Anda di halaman 1dari 21

PENERIMAAN PENUGASAN DAN PERENCANAAN AUDIT

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah serta
petunjuk-Nya sehingga modul pembelajaran untuk mata kuliah Pengauditan 1 ini dapat
penulis selesaikan.

Penulisan modul pembelajaran ini merupakan tugas dalam mata kuliah Pengauditan 1
yang berisi kumpulan materi-materi pembahasan yang telah disusun dalam rancangan
pembelajaran di dalam kelas.

Dalam menyusun modul ini, penulis diberi bantuan yang bermanfaat dari berbagai
pihak baik itu secara ide maupun bantuan materi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi bantuan

Penulis juga menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan modul ini
meskipun telah mendapat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar kedepannya
penulis dapat menyusun modul ini lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap modul
pembelajaran ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan khususnya kepada penulis
sendiri.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAGIAN I – TINJAUAN MATA KULIAH 1

BAGIAN II – PENERIMAAN PENUGASAN DAN PERENCANAAN AUDIT 3

BAGIAN III – MATRI PEMBELAJARAN 4

BAGIAN IV – RANGKUMAN 18

DAFTAR PUSTAKA 19

iii
BAGIAN I
TINJAUAN MATA KULIAH

A. DESKRIPSI MATA KULIAH


Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya
bagi mahasiswa jurusan Akuntansi dengan bobot 3 SKS. Mata kuliah ini mempelajari tentang
auditing secara konseptual, profesi akuntan publik, audit laporan keuangan dan tanggung
jawab auditor, etika keprofesionalan, kewajiban legal auditor, sasaran audit, bukti audit, dan
kertas kerja, penerimaan penugaan, dan perencanaan audit, materialistis, risiko audit dan
strategi audit awal, struktur pengendalian intern, menilai risiko pengendalian dan uji
pengendalian, risiko deteksi dan rancangan uji substansif, pengambilan sampel audit dalam uji
pengendalia, pengendalian sampel audit dalam uji substansif, serta pengauditan menggunakan
sistem EDP.

B. KEGUNAAN MATA KULIAH

Kegunaan mata kuliah pengauditan 1 ini bagi mahasiswa adalah :

Mahasiswa diharapkan :

- Mampu melaksanakan proses pengauditan dan penyusunan laporan audit suatu entitas
secara profesional. (Kompetensi Utama)
- Mampu membuat prosedur pemeriksaan (Kompetensi Pendukung)
- Mampu memahami struktur pengendalian intern perusahaan (Kompetensi
Pendukung)
- Mampu menggunakan pengetahuan akuntansi dan komputerisasi (Kompetensi
Pendukung)
- Mampu untuk bekerja sama, baik sebagai pimpinan maupun sebagai anggota
kelompok (tim audit). (Kompetensi Lain-lain)

C. SASARAN BELAJAR

PERTEMUAN SASARAN PEMBELAJARAN


Mampu memahami :
1
GBRP dan kerangka konseptual Auditing
 Definisi Auditing, tipe audit dan auditor
2  Jasa-jasa yang diberikan oleh KAP
 Organisasi yang berhubungan dengan profesi

1
 Hal-hal yang mendasari audit laporan keuangan
 Pihak-pihak yang berhubungan dengan auditor independen
3
 Standar auditing
 Laporan auditor dan tanggung jawabnya
Mampu Memahami :
 Etika da moralitas
 Kode etik AICPA
4
 Kode etik akuntan publik di Indonesia
 Penegakan aturan
 Lingkungan yuridis
 Kewajiban menurut hukum kebiasaan
5  Kewajiban menurut undang-undang pasar modal
 Sasaran audit
 Bukti audit
6  Prosedur audit
 Kertas kerja
 Tahap-tahap audit laporan keuangan
7  Penerimaan penugasan
 Perencanaan audit
8 MID SEMESTER
Mampu Memahami :
 Materialitas
9
 Risiko audit
 Strategi audit awal
 Defnisi pengendalian intern
 Komponen SPT
10
 Tujuan SPT

 Risiko pengendalian
11  Uji pengendalian dan kepatuhan
 Pertimbangan lainnya
 Risiko deteksi
 Rancangan uji substansif
12
 Mengembangkan program audit untuk uji substansif
 Pertimbangan khusus dalam rancangan uji substansif
 Konsep dasar pengambilan sampel audit
13  Merancang sampel atribut statistik untuk uji pengendalian
 Penyelesaian sampel atribut statistik dan pengevaluasian hasil
 Konsep dasar pengamblan sampel audit
14  Probabilitas dan proporsional untuk ukuran pengambilan sampel
 Pengambilan sampel non statistik dalam uji substansif
 Sistem EDP
 Dampak sistem EDP terhadap struktur pengendalian intern
15
 Metodologi untuk menyesuaikan dengan standar pekerjaan
lapangan
16 FINAL TEST

2
BAGIAN II
PENDAHULUAN – PENERIMAAN PENUGASAN DAN
PERENCANAAN AUDIT

A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti perkulihan, mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Memahami tahap-tahap audit laporan keuangan
2. Memahami penerimaan penugasan audit
3. Memahami perencanaan audit

B. RUANG LINGKUP BAHAN MODUL


Modul pembelajaran ini membahas mengenai penerimaan penugasan dan perencanaan
yang dilakukan auditor sebelum turun kelapangan. Dibagian pertama modul akan
dijelaskan mengenai taha-tahap audit laporan keuangan diidentifikasi. Lalu, pada bagian
kedua dibahas mengenai langkah-langkah dalam penyelesaian tahapan awal suatu audit,
yaitu menerima dan mempertahankan klien. Pada bagian ketiga, dijelaskan mengenai
langkah-langkah yang diperlukan dalam tahap perencanaan audit diidentifikasi, diikuti
dengan ulasan secara mendalam mengenai dua komponen yaitu, memperoleh suatu
pemahaman tentang bisnis dan industri klien serta melaksanakan prosedur analitis.

C. MANFAAT MEMPELAJARI MODUL


Manfaat yang diperoleh mahasiswa setelah mempelajari modul ini adalah :
Mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan tahap-tahap audit laporan keuangan
2. Menjelaskan penerimaan penugasan audit
3. Menjelaskan perencanaan audit

D. URUTAN PEMBAHASAN
1. Tinjauan atas audit laporan keuangan
2. Menerima dan mempertahankan klien
3. Perencanaan audit

3
BAGIAN III
MATERI PEMBELAJARAN

1. TINJAUAN ATAS AUDIT LAPORAN KEUANGAN

Terdapat banyak alasan untuk melakukan audit laporan keuangan. Securities Exchange
Commission (SEC) mewajibkan perusahaan publik untuk diaudit. Suatu audit dapat diminta
untuk dilakukan sebagai syarat atas persetujuan pinjaman atau penerimaan pemerintah.
Adapun tahap-tahap dalam audit dapat diidentifikasi sebagai berikut :

a. Menerima dan Mempertahankan Klien


Tahap awal dalam suatu audit laporan, laporan keuangan adalah mengambil keputusan
untuk menerima (menolak) suatu kesempatan untuk menjadi auditor untuk klien yang
baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. Pada
umumnya keputusan untuk menerima (menolak) ini sudah dilakukan sejak enam
hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa. Keputusan
tersebut biasanya dilakukan oleh akuntan yang berpengalaman yang menduduki posisi
pengambilan keputusan-keputusan penting.

b. Merencanakan Audit
Tahap kedua dari audit adalah memerlukan pengembangan strategi audit untuk
pelaksanaan audit dan penentuan lingkup audit. Perencanaan dilakukan agar suatu
perikatan audit dapat berjalan dengan sukses. Perencanaan audit melibatkan elemen-
elemen penting tentang pemahaman bisnis dan industry, materialitas, risiko audit,
asersi, dan bukti audit, serta pertimbangan jasa bernilai tambah.

c. Melaksanakan Pengujian Audit


Tahap ketiga dari audit adalah melaksanakan pengujian audit. Tahap ini disebut
sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan (Field Work), karena pengujian biasanya
dilakukan atas ijin klien. Tujuan utama dari tahap ini dalah untuk memperoleh bukti
audit mengenai kondisi ekonomi klien, efektivitas pengendalian intern, dan kewajaran
laporan keuangan klien. Pengujian audit biasanya dilakukan satu sampai tiga bulan
sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa.

4
d. Melaporkan Temuan
Tahap keempat dan terkahir dari audit adalah pelaporan-pelaporan temuan. Elemen
penting dari setiap audit adalah komunikasi menegenai temuan audit. Laporan audit
merupakan bagian penting dari setiap perikatan. Laporan ini dapat berupa suatu
laporan standar atau suatu laporan yang menyimpang dari laporan standar. Auditor
juga membuat laporan kepada manajemen atau dewan direksi beeserta temuan-temuan
tentang pengendalian intern dan masalah lainnya yang memerlukan perhatian
manajemen. Laporan audit biasanya diterbitkan dalam waktu satu sampai tiga minggu
setelah pekerjaan dilapangan telah selesai.

2. MENERIMA DAN MEMPERTAHANKAN KLIEN


Dalam profesi akuntan publik, terjadi persaingan yang cukup ketat antar kantor akuntan
publik untuk mendapatkan klien. Bagi suatu kantor akuntan publik, klien bisa merupakan
klien baru atau klien lama (yang sudah ada) yang diharapkan akan melanjutkan memberikan
penugasan audit pada tahun atau tahun-tahun berikutnya. Pergantian auditor bisa terjadi
karena bebagai alasan, yaitu:
a) Klien merupakan hasil merger (penggabungan) antara beberapa perusahaan yang
semula memiliki auditor masing-masing yang berbeda.
b) Ada kebutuhan untuk mendapat perluasan jasa professional.
c) Tidak puas terhadap kantor akuntan publik yang lama.
d) Ingin mencari auditor dengan honorarium audit yang lebih murah.
e) Penggabungan antara beberapa kantor akuntan publik.

Auditor tidak wajib menerima setiap permintaan untuk melakukan audit laporan keuangan
yang diajukan oleh calon kliennya. Apabila auditor memutuskan untuk menerima suatu
penugasan audit, maka auditor harus memikul tanggung jawab profesional terhadap
masyarakat, klien, dan terhadap anggota profesi akuntan publik yang lain. Auditor harus
menjaga kelangsungan kepercayaan masyarakat terhadap profesi dengan menjaga
independensi, integritas, dan obyektivitas. Terhadap anggota lain se-profesi, auditor
bertanggung jawab untuk turut meningkatkan dan menjaga nama baik profesi, serta
meningkatkan kemampuannya dalam memberi pelayanan kepada masyarakat. Pertimbangan
dalam memutuskan untuk menerima penugasan juga berhubungan langsung dengan
kemampuan auditor untuk memenuhi persyaratan seperti diminta oleh standar auditing serta
kode etik akuntan.

5
Perikatan adalah kesepakatan kedua belah pihak untuk mengadakan suatu ikatan
perjanjian. Dalam perikatan audit, klien mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor.
Klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor
sanggup melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya.
Langkah awal pekerjaan audit adalah pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak
perikatan audit dari calon klien atau untuk menghentikan atau melanjutkan perikatan audit
dari klien berulang.

Di bawah ini adalah langkah-langkah penerimaan penugasan audit, antara lain:

1) MENGEVALUASI INTEGRITAS MANAJEMEN


Tujuan utama dari audit laporan keuangan adalah untuk memberikan suatu pendapat atas
laporan keuangan manajemen. Jadi, penting bagi auditor untuk menerima suatu perikatan
audit hanya apabila terdapat keyakinan yang memadai bahwa manajemen klien dapat
dipercaya. Bila manajemen kurang memiliki integritas, terdapat kemungkinan kekeliruan
(error) yang material dan ketidakberesan (irregularities) akan terjadi dalam proses akuntansi
di mana laporan keuangan dibuat. Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam
mengevaluasi integritas manajemen adalah:
a) Berkomunikasi dengan Auditor Terdahulu
Untuk klien yang pernah diaudit, pengetahuan mengenai manajemen klien yang
diperoleh auditor terdahulu (predecessor auditor) merupakan informasi penting bagi
auditor pengganti (successor auditor). Komunikasi dapat dilakukan tetapi harus seijin
klien dan diminta untuk mengotorisasi auditor terdahulu untuk menjawab dengan
lengkap pertanyaan auditor pengganti. Otorisasi diperlukan karena kode etik profesi
melarang seorang auditor untuk mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh.

b) Mengajukan Pertanyaan kepada Pihak Ketiga Lainnya


Informasi mengenai integritas manajemen juga dapat diperoleh dari pihak lain yang
memiliki pengetahuan di bidangnya seperti; pengacara, bankir dan pihak lain dalam
komunitas keuangan dan bisnis yang berhubungan bisnis dengan calon klien.

c) Me-review Pengalaman Masa Lalu dengan Klien yang Telah Ada


Sebelum membuat keputusan untuk melanjutkan suatu perikatan dengan klien audit,
auditor harus berhati-hati dalam mempertimbangkan pengalaman masa lalu dengan
manajemen klien. Misalnya, auditor perlu mempertimbangkan adanya kekeliruan atau
kecurangan dan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien yang ditemukan dalam

6
audit atas laporan keuangan tahun yang lalu. Dalam audit tahun lalu, auditor
mengajukan berbagai pertanyaan kepada manajemen tentang adanya hal-hal bersyarat,
kelengkapan notulen rapat dewan komisaris, kepatuhan klien terhadap peraturan
pemerintah.

2) MENGIDENTIFIKASI KONDISI KHUSUS DAN RISIKO YANG TIDAK


BIASA
Elemen penting dari audit melibatkan penilaian risiko salah saji material dalam laporan
keuangan. Akuntan publik juga menaruh perhatian terhadap resiko bisnis auditor (auditor’s
business risk) jika dihubungkan dengan perusahaan yang memiliki masalah keuangan atau
kelangsungan usaha, pihak yang dirugikan dapat menuntut keandalan laporan keuangan. Hal-
hal yang berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk menerima penugasan dalam
tahap ini antara lain:
a) Mengidentifikasi Pemakai Laporan yang Telah Diaudit
Tanggung jawab hukum auditor atas audit bervariasi, tergantung pada pemakai
laporan. Oleh karena itu auditor harus mempertimbangkan status badan hukum dari
calon klien.

b) Menilai Stabilitas Keuangan dan Hukum Calon Klien


Jika suatu entitas mengalami kesulitan hukum, maka perkara hukum sangat mungkin
akan melibatkan auditor yang sering dianggap memiliki “deep pockets”. Oleh karena
itu auditor harus mengidentifikasi calon klien yang memiliki risiko tinggi untuk di
tuntut.

c) Mengidentifikasi Pembatasan Lingkup


Ketika menerima suatu perikatan, seorang auditor harus mengevaluasi apakah
pembahasan lingkup audit meningkatkan risiko yang menyebabkan auditor tidak dapat
menerbitkan pendapat. Auditor harus mempertimbangkan apakah manajemen telah
melanggar batasan-batasan dalam melaksanakan prosedur audit. Jika manajemen
mencegah kunjungan atau terdapat indikasi membatasi ruang lingkup kegiatan auditor
maka auditor dapat mencegah untuk pemberian pendapat.

d) Mengevaluasi Sistem Pelaporan Keuangan Entitas dan Kemampuan untuk Audit


Seorang auditor harus mengevaluasi kondisi lain yang meningkatkan pertanyaan
mengenai kemampuan audit atau auditabilitas calon klien. Dengan semakin
bergantungnya perusahaan pada pemrosesan data elektronik auditor harus

7
mempertimbangkan implikasi apakah bukti penguat tersedia dalam bentuk dokumen
atau dalam bentuk elektronik, dimana auditor ragu dan khawatir tentang catatan
akuntansi atau jejak audit, maka sebaiknya perikatan tersebut ditolak.

3) MENILAI KOMPETENSI UNTUK MELAKSANAKAN AUDIT


Standar umum pertama dari GAAS menyatakan; “Audit dilaksanakan oleh seseorang atau
orang-orang yang memiliki pelatihan teknis dan kecakapan yang memadai sebagai seorang
auditor”. Oleh karena itu, sebelum menerima suatu perikatan audit, auditor harus menentukan
apakah mereka memiliki kompetensi professional untuk menyelesaikan perikatan sesuai
GAAS.
a) Jasa yang Diinginkan
Kebanyakan klien memerlukan suatu audit juga memerlukan jasa tambahan. Oleh
karena itu auditor dapat membuat rekomendasi tentang bagaimana meningkatkan
kinerja bisnis setelah auditor memahami keadaan yang dibutuhkan oleh klien serta
berusaha meningkatkan keahlian dalam sistem informasi dan pengendalian intern.

b) Mengidentifikasi Tim Audit


Penempatan staf audit sebagai suatu tim audit (audit team) dalam pengumpulan bukti
diperlukan untuk pengendalian kualitas dari hasil audit. Auditor harus menugasi staf
yang memenuhi syarat untuk melaksanakan penugasan sesuai dengan standar auditing
dan melaksanakan audit dengan efisien. Umumnya tim audit terdiri dari:
 Seorang partner - yang memiliki baik tanggung jawab keseluruhan maupun
tanggung jawab akhir untuk suatu perikatan.
 Satu atau lebih manajer - yang biasanya memiliki keahlian signifikan dalam
industri dan yang mengkoordinasikan serta mengawasi pelaksanaan program
audit.
 Satu atau lebih senior - yang mungkin memiliki tanggung jawab untuk
merencanakan audit, melakukan bagian dari program audit dan mengawasi serta
me-review pekerjaan asisten staf.
 Asisten staf - yang melakukan berbagai prosedur audit yang diperlukan.

c) Mempertimbangkan Kebutuhan untuk Konsultasi dan Menggunakan Spesialis


Dalam menentukan apakah akan menerima suatu perikatan, adalah lebih baik bagi
seorang auditor untuk mempertimbangkan apakah akan menggunakan jasa konsultan
dan spesialis untuk membantu tim audit dalam melakukan audit. Adapun jasa
konsultan dan spesialis yang terkadang dibutuhkan auditor adalah sebagai berikut :

8
 Penaksir untuk menyediakan bukti tentang penilaian aktiva seperti benda seni
 Insinyur untuk menentukan kuantitas cadangan mineral yang ada
 Aktuaris untuk menentukan jumlah yang digunakan dalam akuntansi program
pension
 Pengacara untuk menilai kemungkinan hasil dari perkara hukum yang tertunda
 Konsultan lingkungan untuk menentukan dampak hukum dan peraturan
lingkungan
 Analisis atas kepatuhan perpajakan
 Pengukuran pekerjaan yang sudah selesai dan masih harus dikerjakan untuk
kontrak-kontrak dalam penyelesaian

Sebelum menggunakan spesialis, auditor diharapkan memenuhi kualifikasi, reputasi,


dan objektivitas spesialis.

4) MENGEVALUASI INDEPENDENSI
Standar umum kedua dari GAAS menyatakan: dalam semua hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi dalam sikap mental perlu dipertahankan oleh para auditor.
Independensi dalam perikatan audit diwajibkan karena merupakan elemen dalam
pengendalian mutu. Apabila persyaratan independensi tidak dapat dipenuhi, maka perikatan
harus ditolak atau calon klien harus diberitahu dan tidak memberikan pendapat (disclaimer)
atas laporan keuangan, guna terhindar dari konflik kepentingan.

5) MEMBUAT KEPUTUSAN UNTUK MENERIMA ATAU MENOLAK AUDIT


Kondisi yang dapat menyebabkan KAP menarik diri dari suatu audit termasuk :
 Kekhawatiran mengenai integritas manajemen atau penahanan bukti yang tampak
selama audit.
 Klien menolak untuk membenarkan salah saji material dalam laporan keuangan.
 Klien tidak mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki kecurangan
atau tindakan melawan hukum yang ditemukan selama audit.

Sebuah kantor CPA harus menegaskan apakah kantor tersebut akan menerima dan
melanjutkan klien audit dengan cara yang sama ketika kantor tersebut menerima klien baru.
Idealnya, sebuah kantor CPA akan membuat keputusan mengenai kelanjutan audit sebelum
memulai perikatan.

9
6) MEMPERSIAPKAN SURAT PERIKATAN
Langkah akhir dari tahap penerimaan, merupakan praktek profesional yang baik untuk
mentaati syarat-syarat dari setiap perikatan dalam surat perikatan (engagement letter). Bentuk
dan isi dari surat perikatan dapat bervariasi untuk berbagai klien yang berbeda, tetapi secara
umum surat perikatan harus mencakup hal-hal berikut :
 Identifikasi yang jelas mengenai entitas dan laporan keuangan yang akan diaudit.
 Tujuan audit.
 Referensi terhadap standar-standar profesional (GAAS) yang akan menjadi acuan
auditor (dan jika dapat diterapkan, referensi terhadap peraturan pemerintah, seperti
ketika melaksanakan audit yang diminta oleh pemerintah tertentu).
 Suatu penjelasan mengenai sifat dan lingkup audit serta tanggung jawab auditor.
 Suatu pernyataan bahwa suatu audit yang telah dirancang dan dilaksanakan dengan
tepat mungkin tidak akan dapat mendeteksi semua ketidakberesan yang material.
 Sebagia pengingta kepada manajemen bahwa ia bertanggung jawab untuk menyusun
laporan keuangan dan menyelenggarakan struktur pengendalian intern yang memadai.
 Suatu indikasi bahwa manajemen akan diminta untuk menyediakan beberapa
representasi tertulis tertentu kepada auditor.
 Suatu deskripsi dari jasa yang akan diberikan oleh auditor seperti mempersiapkan atau
me-review surat pemberitahuan pajak.
 Dasar di mana biaya akan dihitung dan pengaturan pembayaran.
 Suatu permintaan bagi klien untuk mentaati syarat-syarat perikatan dengan
menandatangani dan mengembalikan salinan surat perikatan kepada auditor.

3. PERENCANAAN AUDIT

Suatu tahap penting dari setiap perikatan audit adalah perencanaan. Perencanaan
menyajikan tujuan yang sama dalam audit. Perencanaan audit melibatkan pengembangan
suatu strategi menyeluruh untuk pelaksanaan dan penentuan lingkup audit yang diharapkan.
Auditor harus merencanakan audit dengan sikap skeptisme professional mengenai hal-hal
seperti integritas manajemen, kekeliruan dan ketidakberesan, serta tindakan melawan hukum.
Jumlah perencanaan yang diperlukan dalam suatu perikatan akan bervariasi menurut ukuran
dan kompleksitas klien, pengetahuan auditor, serta pengalaman kerja klien.

Pengawasan melibatkan pengarahan asisten dalam tim audit yang berpartisipasi untuk
mencapai tujuan audit, dan menentukan bahwa tujuan telah dicapai. Diantara faktor-faktor
lainnya, luasnya pengawasan yang diperlukan suatu perikatan bergantung pada kualifikasi

10
orang-orang yang melaksanakan pekerjaan. Oleh Karena itu, dalam merencanakan audit,
harus dibuat provisi untuk pengawasan yang lebih banyak apabila beberapa anggota tim audit
tidak berpengalaman daripada yang sudah berpengalaman. Dalam perencanaan audit terdapat
beberapa langkah yang harus dilakukan:

1) Memperoleh Pemahaman Bisnis Klien Dan Industri Klien


Penghimpunan pemahaman bisnis dan industri klien dilakukan dengan tujuan untuk
mendukung perencanaan audit yang dilakukan auditor. Pemahaman tersebut akan
digunakan untuk merencanakan lingkup audit, memperkirakan masalah-masalah yang
mungkin timbul dan menentukan atau memodifikasi prosedur audit yang
direncanakan. Hal yang berkaitan dengan bisnis dan industri klien yang perlu
dipahami auditor adalah sebagai berikut:
 jenis bisnis dan produk klien,
 lokasi dan karakteristik operasi klien seperti metoda produksi dan pemasaran,
 jenis dan karakteristik industri,
 eksistensi ada tidaknya pihak terkait yang mempunyai hubungn erat dengan
klien misalnya sama-sama anak perusahaan dari suatu holding company,
 peraturan pemerintah yang mempengaruhi bisnis dan industri klien,
 karakteristik laporan yang harus diberikan kepada instansi tertentu.

Pemahaman auditor tentang bisnis klien dan industri klien dapat diperoleh melalui:
a. Mereview kertas kerja tahun lalu
Dalam penugasan audit ulangan, auditor bisa memperoleh pengetahuan tentang klien
dengan mereview kertas kerja tahun lalu. Selain itu, kertas kerja menunjukkan masalah-
masalah yang mucul dalam audit pada tahun lalu yang mungkin akan berlanjut pada
tahun-tahun selanjutnya. Bagi klien baru, kertas kerja yang disusun auditor pendahulu
bisa membantu. Klien harus memberi ijin pada auditor pengganti untuk mereview.

b. Mereview data industri dan data bisnis klien


Untuk memperoleh pengetahuan tentang bisnis klien, auditor bisa:
 mereview anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan,
 membaca notulen rapat dewan komisaris dan dewan direksi untuk mendapatkan
informasi-informasi tertentu,
 analisis laporan keuangan tahunan dan interim, laporan pajak penghasilan, dan
laporan ke instansi-instansi terkait,

11
 mempelajari berbagai peraturan pemerintah yang relevan,
 membaca kontrak-kontrak yang belanjut,
 membaca publikasi-publikasi yang berkaitan dengan industri dan perdagangan untuk
mempelajari perkembangan bisnis dan industri mutahir.

c. Melakukan peninjauan ke tempat operasi klien


Dari peninjauan langsung ke pabrik, auditor akan mengetahui tata-letak pabrik, proses
operasi (produksi), fasilitas pergudangan, dan hal-hal yang bisa menimbulkan masalah.
Selama peninjauan ke kantor, auditor akan mendapat pengetahuan tentang jenis dan lokasi
catatan akuntansi dan kebiasaan kerja para karyawan.

d. Mengajukan pertanyaan pada dewan komisaris maupun komite audit


Komite audit dari dewan komisaris bisa memberi penjelasan penting kepada auditor
mengenai bisnis dan industri klien. Komite audit juga bisa memberi informasi kepada
auditor tentang perubahan-perubahan penting dalam manajemen perusahaan dan struktur
organisasi.

e. Mengajukan pertanyaan pada manajemen


Pertanyaan yang diajukan kepada manajemen bisa menyangkut mengenai luas dan saat
keterlibatan personil klien dalam pembuatan daftar-daftar dan analisis untuk auditor.

f. Menentukan adanya hubungan istimewa


Prinsip akuntansi yang berlaku umum mencakup keharusan membuat pengungkapan
khusus dan dalam hal tertentu menetapkan perlakuan akuntansi khusus, untuk transaksi-
transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

g. Mempertimbangkan dampak dari pernyataan akuntansi dan auditing tertentu yang


relevan.
Ada tiga alasan utama mengapa auditor merencanakan penugasan dengan tepat antara lain:
 Untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi pada
situasi yang dihadapi.
 Untuk membantu menjaga biaya audit tetap wajar.
 Untuk menghindari kesalah pahaman dengan klien.

2) Melakukan Prosedur Analitis


Prosedur Analitis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan
mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan non keuangan. Prosedur analitis

12
meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor. Tujuan
digunakannya prosedur analitis adalah sebagai berikut :
 Dalam tahap perencanaan audit – untuk membantu auditor dalam
merencanakan sifat, waktu, dan luasnya prosedur lainnya.
 Dalam tahap pengujian – sebagai pengujian substantive untuk memperoleh
bukti mengenai asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau
transaksi
 Pada tahap penyelesaian audit – melakukan review akhir terhadap kelayakan
keseluruhan laporan keuangan yang diaudit.

Prosedur analitis juga dapat membantu auditor dalam perencanaan dengan (1)
meningkatkan pemahaman auditor tentang bisnis klien, dan (2) mengidentifikasi
hubungan yang tidak biasa serta fluktuasi yang tidak diharapkan dalam data yang
mungkin mengindikasikan bidang memiliki risiko salah saji paling besar. Penggunaan
prosedur analitis dalam tahapan perencanaan audit yang efektif, meliputi tahapan-
tahapan sistematis sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi perhitungan/Perbandingan yang akan dibuat


Prosedur analisis yang digunakan dalam perencanaan bisa berbeda-beda tergantung pada
besarnya kompleksitas perusahaan klien, ketersediaan data, dan pertimbangan auditor.
Jenis perhitungan-perhitungan dan perbandingan yang umum digunakan meliputi,
perbandingan data absolut, analisis vertikal, analisa rasio dan analisis trend.

b. Mengembangkan ekspektasi atau harapan


Dalam mengembangkan ekspektasi ini, selain digunakan data keuangan, juga digunakan
data non-keuangan. Sumber informasi yang digunakan untuk mengembangkan harapan
antara lain:
 Informasi keuangan klien periode-periode yang lalu dengan mempertimbangkan
perubahan yang diketahui.
 Hasil antisipasi berdasarkan anggaran formal dan peramalan.
 Hubungan antara elemen-elemen informasi keuangan pada suatu periode.
 Data industri.
 Hubungan antara informasi keuangan dengan informasi non-keuangan yang relevan.

13
c. Melakukan perhitungan/perbandingan
Tahap ini menyangkut pengumpulan data yang akan digunakan untuk menghitung
jumlah-jumlah absolut dan selisih persentase antara jumlah tahun ini dengan jumlah
tahun yang lalu, menghitung data common-size, rasio-rasio, dan sebagainya.

d. Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan


Bagian penting dari analisis adalah identifikasi fluktuasi dalam data yang tidak
diharapkan atau tidak ada fluktuasi yang diharapkan yang bisa memberi petunjuk
meningkatnya risiko tersajinya salah saji. Elemen yang paling kritis dalam proses ini
adalah memutuskan besarnya selisih atau fluktuasi yang akan diselidiki lebih lanjut.

e. Menyelidiki selisih tak diharapkan yang signifikan


Selisih tak diharapkan harus diselidiki. Hal ini biasanya menyangkut peninjauan kembali
metode dan faktor-faktor yang digunakan dalam mengembangkan ekspektasi dan
mengajukan pertanyaan kepada manajemen.

f. Menentukan pengaruh atas perencanaan audit


Selisih signifikan yang tidak dapat dijelaskan alasan terjadinya, harus dipandang sebagai
indikasi kenaikan risiko salah saji dalam rekening atau rekening-rekening yang tercakup
dalam perhitungan atau perbandingan. Dalam keadaan demikian, auditor biasanya akan
melakukan pengujian yang lebih mendalam atas rekening tersebut. Dengan mengarahkan
perhatian auditor pada tempat-tempat yang memiliki risiko besar, prosedur analisis bisa
memberikan kontribusi yang besar pada pelaksanaan audit yang lebih efektif dan efisien.

RASIO KEUANGAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROSEDUR ANALITIS


Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandigan dari suatu pos laporan
keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Jenis
rasio-rasio keuangan adalah sebagai berikut: rasio likuiditas (current ratio, quick ratio), ratio
rentabilitas (ROA, ROI, ROE), rasio solvabilitas, rasio profit margin, rasio operasi. Namun,
biasanya untuk keperluan audit Rasio yang digunakan adalah rasio likuiditas, aktifitas,
solvabilitas, dan profitabilitas, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pemberian opini audit

1. Rasio Likuiditas, Meliputi :


a) Current ratio - merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar
yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar utang yang harus
dipenuhi dengan aktiva lancar. Makin besar nilai current ratio, memberikan

14
indikasi jaminan yang baik bagi kreditur jangka pendek, dalam arti perusahaan
memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban financial jangka pendeknya, maka
auditor kemungkinan memberikan opini audit
b) Quick ratio - menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar utang yang harus
segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Makin kecil quick ratio,
mengindikasikan perusahaan kurang likuid, sehingga tidak dapat membayar
kewajibannya, maka semakin kecil pula kemungkinan auditor dalam pemberian opini
audit

2. Rasio Solvabilitas, Meliputi :


a) Total Debt to Equity Ratio - yang bertujuan untuk mengetahui tingkat likuiditas
perusahaan dalam jangka panjang. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur
modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan.
Semakin besar tingkat debt to equity ratio menyebabkan timbulnya keraguan akan
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, karena
sebagian besar dana yang diperoleh oleh perusahaan akan digunakan untuk membiayai
utang dan dana untuk beroperasi akan semakin berkurang

3. Rasio Profitabilitas
Dalam rasio profitabilitas yang merupakan analaisis untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu,
dalam hal ini menggunakan tiga penghitungan rasio yaitu ROI, ROE dan ROA.
a) ROI, yaitu kemampuan perusahaan dalam mendatangkan keuntungan setelah pajak
dengan membandingkan EAT dengan jumlah aktiva. ROI menunjukkan efisiensi
perusahaan dalam memperoleh laba bersih atas pengunaan aktiva, semakin besar ROI
perusahaan maka dapat dikatakan semakin efisien perusahaan tersebut dalam
memporoleh laba bersih, sehingga investor semakin tertarik memiliki saham
perusahaan.
b) ROE, atau sering disebut rentabilitas modal sendiri dimaksudkan untuk mengukur
seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri.Semakin besar
ROE semakin menunjukkan efisiensi perusahaan dalam memporoleh laba bersih
sehingga menunjukan keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Sehingga
auditor mempunyai keyakinan dalam mengeluarkan opini audit kepada perusahaan.
c) ROA, dalam rasio aktivitas yang merupakan analisis untuk mengukur sejauh mana
efektivitas manajemen dalam mengelola asset-asetnya. Artinya dalam hal ini adalah

15
mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola persedian bahan
mentah, barang dalam proses, dan barang jadi serta kebijakan manajemen dalam
mengelola aktiva lainnya dan kebijakan pemasaran. Rasio aktivitas menganalisis
hubungan antara laporan laba-rugi, khususnya penjualan, dengan unsur- unsur yang
ada pada neraca, khususnya unsur-unsur aktiva.

16
BAGIAN IV
RANGKUMAN

Sebelum menerima suatu perikatan audit, auditor harus memastikan bahwa audit dapat
diselesaikan sesuai dengan standar professional. Langkah-langkah penting dalam menerima
perikatan termasuk mengevaluasi integritas manajemen, mengidentifikasi kondis-kondisi
khusus dan risiko yang tidak biasa, menaksir kompetensi, mengevaluasi independensi,
memutuskan untuk menerima atau menolak perikatan, serta meneribitkan surat perikatan.

Adapun langkah-langkah perencanaan audit yang dibahas dalam pembahasan kali ini
meliputi dua prosedur yaitu, memperoleh suatu pemahaman tentang bisnis dan industry klien
perserikatan serta melaksanakan prosedur analitis.

17
DAFTAR PUSTAKA

Boynton C. William, dkk. 2003. Modern Auditing Edisi Ketujuh. Jakarta : Erlangga

Jusup Al. Haryono. 2011. AUDITING. Yogyakarta : STIE (Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi

Nurmalasari Indah Luthfi (Oktober 2015). Penerimaan Penugasan Audit. Diakses 27


September 2016 dari http://lutfindahns.blogspot.co.id

Rahmayanti Fitri (02 Agustus 2013). Menerima Perikatan Audit. Diakses 27


September 2016 dari https://fitrirahmayanti99.wordpress.com

18

Anda mungkin juga menyukai