Akademik Selama
Mengikuti Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19 Di STIKes YPIB
Majalengka”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian ini
dapat dirumuskan Apakah ada hubungan antara Tingkat Stres Mahasiswa
Dengan Prestasi Akademik Selama Mengikuti Pembelajaran Daring Pada Masa
Pandemi Covid-19 Di STIKes YPIB Majalengka ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk Mengetahui Hubungan
Tingkat Stres Mahasiswa Dengan Prestasi Akademik Selama Mengikuti
Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19 Di STIKes YPIB
Majalengka.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat stres pada mahasiswa STIKes YPIB Majalengka.
b. Mengetahui tingkat prestasi akademik selama mengikuti pembelajaran
daring pada masa pandemi Covid-19 di STIKes YPIB Majalengka.
c. Mengetahui hubungan antara Tingkat Stres Mahasiswa Dengan Prestasi
Akademik Selama Mengikuti Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi
Covid-19 Di STIKes YPIB Majalengka.
D. Manfaat Penelitian