Perundang Undangan Kesehatan
Perundang Undangan Kesehatan
OIDATG-UTDAITGAIT
EATAT
Fr&rrdtuSBf.tr[.I'D.
lladreS.Kcp.
R rn'Dlg
'RUAT '@PERAWATAIT
GUSn s-2015
FE*riruffiruffi#ffiffiruffiffi
Hffiffiffiffi F#
Rudi Fahrudin, SKM., M.Pd. I Tomy Indra, S.Kep.
(1'Wd
S*:5%x
stvlK pt^r,J$
.t- \ !
a.- j .,'l
'l" i
':1- J'
i-'ii
,W"qii#rybW
us'$WfT
ffi*o*r"-"*wix':*'"
Perpustakaan Nasional Rl: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Sudi Fahnrdin, SKM., M.Pd., Tomy lndra, S'Kep.
PERUIIDANG-UNDANGAN KESEHATAN/Rud| Fahrudin, SKM', M'Pd', dkk;
Judul:
PERUNDANG.UNDANGAN KTSEHATAN
PR0GRAM CZ no. 17 {Perundang-undangan Kesehatan}
Penulis:
Rudi Fahrudin, SKM., M.Pd.
Tomy lndra, S.KeP.
Editor:
Ns. Asterina, S.(eP. . ,
C 'r'""
.
r..rr t -."llt ' r
^ ..rti.
ufl prtt,.-
reffills,;
EbMa*afi
' ' '"' n i] *':
Svarifudin
' ''- ^
.''-
Des,iin'co;:'**
Syarifudin Darmawan
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, di mana kita dapat
bersama-sama dengan tenaga kesehatan dari berbagai rumah sakit
berkumpul dalam rangka menyusun Buku Ajar untuk tingkat sekolah
menengah Kejuruan - Bidang Kesehatan dengan semangat memberikan
Fngterbaik untuk anak didik sesuai dengan jenjangusia pendidikannya.
Sebagaimana kita ketahui, perkembangan kebutuhan tenaga
kesehatan di dalam maupun di luar negeri yang terus meningkat
perlu di imbangi dengan upaya meningkatkan kompetensi dengan
memanfaatkan teknologi yang tepat di bidang kesehatan.
KESDAM JAYA
Kata Sambutan
KATA PENGANTAH
Jakarta, April201,4
Tim Penulis
KaLa Penganlar
DAFTAR ISI
KATA SAMBIJTAN_ v
BAB 1
Perundang-undangan Kesehatan RI_ 1
A. Pendahuluan- L
B. Hierarki perundang-undangan RI_ 3
C. Bagan Organisasi Kementerian Kesehatan RI_ 5
D. Bagan Organisasi Dinas Kesehatan_ 6
BAB 3
Kode Etik Keperawatan Indonesia - 37
A. Pengertian Perawat dan Keperawatan- 37
B. Pengantar Etika Profesi Keperawatan- 38
C. Kode Etik Keperawatan- 39
D. Fungsi Etika Keperawatan- 42
E. Tujuan Kode Etik- 43
BAB 4
Tanggung ]awab dan Tanggung Gugat Perawat- 45
A. Konsep Dasar Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Perawat- 45
B. Kesimpulan- 50
BAB 5
Kode Etik Keperawatan Menurut PPNI- 51
A. Aturan yang Berlaku- 5L
B. Fungsi Kode Etik Perawat- 52
BAB 6
Kode Etik Keperawatan Menurut ICN- 55
BAB 7
Kode Etik Keperawatan Menurut ANA- 59
BAB 8
Asuhan Keperawatan- 63
A. Tujuan Asuhan Keperawatan- 65
B. Fungsi Proses Keperawatan- 65
C. Tahap-tahap Proses Kep€rawatan- 66
BAB 9
Pelayanan Keperaw atan- 7Z
A. Kualitas Pelayanan Keperawatan_ 7Z
B. Aspek-aspek Kualitas pelayanan Keperawatan_ 74
DAFTAB PUSTAKA_ 77
BIOGRAFI_ 79
PERUNDANG-UNDANGAN
KESEHATAN BI
9ry%\.
SMK PLUS
I'IAllCIUTUt UIAlllA
NSS: 402050?01071
@ neToAHULUAN
Kesehatan Bl
dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu
maupun masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut
dalam segala aspek.
Hukum kesehatan melingkupi ruang yangluas, diantaranya
meliputi:
a. Pendekatan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif.
b. Hukum administrasi/negara, hukum pidana dan hukum
perdata.
c. sumber hukum, antara lain hukum tertulis, hukum kebiasaan
(konvensi), hukum jurisprudensi.
@ HlrnARKt nERUNDANc-uNDANGAN Rt
fuundang-undangan K
3. undang-undang (uu) atau peraturan pemerintah pengganti
t
Undang-undang (pERpU)
s
8lR0 Btfl0
PERIIICAiIAA}I IGUAIIGAIIlIN
OAN Al'lBGARAll 8Amil! Mlt KNrGAnA
SFN$AfiIAI
BA'A1I
PUSAT PU$ATITMBIAYAAII
PENANG6IJI.AN6AI'I OAN JAMIIIAII
l(fitsrs l(tsEllArAN (fSfHATAN
Wng-undangan Kesehatan .
$ eneAN oRGANtsASt DTNAS KESEHATAN
lp ncTvDAHULUAN
RUU Keperawatan resmi disahkan oreh DpR pada tahun 2014
ner{adi undang-undang Keperawatan No. 3g rahun 2014, sehingga
rda payung hukum yang jelas untuk profesi perawat.
undang-undang Keperawatan No. 3g rahun 2014 terdiri dari 66
sal itu dihasilkan oleh Anggota DpR RI periode 2009-201,4.
Pasal 2
Praktik Keperawatan berasaskan:
a. Perikemanusiaan;
b. Nilai ilmiah;
c. Etika dan profesionalitas;
d. Manfaat;
e. Keadilan;
f. Pelindungan; dan
g. Kesehatan dan keselamatan Klien.
Pasal 3
Pengaturan Keperawatan bertujuan:
a. Meningkatkan mutu perawat;
b. Meningkatkan mutu pelayanan Keperawatan;
c. Memberikan perindungan dan kepastian hukum kepada
Perawat dan Klien; dan
d. Meningkatkan derajatkesehatan masyarakat.
Pasal 4
(1) Jenis Perawat terdiri atas:
a. Perawat profesi; dan
b. Perawat vokasi.
Pasal 5
Pendidikan tinggi Keperawatan terdiri atas:
a. Pendidikan vokasi;
b. Pendidikan akademik; dan
c. Pendidikan profesi.
tesal 5
]hsal 7
Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
huruf b terdiri atas:
a. Program sarjana Keperawatan;
b. Program magister Keperawatan; dan
c. Program doktor Keperawatan.
tbsal 9
Pasal 10
(1) Perguruan tinggr Keperawatan diselenggarakan oleh Pemerintah
atau masyarakat sesuai dengan ketentuan Perafuran Perundang-
undangan.
(2) Perguruan tinggi Keperawatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) melaksanakan tridarma perguruan tinggi.
llrsal 12
Pasal 13
(1) Institusi Pendidikan tinggi Keperawatan wajib memiliki
dosen dan tenaga kependidikan.
(2) Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal
dari:
a. Perguruan tinggi; dan
b. Wahana Pendidikan Keperawatan.
Pasal 14
I
Pasal L5
(1) Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (1) dapat berasal dari pegawai negeri dan/atau
nonpegawai negeri.
(2) Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diangkat dan diberhentikan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
Pasal L6
(1) Mahasiswa Keperawatan pada akhir masa pendidikan vokasi
dan profesi harus mengikuti Uji Kompetensi secara nasional.
(2) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh perguruan tinggi bekerja sama dengan
Organisasi Profesi Perawat, lembaga pelatihan, atau lembaga
sertifikasi yang terakreditasi.
Pasal 17
Untuk melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan
dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yangdiberikan oleh
Perawat, Menteri dan Konsil Keperawatan bertugas melakukan
pembinaan dan pengawasan mutu Perawat sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
Pasal 18
(1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib
memiliki STR.
(2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
Konsil Keperawatan setelah memenuhi persyaratan.
(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. Memiliki ijazah pendidikan tinggi Keperawatan;
b. Memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
,c. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
r
d. Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/
janji profesi; dan
e. Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi.
Pasal L9
(1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib
memiliki izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (L) diberikan dalam
bentuk SIPP.
Pasal 20
(1) SIPP hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.
(2) sIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada
Perawat paling banyak untuk 2 (dua) tempat.
Pasal 21
Perawat yang menjalankan praktik mandiri harus memasang
papan nama Praktik Keperawatan.
Pasal22
SIPP tidak berlaku apabila:
a. Dicabutberdasarkanketentuanperafuranperundang-undangan;
b. Habis masa berlakunya;
c. Atas permintaan Perawat; atau
d. Perawat meninggal dunia.
Pasal24
(r) Perawat Warga Negara Asing yang akan menjalankan praktik
di Indonesia harus mengikuti evaluasi kompetensi.
(2) Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
a. Penilaian kelengkapan administratif; dan
b. Penilaian kemampuan untuk melakukan praktik.
Pasal 25
(1) Perawat Warga Negara Asing yang sudah mengikuti proses
evaluasi kompetensi dan yang akan melakukan praktik di
Indonesia harus memiliki STR Sementara dan SIPP.
lhsal 25
lzsal2T
(1) Perawat warga negara Indonesia lulusan luar negeri yang
akan melakukan praktik Keperawatan di Indonesia harus
mengikuti proses evaluasi kompetensi.
(2) Proses evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui:
a. Penilaian kelengkapan administratif; dan
b. Penilaian kemampuan untuk melakukan praktik
Keperawatan.
fuundang-undangan Kesehata1
c. Surat pernyataan untuk mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi.
Pasal 28
(1) Praktik Keperawatan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan tempat lainnya sesuai dengan Klien sasarannya.
(2) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. Praktik Keperawatan mandiri; dan
b. Praktik Keperawatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
U n d a n g-u n d a n g Ke p e r aw atan
(4) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
didasarkan pada prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan
danlatau Keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebutuhan pelayanan
kesehatan dan/atau Keperawatan dalam suatu wilayah
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan peraturan
Menteri.
Pasal 29
(1) Dalam menyelenggarakan praktik Keperawatan, perawat
bertugas sebagai:
a. Pemberi Asuhan Keperawatan;
b. Penyuluh dan konselor bagi Klien;
c. Pengelola Pelayanan Keperawatan;
d. Peneliti Keperawatan;
e. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang;
dan/atau
t. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
130
(1 ) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan
di bidang upaya kesehatan perorangary perawat berwenang:
a. Melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;
b. MenetapkandiagnosisKeperawatan;
c. MerencanakantindakanKeperawatan;
d. MelaksanakantindakanKeperawatan;
Kesehatan
e. Mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
t. Melakukan rujukan;
o
b' Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat
sesuai dengan kompetensi;
h. Memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi
dengan dokter;
1. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan
i. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada
Klien sesuai dengan resep tenaga medis atau obat bebas
dan obat bebas terbatas.
Pasal 3L
(1) Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor
bagi Klien, Perawat berwenang:
a. Melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik di
tingkat individu dan keluarga serta di tingkat kelompok
masyarakat;
b. Melakukanpemberdayaanmasyarakat;
c. Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan
masyarakat;
d. Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan
masyarakat; dan
e. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.
Undang-undang Keperawatan
flasal 33
(1) Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf f
merupakan penugasan Pemerintah yang dilaksanakan
pada keadaan tidak adanya tenaga medis danlatau tenaga
kefarmasian di suatu wilayah tempat Perawat bertugas.
(2) Keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga
kefarmasian di suatu wilayah tempat Perawat bertugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan setempat.
(3) Pelaksanaan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
memperhatikan kompetensi Perawat.
(4) Dalam melaksanakan fugas pada keadaan keterbatasan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perawat berwenang:
a. Melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam
hal tidak terdapat tenaga medis;
b. Merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem
rujukan; dan
c. Melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam
hal tidak terdapat tenaga kefarmasian.
Pasal 35
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak:
a. Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan
tugas sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi,
standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
b. Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien
danlatau keluarganya.
c. Menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang
telah diberikan;
d. Menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan
dengan kode etik, standar pelayanary standar profesi, standar
pro se dur op era sion aI, atau ketentu an Peraturan Perund ang-
undangan; dan
e. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.
Pasal 37
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban
a. Melengkapi sarana dan prasarana Pelayiinan Keperawatar
sesuai dengan standar Pelayanan Keperawatan dan ketentuar
Peraturan Perundang-und angan;
Pasal 38
Dalam Praktik Keperawatan, Klien berhak:
a. Mendapatkan informasi secara,benar,jeras, dan jujur tentang
tindakan Keperawatan yang akan dilakukan;
b. Meminta pendapat perawat lain dan/atau tenaga kesehatan
lainnya;
c. Mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode
etik, standar Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar
prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
t. Memberi persetujuan atau penorakan tindakan Keperawatan
yang akan diterimanya; dan
). Memperolehketerjagaankerahasiaankondisikesehatannya.
Pasal 39
(1) Pengungkapan rahasia kesehatanKlien sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38 huruf e dilakukan atas dasar:
a. Kepentingan kesehatan Klien;
b. Pemenuhanpermintaanaparaturpenegakhukumdalam
rangka penegakan hukum;
c. Persetujuan Klien sendiri;
d. Kepentingan pendidikan dan penelitian; dan
e. KetentuanPeraturanPerundang-undangan.
Pasal 40
Dalam Praktik Keperawatan, Klien berkewajiban:
a. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang
masalah kesehatannYa;
b. Mematuhi nasihat dan petunjuk Perawat;
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan; dan
d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yar.9 diterima.
Pasal 41
(1) Organisasi Profesi Perawat dibentuk sebagai satu wadah
yang menghimpun Perawat secara nasional dan berbadan
hukum.
(2) Organisasi Profesi Perawat bertujuan untuk:
a. Meningkatkandan/ataumengembangkanpengetahuan
dan keterampilan, martabat, dan etika profesi Perawat;
dan .
?asal 43
organisasi Profesi Perawat berlokasi di ibukota Negara Republik
Indonesia dan dapat membentuk perwakilan di daerah.
Fasal 44
(1) Kolegium Keperawatan merupakan badan otonom di dalam
Organisasi Profesi Perawat.
(2) Kolegium Keperawatanbertanggungjawab kepada organisasi
Profesi Perawat.
l4s
Kolegium Keperawatan berfungsi mengembangkan cabang disiplin
ilmu Keperawatan dan standar pendidikan tinggi bagi perawat
profesi.
146
Ketentuan lebih lanjut mengenai Kolegium Keperawatan diatur
oleh Organisasi Profesi Perawat.
47
(1) untuk meningkatkan mutu praktik Keperawatan dan untuk
memberikan pelindungan serta kepastian hukum kepada
Perawat dan masyarakat, dibentuk Konsil Keperawatan.
(2) Konsil Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan bagian dari Konsil renaga Kesehatan Indonesia.
148
Konsil Keperawatan sebagai mana dimaksud dalam pasal 47
berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia.
Pasal 49
(1) Konsil Keperawatan mempunyai fungsi pengaturan,
penetapan, dan pembinaan Perawat dalam menjalankan
Praktik Keperawatan.
(2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (L), Konsil Keperawatan memiliki tugas:
a. Melakukan Registrasi Perawat;
b. Melakukan pembinaan Perawat dalam menjalankan
Praktik Keperawatan;
c. Menyusun standar pendidikan tinggi Keperawatan;
d. Menyusun standar praktik dan standar kompetensi
Perawat; dan
e. Menegakkan disiplin Praktik Keperawatan.
Pasal 50
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
49, Konsil Keperawatan mempunyai wewenang:
a. Menyetujui atau menolak permohonan Registrasi Perawat,
termasuk Perawat Warga Negara Asing;
b. Menerbitkan atau mencabut STR;
c. Menyelidiki dan menangani masalah yang berkaitan dengan
pelanggaran disiplin profesi Perawat;
d. Menetapkan dan memberikan sanksi disiplin profesi Perawat;
dan
e. Memberikan pertimbangan pendirian atau penutupan Institusi
Pendidikan Keperawatan.
U n d a n g-u n d a n g Ke p e r aw ata n
Pasal 51-
Pasal 52
Pasal 53
tr-sxJ n d a n g - u n d a n g a n Ke s e h at a n
r
Pasal 54
Pendidikan Keperawatan dibina oleh kementerian yar.g
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan
dan berkoordinasi dengan kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Pasal 55
Pemerintah, Pemerintah Daeratu Konsil Keperawatan, dan Organisasi
Profesi membina dan mengawasi Praktik Keperawatan sesuai
dengan fungsi dan tugas masing-masing.
Pasal 55
Pembinaan dan pengawasan Praktik Keperawatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 diarahkan untuk:
a. Meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan;
b. Melindungi masyarakat atas tindakan Perawat yang tidak
sesuai dengan standar; dan
c. Memberikan kepastian hukum bagi Perawat dan masyarakat.
Pasal 57
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan
Praktik Keperawatan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Konsil Keperawatan, dan Organisasi Profesi sebagaimana
dimaksud pada Pasal55 diatur dalam Peraturan Menteri.
U n d an g-u n d an g Ke p e r aw ata n
krsal 58
lasal 59
Pasal 60
selama Konsil Keperawatan belum terbentuk, permohonan untuk
memperoleh srR yangmasih dalam proses diselesaikan dengan
prosedur yangberlaku sebelum undang-undang ini diundangkan.
Pasal 51
Perawat lulusan sekolah perawat kesehatan yangtelah melakukan
Praktik Keperawatan sebelum undang-undang ini diundangkan
masih diberikan kewenangan melakukan praktik Keperawatan
untuk jangka waktu 6 (enam) tahun setelah undang-undang ini
diundangkan.
Wu n d a n g-u n d a n g a n Ke s eh ata11
Pasal 62
Institusi Pendidikan Keperawatan yang telah ada sebelum Undang-
undang ini diundangkan harus menyesuaikan persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal9 paling lama 3 (tiga) tahun
setelah Undang-undang ini diundangkan.
Pasal 63
Konsil Keperawatan dibentuk paling lama 2 (dua) tahun sejak
Undang-undang ini diundangkan.
Pasal 54
Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, semua Peraturan
Perundang-undangan yang mengatur mengenai Keperawatan
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
atau belum diganti berdasarkan Undang-undang ini.
Pasal 65
Peraturan pelaksanaan dari Undang-undang ini harus ditetapkan
paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-undang ini
diundangkan.
Pasal 56
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuhyu, memerintahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
SEKOLAH MENENGAH KEPERAWATAN DAN SISWA
KEPERAWATAN MENENGAH
f,bsal 6L
Perawat lulusan sekolah perawat kesehatan yang telah melakukan
Praktik Keperawatan sebelum Undang-undang ini diundangkan
masih diberikan kewenangan melakukan Praktik Keperawatan
untuk jangka waktu 6 (enam) tahun setelah Undang-undang ini
diundangkan.
Wndang-undangan Kesehatan
Tetapi harus juga memahami aspek-aspek ilmu keperawatan
sesuai dengan Undang-undang Keperawatan No. 38 Tahun 201"4 sesuai
Pasal 61 tersebut di atas.
tJ n d a n g-u n da n g Ke p erawatal,
KODE ETIK KEPERAWATAN
INDONESIA
Kode etik berasal dari bahasa Latin, " code)c', yangberarti ,,himpunan,,.
:_etik merupakan usaha menghimpun apa yang
tersebar serta
lmpun norma-norma yang disepakati dan ditetapkan oleh dan
anggota profesi (Sumijatun).
,_....r:::a:a:a::-.
Jadi bila memiliki hasil dari pengertian di atas maka kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan asuhan keperawatan
adalah merupakan seluruh rangkaian,proses keperawatan yang diberikan
I
kepada klien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan
yang di mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha
memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yangoptimal.
a. Pengumpulan Data
Tujuan: Diperoleh data dan informasi mengenai masalah
kesehatan yang ada pada klien sehingga dapat ditentukan
tindakan yarlg harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Data tersebut harus akurat dan mudah di analisis.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan
yang
menjelaskan respons manusia (status kesehatan
atau risiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok
di mana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan
intervensi secara pasti unfuk menjaga stafus
kesehatan, menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito).
3. Rencana Keperawatan
Petugas kesehatan dalam hal ini perawat dalam menjalankan
tugasnya tidak akan pernah lepas dari proses pemberian asuhan
keperawatan. Maka sebagai bagian dari melaksanakan profesi
kesehatan yffirgmemberikan pelayanan keperawatan adalah menjadi
kewajiban bagi seorang perawat untuk mengetahui dan sekaligus
dapat menyusun rencana asuhan keperawatan untuk pemberian
pelayanan yang komprehensif kepada klien.
Asuhan keperawatan itu sendiri menguraikan tentang
asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada individu/
keluarga f masyarakat. Rencana asuhan keperawatan berisi
serangkaian tindakan yang akan diimplementasikan perawat
untuk menyelesaikan/mendukung diagnosa keperawatan yang
diidentifikasi dari proses pengkajian keperawatan. Penyusunan
rencana asuhan keperawatan merupakan tahap dalam proses
keperawatan. Nantinya akan menjadi panduan dalam proses
asuhan keperawatan lanjutan dan membantu dalam evaluasi
perawatan. Inilah yang dimaksud dengan pengertian rencana
asuhan keperawatan itu sendiri.
4. Implementasi Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yangspesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yangdiharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yangspesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Adapun tahap-tahap dalam implementasi keperawatan
adalah sebagai berikut:
Daftar Pustaka
BIOGRAFI
,3tifirjl suKq.l ;
I
;**--*---:_4-.-...*..._
i ljrzti,iillarna*
*-:--_-- lPen Pernilli,*'n
' iil'
II
i3
:g
+
a:,
JI'DT'I
FEtrEI
PEtttt
"f,HIN
HAI,AI
JIIXL/
XATH
re suuS:
TAf,GI
EEg8f;*
'{sfi88 ro us
-
PILAR & I5 sr{i
tlrfEDtAr
F1L,4F UTA&tA MANDutl
.lL {:iilon*4 li *r, t},1g,r'*'J i$* !4. FE{AyeN
Fs.F gEs-. ;sr-F-TA nsrF 13?i 4 ililll ilrit
fELF iit;: !*4 1*7S lll igllit t*!64 1:?$ I itfl lii$$ilfff 71i5 trlt