Anda di halaman 1dari 11

Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan

Kelompok 3

1. Sifra Sintia Nainggolan (1733001)

2. Gusti Ayu Ciananda (1733049)

3. Bella Resmina Simatupang (1733041)

4. Vega Fransiska (17330

5. Hanggara Yonatriza (1733063)

6. Fatoni (1733013)

7. Ranti Meiniati (1733039)

Dosen Pengajar : Ns. Aprida Manurung, M.Kep

Universitas Katolik Musi Charitas

Fakultas Ilmu Kesehatan

Ilmu Keperawatan

2017/2018
Kata Pengantar

Puji dan Syukur patut kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat
dan rahmat Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan Jiwa ini.Pada
kesempatan kali ini tidak lupa kami juga mengucapkan Terima kasih kepada semua pihak
yang sudah ikut terlibat dalam menyelesaikan tugas mata kuliah ini,baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Kami juga menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini pasti memiliki banyak
kekurangan oleh karena itu kami membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun.Kami juga memohon maaf bila ditemukan kesalah penulisan pada
Makala ini.Semoga Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan ini bisa bermanfaat bagi kita
semua.
Daftar Isi
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak
akan mempengaruhi hasil secara bermakna. Suatu keadaan dimana
individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang
baru dirasakan (Nanda,2014). Menurut salah satu penelitian yang
dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi di Bogor, terdapat sekitar
34,9% klien dengan masalah ketidakberdayaan di ruang Antasena.
Menurut Townsend (2009), ketidakberdayaan dimana individu dengan
kondisi depresi, apatis dan kehilangan kontrol yang di ekspresikan oleh
individu baik verbal maupun non verbal. Intervensi yang dapat dilakukan
untuk mengatas ketidakberdayaan adalah mengenali dan mengekspresikan
ekspresi, memodifikasi pola kognitif yang negatif (latihan berfikir positif),
berpartisipasi dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan
perawatan dan termotivasi untuk aktif mencapai tujuan realistis (Standar
Asuhan Keperawatan, 2011). Jika terus dibiarkan ketidakberdayaan akan
berujung pada keputusasaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ketidakberdayaan ?
2. Apa saja tanda dan Gejala Ketidakberdayaan?
3. Apa Penyebab terjadinya Ketidakberdayaan ?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan pasien ketidakerdayaan ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makala ini adalah :
1. Agar mahasiswa mampu memahami apa itu ketidakberdayaan.
2. Agar mahasiswa mampu memahami apa saja tanda dan gejala yang
muncul.
3. Agar mahasiswa mampu memahami bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien ketidakberdayaan.
4. Agar mahasiswa mengerti apa penyebab terjadinya
ketidakberdayaan.
Bab II

Tinjauan Pustaka

A. Definisi
Ketidakberdayaan adalah suatu hal yang dapat diklasifikasikan dalam
persepsi subjektif dan dapat diamati secara objektif yang menunjukkan
merasa kurang dapat mengontrol keadaan atau perasaan bahwa sesuatu
yang dilakukan tidak dapat mempengaruhi hasil (Dryer,2007). Carpenito
dan Moyet (2009) menyebutkan bahwa ketidakberdayaan adalah
merupakan keadaan kehilangan kontrol personal terhadap kejadian atau
situasi yang mempengaruhi tujuan dan gaya hidup.
Sedangkan, menurut doenges (2008) ketidakberdayaan dapat diartikan
sebagai persepsi yang menyatakan bahwa apa yang dilakukan tidak
memiliki efek signifikan terhadap hasil atau keadaan kehilangan kontrol
terhadap situasi atau kejadian yang terjadi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ketidakberdayaan merupakan persepsi
individu yang memandang bahwa dirinya tidak dapat melakukan sesuatu
yang signifikan atau tidak dapat merubah terhadap suatu keadaan.
Ketidakberdayaan beda dengan keputusasaan. Keputusasaan berarti bahwa
seseorang mempercayai bahwa tidak ada solusi untuk masalahnya. Pada
ketidakberdayaan, pasien mungkin mengetahui solusi permasalahannya ,
tetapi pasien tersebut berkeyakinan bahwa hal tersebut diluar kendalinya.

B. Etiologi Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan dapat muncul disebabkan banyak faktor. Karpetino dan
Moyet (2009), membagi etiologi ketidakberdayaan menjadi 3, yaitu
patofisiologi, situasional, dan maturasional. Berdasarkan patofisiologi,
ketidakberdayaan dapat muncul karena proses penyakit akut dan kronis,
seperti ketidakmampuan mengkomunikasikan sakitnya, ketidakmampuan
melakukan aktivitas fisik, ketidakmampuan mengerjakan peran dan
tanggung jawabnya, kelemahan karena penyakit dan penyakit yang
disebabkan kemunduran mental.
Faktor situasional yang dapat menyebabkan ketidakberdayaan dapat
berupa perubahan personal dan lingkungan seperti
hospitalisasi,peningkatan ketakutan atau menerima masukan negatif.
Secara maturasional, proses pendewasaan menjadi remaja atau dewasa
atau perubahan menjadi lansia, serta kehilangan (pmecatan, defisit sensori,
kehilangan uang, dan orang terdekat).

C. Tanda dan Gejala Ketidakberdayaan


Ketidakberdayaan ditandai dengan pengungkapan kata-kata yang
menyatakan tidak memiliki kemampuan megendalikan situasi, tidak dapat
menghasilkan sesuatu, frustasi dan ketidakpuasan terhadap aktivitas atau
tugas, mengungkapkan keragu-raguan, ketidakmampuan melakukan
perawatan diri, tidak berpartisipasi terhadap pengambilan keputusan,
enggan mengungkapkan perasaan, ketergantungan yang dapat
mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, murah dan rasa bersalah serta
gagal mempertahankan ide.
Tanda-tanda yang diungkapkan secara langsung merupakan tanda secara
subjektif. Selain itu, secara objektif orang yang mengalami
ketidakberdayaan akan menunjukkan sikap apatis dan pasif, ekspresi muka
murung, bicara dan gerak lambat, tidur berlebihan, nafsu makan tidak ada,
serta menghindari orang lain (standar asuhan keperawatan,2011).
Dogans (2008) membagi ketidakberdayaan menjadi 3 kategori
berdasarkan tanda dan gejala yang muncul kategori yang pertama
merupakan ketidakberdayaan rendah. Orang yang mengalami
ketidakberdayaan rendah akan menunjukkan ekspresi yang tidak menetu
dan level energi yang fluktuatif, serta tampak pasif. Ketidakberdayaan
sedang ditandai dengan ekspresi tidak puas dan frustasi karena tidak dapat
melakukan tanggung jawab dan tugasnya, memiliki ketakutan, diasingkan
oleh caregiver, ragu-ragu dalam menyampaikan kemarahan, rasa bersalah
serta perasaan yang sebenernya dirasakan.

D. Jenis-jenis Ketidakberdayaan
1. Ketidakberdayaan situasional, ketidakberdayaan yang muncul pada
sebuah peristiwa spesifik dan mungkin berlangsung singkat.
2. Ketidakberdayaan dasar, ketidakberdayaan yang bersifat meyebar,
mempengaruhi tujuan , gaya hidup, dan hubungan.

E. Faktor-faktor ketidakberdayaan
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya masalah
ketidakberdayaan menurut Stuart (2009) pada seseorang antara
lain:
a) Biologis
b) Psikologis
c) Sosial Kultural
d) Spiritual
2. Faktor Presipitasi
a) Nature.
b) Origin
c) Timing
d) Number

F. Hal yang dilakukan perawat dalam pendekatan pada pasien


ketidakberdayaan
1. Lakukan pendekatan yang hangat, bersifat empati, tunjukkan
respon emosional dan menerima pasien apa adanya.
2. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri
perawat sendiri ( misalnya : rasa marah, frustasi, dan empati).
3. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya
suportif, beri waktu klien untuk merespon.
4. Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi dan
klarifikasi.
5. Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi
area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam
kemampuan untuk mengontrol.
6. Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
berpegaruh terhadap ketidakberdayaan.
7. Diskusi tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya
untuk menyimpulkan.
8. Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan
melalui interupsi atau subsitusi.
9. Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran positif.
10. Evaluasi ketetapan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat
klien.
11. Identifikasi presepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan
pendapatnya yang tidak rasional.
12. Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya.
13. Bantu untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan
perubahan yang terjadi.
14. Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatan yang
realistis.
15. Berikan klien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan,
16. Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat dan jika
klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus,
motivasi untuk mempertahankan penampilan atau kegiatan
tersebut.
17. Diskusikan dengan klien pilihan yang realistis dalam perawatan,
berikan penjelasan untuk pilihan ini. Bantu klien untuk
mendapatkan tujuan yang realistis. Fokuskan kegiatan pada saat ini
bukan pada kegiatan masa lalu.
18. Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang
dapat dikontrolnya. Dukung kekuatan-kekuatan diri yang dapat
diidentifikasi oleh klien.
19. Dorong kemadirian, tetapi bantu klien jika tidak melakukan.

G. Asuhan Keperawatan ketidakberdayaan


Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai