Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FIKIH IBADAH

Tentang

Thaharah

Dosen : Dr.Zulkifri.,MA

Disusun oleh:

1. Juliano Bagas Saputra (2013030040)


2. Arif Mustofa (2013030041)
3. Fatih Ridhol Maghfirah (2013030042)

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

2021 M / 1442 H

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Bismillahhirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu . Tak lupa pula penulis haturkan
shalawat serta salam kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya
mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul Thaharah. Bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah FIKIH
IBADAH, Bapak Dr.Zulkifri.,MA sebagai dosen kami yang telah memberikan tugas ini sehingga
kami dapat menambah wawasan melalui tugas ini.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.2 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian Thahara....................................................................................................................5
B. HubunganThahara dengan kebeesihan,kesehaan dan keindahan.................................................5
C. Macam-macam Tharah...............................................................................................................5

BAB III................................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tantangan dan masalah kehidupan selalu muncul secara alami seiring dengan berputarnya
waktu dan perkembangan zaman. Berbagai masalah muncul dari berbagai sudut kehidupan, salah
satu masalah yang besar terjadi dalam kehidupan di dunia ini yaitu menyangkut masalah
kebersihan. Kebersihan menjadi masalah yang penting dalam kehidupan. Antara kesehatan dan air
pastilah sangat berhubungan satu sama lain, hal ini dapat dibuktikan bahwa dengan air yang
bersih kita akan lebih mudah menjaga kebersihan dan kesehatan khususnya kesehatan jasmani.
Kebersihan dan kesehatan juga sangat erat hubungannya dengan thaharah di dalam islam. Yang
thaharah sangat dianjurkan oleh islam karena banyak manfaat dan hikmahnya bagi kehidupan.
Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan badani selain rohani. Kebersihan
badani tercermin dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci sebelum mereka melakukan
ibadah menghadap Allah SWT. Pada hakikatnya tujuan bersuci adalah agar umat muslim
terhindari dari kotoran atau debu yang menempel di badan sehingga secara sadar atau tidak
sengaja membatalkan rangkaian ibadah kita kepada Allah SWT.Namun, yang terjadi sekarang
adalah, banyak umat muslim hanya tahu saja bahwa bersuci itu sebatas membasuh badan dengan
air tanpa mengamalkan rukun-rukun bersuci lainnya sesuai syariat Islam.
Bersuci atau istilah dalam istilah Islam yaitu “Thaharah” mempunyai makna yang luas tidak
hanya berwudhu saja.Pengertian thaharah adalah mensucikan diri, pakaian, dan tempat sholat dari
hadas dan najis menurut syariat islam. Bersuci dari hadas dan najis adalah syarat syahnya seorang
muslim dalam mengerjakan ibadah tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut sebenarnya banyak
sekali manfaat yang bisa kita ambil dari fungsi thaharah. Taharah sebagai bukti bahwa Islam amat
mementingkan kebersihan dan kesucian.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, akan dipaparkan penjelasan lebih rinci tentang
thaharah, menjelaskan bagaimana fungsi thaharah dalam menjalan ibadah kepada Allah, serta
menjelaskan manfaat thaharah yang dapat umat muslim peroleh. Dengan demikian umat muslim
akan lebih tahu makna bersuci dan mulai mengamalkannya untuk peningkatan kualitas ibadah
yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Thaharah?


2. Apa hubungan Thaharah dengan Kebersihan, Kesehatan dan Keindahan?
3. Macam-macam Tharah?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Thaharah.


2. Untuk mengetahui Hubungan Thaharah.
3. Untuk mengetahui macam-macam Thaharah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Thahara

Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah syara’


thaharah adalah bersih dari hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan
mengerjakan pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum
dan menghilangkan najis.[1]
Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam kesempatan lain Nabi
SAW juga bersabda:
‫ َوتَحْ لِ ْيلُهَا التَّ ْسلِ ْي ُم‬،ُ‫ َوتَحْ ِر ْي ُمهَا التَّ ْكبِ ْير‬،ُ‫صاَل ِة أَلطََّهَا َرة‬
َّ ‫ ِم ْفتَا ُح ال‬:‫قال عليه الصالة والسالم‬
Artinya: “Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah
takbir dan perhiasannya adalah salam.”
Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan.
Dalam hal ini banyak ayat Al qur`an dan hadist Nabi Muhammad saw, menganjurkan
agar kita senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin.
Firman Allah Swt :
َ‫إ ِ َذا تَطَهَّ ْرن‬B َ‫رنَ ف‬B
ْ B‫وهُنَّ َحتَّى يَ ْط ُه‬BBُ‫ض َوال تَ ْق َرب‬ َ ِّ‫ا ْعتَ ِزلُوا الن‬BBَ‫ َو أَ ًذى ف‬B ‫ ْل ُه‬B ُ‫ض ق‬
ِ ‫ا َء فِي ا ْل َم ِحي‬B ‫س‬ ِ ‫أَلُونَكَ َع ِن ا ْل َم ِحي‬B ‫س‬
ْ َ‫َوي‬
َ ْ ‫هَّللا‬ ‫هَّللا‬ َ ُ
)٢٢٢( َ‫فأتُوهُنَّ ِمنْ َح ْيث أ َم َر ُك ُم ُ إِنَّ َ يُ ِح ُّب التَّ َّوابِينَ َويُ ِح ُّب ال ُمتَط ِّه ِرين‬ ْ َ
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai
orang-orang yang suci lagi bersih”. (QS Al Baqarh:222)

B. Syarat Wajib Thahrah

Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah. Ada hal-
hal yang harus diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum melakukan
perintah Allah SWT. Syarat wajib tersebut ialah :
1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).
5. Tidak lupa
6. Tidak dipaksa
7. Berhenti darah haid dan nifas
8. Ada air atau debu tanah yang suci.
9. Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.

5
C. Hubungan Thaharah dengan kebersihan, kesehatan dan keindahan

Lingkungan Kata bersih sering diungkapkan untuk menyatakan keadaan


lahiriyah suatu benda, seperti air bersih, lingkungan bersih, tangan bersih dan
sebagiannya. Terkadang kata bersih memberikan pengertian suci, seperti air suci.
Tetapi biasanya kata suci digunakan untuk ungkapan sifat batiniyah, seperti jiwa suci.
Dalam hukum Islam setidaknya ada tiga ungkapan yang menyatakan “kebersihan”
yaitu :

1. Nazhâfah dan Nazîf, yaitu meliputi bersih dari kotoran dan noda secara lahiriyah,
dengan alat pembersihnya benda yang bersih seperti air. 1 A. Rahman Ritonga dan
Zainuddin, Fiqh Ibadah Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, h. 52.

2. Thahârah, yaitu mengandung pengertian yang lebih luas meliputi kebersihan


lahiriyah dan batiniyah.

3. Tazkiyah penyucian 2 , mengandung arti ganda yaitu membersihkan diri dari sifat
atau perbuatan tercela dan menumbuhkan atau memperbaiki jiwa dengan sifat-
sifat yang terpuji.

Dalam syariat Islam, pelaksanaan thaharah dapat membawa kebersihan lahir dan
batin. Orang yang bersih secara syara’ akan hidup dalam kondisi sehat. Karena
hubungan antara kebersihan dan kesehatan sangat erat. Dalam suatu pepatah
dikatakan “kebersihan pangkal kesehatan”. Di samping itu, thaharah juga dapat
melindungi lingkungan dan masyarakat dari penularan penyakit, kelemahan, dan
kelumpuhan, karena thaharah mencuci anggota badan yang lahir dan senantiasa akrab
dengan debu, tanah, dan kuman-kuman sepanjang hari. Begitu pentingnya kebersihan
menurut Islam, sehingga orang yang membersihkan diri atau mengusahakan
kebersihan akan dicintai oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya yang Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang mensucikan diri”. Al-Baqarah2: 222

Syariat Islam mengajarkan beragam thaharah. Umat Islam dalam thaharah


disyariatkan beristinja’, berkumur-kumur, memasukan air ke hidung, menggosok gigi
siwak, mencukur rambut dan lain-lain sebagainya. Kemudian, untuk melaksanakan
shalat, dan ibadah ghairu mahdhah lainnya, orang Islam diwajibkan berwudhu.
Wudhu di samping membersihkan lahiriyah juga membersihkan diri secara batiniyah,
karena shalat merupakan pendekatan diri kepada Allah SWT yang menuntut
kebersihan lahir dan batin. Selain itu, thaharah mempunyai implikasi terhadap
keindahan lingkungan.

Ada tiga lingkungan yang mempengaruhi kehidupan manusia, yaitu lingkungan


alam, lingkungan manusia dan lingkungan keluarga. Lingkungan alam adalah alam

6
yang berada di sekitar kita. Lingkungan manusia adalah orang-orang yang melakukan
interaksi dengan kita baik langsung maupun tidak langsung, dan dalam skala lebih
kecil lagi adalah lingkungan keluarga yang sangat mempengaruhi kehidupan
seseorang terutama pada masa-masa awal kehidupannya.

Dalam hubungan dengan hukum Islam, kebersihan dan keindahan lingkungan ini
merupakan wujud nyata dari ajaran thaharah. Sebagai contoh, menurut syara’
seseorang dilarang melakukan buang air besar atau kecil di tempat-tempat tertentu,
seperti di bawah pohon tempat orang berteduh, di dalam saluran air dan di tengah
jalan. Hal tersebut bertujuan untuk menyelamatkan kenyamanan dan kebersihan
lingkungan.

D. Macam–macam Thaharah

Taharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah lahir adalah
taharah/suci dari najis dan hadas yang dapat hilang dicuci dengan air mutlak (suci
menyucikan) dengan wudu, mandi, dan tayamun. Taharah batin adalah membersihkan
jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat, seperti dengki, iri, penipu, sombong,
ujub, dan ria.
Sedangkan berdasarkan cara melakukan thaharah, ada beberapa macam bentuk
yaitu : wudhu, tayamum, mandi wajib dan istinjak.

 Wudhu
Wudhu menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara’ berarti membasuh
anggota badan tertentu dengan air suci yang menyucikan (air mutlak) dengan tujuan
menghilangkan hadas kecil sesuai syarat dan rukunnya. Firman Allah SWT dalam
surat Al Maidah ayat 6.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan solat,
maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan
basuhlah kakimu sampai mata kaki.”(QS Al maidah :6)
Syarat Wudu :
Wudu seseorang dianggap sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut.
a. Beragama Islam
b. Sudah mumayiz
c. Tidak berhadas besar dan kecil
d. memakai air suci lagi mensucikan
e. Tidak ada sesuatu yang menghalangi samp[ainya air ke anggota wudu, seperti
cat, getah dsb.
Rukun Wudu:
Hal-hal yang wajib dikerjakan dalam wudu adalah sebagai berikut.
a. Niat berwudu di dalam hati bersamaan ketika membasuh muka.
b. Membasuh seluruh muka
c. Membasuh kedua tangan sampai siku

7
d. Mengusap atau menyapu sebagian kepala.
e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dan
f. Tertib (berurutan dari pertama sampai terakhir
Sunah Wudu:
Untuk menambah pahala dan menyempurnakan wudu, perlu diperhatikan hal-hal yang
disunahkan dalam melakukan wudu, antara lain sebagai berikut.
a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak berwudu
b. Membaca ta’awuz dan basmalah
c. Berkumur-kumur bagi seseorang yang sedang tidak berpuasa
d. Membasuh dan membersihkan lubang hidung
e. Menyapu seluruh kepala
f. Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki
g. Mendhulukan anggota wudu yang kanan dari yang kiri.
h. Membasuh anggota wudu tiga kali.
i. Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam
j. Membaca do’a sesudah wudu.
k. Do’a sesudah wudu.
Hal yang membatalkan wudu:
 Wudu seseorang dikatakan batal apabila yang bersangkutan telah melakukan
halhal seperti berikut.
 Keluar sesuatu dari kubul (kemaluan tempat keluarnya air seni) atau
dubur(anus), baik berupa angin maupun cairan(kentut,kencing, tinja, darah,
nanah, mazi, mani dan sebagainya)
 Bersentuhaan kulit laki-laki dan perempuan tanpa pembatas.
 Menyentuh kubul atau dubur dengan tapak tangan tanpa pembatas.
 Tidur dengan nyenyak
 Hilang akal

 Tayamum
Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu,(pasir, tanah) yang suci
karena tidak ada air atau adanya halangan memakai air. Tayamum menurut istilah
adalah menyapakan tanah atau debu yang suci ke muka dan kedua tangan sampai siku
dengan memenuhi syarat da rukunnya sebagai pengganti dari wudu atau mandi wajib
karena tidak adanya air atau dilarang menggunakan air disebabkan sakit.
Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 43.
Artinya : “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat
buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat
air, maka bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu
dan tanganmu sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS An
Nisa:43)
Tayammum merupakan pengganti dari berwudu. Apabila seseorang telah
melaksanakan salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air, maka tidak wajib
mengulang sekalipun waktu salat masih ada.

8
Adapun syarat dan rukun, sunah serta hal-hal yang terkait dengan tayamum
adalah sebagai berikut.
Syarat Tayamum:
Syarat tayamum adalah sebagai berikut :
a. Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib dengan
tayamum.
b. Sudah masuk waktu salat
c. Sudah berusaha mencari air tetapi tidak menemukan
d. Menghilangkan najis yang melekat di tubuh
e. Menggunakan tanah atau debu yang suci.
Rukun Tayamum:
- Niat
- Mengusap debu ke muka
- Mengusap debu ke dua tangan sampai siku
- Tertib
Sunah Tayamum:
Dalam melaksanakan tayamum, seseorang hendaknya memperhatikan sunah-
sunah tayamum sebagai berikut.
a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak bertayamum
b. Membaca ta’awuz dan basmalah
c. Menepiskan debu yang ada di telapak tangan
d. Merenggangkan jari-jari tangan
e. Menghadap kiblat
f. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari yang kiri
g. Membaca do’a (seperti do’a sesudah wudu)
Hal yang membatalkan Tayamum:
Tayamum seseorang menjadi batal karena sebab berikut :
 Semua yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamum
 Keadaan seseorang melihat air yang suci yang mensucikan (sebelum salat)
 Murtad (keluar dari agama Islam)

 Mandi Wajib
Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub, atau mandi janabat.
Mandi wajib adalah menyiram air ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki dengan disertai niat mandi wajib di dalam hati.
Firman Allah Swt :
)٦( ‫َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم جُ نُبًا فَاطَّهَّرُوا‬
Artinya : “.......dan jika kamu junub maka mandilah.” (QS Al Maidah)
Adapun lafal niatnya adalah sebagai berikut :
‫نويت غسل الجنابة لرفع الحدث الكبر فرضا هلل تعا لى‬
Artinya : “Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar karena Allah
Ta’ala.’
Rukun mandi wajib:

9
Ada beberapa hal yang menjadi rukun dalam melaksanakan mandi wajib, diantaranya
sebagai berikut :
 Niat mandi wajib
 Menyiramkan air keseluruh tubuh dengan merata.
 Membersihkan kotoran yang melekat atau mengganggu sampainya air ke
badan.
Sunah Mandi Wajib:
Pada waktu mandi wajib disunahkan melakukan beberapa hal, antara lain :
 Menghadap kiblat
 Membaca basmalah
 Berwudu sebelum mandi
 Mendahulukan anggota badan yang kanan dari yang kiri, dan
 Menggosok badan dengan tangan.
Beberapa Penyebab Diwajibkan Mandi Wajib :
Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penyebab diwajibkannya mandi wajib:
 Keluarnya air mani (sperma) dengan syahwat, baik ketika sedang tidur
maupun dalam keadaan terjaga. Akan tetapi, apabila ia bermimpi tidak disertai
keluarnya mani, maka ia tidak wajib mandi.
 Selesainya haid bagi perempuan.
 Selesai melahirkan
 Selesai nifas, yakni darah yang keluar sesudah melahirkan.
 Meninggalnya seseorang (jenazah).

 Istinja’
Pengertian istinja’ Menurut bahasa, istinja’ berarti terlepas atau bebas. Sedangkan
menurut istilah, ialah membersihkan kedua pintu alat kelamin manusia yaitu dubur
dan qubul(anus dan penis) dari kotoran dan cairan (selain mani) yang keluar dari
keduanya. Istinja’ hukumnya wajib.
Hal-hal yang dilarang ketika buang air:
 Dilarang menjawab suara adzan
 Dilarang menjawab salam
 Bila bersin hendaknya memuji Allah dalam hati saja, tidak boleh menjawab
dengan suara keras
 Dilarang mengucapkan kalimat-kalimat dzikir
 Dilarang sambil makan, minum dan sebagainya
Alat-alat yang digunakan untuk istinja’:
 Air
 Batu (jika tidak ada air)
 Kertas atau tissue (jika tidak ada air)
 Daun-daunan yang tidak biasa dimakan (jika tidak ada air)
Tata cara istinja’:
 Ada air dapat dibersihkan dengan batu atau kertas sampai bersih. Membasuh
tempat keluarnya najis dengan air hingga bersih

10
 Jika tidak Sekurang-kurangnya dengan 3 buah batu atau 3 sisi sebuah batu.
Jika tidak ada batu dapat digunakan benda-benda lain asal keset atau keras.

Hukum Beristinja’:

Diwajibkan ber istinja’ dari segala sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur
yang najis, seperti darah,air wadi dan air madzi. Dan ia harus menghilangkan sesuatu
yang keluar itu terlebih dahulu sebelum ber istinja’ ; jika tidak maka istinja’ nya batal.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Thaharah memiliki pengertian secara umum yaitu mengangkat penghalang


(kotoran) yang timbul dari hadas dan najis yang meliputi badan, pakaian, tempat, dan
benda-benda yang terbawa di badan. Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah
salat. Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan.
Syarat wajib melakukan thaharah yang paling utama adalah beragama Islam dan
sudah akil baligh. Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah adalah air suci,
tanah, debu serta benda-benda lain yang diperbolehkan. Air digunakan untuk mandi
dan berwudhu, debu dan tanah digunakan untuk bertayamum jika tidak ditemukan air,
sedangkan benda lain seperti batu, kertas, tisur dapat digunakan untuk melakukan
istinja’.
Thaharah memiliki fungsi utama yaitu membiasakan hidup bersih dan sehat
sebagaimana yang diperintahkan agama. Thaharah juga merupakan sarana untuk
berkomunikasi dengan Allah Swt. Manfaat thaharah dalam kehidupan sehari-hari
yaitu membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika hendak
melaksanakan suatu ibadah.

B. Saran

Sebagai seorang muslim kita harus menjaga kebersihan diri kita dari hadas dan
najis yang kesemuanya itu dapat membuat amal bidah kita menjadi tidak sah seperti
sholat dan lain sebaginya. Dengan adanya materi tentang Thaharah (bersuci) kita
dapat mengetahu bagaimana bersuci dari hadas dan najis yang akan memudahkan
untuk menunaikan ibadah dan membantu untuk menyempurnakan dan melengkapi
ibadah serta menegakkan perkara-perkara yang disyariatkan dalam Islam. Karena

11
Allah menyukai Orang-orang yang bersuci dan kerbersihan adalah cabang dari
keimanan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahim, Tuntunan Sholat Lengkap, Jakarta,Sandro Jaya Jakarta, 2006


Muthoharoh,Hafiz.2009.Fungsi Thaharah dalam Kehidupan
Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, h. 52.
Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, h. 26
Yusuf al-Qardhawi, Fiqhu at-thaharah, Penerjemah Samson Rahman Jakarta:
Pustaka al- Kautsar, 2004, h. 13

12

Anda mungkin juga menyukai