1. Katinon
Katinon merupakan bahan psikotropika yang berasal dari daun muda atau pucuk daun
tanaman khat (Catha edulis). Zat ini dikategorikan sebagai psikotropika golongan 1. Katinon
termasuk zat stimulan sistem saraf pusat dan biasanya dipakai untuk club drug atau party drug.
Katinon ini mampu membuat orang menjadi gembira, meningkatkan detak jantung dan tekanan
darah, serta halusinasi. Katinon dapat membuat seseorang menjadi gembira karena zat ini mampu
merangsang terjadinya kenaikan kadar neurotransmitter dopamin. Setelah mengkonsumsi katinon,
detak jantung dan tekanan darah meningkat karena zat ini juga merangsang terjadinya kenaikan
kadar norepinefrin. Katinon juga mampu meningkatkan kadar serotonin yang dapat mengakibatkan
halusinasi.
Mengkonsumsi katinon bisa menyebabkan jumlah urin meningkat, karena katinon akan
menstimulasi reseptor alpha-adrenergik. Terdapat juga penelitian yang mengatakan bahwa
pemakaian katinon dalam jangka panjang serta jumlah yang banyak oleh laki-laki mampu
menimbulkan efek impoten, penurunan kualitas sperma serta mortilitas sperma (Mwenda, dkk.,
2003).
Psiko golongan 2
1. Amfetamina
Fensiklidin ialah obat bius yang mampu meredahkan rasa nyeri tetapi bisa mengakibatkan
kecemasan berat. Zat ini biasanya ditaburkan di atas tembakau lalu disuntikan, ditelan, atau
dihisap.
Ketika digunakan dalam dosis rendah fensiklidin akan berguna untuk anestesi. Tetapi
ketika digunakan dalam dosis tinggi fensiklidin akan mengakibatkan konvulsi. Overdosis
fensiklidin mampu menimbulkan halusinasi dengar, hipertemia, dan keracunan serius hingga koma
yang lama (Tjay & Rahardja, 2015).
Fensiklidin akan menekan kerja otak sehingga pemakainya akan mengalami kebingungan
dan disorientasi. Pengonsumsian fensiklidin akan meningkatkan produksi air liur serta keringat.
Zat ini mampu meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, sehingga biasanya akan
mengakibatkan tremor otot. Selain itu fenisiklidin juga mengakibatkan penggunanya suka
berkelahi. Karena fenisiklidin ini mampu meredahkan rasa nyeri maka mereka akan terus berkelahi
walaupun dipukul berkali-kali dengan keras.
3. Metakualon
Metakualon ialah jenis obat yang dipakai secara legal sebagai obat penenang dan pereda
rasa nyeri. Tetapi bayak yang menyalahgunakan untuk memabukkan diri. Metakualon ini berefek
pada kecanduan.
4. Zipeprol
Zipeprol digunakan untuk anastesi lokal dan bersifat mukolitik, antikolinergik, serta
antihistamin. Efek dari zipeprol dalam dosis tingi dapat mengakibatkan halusinasi dan kejang-
kejang.
Psikotropika golongan 3
1. Amobarbital
Amobarbital ialah obat turunan dari barbiturat yang biasanya digunakan supaya mampu
meredahkan insomnia serta sebagai obat anestesi. Amobarbital ini memiliki efek pada pengguna
seperti kebingungan yang parah, refleks mulai turun bahkan hilang, rasa mengantuk yang sangat
parah, suhu tubuh menurun, pernapasan menjadi lambat, detak jantung menurun, serta kelemahan
yang parah.
2. Pentazosina
Pentazosina merupakan obat yang digunakan untuk meredahkan nyeri sedang-berat untuk
anak-anak (12 tahun) hingga orang dewasa. Pentazosina biasanya dipakai saat dilakukannya
operasi namun banyak yang menyalahgunakan obat ini. Obat ini memiliki efek antara lain
megakibatkan rasa kantuk, pernapasan melambat, dan apabila dikonsumsi ketika hamil dapat
mengakibatkan gejala penarikan sehingga mengancam nyawa bayi sehabis dilahirkan.
Penggunaaan pentazosina yang berlebih juga dapat mengakibatkan kecemasan, halusinasi, pusing,
detak jantung meningkat, hingga kejang-kejang.
3. Sekobarbital
Sekobarbital ini digunakan sebagai obat untuk penderita insomnia. Namun banyak yang
menyalahgunakannya. Efek dari sekobarbital diantaranya adalah rasa kantuk, lesu, kepala sakit dan
pusing, halusinasi, berubahnya perilaku seperti depresi bahkan keinginan bunuh diri, merasa
bingung serta gelisah, adanya memori yang hilang.
4. Metilfenidat
Metilfenidat ialah obat stimulan untuk sistem saraf pusat. Zat kimia dalam otak dapat
dipengaruhi oleh obat ini dan mampu mengakibatkan impuls kontrol dan impuls hiperaktif.
Metilfenidat biasanya digunakan untuk mengobati anak dengan gangguan ppemusatan perhatian
atau hiperaktivitas (GPPH) (Wiguna, dkk., 2009). Metilfenidat sering disalahgunakan. Efek dari
penyalahgunaan metilfenidat mampu mengakibatkan halusinasi, kecemasan yang meningkat,
berubahnya warna jari kaki dan tangan, dada sesak serta kesulitan bernapas, dan ereksi penis dalam
jangka waktu yang lama.
Psiko golongan IV
1. Mazindol
Mazindol ialah obat stimulant yang dipakai untuk menangani obesitas. Namun, obat ini
sering disalahgunakan. Adapun efek penyalahgunaan obat ini diantaranya adalah halusinasi,
tekanan darah meningkat, kesulitan bernapas, tidak teraturnya detak jantung.
2. Lorazepam
Lorazepam ialah obat stimulant yang dipakai untuk menangani kecemasan. Obat ini dapat
menciptakan efek menenangkan. Lorazepam biasanya dipakai sebagai obat penenang sebelum
operasi maupun kemoterapi. Lorazepam juga bisa dipakai untuk mengatasi insomnia. Namun, obat
ini sering disalahgunakan dan menyebabkan beberapa efek yang merugikan. Efek-efek tersebut
diantaranya adalah halusinasi, tekanan darah rendah, pusing, kelelahan, kejang, mudah
tersinggung, serta kesulitan bernapas.
3. Fentermina
Fentermina ialah obat stimulant yang dipakai untuk mengurangi nafsu makan. Tetapi obat
ini sering disalahgunakan sehingga menimbulkan efek yang negatif. Efek negatif tersebut ialah
menyebabkan halusinasi, rasa senang yang memuncak, kelelahan, dan perubahan libido.
4. Diazepam
Diazepam ialah obat stimulant yang dipakai untuk mengurangi kecemasan dan obat
penenang ketika akan melakukan operasi. Efek penyalahgunaan obat ini antara lain rasa kantuk
yang berlebih, pusing, mual, halusinasi, tidak takut bahaya, hiperaktivitas, dan nafas menjadi
pendek.
Dapus
Mwenda, J. M. dkk. 2003. Effects of Khat (Catha edulis) Consumption on Reproductive Functions: a Review.
East African Medical Journal, 80(6): 318-323.
Triswara, R. dkk. 2017. Gangguan Fungsi Kognitif Akibat Penyalahgunaan Amfetamin. Majority, 7(1): 49-53.
Tjay, Tan Hoan & Rahardja Kirana. 2015. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya.
Jakarta: Gramedia.
Wiguna, T. dkk. 2009. Dampak Metilfenidat Kerja Panjang 20 mg terhadap Pola Perbaikan Gejala Klinis pada
Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas (GPPH). Sari Pediatri, 1(2): 142-148.