Anda di halaman 1dari 16

Tugas Makalah 25 November 2020

TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN PROSES


INTERPERSONAL

OLEH:

MUH ZUHAL DARWIS

000410122019

DOSEN :

Dr. Fairus Prihatin Idris, SKM, M.Kes

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN

KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

MAKASSAR

2020

1
1. Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan informasi atau
pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang efektif, sehingga pesan
yang dimaksud dapat dimengerti. Dalam penyampaian atau penerimaan
informasi ada dua pihak yang terlibat yaitu: Komunikator: Orang/ kelompok
orang yang menyampaikan informasi atau pesan dan Komunikan: orang atau
kelompok orang yang menerima pesan.
Dalam berkomunikasi keberhasilan komunikator atau komunikan sangat
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu : Cakap, Pengetahuan, Sikap, Sistem
Sosial, Kondisi lahiriah. Menurut Effendy (2007:11-19) membedakan proses
komunikasi menjadi dua tahap:
a. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian
pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media
primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan
nonverbal (gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang
secara langsung dapat/ mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan
komunikator kepada komunikan.
Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam
pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain, komunikasi
adalah proses membuat pesan yang setara bagi komunikator dan
komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama komunikator
menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada
komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau
perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan
dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk
menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia
menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan
komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses
penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi dan

2
komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan
makna).
b. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat
atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai
media pertama. Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam
menyampaikan komunikasi karena komunikan sebagai sasaran berada di
tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks,
surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang
sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder
itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa
(surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat,
megapon, dsb.).

2. Pengertian Teknologi Komunikasi


Teknologi adalah pengembangan alat dan aplikasi yang meliputi mesin
dan material yang dapat memudahkan manusia untuk menyelesaikan
pekerjaannya. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan, informasi
atau pertukaran makna antara satu orang kepada orang lain, sekolompok
orang atau lingkungan sekitarnya. Komunikasi dibagi menjadi dua yaitu
verbal dan non verbal untuk memudahkan seseorang untuk mengerti makna
atau pesan yang disampaikan.
Jadi tekonologi komunikasi adalah pengembangan alat atau aplikasi yang
digunakan untuk memudahkan manusia untuk menyampaikan pesan atau
informasi kepada orang lain, sekelompok orang atau lingkungan sekitarnya.
Perbedaan teknologi komunikasi dan teknologi informasi adalah
teknologi komunikasi ditekankan pada sebagaimana suatu hasil data dapat
disalurkan, disebarkan dan disampaikan ke tempat tujuan sedangkan
teknologi informasi lebih ditekankan pada hasil data yang diperoleh.
Teknologi informasi berkembang cepat dengan meningkatnya perkembangan
komputer dengan piranti pendukungnya serta perkembangan teknologi

3
komunikasi yang ada. Teknologi komunikasi berkembang cepat dengan
meningkatnya perkembangan teknologi elektronika, sistem transmisi dan
sistem modulasi, sehingga suatu informasi dapat disampaikan dengan cepat
dan tepat.

3. Komunikasi Interpersonal
a. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Manusia sering tidak menyadari bahwa dirinya turut andil dalam
menciptakan kegagalan komunikasi, yaitu terkait perannya sebagai
pengirim ataupun penerima pesan. Butuh kepekaan dan keterampilan
untuk dapat berkomunikasi secara efektif. Dengan mempelajari proses
komunikasi dan adanya kesadaran akan apa yang dirinya dan orang lain
lakukan ketika sedang berkomunikasi, maka diharapkan dapat
meningkatkan kualitas komunikasi interpesonal, yaitu komunikasi antara
dua individu (Devito, 2009 dalam Dian W, 2012:37). Manusia tidak saja
harus memahami proses komunikasi, tetapi juga mampu menerapkannya
secara kreatif, sehingga makna pesan dapat dimiliki secara bersama
diantara individu yang berkomunikasi. Menurut Devito 2009,
komunikasi interpersonal didefinisikan sebagai proses pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil
orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.
Sedangkan menurut Deddy Mulyana, (2012:81), menyebutkan
bahwa komunikasi interpersonal/ komunikasi antar pribadi berarti
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik
secara verbal maupun nonverbal. Ia menjelaskan bentuk khusus
komunikasi antar pribadi adalah komunikasi diadik yang melibatkan
hanya dua orang. Komunikasi demikian menunjukkan pihak-pihak yang
berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat dan mereka saling
mengirim dan menerima pesan baik verbal ataupun nonverbal secara
stimulan atau spontan.

4
Adapun fungsi komunikasi interpersonal yaitu berusaha
meningkatkan hubungan insani (human relations), menghindari dan
mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu,
serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.
Komunikasi antar pribadi, dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan
diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat
seseorang bisa memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidupnya
karena memiliki banyak sahabat. Melalui komunikasi antar pribadi juga,
kita dapat berusaha membina hubungan baik, sehingga menghindari dan
mengatasi konflik-konflik diantara kita. (Cangara, 2007:62)
b. Pesan Dalam Komunikasi Interpersonal
Pesan dalam komunikasi interpersonal dibagi menjadi dua yaitu :
1) Pesan Verbal
Menurut Suranto, (2010: 145), komunikasi verbal adalah
komunikasi dengan cara menyampaikan kata atau pesan secara lisan
atau tertulis. Komunikasi lisan ialah proses pengiriman pesan dengan
bahasa lisan, sedangkan komunikasi tertulis ialah komunikasi
dengan penyampaian pesan secara tertulis. Komunikasi lisan dan
tertulis mempunyai beberapa keuntungan tersendiri. Komunikasi
lisan mempunyai keuntungan sebagai berikut:
a) Aspek kecepatan, artinya ketika kita melakukan komunikasi
dengan orang lain, pesan dapat disampaikan dengan segera.
b) Munculnya umpan balik segera, artinya penerima pesan dapat
memberi tanggapan dari pesan yang diterima dengan segera.
c) Memberi kesempatan kepada pengirim pesan untuk
mengendalikan situasi, artinya pengirim pesan dapat melihat
keadaan penerima pesan pada saat komunikasi berlangsung.
Sedangkan komunikasi tertulis mempunyai keuntungan sebagai
berikut: Bersifat permanen, karena pesan-pesan disampaikan secara
tertulis dan catatan-catatan tertulis mencegah terjadinya
penyimpangan terhadap interpretasi gagasan-gagasan yang
dikomunikasikan

5
2) Pesan Nonverbal
Pesan nonverbal adalah pertukaran pesan tidak
menggunakan kata-kata, melainkan dengan simbol, bahasa isyarat
seperti gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata
(menggerutu, menggertak, bersiul dan sebagainya), kontak mata,
ekspresi wajah, kedekatan jarak, sentuhan dan sebagainya
(Suranto,2010: 146).
Menurut Cangara, (2002:109) menyebutkan bahwa
penggunaan kode nonverbal dalam komunikasi memiliki fungsi
untuk:
a) Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition)
b) Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan
dengan kata-kata (subtitution)
c) Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya
(identity)
d) Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yangdirasakan
belum sempurna.

Kode nonverbal dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk


antara lain:

a) Kinesics, ialah kode nonverbal yang ditunjukkan oleh


gerakan badan.
b) Gerakan mata (eye gaze), adalah alat komunikasi yang paling
berarti dalam memberi isyarat tanpa kata. Ungkapan
“pandangan mata mengundang” atau lirikan matanya
memiliki arti adalah isyarat yang ditimbulkan oleh gerakan-
gerakan mata. Bahkan ada yang menilai bahwa mata adalah
pencerminan isi hati seseorang.
c) Sentuhan (touching), ialah isyarat yang dilambangkan dengan
sentuhan badan.

6
d) Paralanguage, isyarat yang ditimbulkan dari tekanan atau
irama suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu
dibalik apa yang diucapkan.(Cangara, 2010: 107-120).

4. Komunikasi di Organisasi
Dalam dunia pekerjaan pasti ada suatu organisasi, dan setiap organisasi
harus ada hubungan antara yang satu dengan yang lainnya, baik itu dari atas
ke bawah atau dari bawah ke atas. Hal ini memerlukan yang namanya
komunikasi di organisasi. Karena setiap manusia pasti harus berinteraksi
terhadap lingkungan kerjanya. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa
sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan
sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok ataupun
organisasi selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah
penting untuk kelangsungan hidup kelompok yang terdiri dari atasan dan
bawahannya.
a. Pengertian Komunikasi di Organisasi
Komunikasi di organisasi merupakan bentuk pertukaran pesan
antara unit-unit komunikasi yang berada dalam organisasi tertentu.
Organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hirarkis
antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu
lingkungan. Komunikasi di organisasi melibatkan manusia sebagai subyek
yang terlibat dalam proses menerima, menafsirkan dan bertindak atas
informasi.
Menurut Wiryanto (2005), Komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok
formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah
komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya
berorientasi kepentingan organisasi. Adapun komunikasi informal adalah
komunikasi yang disetujui secara sosial.
Menurut Griffin (2003) dalam A First Look at Communication
Theory, membahas komunikasi organisasi mengikuti teori manajemen
klasik, yang menempatkan suatu bayaran pada daya produksi, presisi, dan

7
efisiensi. Adapun prinsip-prinsip dari teori manajemen klasik adalah
sebagai berikut:
 Kesatuan komando: suatu karyawan hanya menerima pesan dari satu
atasan.
 Rantai skalar: garis otoritas dari atasan ke bawahan, yang bergerak
dari atas sampai ke bawah untuk organisasi; rantai ini, yang
diakibatkan oleh prinsip kesatuan komando, harus digunakan sebagai
suatu saluran untuk pengambilan keputusan dan komunikasi.
 Divisi pekerjaan: manajemen perlu arahan untuk mencapai suatu
derajat tingkat spesialisasi yang dirancang untuk mencapai sasaran
organisasi dengan suatu cara efisien.
 Tanggung jawab dan otoritas: perhatian harus dibayarkan kepada hak
untuk memberi order dan ketaatan seksama; suatu ketepatan
keseimbangan antara tanggung jawab dan otoritas harus dicapai.
 Disiplin: ketaatan, aplikasi, energi, perilaku, dan tanda rasa hormat
yang keluar seturut kebiasaan dan aturan disetujui.
 Mengebawahkan kepentingan individu dari kepentingan umum:
melalui contoh peneguhan, persetujuan adil, dan pengawasan terus-
menerus.
b. Jenis-jenis Komunikasi di Organisasi
Komunikasi di organisasi pada umumnya membahas tentang struktur
dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses
pengorganisasian serta budaya organisasi. Komunikasi organisasi diberi
batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya
saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan
horisontal. Menjadi seorang karyawan yang efektif, manajer, klien, atau
konsultan, adalah penting untuk berkomunikasi secara efektif dengan
orang lain. Maka dari itu, proses komunikasi dalam ruang lingkup
organisasi, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan
secara horisontal dan vertikal, sehingga kerja organisasi dapat berjalan.
Komunikasi di organisasi dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis :

8
1) Komunikasi ke atas
Komunikasi ke atas adalah komunikasi bawahan kepada atasan atau
karyawan untuk manajer.
2) Komunikasi ke bawah
Komunikasi ke bawah adalah komunikasi atasan kepada bawahan atau
manajer untuk karyawan.
3) Komunikasi bisnis
Komunikasi bisnis adalah transmisi bisnis terkait informasi antara
karyawan, manajemen dan pelanggan.
4) Komunikasi informal
Komunikasi informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam
suatu organisasi, akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan
dalam struktur organisasi.

c. Gaya Komunikasi di Organisasi


Selain proses komunikasi di organisasi, adapun gaya untuk
berkomunikasi di organisasi. Berikut beberapa gaya berkomunikasi :
1) The controlling style
Controlling style communication ditandai dengan adanya satu kehendak
atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku,
pikiran dan tanggapan orang lain.
2) The equalitarian style
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara
terbuka. Artinya setiap anggota organisasi the equalitarian style dapat
mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks,
santai dan informal.
3) The structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan
verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang
harus dilakukan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur
organisasi.

9
4) The dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan yang
agresif, karena pengirim pesan memahami bahwa lingkungan
pekerjaannya berorientasi pada tindakan.
5) The relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima
saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk
memberi perintah, meskipun pengirim pesan mempunyai hak untuk
memberi perintah dan mengontrol orang lain.

5. Komunikasi Atasan Bawahan


Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya
memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk
saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar
pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam
kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat
bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan
hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di
antara kedua belah pihak harus ada komunikasi dua arah untuk itu diperlukan
adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita
pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Salah
satu bentuk komunikasi tersebut adalah komunikasi atasan bawahan.
Komunikasi atasan bawahan meliputi komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal adalah transaksi antara individu dengan lingkungan
sekitarnya, yang meliputi orang lain seperti teman, keluarga, anak, rekan
kerja, dan bahkan orang asing (Myers & Myers, 1992). Dalam lingkup
organisasi, komunikasi interpersonal menentukan keberhasilan sebuah
organisasi.
Proses komunikasi yang terjadi di dalam organisasi khususnya yang
menyangkut komunikasi antara pimpinan dan karyawan merupakan faktor
penting dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Komunikasi efektif
tergantung dari hubungan atasan bawahan yang memuaskan yang dibangun

10
berdasarkan iklim dan kepercayaan atau suasana organisasi yang positif. Agar
hubungan ini berhasil, harus ada kepercayaan dan keterbukaan antara atasan
dan bawahan (Muhammad, 2001). Keterbukan dan kepercayaan ini terbentuk
dari proses komunikasi interpersonal yang efektif.
Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi
dalam organisasi merupakan bentuk dari komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal yang baik akan membentuk komunikasi atasan
bawahan yang baik pula. Pada penulisan selanjutnya, peneliti akan
menggunakan istilah komunikasi atasan bawahan di mana komunikasi atasan
bawahan ini telah meliputi komunikasi interpersonal.
a. Definisi Komunikasi Atasan Bawahan
Komunikasi atasan bawahan dalam sebuah organisasi memiliki
pengertian yaitu informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi
kepada mereka yang berotoritas lebih rendah (Pace & Faules, 2000).
Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari
para atasan atau para pemimpin kepada bawahannya. Kebanyakan
komunikasi ke bawahan digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
yang berkenaan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan
dan kebijakan umum. Tujuan komunikasi ke bawah adalah untuk
menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat,
mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi,
mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan
anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
(Muhammad, 2004).
b. Jenis Informasi yang Dikomunikasikan ke Bawah
Menurut Katz dan Kahn dalam Purwanto (2003), komunikasi dari atas ke
bawah mempunyai lima tujuan pokok, yaitu:
1) Memberikan pengarahan atau instruksi kerja tertentu. Tipe informasi
ini memusatkan pada apa yang harus karyawan lakukan dan
bagaimana melakukannya. Instruksi kerja yang berbentuk perintah,
pengarahan, penjelasan dan deskripsi pekerjaan merupakan cara untuk
menyampaikan informasi jenis ini.

11
2) Memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan.
Tipe informasi ini bertujuan agar karyawan mengetahui bagaimana
pekerjaan mereka berhubungan dengan tugas-tugas dan posisi lainnya
dalam organisasi dan mengapa mereka melakukan pekerjaannya.
Dengan kata lain, tipe informasi ini membantu karyawan mengetahui
bagaimana pekerjaan mereka membantu organisasi dalam mencapai
tujuannya.
3) Memberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional.
Karyawan diberikan informasi mengenai jumlah jam kerja, gaji,
program pensiun, asuransi kesehatan, liburan dan ijin cuti, program
insentif, penalti dan hukuman.
4) Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan.
Informasi mengenai hasil kerja karyawan sangat penting dalam
mempertahankan operasional perusahaan. Karyawan sering mengeluh,
seperti mereka tidak tau bgaimana supervisor melihat performa
mereka.
5) Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu
organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.
c. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Atasan Bawahan
Arus komunikasi dari atasan kepada bawahan tidaklah selalu
berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain yaitu
sebagai berikut (Thoha, 2005):
1) Keterbukaan
Kurangnya sifat terbuka antara pimpinan dan karyawan akan
menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan dan
gangguan dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu
memperhatikan arus komunikasi ke bawah. Pimpinan mau
memberikan informasi kebawah bila mereka merasa pesan itu penting
bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan
dengan tugas pesan tersebut tetap dipengangnya. Misalnya seorang
pimpinan akan mengirimkan pesan untuk memotivasi karyawan guna

12
menyempurnakan produksi, tetapi tidak mau mendiskusikan
kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalah-masalah organisasi.
2) Kepercayaan pada pesan tulisan
Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan dan
metode difusi yang menggunakan alat-alat elektronik daripada pesan
yang disampaikan secara lisan dan tatap muka. Hal ini menjadikan
pimpinan lebih banyak menyampaikan pesan secara tertulis berupa
buletin, booklet, dan film sebagai pengganti kontak personal secara
tatap muka antara atasan dan bawahan.
3) Pesan yang berlebihan
Banyaknya pesan-pesan yang dikirimkan secara tertulis maka
karyawan dibebani dengan memo, buletin, surat pengumuman,
majalah dan pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak sekali pesan-
pesan yang harus dibaca oleh karyawan. Reaksi karyawan terhadap
pesan tersebut biasanya cenderung tidak membacanya. Banyak
karyawan hanya membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap
penting bagi dirinya dan yang lain dibiarkan saja tidak dibaca.
4) Ketepatan waktu
Ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke
bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi
pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku
karyawan. Pesan seharusnya dikirimkan ke bawah pada saat saling
menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinan dan
karyawan. Tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat
dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin akan mempengaruhi kepada
efektifitasnya.
5) Penyaringan
Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah semua
diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan.
Penyaringan pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor
diantaranya perbedaan persepsi di antara karyawan, jumlah mata

13
rantai dalam jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya kepada
seorang supervisor mungkin memblok supervisor.

14
Daftar Pustaka

Aamodt, G Michael. (2010). Industrial/Organizational Psychology. Sixth Edition.


US: Penerbit Wadsworth Cengage Learning
Andi Nuraedah Nur, d. (2009). Hubungan Interpersonal: Pengertian, Teori, Tahap,
dan Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal. Malang: Tidak
Diterbitkan.
Cangara, H. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Devito, J. A. (1997). Human Communication. Jakarta: Professional Books.
Effendy, O. U. (2007). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fajar, M. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Harun, H. Rochajat. (2008). Komunikasi Organisasi. Cetakan Kesatu. Penerbit
CV. Mandar Maju
Ljohansen, R. (1996). Etika komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik Edisi Pertama. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN.
Masmuh, Drs. Abdullah. (2013). Komunikasi Organisasi. Edisi Ketiga. Malang:
Penerbit UMM Press,
Muhammad, Dr. Arni. (2011). Komunikasi Organisasi. Edisi 1 Cetakan 12.
Jakarta: Penerbit Bumi Aksara
Mulyana, D. (2010). Komunikasi Organisasi. Cetakan Ketujuh. Bandung:
Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, D. (2000). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, D. (2007). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto, D. (2011). Komunikasi Bisnis Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
R.A. Johnson, F. K. (1963). The Theory and management of systems. Tokyo:
McGrawhill Kogashuka Ltd.
Rakhmat, J. (1996). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

15
Rakhmat, J. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sendjaja, D. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Simatupang, T. M. (1995). Teori sistem suatu perspektif teknik industri.
Yogyakarta: Andi Offset.
Soyomukti, N. (2010). Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tubbs, ST. & Moss, S. Terjemahan Deddy Mulayana & Gembirasari. (2005).
Human Communication: Prinsip-prinsip Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Vardiansyah. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Widjaja, W. (2010). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi
Aksara.

16

Anda mungkin juga menyukai