Anda di halaman 1dari 16

TERAPI BERMAIN AKTIVITAS KELOMPOK

“MENYUSUN DAN MENEMPEL PUZZLE”


RUANG SEDAP MALAM (ANAK) RSUD ULIN BANJARMASIN

Disusun oleh:
Dani Abdi 1614901110037
Dufriansyah 1614901110051
Erma Rahmiati 1614901110057
Fitriah 1614901110068

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT,


karena berkat taufik dan Hidayah-Nya lah kami masih diberi kehidupan yang
harus dapat kita syukuri dan kita juga dapat menyelesaikan tugas ini dengan
tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah memberikan pelita kehidupan untuk umat muslim,
atas izin Nya lah kami dapat menyelesaikan terapi bermain ini tepat pada
waktunya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya ini tidak lepas


dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Selain itu kelompok merasa
tidak akan mampu membalas jasa semua dari pihak yang telah membantu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proposal ini,


karena sesungguhnya kesempurnaan milik Allah SWT. Semoga makalah ini
dikembangkan kembali dan dapat memberikan manfaat. Aamiin.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb

Banjarmasin, Desember 2016

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang,

makanan, perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan

pengalaman hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk

perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta

intelektual. Oleh karena itu bermain merupakan stimulasi untuk tumbuh

kembang anak (Hidayat, 2008).

Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan

untuk membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi

kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan

baginya. Bermain pada masa pra sekolah adalah kegiatan serius, yang

merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun-tahun pertama masa

kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari waktu mereka dihabiskan untuk

bermain (Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam bermain di rumah sakit

mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana

lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat

dihindarkan (Sacharin, 2003).

Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan

bagi anak. Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya

beradaptasi, sehingga timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak

dan semakin lama anak mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis

yang terjadi salah satunya adalah peningkatan kecemasan yanng berhubungan

erat dengan perpisahan dengan saudara atau teman-temannya dan akibat


pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan sesuai dengannya

(Whaley and Wong, 2001).

Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum

hospitalisasi, selama hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak

dapat melakukan kebiasaannya bermain bersama teman-temannnya,

lingkungan dan orang-orang yang asing baginya serta perawatan dengan

berbagai prosedur yang harus dijalaninya terutama bagi anak yang baru

pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan kecemasan / ketakutan

(Carson, dkk, 2002). Hospitalisasi merupakan masalah yang dapat

menyebabkan terjadinya kecemasan bagi anak. Dengan demikian berarti

menambah permasalahan baru yang bila tidak ditanggulangi akan

menghambat pelaksanaan terapi di rumah sakit.

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan

anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,

aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan

kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami

berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut,

cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari

hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang

ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak

akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan

melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada

permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan

permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat

melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,

mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap

stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan


anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga

terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit, diharapkan

kreativitas anak-anak berkembang baik anak merasa tenang dan senang

selama berada di ruang anak (Sedap malam), dapat bersosialisasi dengan

teman sebaya sesuai tumbuh kembang anak dan dapat membantu

mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-

anak akibat hospitalisasi

2. Tujuan khusus

Setelah mendapatkan terapi bermain diharapkan :

1) Bisa merasa tenang dan senang selama berada di di ruang anak

(Sedap malam).

2) Anak dapat bersosialisasi dengan teman sebaya

3) Anak tidak cemas dan takut akibat hospitalisasi

4) Anak menjadi lebih percaya dan tidak takut dengan perawat

C. Sasaran

Anak-anak yang berada di di ruang anak (Sedap malam) RSUD Ulin

Banjarmasin.
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran
Peserta yang mengikuti terapi bermain ini adalah anak yang sedang
menjalani perawatan di ruang anak (Sedap malam) dengan kesadaran compos
mentis, kooperatif, dan keadaan umum baik, aktif.

B. Prinsip bermain
1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan
3. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak
4. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak
5. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
keterampilan tangan lebih majemuk.
6. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain
7. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit

C. Karekteristik permainan
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita
Todler.
2. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak
ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak
preschool Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang
sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas,
anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi
dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia
sekolah Adolesen.

D. Fungsi bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran
diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).
1. Perkembangan Sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan aktivitas sensoris-motoris merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak sehingga kemampuan
penginderaan anak dimulai meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi
yang diterima anak seperti: stimulasi visual, stimulasi pendengaran,
stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi kinetik.
2. Perkembangan Intelektual (Kognitif)
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal
warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu
anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan
masalah dari hubungan tersebut.
4. Perkembangan Kreativitas
Dimana melalui kegiatan bermain anak akan belajar mengembangkan
kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-idenya.
5. Perkembangan Kesadaran diri
Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya
dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah
lakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai yang benar dan salah dari lingkungan,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain,
anak akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri
dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
7. Bermain sebagai Terapi
Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti : marah, takut, cemas,
sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stresor yang ada di
lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stres yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi).

E. Kategori berrmain
1. Bermain aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak,
apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai
gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain
aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain
dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998).
2. Bermain pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari kegiatan
orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati
temannya bermain atau menonton televisi dan membaca buku. Bermain
tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi kesenangannya hampir sama
dengan bermain aktif (Hurlock, 1998).
BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. Deskripsi bermain
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu
alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi
menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering
disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan
rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Terapi bermain yang akan diberikan ialah menempel potongan gambar dari
kertas origami. Permainan yang akan dilakukan hanyalah menempel dan
menyusun sesuai dengan contoh sketsa yang ada. Sketsa yang ada bisa berbentuk
mobil-mobilan, bebek, ikan, perahu, dan bunga. Gambar yang terbuat dari kertas
origami yang sudah dibentuk menjadi potongan-potongan tinggal di tempel
sesuai sketsa dengan berbagai macam warna dan menyusunnya menjadi sebuah
gambar. Anak akan memilih sketsa, dan pola warna tema dari sktetsa sesuai
keinginan dan keterampilan yang akan digunakan.

B. Tujuan permainan
1. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang mormal pada saat sakit. Pada
saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya.
Permainan adalah media yang sangat efektif untuk mengekspresikan
berbagai perasaan yang tidak menyenangkan.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi dan fantasinya untuk
menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat
di rs
5. Mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-
anak akibat hospitalisasi
C. Keterampilan yang diperlukan
Menempel dan menyusun

D. Jenis permainan
Meyusun dan menempel
Berdasarkan kategori bermain jenis permainan menempel dan
menyusun merupakan bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul
dari apa yang dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat
misalnya mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel
gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya
bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998).
Pada permainan ini anak akan di ajak bermain untuk menempel gambar yang
akhirnya akan seperti frame pemandangan atau benda.
Sedangkan menurut klasifikasi bermain merupakan permainan
keterampilan (skill play). Permainan ini akan menimbulkan keterampilan
anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, anak akan terampil akan
memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke
tempat lain dan anak akan terampil dalam menyocokan gambar sesuai dengan
imajinasinya. Jadi keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan
kegiatan permainan yang dilakukan. Pada permainan ini anak diajarkan
menempel dan menyusun. Mengapa demikian? Karena dilihat dari kondisi
anak yang tidak boleh main berlebih yang membutuhkan energi ekstra, dan
anak yang cenderung pendiam selama hospitalisasi.
Permainan ini dapat melatih kognitif anak dalam menyusun potongan
gambar dan melatih kemampuan motorik kasar anak dalam menempelkan
gambar, kegiatan ini juga membuat anak lebih aktif. Selain itu permainan ini
tidak menguras banyak energi selama anak bermain dan dapat memberikan
kesenangan tersendiri sehingga mengurangi kejenuhan anak selama
hospitalisasi.

E. Alat bermain
Puzzle
F. Proses bermain
No. Terapis Waktu Subjek terapi
1. Persiapan 5 menit Ruangan, alat, anak
a. Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan alat
c. Menyiapkan anak
2. Proses
a. Membuka terapi dengan 25 menit Menjawab salam,
mengucapkan salam dan Memperkenalkan diri
memperkenalkan diri
b. Menjelaskan pada anak Memperhatikan
tentang tujuan dan
manfaat bermain
c. Membaca doa sebelum
memulai permainan
d. Bina hubungan saling
percaya lalu mengajak
anak bermain
e. Kalau ingin bertanya
atau menjawab angkat
tangan terlebih dahulu Bermain bersama
baru berbicara dengan antusias dan
f. Mengikuti kegiatan dari terlihat tersenyum
awal sampai akhir
g. Mengevaluasi respon
emosi anak
3. Penutup
a. Istirahat 10 menit Memperhatikan dan
b. Evaluasi kegiatan menjawab salam
c. Meminta anak
menceritakan kegiatan
bermain
d. Berdoa
G. Waktu Pelaksanaan
Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada anak di di ruang anak (Sedap
malam)
Judul Terapi Bermain : Menempel dan menyusun
Tempat : Ruang anak (sedap malam)
Hari, tanggal : Jum’at, 18 Desember 2016
Waktu : 30 menit ( jam 9.30 s.d 10.00 WIB)

H. Hal- hal yang Perlu di Waspadai


1. Kejenuhan anak dalam menyelesaikan permainan
2. Anak lelah
3. Anak tidak mau mengikuti permainan
4. Anak menangis
5. Anak mengalami cedera/benturan saat permainan
6. Infus terlepas

I. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan


1. Mengajak atau melibatkan orang tua
2. Berkomunikasi dengan baik pada anak
3. Awasi terus selama permainan
4. Jaga keamanan lingkungan sekitar

J. Pengorganisasian
1. Tim terapi
a. Leader : Dufriansyah
Tugas
Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi bermain sebelum
kegiatan dimulai. Menjelaskan Kegiatan ,mampu memotivasi anggota
untuk aktif dalam proses kegiatan bermain. Mampu memimpin Terapi
bermain dengan baik dan tertib, serta menetralisir bila ada masalah
yang timbul dalam kelompok.
b. Co. Leader : Dani abdi
Tugas
Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas
anak dan mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
c. Fasilitator : Erma rahmiati
Tugas
Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung, memotivasi anak
yang kurang aktif, membantu leader memfasilitasi peserta untuk
berperan aktif dan memfasilitasi peserta.
d. Observer : Fitriah
Tugas
Mengobservasi jalannya proses kegiatan, mencatat perilaku verbal dan
non verbal anak selama kegiatan berlangsung

K. Sistem evaluasi
Peserta terapi bermain mampu :
1. Peserta aktif dalam permainan
2. Peserta dapat mengikuti permainan dari awal sampai akhir
3. Peserta dapat mengepspresikan perasaannya
4. Peserta dapat mempraktekkan tata cara permainan
5. Peserta dapat memberikan kesimpulan dari gambar yang dibuat

L. Setting tempat
Tempat yang akan dilaksanakan diruangan bermain. Anak ditempatkan
bersama dalam satu ruangan. Permainan akan dilakukan di ruang bermain.

: wilayah bermain

: Orang Tua

: Fasilitator
: Leader

: Co-Leader

Cara Permainan
Masing-masing anak akan diberikan potogan puzzle yang sudah dipisah.
Anak akan diminta untuk menyusun potongan-potongan puzzle esuai dengan
sketsa yang sudah ada dan membentuknya menjadi sebuah gambar utuh.
Anak akan diberikan waktu selama 10 menit untuk menusun dan menempel.
Selama kegiatan berlangsung anak boleh didampingi oleh orang tua untuk
menambah semangat anak selama bermain. setelah selesai menyusun dan
menempel anak didiminta untuk memperlihatkan gambar yang sudah disusun
dan ditempelnya. Selain itu anak diminta untuk mengungkapkan perasaannya
dan memberi kesimpulan dari gambar yang sudah disusunnya.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan
anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga
terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Bermain memiliki beberapa fungsi yaitu, meningkatkan
perkembangan sensoris-motorik, sebagai terapi, meningkatkan
perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral, dan perkembangan intelektual
(kognitif).
Berdasarkan kategori bermain jenis permainan menempel dan
menyusun merupakan bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan
timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan
bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle
dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan
bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan
menebak kata (Hurlock, 1998). Pada permainan ini anak akan di ajak
bermain untuk menempel gambar yang akhirnya akan seperti frame
pemandangan atau benda.
Setelah dilakukan tindakan terapi bermaian ini diharapkan anak dapat
melanjutkan tumbuh kembang yang mormal pada saat sakit,
mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya,
mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah,
dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat
di RS, serta mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang
dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. 1998. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta:


EGC

Banjarmasin, Desember 2016

Preseptor akademik, Preseptor Klinik,

(…………………………………) (……………………………………)

Anda mungkin juga menyukai