Anda di halaman 1dari 10

NAMA : HENDI BAYU PRASETYO

KELAS : HTN 3 E

BAB I
ORIENTALISME DAN HUKUM ISLAM
Orientalist barasal dari bahasa Romawi, orient, yang secara leksikal berarti “timur”.
Oriental berkaitan atau terletak di Timur. Dalam kajian gografis istilah orient dimaknai dengan
dunia Timur. Dari asalnya, kata orient telah menyerap ke dalam bahasa-bahasa Eropa, termasuk
bahasa Inggris, oriental yang kemudian berarti “hal-hal yang bersifat ketimuran” dari aspek ini,
orientalisme memiliki makna yang sangat luas cakupannya. Adapun kata ism (inggris) berarti
paham. Dan jika dipadukan antara kedua kata ini, maka kata orientalisme berarti suatu aliran atau
mazhab akademik yang mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan dunia ketimuran. Orientalisme
juga kadang diartikan dengan ajaran atau paham tentang dunia Timur yang di- bentuk oleh opini
Barat. Definisi orientalisme yang paling sederhana adalah pengetahuan tentang Timur di
lingkungan ilmiah yang dilakukan para sosiolog, sejarawan, pakar bahasa dan antropolog. Atau
lebih tepatnya lagi, orientalisme adalah sejenis gaya pemikiran yang berlandaskan pada prinsip
perbedaan antara Barat dan Timur. Kajian mengenai perbedaan Timur dan Barat merupakan titik
awal munculnya beragam teori sosial, politik, dan budaya di ranah orientalisme. Berasal dari
kata-kata perancis “Orient” yang berarti “timur”, kata-kata dan tersebut berarti ‘ilmu-ilmu’ yang
berhubungan dengan dunia timur.

Orang-orang yang mempelajari atau mendalami ilmu-ilmu tersebut disebut orientalist


atau ahli ketimuran. Orientalis adalah segolongan sarjana-sarjana barat yang mendalami bahasa-
bahasa dunia timur dan kesusastraannya, dan mereka juga mennaruh perhatian besar terhadap
agama-agama dunia timur, sejarahnya, adat istiadatnya dan ilmu-ilmunya. Hubungan dunia barat
dengan dunia timur telah dimulai sejak masa kejayaan dunia timur, yaitu ketika dunia timur ini
penuh dengan pusat-pusat ilmu pengetahuan, perpustakaan dan buku-buku berharga. Orang-
orang barat pada waktu itu belajar pada ulama-ulama timur, pada filosif-filosofnya dan pada ahli
matematikanya. Orientalis adalah gelombang pemikiran yang mencerminkan berbagai studi
ketimuran yang islami. Yang dijadikan objek studi ini mencangkup peradapan agama seni sastra
Pada awal kemunculan orientalisme secara lembaga dan organisasi yang diperkirakan muncul
pada abad 18 M orientasi kajian keilmuannya berkisar pada kajian filologi atau kajian teks-teks
terhadap dunia Timur. Secara umum dapat dikatakan bahwa awal kemunculan orientalisme
terkait dengan kajian-kajian dan studi tentang dunia Timur tanpa dibarengi dengan motivasi dan
kepentingan-kepentingan negative. Penyebaran dan Kawasan Pengaruh Barat merupakan arena
gerakan kaum orientalis. Mereka terdiri atas orang-orang Jerman Inggris Prancis Belanda dan
Hongaria. Mereka sebagian muncul di Italia dan Spanyol. Sekarang Amerika merupakan pusat
orientalisme dan pengkajian Islam. Pemerintah lembaga-lembaga ekonomi yayasan dan bahkan
gereja tidak segan-segan menguras dana keuangan dan dukungan. Mereka menyediakan fasilitas
untuk pengkajian keislaman di universitas- 4 universitas sampai jumlah orientalis menjadi ribuan
orang. Gerakan orientalisme diciptakan untuk mengabdi kepada gerakan Kristenisasi dan
penjajahan. Terakhir gerakan ini dimanfaatkan kaum Yahudi dan Zionisme untuk
kepentingannya dalam rangka melumpuhkan Timur dan menancapkan dominasinya baik
langsung maupun tidak langsung. Pengaruh Orientalisme Terhadap Islam Pada dasarnya tidak
seluruhnya orientalis mempunyai visi dan misi yang sama, artinya tidak semua orientalis
memusuhi dan berhasrat untuk menghancurkan Islam melainkan terdapat pula orientalis yang
jujur, tidak memutarbalikkan fakta sehingga karya- karyanya bernilai positif dan tidak terdapat
fitnah terhadap agama Islam, tetapi ada juga orientalis yang sengaja ingin menghancurkan umat
Islam dengan menyebarkan fitnah dan keragu-raguan terhadap umat Islam serta memutarbalikan
dan memanipulasi hukum Islam.

Dengan banyaknya motivasi-motivasi para orientalisme yang oleh sebagian muslim


menyatakan bahwa tujuan mereka adalah menghancurkan islam. Anggapan ini tidak serta merta
muncul begitu saja, anggapan ini muncul karena adanya fakta dan fenomena dari para pemikir
orientalis ini yang mana memiliki orientasi dan motivasi dengan latar belakang agama. Dengan
tujuan yaitu menumbuhkan keragu-raguan terhadap keyakinan umat atas kerasulan Muhammad
sebagai salah satu contonya. Ataupun mencari titik-titik kesalahan dalam Al-qur`an agar umat
islam tidak lagi mempercayai akan keabsahan Al-qur`an. Pengaruh-pengaruh negative yang
dimunculkan oleh sebagian pemikir orientalis menjadikan banyak pertentangan dan perdebatan
panjang dalam umat muslim dalam mempercayai pemikir-pemikir islam. Dalam contoh
utamanya dimana pengaruhnya terhadap studi Al-qur`an yang dikembangkan oleh kaum
Oreintalis. Yang mana mengembangkan penafsiran Al-qur`an hanya bermodalkan pengetahuan
mereka dan menyamakan dengan hermenuitik injil.

Para orientalis mengatakan bahwasanya sudah tiba saat dimana umat muslim mengkritisi
Al-qur`an sebagaimana mereka mengkritisi kitab suci mereka. Pengaruh yang muncul tidak serta
merta mempengaruhi pemikir-pemikir islam Pemikir-pemikir islam pada awalnya memiliki satu
pemikiran yang negative tentang kajian dan kritikan terutama tentang Al-qur`an dan bahkan
akidah. Akan tetapi para pemikir ini memiliki celah untuk membangun islam lewat pemikiran
islam. Mereka menggunakan jawaban-jawaban yang ilmiah dan dasar pengetahuan yang luas
dalam menjawab persoalan yang diajukan oleh pemikir-pemikir orientalis. Orientalis dalam 5
pandangan agama meski tidak selalu membawa dampak positif terhadap islam akan tetapi
memberikan satu pencerahan terhadap islam agar mendalami agama mereka dan bahkan
menghilangkan keragu-raguan dan ketidakpercayaan mereka terhadap islam. Bagian-bagian
positif dalam islam tidak selalu muncul dengan gamblang dan jelas. Sisi positif muncul setelah
adanya dampak negative yang memang telah muncul. Pengaruh-pengaruh negative yang
memunculkan pemikir-pemikir islam dalam mengkritisi paham yang diajukan oleh kaum
orientalis. Dan tidak selalu para orientalis memusuhi apa yang menjadi konsennya tersebut.
Banyak para orientalis telah mengabdikan diri mereka terhadap pembahasan-pembahasan
keilmuan. Meskipun corak penelitian mereka belum tentu sama dengan corak peneliti-peneliti
islam akan tetapi sesuai dengan backgruod yang mereka pelajari sebelumnya. Ini menjadi
penyebab utama penelitian mereka cenderung berbanding terbalik dengan penelitipeneliti islam.
Sedangkan tanggapan mengenai orientalisme yang muncul dari kalangan Islam dapat dibedakan
dalam dua bagian.

Yaitu, kalangan yang dengan tegas menolak kajiankajian yang dilakukan oleh orientalis
dan kelompok yang dapat menerima jika memberi manfaat bagi Islam. Untuk menyebut salah
seorang dari kelompok pertama adalah Mazin bin Shalah Muthabaqani, seorang guru besar
orientalisme di Arab Saudi. Penolakan yang dilakukan Muthabaqani ini didasarkan pada
pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh orientalisme, yaitu : Pertama, pengaruh aqidah
: berupa lahirnya generasi sekuler, baik di kalangan intelektual, pemerintah, militer, maupun
orang awam di Dunia Islam. Mereka semuanya menjadi satu arus dan trend yang meneriakkan
pemisahan agama dari kehidupan. Kedua, pengaruh sosial : karena didorong kebenciannya
terhadap Islam dan umat Islam, kalangan orientalis berusaha mencari faktor yang dapat merusak
soliditas masyarakat muslim. Contohnya, di Aljazair, orientalis menghapuskan kepemilikan
umum (atas tanah publik) yang akhirnya membuat terpecah belahnya beberapa kabilah. Padahal
sebelumnya mereka hidup rukun dan damai dengan konsep kepemilikan umum yang ada dalam
ajaran Islam. Pengaruh sosial lainnya adalah terancamnya keutuhan keluarga, karena kaum
orientalis menaruh perhatian besar pada ide-ide gender dan feminisme yang membodohi
sekaligus memprovokasi kaum muslimah untuk memberontak terhadap hukum-hukum Islam
tetang pengaturan keluarga (misalnya masalah ketaatan kepada suami, nafkah, dan hak cerai).
BAB 2
STUDI ISLAM DI EROPA IJTIHAD IGNAZ GOLDZIHER
Ignaz Goldziher dilahirkan dari keluarga Yahudi pada tanggal 22 Juni 1850 di
Székesfehérvar, Hongaria. Sejak kecil, ia sudah mendapatkan pendidikan yang bermutu tinggi.
Terbukti pada saat berumur lima tahun ia telah mampu membaca Perjanjian Lama yang
berbahasa Ibrani. Kemudian dilanjutkan dengan mempelajari Talmud pada saat berusia delapan
tahun. Dalam usianya yang ke dua belas, ia seorang siswa sekolah yang telah memulai membuat
karya tulisnya yang pertama tentang nenek moyang Yahudi serta pengelompokannya. Saat
berusia enam belas tahun, Universitas Budapest menjadi pilihannya setelah ia lulus dari sekolah,
untuk mempelajari sastra Yunani dan Romawi kuno, bahasa-bahasa Asia, temasuk bahasa Turki
dan Persia.

Kecerdasan yang ia miliki telah mengantarkannya menjadi kandidiat doktoral pada


usianya yang ke-19 di universitas Leipzig dan Berlin dengan beasiswa penuh dari Departement
Pendidikan Hongaria pada tahun 1870. Setelah berhasil meraih gelar doktor, ia melakukan rihlah
‘ilmiyyah ke Leiden, Belanda dan tinggal selama enam bulan. Di dalam buku catatannya, Ignaz
menghabiskan waktu enam bulan di Leiden untuk memfokuskan diri mempelajari Islam
sehingga menjadikan Leiden sebagai sekolah kajian Islam terbesar dan terkenal di Eropa. Pada
tahun 1872, ia berhasil meraih ijazah keguruan dari Universitas Budapest. Di universitas ini, dia
menekankan kajian peradaban Arab. Petualangan ilmiah Golziher belum selesai sampai di sini,
pada bulan September 1873 hingga April 1874, Syria, Palestina dan Mesir menjadi sasaran
selanjutnya. Di sana ia merupakan orang non muslim pertama yang mendapatkan izin untuk
menjadi murid di mesjid Universitas al-Azhar. Ia mencatat semua aktivitasnya di sana,
sosialisasinya dengan kaum muslimin, dan perasaan simpati mendalamnya kepada Islam. Selama
tinggal di Kairo, banyak musibah yang menimpanya.

Mulai dari kematian ayahnya, perekonomian keluarganya yang mengkhawatirkan karena


bisnisnya bangkrut, sampai perasaannya sebagai pejabat di departement pendidikan yang
membuatnya bimbang dengan reputasi ilimiahnya di masa yang akan datang. Akan tetapi,
reputasi ilmiahnya ternyata malah melonjak tinggi. Setelah mempublikasikan hasil penelitiannya
yang sangat memuaskan peserta rapat di Akademi Kerajaan di Vienna, ia telah memulai dirinya
untuk diakui dunia sebagai Guru Besar orientalis dan peletak pertama pengkajian Islam modern
di Eropa. Meskipun telah merangkul banyak gelar, ia tidak dapat mengembangkan pengetahuan
di tanah kelahirannya. Pada saat itu, terjadi peristiwa anti-Semit di Hongaria sehingga para
pemeluk Yahudi dilarang melakukan berbagai kegiatan yang ada hubungannya dengan
pendidikan. Tetapi kemudian, pada tahun 1894, diadakan pembahasan oleh para anggota
legislatif terkait isu ini untuk mencapai kesepakatan bahwa agama Yahudi kedudukannya sama
di depan publik bergandengan dengan agama lainnya. Atas perjuangan kerasnya di dunia
pendidikan tanpa gaji dan hak istimewa, Kongres Orientalis Internasional ke-8
menganugerahkan piagam emas kepada Ignaz Goldziher pada tahun 1889. Kemudian ia
mendapatkan undangan dari Universitas Cambridge untuk menjadi pengganti rektor sebelumnya,
W. Robertson Smith. Dikarenakan tidak ada gaji tetap walaupun aktif di dunia pendidikan, ia
mencari nafkah sebagai sekretaris di komunitas Yahudi Jerman dari tahun 1876 sampai 1905.
Pekerjaan inmenguras semua tenaganya siang dan malam sehingga membuatnya bosan. Di hari
libur, ia menyempatkan diri untuk mengerjakan proyek ilmiahnya. Lalu pada tahun 1904, ia
diangkat sebagai guru besar Universitas Budapest, orang Yahudi pertama yang meraih gelar ini.
Kemudian, pada tahun 1914 menjadi ketua jurusan hukum dan institusi Islam di Fakultas
Hukum.

Tujuh tahun kemudian, ia meninggal dunia dalam usianya yang ke-71 tepatnya pada
tanggal 13 November 1921. Karya-karya Ignaz Goldziher Ia banyak menerbitkan sejumlah besar
risalah, artikel review dan esai yang berkontribusi pada koleksi Hungaria Academy. Sebagian
besar karya-karya ilmiah itu masih dianggap relevan. Selain karya-karya ilmiah itu, Goldziher
menyimpan catatan yang relatif pribadi refleksinya, catatan perjalanan dan catatan harian. Karya-
karya tulisannya yang membahas masalah keislaman banyak dipublikasikan dalam bahasa
Jerman, Inggris dan Prancis. Bahkan sebagian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dan yang
paling berpengaruh dari karya-karya tulisannya adalah buku yang berjudul: Muhammadanische
Studien, di mana ia menjadi sumber rujukan utama dalam penelitian hadis di Barat. Golziher
telah banyak menghasilkan banyak karya dalam berbagai bidang, baik akidah, fikih, tafsir, hadis,
maupun sastra.

Hasil karya kreatifnya diantaranya : 1. Muhammadanische Studien diterbitkan tahun


1890. 2. Vorlesungen über den Islam (Introduction to Islamic Theology and Law) 3. Muslim
Studies 4. Die Richtungen der Islamischen Koranauslegung yang diterjemahkan dalam bahasa
Arab menjadi Madzahibu al-Tafsir al-Islami (1955) 6 5. Methology Among The Hebrews And
Its Historical Development 6. On The History of Grammar Among The Arabs 7. Zahiris: Their
Doctrine and Their History, a Contribution diterbitkan pada tahun 1884. 8. Short History of
Classical Arabic Literature 9. Le Dogme et Les Lois de L’Islam (The Principle of Law is Islam)
10. Etudes Sur La Tradition Islamique, dan karya-karya tulis lainnya. Setelah Studi Islam
Berkembangan begitu pesatnya di dunia barat, maka mulai tampaklah kelihatan dampak-dampak
yang ditimbulkannya mulai dari hal yang positif maupun negatif.
BAB 3
TEORI RECEPTIE CRISTIAN SNOUCK HURGRONJE (Kajian
Terhadap Penerimaan Hukum Islam di Indonesia)
Sebelum membahas lebih dalam lagi terkait teori receptie pemikiran Cristian Snouck Hurgronje,
maka perlu sedikit menelisik dan mengenal biografi tentang beliau. Willian Cristian Snouck Hurgronje
merupakan nama lengkap Snouck Hurgronje. Lahir di Oosterhound Belanda pada 8 Februari 1857. Ia
merupakan anak ke empat dari hasil perkawinan pendeta JJ. Snouck Hurgronje dan Annamaria seorang
putri dari pendeta juga. Kedua orangtua Snouck Hurgronje mempersiapkan dirinya menjadi seorang
pendeta untuk menebus kesalahan kedua orangtuanya pada masa lalu yang kelam. Namun, Snouck muda
lebih tertarik mempelajari sastra semit hingga akhirnya masuk di Universitas Leiden pada tahun 1857 di
usia 18 tahun. Minat untuk mempelajari studi Agama Timur (Islam) di Universitas ini ia mulai dan
semakin terasah sehingga ia berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan tesis tentang Kota Mekah. Snouck
memperdalam ilmu tentang dunia Islam dan aspekaspeknya di Arab Saudi pada tahun 1984. Agar lebih
mudah memasuki kota suci Mekah, ia akhirnya memutuskan untuk masuk Islam di hadapan Qadhi Jedah
pada tahun 1985 dan mengganti namanya menjadi Abdul Gaffar. Ia memanfaatkan status barunya untuk
belajar Islam ke sejumlah mufti di Mekah dan memperdalam pemahaman tentang Bahasa Arab. Ia juga
menyamar mejadi fotografer hingga menjadi seorang yang ahli dalam hukum Islam. Namun, ketika ia
kembali ke Belanda status Islam tersebut hanya untuk siasat ilmiah dalam memperluas risetnya. Hal
tersebut menjadikan Snouck sebagai ilmuwan barat yang ahli dalam bidang Islam atau dunia ketimuran
dan ini merupakan keahlian yang dibutuhkan pemerintah kolonial Belanda pada waktu itu. Sewaktu
tinggal di Jedah dan mengaku diri sebagai muslim, Snouck menikah dengan perempuan Jedah. Cara
tersebut ia lakukan agar 3 membuat dirinya bisa diterima sebagai bagian dari masyarakat yang diteliti.
Metode ini memang jitu menghasilkan penelitian yang komprehensif dan menjadikan Snouck sebagai
ilmuwan yang disegani. Tak hanya itu pada tahun 1890 di Indonesia Snouck menikah dengan Sangkana,
putri Raden Haji Muhammad Taik di Ciamis, Jawa Barat. Begitu menikah setiap tahun dikaruniai satu
anak hingga pada tahun 1895 sudah memiliki empat anak. Tahun 1896, Sangkana mengalami keguguran
dan meninggal bersama calon bayi yang kelima. Namun, tidak sampai dua tahun, Snouck kembali
menikah dengan mojang Sunda bernama Siti Sadiah, putri Kalipah Apo, bangsawan yang juga wakil
penghulu di Bandung. Dari Siti Badiah, Snouck memiliki seorang anak bernama Raden Yusuf.1
Pengangkatan Snouck menjadi Guru Besar Bahasa dan Sastra Arab di Universitas Leiden terjadi setelah
selesai mengembara di Indonesia pada tahun 1906. Ia mengajar para calon Zending di Oestgeest dan
menjadi ilmuwan kontroversial. Ia juga dijuluki sebagai “dewa” dalam bidang Arabistiek-Islamologi dan
Orientalistik dalam penelitian, lembaga, dan hukum-hukumnya di negeri Belanda. Ilmuwan kotroversial
yang berpengaruh dalam perkembangan dunia Islam di Indonesia ini akhirnya meninggal dunia diusianya
ke 81 tahun pada 26 Juni 1963. Terdapat monumen “Snouck Hurgronjehuis” yang didirikan di Rapenburg
untuk mengenang jasa-jasa dan kebesarannya.

B. Teori Receptie Pemikiran Cristian Snouck Hurgronje Terhadap Hukum Islam di Indonesia
Hukum Islam di Indonesia tumbuh dan berkembang dalam bentangan sejarah Indonesia. Bentuk hukum
Islam di Indonesia lahir dari hasil penggabungan antara hukum Islam normatif (syari’ah) dengan muatan-
muatan lokal Indonesia. Oleh karena itu, untuk melihat hukum Islam di Indonesia secara utuh perlu
menggunakan perspektif historis.
BAB 4

OTENTITAS HADIS PRESPEKTIF ORIENTALIS


(Tela’ah Teori Common Link G.H.A Juynboll)
Pada dasarnya, common link adalah sebuah teori yang dipersiapkan untuk
menyoroti otentisitas sumber hadist melalui perspektif sejarah. Teori ini berangkat dari
asumsi dasar bahwa klaim kesejarahan sebuah hadis tidak hanya ditentukan oleh kualitas
periwayat sebagaimana yang berkembang pada kritik hadis (konvensional) dalam tradisi
muhaddithin,namun juga sangat ditentukan oleh kuantitas periwayat.Common link yang
berarti kaitan bersama, adalah istilah untuk seorang perawi hadist yang mendengar suatu
hadist dari seorang yang otoritatif (berwenang), lalu ia menyandarkannya kepada
sejumlah murid, dari si murid kemudian disiarkan ke beberapa murid yang lain.

Perawi tersebut masuk dalam matarantai perawi pertama yang meneruskan


jalur periwayatan hadist kepada lebih dari satu muridnya. Jadi, common link adalah (satu)
perawi awal hadist yang kemudian menyebarkan hadist sehingga hadist tersebut akhirnya
diriwayatkan oleh banyak orang dalam berbagai tingkatan (tabaqah) isnad-nya. Perawi
yang menjadi common link biasanya berasal dari kalangan tabi’in (generasi kedua dalam
periwayatan hadist) atau tabi‘ altabi‘in (generasi ketiga dalam periwayatan hadist).

B. Otentitas Hadist Berdasarkan Teori Common Link G.H.A. Juynboll


Teori Common Link pada awalnya diintrodusir oleh Joseph Schacht yang kemudian
dikembangkan secara massif oleh Juynboll Juynboll berangkat pada asumsi-asumsi dasar
yang sudah dikembangkan oleh beberapa orientalis terdahulu. Para orientalis mengkaji
hadist berdasar pada pendekatan kesejarahan dengan kesimpulan dan teori yang relatif
berbeda dengan konsepsi yang berkembang di kalangan ulama hadist. Juynboll
menyatakan ketika hadist banyak diriwayatkan secara perseorangan, maka otentisitasnya
sulit dibenarkan. Hadist-hadist itu adalah kemungkinan diproduksi sendiri oleh
perawi (yang disebutnya sebagai common link) yang kemudian disandarkan kepada
generasi otoritatif sebelumnya hingga sampai kepada Nabi.
Hadist-hadist tersebut selanjutnya disampaikan kepada generasi berikutnya dalam
jumlah periwayatan yang banyak pada tiap tingkatan isnad-nya. Karena itu, hampir
seluruh hadist adalah palsu, dibuat oleh para perawi yang terlibat sebagai common link
yang berasal dari generasi tabi’in dan tabi‘ al-tabi‘in, atau bahkan generasi berikutnya.2
Teori common link sangat menarik dan kontroversial karena menggambarkan perspektif
ideal Juynboll tentang jalur sanad yang diharapkannya memancar sejak awal dari Nabi
melalui beberapa orang sahabat kepada tabi’in dan seterusnya hingga pada kolektor hadis
(mukharrij).

Dari hasil semedi intelektual Juynboll selama tiga puluh tahun terhadap sejarah
dan perkembangan hadis, muncul sejumlah nomenklatur di sekitar teori common link
sehingga berkembanglah berbagai istilah teknis (technical terms). Beberapa istilah teknis
yangberkaitan dengan teori common link sebagai berikut:
1. Singgle strand (jalur tunggal), yaitu sebuah bundel isnad yang hanya memiliki jalur
tunggal antara Nabi hingga periwayat yang berstatus common link, sehingga rantai
periwayatan yang terjadi adalah: Nabi → sahabat → tabi‘in → common link →
sejumlah murid.
2. Fulan, ialah istilah yang digunakan untuk menyebut seorang periwayat yang menerima
hadis dari seorang guru serta menyampaikan hadis tersebut hanya pada seseorang
murid. Periwayat → fulân → periwayat.
3. Diving strand (jalur penyelam), yaitu bila ditemukan adanya sebuah jalur isnâd yang
tidak bertemu dengan periwayat berstatus common link, namun bertemu dengan isnad
lainnya yang lebih dalam di tingkat tabi‘in atau sahabat. Jalur periwayatan yang
terbentuk adalah: Nabi → sahabat dan fulan → tabi‘in dan fulan → fulan → fulan →
kolektor.
4. Spider (Jalur laba-laba), yaitu sebuah periwayatan yang terjadi dalam sebuah bundel
isnâd yang terdapat lebih dari sebuah jalur tunggal (dua/tiga/empat/lima atau lebih).
5. Partial common link (periwayat bersama sebagian), adalah periwayat yang menerima
hadis dari seseorang (lebih) guru yang berposisi sebagai common link atau yang lain
kemudian menyampaikannya kepada sejumlah murid. Partial common link dalam teori
common link Juynboll memiliki posisi signifikan sebagai orang yang bertanggungjawab
atas perubahan yang terjadi pada teks asli. Klaim kesejarahan partial common link
ditentukan oleh kuantitas murid dalam periwayatan hadisnya, sehingga semakin banyak
murid yang ia miliki, semakin kuatlah hubungan historis sebagai guru dan murid dalam
periwayatan hadis.
6. Seeming common link (yang tampak sebagai periwayat bersama), yaitu adanya figur
yang menyerupai common link dalam sebuah bundel isnâd yang terdiri dari berbagai
jalur tunggal.
7. Inverted common link (periwayat bersama terbalik), yaitu jika ditemukan berbagai
jalur tunggal yang berasal dari saksi mata yang berbeda kemudian masing-masing saksi
mata menyampaikan pada seorang murid hingga bertemu dengan inverted common link.3
Kemunculan teori common link menjadi kontroversi dikarenakan memiliki implikasi
negatif terhadap kesejarahan hadis.

Berdasarkan teori ini, common link dipandang sebagai sumber kemunculan hadis
dan dianggap bertanggungjawab atas asal-usul hadis. Sementara dalam periwayatan
hadis, Juynboll menemukan fenomena bahwa penyebaran periwayatan dalam berbagai
koleksi kitab hadis, bahkan kitab hadis standar, ternyata baru terjadi pada periwayat ke-
3/4/5 setelah Nabi atau pada tingkatan tabi‘in kecil, sehingga Juynboll menganggap isnad
yang asli adalah isnad setelah terjadinya penyebaran itu yang ditandai dengan adanya
periwayat yang berstatus common link.

Jika sanad setelah common link dapat dipertanggungjawabkan kesejarahannya,


maka sanad yang menuju pada Nabi adalah palsu, sehingga dengan demikian matan hadis
dapat dipastikan berasal dari periwayat common link ini. Asumsi Juynboll berlandaskan
kritik sejarah yang mempersyaratkan kuantitas periwayat untuk mendukung klaim
kesejarahan hadis. Jika hadis hanya diriwayatkan oleh satu orang sahabat dari Nabi,
kemudian juga hanya diterima oleh seorang tabi‘in, Juynboll merasa kesulitan untuk
mengandalkan reliabilitas periwayat tunggal ini, karena tidak mendapatkan cukup bukti
tentang kesejarahan periwayat.

BAB 5

Anda mungkin juga menyukai