Anda di halaman 1dari 15

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 26%

Date: Sunday, February 07, 2021


Statistics: 875 words Plagiarized / 3371 Total words
Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Balita Anak balita ialah salah satu kelompok usia yang
diutamakan oleh pemerintah dalam hal upaya perbaikan gizi karena untuk pertumbuhan
dan perkembangan golongan anak pada usia balita terbilang masih sangat
membutuhkan gizi.

Balita yang kurang gizi memiliki ancaman berputih tulang lebih tinggi dibandingkan
balita yang tidak kurang gizi (WHO, 2015). Masa balita menjadi lebih berguna karena
menjadi masa yang perseptif dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia yang
berbobot di masa depan. Terlebih lagi triwulan kedua dan ketiga masa kehamilan dan
dua tahun pertama sesudah kelahiran menjadi masa emas (golden periode) dimana sel
sel otak sedang menghadapi kemajuan dan perkembangan yang maksimal (Nurmaliza,
dkk, 2018). Masa balita merupakan masa partumbuhan sehingga membutuhkan gizi
yang baik.

Kebutuhan unsur-unsur gizi utama yang mencakup 5 komponen utama, ialah, protein,
karbohidrat, mineral, lemk dan vitamin (termasuk air dalam yang cukup). (Susilowati
Endang, dkk, 2017). 2.2 Status gizi balita Status gizi merupakan kondisi pada tubuh
manusia yang mempunyai dampak dari makanan dan pemakaian zat gizi yang dimakan
seseorang.

Status gizi dapat dibagi menjadi beberapa petunjuk, diantaranya merupakan petunjuk
Berat Badan menurut Umur (BB/U) sehingga dapat dibedakan menjadi 4 kategori yaitu
gizi buruk, gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih . (Puspasari Nindyna, dkk, 2017). Penilaian
status gizi dapat dikegorikan menjadi empat penilaian yakni: klinis, antropometri biofisik
dan biokimia. (Susilowati Endang, dkk, 2017).
Dimana sumber pada sifat indeks berat badan menurut umur (BB/U) diatas, maka dari
itu penelitian ini memakai petunjuk berat badan menurut umur (BB/U) karena petunjuk
tersebut bisa menunjukkan status gizi seseorang sekarang. Selain itu, penggunaan
petunjuk berat badan menurut umur (BB/U) karena petunjuk tersebut lebih gampang
dan lebih cepat dipahami oleh masyarakat umum kemudian dengan mudah dapat
dilaksanakan, sensitif untuk melihat pergantian status gizi jangka pendek beserta dapat
mendeteksi kegemukan (Puspasari Nindyna, dkk, 2017).

Masa balita usia 1-5 tahun ialah tahap pertumbuhan yang cepat jika tidak dibantu
dengan gizi yang seimbang maka anak terbuang pada kondisi gizi kurang. Anak balita
1-5 tahun adalah kelompok umur yang sangat sering menderita resiko kekurangan gizi
atau yang dikenal dengan kekurangan energi protein yang termasuk dalam salah satu
golongan masyarakat sering gizi.

Gizi kurang dengan gizi buruk pada balita berdampak pada terhambatnya pertumbuhan
secara jasmani dan kecerdasan orang itu. Masalah gizi pada balita yang terjadi selama
ini penanggulangannya hanya dilakukan melalui pendekatan secara medis dan
pelayanan kesehatan saja tanpa melihat aspek sosial budaya yang ada didalam
masyarakat (Minkhatulmaula, dkk, 2020).

Status gizi balita ialah salah satu petunjuk kesehatan yang dinilai keberhasilanya dalam
memperoleh Millenium Development Goals (MDGs). Status gizi ini menjadi prioritas
utama karena salah satu faktor risiko dengan angka kejadian kematian dan kesakitan.
Status gizi yang baik bagi seseorang akan berdedikasi terhadap kesehatannya dan juga
terhadap kesanggupan dalam proses pemulihan. (Susilowati Endang, dkk, 2017).

Status gizi anak balita secara langsung maupun tidak langsung dapat dipengaruhi oleh
lingkungan, di mana batita tersebut tumbuh dan berkembang. Faktor-faktor yang
menjadi penyebab antaranya yaitu: sikap, perilaku ibu serta pengetahuan. Pengetahuan
melambangkan sejauh mana dasar-dasar yang digunakan seorang ibu untuk merawat
anak batita sejak dalam kandungan, pelayanan kesehatan, dan persediaan makanan di
rumah (M Murty Ekawaty, dkk, 2015). 2.3

Gizi kurang pada balita Gizi kurang ialah suatu keadaan berat badan menurut umur
(BB/U) tidak sesuai pada usia yang semestinya. Perihal gizi kurang kerap timbul sama
balita berusia 2-5 tahun karena balita telah mengaplikasikan pola makan sesuai
konsumsi keluarga dan sampai dengan tingginya tingkat aktivitas fisik.

Kekurangan gizi pada masa balita terkait dengan pertumbuhan otak sehingga dapat
mengganggu kecerdasan anak dan berdampak pada pembentukan kualitas sumber
daya manusia di masa depan. (Diniyyah Shafira Roshmita, dkk, 2017). Masalah gizi
kurang pada balita masih menjadi masalah kesehatan tertinggi di dunia termasuk
negara indonesia. Indonesia adalah negara berkembang yang masih melawan masalah
kekurangan gizi yang cukup besar.

Permasalahan gizi secara nasional saat ini merupakan balita gizi kurang dan balita gizi
buruk. (Nasution Henna Sultana, 2018). Balita pengidap gizi buruk dapat menyebabkan
pengurangan kecerdasan (IQ) sampai 10 persen. Keadaan ini memberikan petunjuk
bahwa pada sebenarnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada
kemerosotan mutu sumber daya manusia.

Kecuali, penyakit sering yang dapat diderita balita gizi buruk yakni penyakit jantung
koroner dan diabetes (kencing manis) (Kemenkes 2013). Gizi kurang berpengaruh
langsung atas kesakitan dan kematian. Disamping itu gizi kurang juga berpengaruh atas
progres, daya produksi dan perkembangan intelektual. Seseorang yang kekurangan gizi
pada usia balita bakal tumbuh pendek, dan menderita gangguan pertambahan dan
pertumbuhan otak yang berdampak pada minimnya tingkat kecerdasan, sebab 80%
tumbuh kembang otak berlangsung ketika didalam kandungan mencapai usia 2 tahun.

Penyebab lainnya dari gizi kurang ialah berkurangnya produktivitas yang


diperhitungkan antara 20-30% . (Susilowati Endang, dkk, 2017). Faktor penyebab
Penyebab Kurang gizi terdapat 2 penyebab yaitu penyebab langsung dan penyebab
tidak langsung. Penyebab langsung dari kejadian kurang gizi atau gizi buruk yaitu:
makanan, dan penyakit.

sedangkan penyebab tidak langsung dari kejadian kurang gizi atau gizi buruk yaitu:
ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak kurang memadai, serta pelayanan
kesehatan dan lingkungan kurang memadai. (Nasution Henna Sultana, dkk, 2018). 2.3.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi terbagi
dua yaitu faktor penutup dan faktor pembuka, faktor penutup yang dapat menyebabkan
status gizi mencakup pendapatan, pendidikan, pekerjaan dan budaya, sedangkan usia,
kondisi fisik dan penyakit infeksi merupakan faktor pembuka (Nasution Henna Sultana,
dkk, 2018).

Akibat kurang gizi Ada beberapa hal mendasar yang menyebabkan tubuh manusia,
dampak pada asupan zat gizi yang kurang, yakni : Pertumbuhan Dampak kekurangan
asupan gizi pada masa perkembangan ialah anak tidak dapat tumbuh ideal dan otot
terhambat pembetukannya. Protein berguna sebagai unsur pembangun jika
kurangannya protein bisa mengakibatkan otot jadi lembek dan rambut gampang
rontok.
Anak-anak yang asalnya dari lingkungan keluarga dengan status sosial ekonomi
menengah ke atas, rata-rata mempunyai badan lebih tinggi dari pada anak-anak yang
berasal dari sosial ekonomi rendah. (Par’i, Holil Muhammad, 2014). Produksi tenaga
Kekurangan zat gizi sebagai sumber tenaga dapat menyebabkan kekurangan tenaga
untuk bergerak, bekerja, dengan melakukan aktifitas.

Selain itu, orang akan menjadi malas, merasa lelah, dan produktivitasnya menurun.
(Par’i, Holil Muhammad, 2014). Pertahanan tubuh Protein berguna untuk pembentukan
antibodi. Kekurangan protein menyebabkan kerja sistem imun dan antibodi menurun,
akibat anak mudah terserang penyakit seperti batuk, filek, diare, atau penyakit infeksi
yang lebih berat. Daya tahan terhadap tekanan atau stress juga menurun. (Par’i, Holil
Muhammad, 2014).

Struktur dan fungsi otak Penyebab pertumbuhan otak tidak dapat berkembang ialah
kekurangan gizi pada masa janin dan balita karena sel sel otak tidak dapat berkembang.
Otak menggapai pertambahan yang ideal pada usia 2-3 tahun. Selepas itu,
pertambahan otak berkurang dan berakhir saat usia remaja awal. Kekurangan gizi
menyebabkan terhambatnya fungsi otak secara tetap. yang mengakibatkan daya berfikir
seusai masuk sekolah dan usia dewasa menjadi berkurang.

Sebaliknya, anak dengan gizi baik memiliki pertumbuhan otak yang optimal sehingga
setelah memasuki usia dewasa memilki kecerdasan yang baik sebagai asset untuk
membangun bangsa. (Par’i, Holil Muhammad, 2014). Perilaku Anak-anak yang
mengalami kekurangan gizi cenderung mempunyai prilaku yang tidak tenang, cengeng,
dengan pada stadium lanjut memiliki sifat dingin.

Demikian pula dengan orang dewasa, akan menunjukkan prilaku tidak tenang, mudah
emosi, dan mudah tersinggung. Penilaian status gizi 2.4.1 skema umum pengukurangan
kekurangan gizi Tabel 1.1 skema umum pengukuran kekurangan gizi Tingkat
kekurangan gizi Metode yang digunakan Asupan Zat Gizi yang tidak cukup Survei
konsumsi pangan Tingkat Penurunan Persediaan Gizi dalam jaringan Biokimia Tingkat
penurunan persediaan gizi dalam cairan tubuh Biokimia Tingkat penurunan fungsi
jaringan Antropometri atau biokimia Berkurangnya aktivitas enzim yang di pengaruhi
zat gizi, terutama protein Biokimia atau teknik molecular Perubahan fungsi Kebiasaan
atau fisiologis Gejala klinis Klinis Tanda-tanda anatomi Klinis Sumber: Par’i, Holil
Muhammad, 2014 Penilaian status gizi secara langsung: Antropometri antropometri
dapat mengukur fisik dan komposisi tubuh. Antropometri berasal dari kata anthropo
yang berarti manusia dan metri adalah ukuran.
Jadi antropometri adalah pengukuran tubuh atau bagian tubuh manusia, misalnya berat
badan, tinggi badan, ukuran lingkar kepala, ukuran lingkar dada, ukuran lingkar lengan
atas, dan lainnya. Hasil ukuran antropometri kemudian dirujuk sesuai umur dan jenis
kelamin. (Par’i, Holil Muhammad, 2014). Laboratorium laboratorium mencakup 2
pengukuran, yaitu uji biokimia dan uji fungsi fisik.

Uji biokimia adalah mengukur status gizi dengan menggunakan peralatan laboratorium
kimia. Tes biokimia mengukur zat gizi dalam cairan tubuh atau jaringan tubuh atau
ekskresi urin. Contohnya adalah mengukur status iodium dengan memeriksa urine,
mengukur status hemoglobin dengan pemeriksaan dara, dan lainnya.

Tes fungsi fisik merupakan kelanjutan dari tes biokimia atau tes fisik. Sebagai contoh tes
penglihatan mata (rabun senja) sebagai gambaran kekurangan vitamin A atau
kekurangan zink. (Par’i, Holil Muhammad, 2014). klinis pemeriksaan fisik dan riwayat
medis merupakan metode klinis yang dapat gigunakan untuk mendeteksi gejala dan
tanda yang berkaitan dengan kekurangan gizi.

Gejala dan tanda yang muncul sering kurang spesifik untuk menggambarkan
kekurangan zat gizi tertentu. Mengukur status gizi dengan melakukan pemeriksaan
bagian-bagian tubuh bertujuan untuk mengetahui gejala yang muncul akibat
kekurangan atau kelebihan gizi. Pemeriksaan klinis biasanya dilakukan dengan bantuan
perabaan, pendengaran, pengetokan, penglihatan, dan lainnya.

Contohnya adalah pemeriksaan pembesaran kalenjar gondok akibat kekurangan iodium.


(Par’i, Holil Muhammad, 2014). Penilaian status gizi secara tidak langsung: pengukuran
konsumsi pangan kekurangan gizi diawali dari asupan gizi yang tidak cukup.
Ketidakcukupan asupan gizi dapat diketahui melalui pengukuran konsumsi pangan
(dietary method) asupan zat gizi dari makanan yang dikonsumsi dapat dapat
mempengaruhi status individu . seseorang yang mempunyai asupan gizi kurang saat ini,
akan menghasilkan status gizi kurang pada waktu yang akan datang.

Asupan gizi saat ini tidak langsung menghasilkan status gizi saat ini juga. Dalam hal ini,
hasil akhir status gizi memerlukan waktu karena zat gizi akan dimetabolisme dalam
tubuh terlebih dahulu. (Par’i, Holil Muhammad, 2014). faktor ekologi menilai status gizi
memerlukan beberapa informasi lain yang berkaitan dengan penyebab gizi kurang, baik
pada individu maupun masyarakat, seperti data sosial ekonomi atau data
kependudukan.

Informasi tersebut misalnya mencakup jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan,


budaya, agama, tingkat pendapatan, pekerjaan, ketersediaan air bersih, pelayanan
kesehatan, ketersediaan lahan pertanian, dan informasi yang lain. Lingkungan fisik
seperti kemarau panjang dapat menyebabkan gagal panen, akibatnya ketersedian
makanan terbatas dan menyebabkan status gizi kurang.

Data kesehatan dan data statistik vital juga berkaitan dengan status gizi, seperti proporsi
rumah tangga yang mendapat air bersih, proporsi anak yang mendapat imunisasi, data
persentase BBLR, proporsi ibu yang memberikan Asi eksklusif, dan data spesifik angka
kematian berdasarkan umur. (Par’i, Holil Muhammad, 2014). 2.4.4 Cara menentukan
status gizi Tabel 5.3

klarifikasi status gizi berdasarkan keputusan kementerian kesehatan RI tahun 2010


Indeks Kategori status gizi Ambang batas Berat badan menurut umur (BB/U) umur 0-60
bulan Gizi buruk <-3 SD Gizi kurang -3 SD s.d <-2 SD Gizi baik -2 SD s.d 2 SD Gizi
lebih >2 SD Panjang/tinggi badan menurut umur (PB/U) umur 0-60 bulan Tinggi <-3
SD Normal -3 SD s.d <-2 SD Pendek -2 SD s.d

2 SD Sangat pendek >2 SD Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) UMmur 0-60
bulan Gemuk <-3 SD Normal -3 SD s.d <-2 SD Kurus -2 SD s.d 2 SD Sangat kurus >2
SD (Par’i, Holil Muhammad, 2014). 2.5 Angka kecukupan gizi Tabel 2.2 Angka
kecukupan gizi anak indonesia Kelompok umur Energi (kkal Protein (gr) Lemak (gr)
Karbohidrat (gr) 0-5 bulan 550 9 36 59 6-11 bulan 800 15 40 105 1-3 tahun 1350 20 58
215 4-6 tahun 1400 25 61 220 7-9 tahun 1650 40 66 250 (kemenkes RI, 2019) 2.6

Analisis Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Kurang Pada Balita 2.6.1
Pengetahuan Ibu Pengetahuan tentang kebutuhan tubuh akan gizi berpengaruh
terhadap jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Tingkat pengetahuan ibu tentang
gizi berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam memilih makanan meliputi jumlah dan
jenis pangan yang akan dikonsumsi untuk seluruh anggota keluarga khususnya anak
balitanya yang berdampak pada asupan gizinya (Supariasa, 2015).

Pengetahuan melambangkan sejauh mana dasar-dasar yang digunakan seorang ibu


untuk merawat anak batita sejak dalam kandungan, pelayanan kesehatan, dan
persediaan makanan di rumah. Malnutrisi pada anak anak sebagian besar disebabkan
oleh tingginya infeksi dan kesalahan pemberian makanan pada bayi dan anak-anak
sejak lahir hingga tiga tahun (M Murty Ekawaty, dkk, 2015). Salah satu faktor yang dapat
mengakibatkan asupan makan seseorang ialah pengetahuan gizi yang akan berdampak
atas status gizi seseorang.

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi. Sikap dengan
perilaku ibu dalam menentukan makanan yang akan dimakan oleh balita disebabkan
oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu tingkat pengetahuan seseorang tentang gizi
sehingga dapat mengakibatkan status gizi individu tersebut.

Pengetahuan gizi ibu yang minim dapat menjadi salah satu faktor status gizi balita
dikarenakan menentukan sikap atau perilaku ibu dalam menetapkan makanan yang
akan dimakan oleh balita serta pola makan terkait jumlah, jenis dan frekuensi yang akan
mengakibatkan asupan makan pada bayi itu. (Puspasari Nindyna, dkk, 2017).
Pengetahuan gizi ibu dapat diakibatkan oleh faktor pendidikan, usia, pendapatan,
Pekerjaan, dan pengetahuan.

Selain itu, asupan makan pada balita juga diakibatkan oleh adat istiadat setempat yang
juga dapat mengakibatkan penetapan makanan oleh ibu. Oleh karena itu, jika seorang
ibu mempunyai pengetahuan gizi yang minim maka asupan makanan yang akan dikasih
kepada balita juga kurang tepat dan dapat mengakibatkan status balita tersebut.
(Puspasari Nindyna, dkk, 2017). 2.6.2 Asi Eksklusif ASI terancang dari Lipid, Laktosa, asam
amino dan Asam lemak tak-jenuh ganda.

Rasio protein dadih atas kasein dalam ASI menggunakanya siap dihancur. Tingginya
pemusatan lemak dan kesepadanan asam amino dapat berkontribusi terhadap mielinasi
yang cocok untuk system saraf. Konsentrasi zat besi dalam ASI lebih kecil dari susu
formula, tetapi zat besi memiliki peningkatan bioavailabilitas dan cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayi di usia 4 sampai 6 bulan pertama kehidupan.

Selain untuk melengkapi nutrisi, perlindungan imunologi ditransfer dari ibu ke bayi
melalui ASI dan ikatan kasih sayang juga menjadi meningkat. (Rumbo Helmi, dan Astin,
2019). ASI merupakan sumber asupan nutrisi terhadap bayi baru lahir, yang mana sifat
ASI bertempramen individual sebab pemberiannya terjadi pada bayi berusia 0 bulan
sampai 6 bulan.

Dalam golongan ini harus diingat-ingat dengan benar mengenai kontribusi dan kualitas
ASI agar tidak menghalangi tahap pertumbuhan bayi selama enam bulan pertama mulai
(HPL) hari pertama lahir, mengingat fase tersebut menjadi fase emas pertumbuhan anak
sampai menjelang usia 2 tahun. Memberikan ASI bisa menurunkan akibat Penyakit
Infeksi Akut yakni emophilus Influenza, Diare, Pneumonia, Infeksi Saluran Kemih, dan
Infeksi Telinga Meningitis.

Bayi yang tak dikasih ASI akan kerap menderita penyakit infeksi. Kejadian bayi dan balita
menderita penyakit infeksi yang berulang akan mengakibatkan terjadinya balita dengan
gizi buruk dan kurus. (Rumbo Helmi, dan Astin, 2019). Untuk menperoleh keefektifan
menyusui membutuhkan pertolongan pemerintah, seluruh deretan masyarakat secara
berkepanjangan dan dunia usaha atau berkelanjutan.

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 berhubungan dengan


Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, ASI atau air susu ibu ialah cairan yang dihasilkan dari
sekresi kelenjar payudara ibu. ASI eksklusif ialah ASI yang diberi pada bayi dari
dilahirkan selama enam bulan jangan memasukkan dan/atau mengganti dengan
minuman atau makanan lain.

Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang
dilahirkannya, Berdasarkan Pasal 6 dalam peraturan pemerintah yang sama. Sistem
pemberian makanan terbaik untuk bayi baru lahir sampai usia 2 tahun meliputi:
Memberikan hanya ASI saja sejak lahir sampai umur 6 bulan; Memberikan ASI pada bayi
segera dalam waktu satu jam setelah lahir; menlanjutkan pemberian ASI sampai anak
berumur 2 tahun; dan Memberikan makanan pendamping ASI (MP ASI) yang tepat sejak
genap umur 6 bulan. (Rumbo Helmi, dan Astin, 2019).

ASI eksklusif dideskripsikan sebagai pemberian ASI tanpa suplementasi minuman


maupun makanan lain seperti jus, air putih maupun susu formula. Pemberian mineral,
obat-obatan dan vitamin, diizinkan selama pemberian ASI eksklusif. Semua program
yang menyediakan pemberian ASI/menyusui harus dibantu. Edukasi orang tua waktu
kehamilan adalah peran penting penentu keberhasilan menyusui.

Semangat dan dukungan dari ayah dapat berkontribusi besar dalam menolong ibu
menjalani proses inisiasi dan tahapan menyusui sberikutnya, terutama pada saat terjadi
masalah. (Rumbo Helmi, dan Astin, 2019). 2.6.3 Asupan Karbohidrat Karbohidrat ialah
sebagai zat gizi dalam nama golongan zat-zat organik yang memiliki struktur molekul
yang berbeda, meski memilki persamaan dari sudut kimia dan fungsinya (Sediaoetama
achmad djaeni, 2012). Sumber penting dari karbohidrat adalah gula dan karbohidrat
komples.

Sejak glukosa dapat disintesa dari asam amino dan gliserol dari lemak, tidak ada
rekomendasi untuk asupan karbohidrat. Namun, dianjurkan lebih dari setengah
kecukupan energi pada bayi dipenuhi dari karbohidrat kompleks. Menurut rekomendasi
AKG 2013 bayi usia <6 bulan membutuhkan sekitar 58 gram karbohidrat perhari
(Fikawati,Sandra,dkk 2015).

Sumber karbohidrat yang terdapat pada makanan besumber dari tumbuh-tumbuhan,


yakni cuma sedikit saja yang bersumber dari bahan makanan hewani. Di dalam
tumbuhan karbohidrat terbagi menjadi dua fungsi utama, yaitu untuk menguatkan
struktur tumbuhan dan untuk menyimpan energi tersebut. Yang meliputi sumber energi
paling utama yang ada dalam bentuk zat tepung (amylum) dan zat gula (mono dan
disakarida).

Menurut Sediaoetama achmad djaeni, 2012, Timbunan zat tepung berada didalam
batang biji, dan akar. Gula yang ada didalam daging buah maupun yang ada di dalam
cairan tumbuhan didalam batang (tebu). Kegunaan karbohidrat didalam tubuh ialah
sebagai salah satu sumber utama energi.

Dari tiga sumber utama energi yaitu karbohidrat, protein, dan lemak: sumber energi
yang paling murah yaitu karbohidrat. Karbohidrat yang tak bisa diproses, rangsangan
mekanis yang terjadi dan memberi volume kepada isi usus, melancarkan gerak
peristaltik yang melancarkan aliran bubur makanan (chymus) melalui saluran
pencernaan serta memudahkan pembuangan tinja (de-faekasi). (Sediaoetama achmad
djaeni, 2012). 2.6.4

Asupan protein Protein ialah zat gizi yang sangat berguna, karena yang paling kuat
ikatanya dengan metode-metode kehidupan. Bersumber pada, protein dikategorikan
menjadi: protein hewani yaitu protein didalam bahan makanan yang bersumber dari
hewan, seperti protein dari protein susu, daging, dan lain-lainya. Protein nabati ialah
protein yang bersumber dari bahan makanan tumbuhan, seperti protein dari dari terigu,
jagung (zein), dan lain-lainnya.

(Sediaoetama achmad djaeni, 2012). Fungsi protein dalam tubuh secara garis besar
yakni : Zat pembangun bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh seseorang.
Zat pengatur kelangsungan proses di dalam tubuh manusia. Pemberi tenaga ketika
energi kurang tercukupi oleh karbohidrat dan lemak. (Sediaoetama achmad djaeni,
2012). Protein adalah komponen dasar pada protoplasma dalam sel karena itu asupan
protein yang cukup penting untuk pertumbuhan normal bayi.

Selama masa pertumbuhan ,protein digunakan untuk pertumbuhan jaringan. Pada usia
6 bulan pertama , hampir 50% dari kecukupan protein bayi digunakan untuk
pertumbuhan. Sedangkan pada bayi usia 6 bulan kedua ,sekitar 40% kecukupan protein
untuk pertumbuhan dan selebihnya untuk pemeliharaan tubuh (Fikawati,Sandra,dkk
2015). Kebutuhan protein pada balita yakni sebanyak 2-3 g/kg berat badan dan 1,5- 2
g/kg berat badan untuk anak-anak.

Konsumsi protein dianggap adekuat jikamengandung asam amino esensial yang


disajikan dalam jumlah yang sukup, mudah dicerna saluran dan juga mudah diserap
oleh tubuh . (Adriani dan Wirjatmadi 2012). 2.6.5 Lemak Lemak merupakan golongan
ikatan organik yang terdiri atas elemen-elemen Hidrogen (H), Oksigen (O), dan carbon
(C), yang mempunyai sifat ether, petroleum benzene.

Lemak dapat dibagi menjadi dua ialah lemak hewani dan nabati. lemak hewani
bersumber dari binatang termasuk, telur, ikan dan susu, sedangkan Lemak nabati
bersumber dari bahan makanan tumbuh-tumbuhan. (Sediaoetama achmad djaeni,
2012). Lemak merupakan sumber energi utama bagi bayi. Kebutuhan lemak tidak jenuh
cukup tinggi terutama untuk sel saraf.

ASI mengandung 50-55 % lemak dan jumlah tersebut merefleksikan jumlah yang cukup
untuk bayi. Jumlah konsumsi lemak pada bayi tidak dibatasi berbeda dengan jumlah
yang dibutuhkan orang dewasa. Hal ini disebabkan pada masa bayi terjadi pertumbuhan
otak yang membutuhkan asam lemak esensial yaitu linoleat, a linoleat dan arakhidonat.

?linoleat merupakan asam lemak dengan rantai karbon 18 ( C18) dari golongan omega
tiga sedangkan linoleat yang berasal dari golongan dari omega enam. Kekurangan
arakhidonat dan linoleat dapat menyebabkan terjadinya kerontokan rambut ,diare, kulit
kering dan kesulitan penyembuhan luka. (Fikawati,Sandra,dkk 2015). Lemak terdiri dari
short, medium dan long-chain-fats.

Short dan medium-chain-fats banyak terdapat pada ASI sedangkan long-chain-fat


banyak terdapat pada makanan formula bayi., namun lebih sulit dicerna oleh bayi . ASI
mengandung asam lemak rantai panjang dalam jumlah yang benar. Perbandingan
komsumsi omega enam dan omega tiga adalah 4:1 setara komposisinya pada ASI.
(Fikawati,Sandra,dkk 2015). 2.6.6

Pendapatan keluarga Masalah di Indonesia kekurangan gizi salah satunya diakibatkan


atas kehidupan masyarakat Indonesia yang mengarah masih di bawah standar. Situasi
demikian sangat berdampak pada kelengkapan gizi dalam suatu keluaga. Keluarga yang
masuk dalam golongan miskin, sering terkena masalah kecukupan gizi. masalah ini
dikarenakan oleh rendahnya kesanggupan untuk mencukupi gizi yang baik.
(Kasumayanti Erma, dkk, 2020).

Dalam pemenuhan kebutuhan hidup pendapatan memegang peranan penting, dimana


pendapatan merupakan ukuran yang dipakai untuk melihat apakah kehidupan
seseorang itu tidak layak atau layak. Dengan pendapatan tinggi setidaknya seluruh
keperluan pokok dipenuhi sehingga dapat mencapai satu tingkat kehidupan yang layak
(Mulazimah, 2017). 2.7

Kerangka teori
INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
1% - http://repository.untag-sby.ac.id/1210/6
0% - http://repository.utu.ac.id/795/1/I-V.pd
0% - http://repository.usu.ac.id/bitstream/ha
0% - https://theconversation.com/us/topics/gi
0% - http://aldilah-bagas-d.blog.ugm.ac.id/pa
0% - https://www.slideshare.net/tiofanni/stud
0% - https://id.scribd.com/doc/294248867/Poli
0% - https://maalikghaisan.blogspot.com/2017/
0% - http://eprints.umk.ac.id/11388/7/DAFTAR%
0% - https://woocara.blogspot.com/2016/07/pen
0% - http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/
1% - https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/artic
0% - http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/
0% - https://heryfosil.blogspot.com/2009/07/s
0% - http://eprints.undip.ac.id/80670/1/Buku_
0% - https://www.bing.com/aclick?ld=e8yJX46YU
0% - Empty
0% - https://karyatulisilmiah.com/pengertian-
0% - https://androskripsi.blogspot.com/2012/1
0% - http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/
0% - https://www.academia.edu/16767389/MAKALA
0% - http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/j
0% - https://www.academia.edu/38900013/MAKALA
0% - https://123dok.com/document/nzwnegze-eva
0% - https://sisforkes.wordpress.com/tag/sik-
0% - https://www.scribd.com/document/33930480
0% - http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/12
0% - http://eprints.umpo.ac.id/4549/1/BAB%202
0% - https://enggarpurbandari.blogspot.com/20
0% - https://widuri.raharja.info/index.php?ti
0% - https://123dok.com/document/z3oe8lmz-tin
0% - https://issuu.com/radarkarawang/docs/rad
1% - https://materibelajar.co.id/aktivitas-fi
0% - http://scholar.unand.ac.id/65145/2/2.%20
0% - https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia
0% - https://www.krisanonline.com/kuis/
0% - https://dewieariies.blogspot.com/2012/10
0% - https://theconversation.com/us/topics/ke
0% - https://ninnarohmawati.blogspot.com/2014
0% - https://dhinyeaster.blogspot.com/2013/10
0% - https://www.ibudanbalita.com/forum/disku
0% - http://www.indonesian-publichealth.com/p
0% - http://repository.unimus.ac.id/1988/3/BA
0% - http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/980/
0% - http://repository.upi.edu/46176/1/S_PKK_
0% - https://civitas.uns.ac.id/gunawanhse/201
0% - http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1
1% - https://apki.or.id/apakah-penyebab-masal
1% - https://apki.or.id/apakah-penyebab-masal
0% - https://www.scribd.com/document/37710157
0% - https://doktersehat.com/fungsi-protein/
0% - https://apd273.blogspot.com/2014/04/asuh
0% - https://konsultasiskripsi.com/blog/page/
1% - https://apki.or.id/apakah-penyebab-masal
0% - https://karyatulisilmiah.com/pengertian-
0% - https://www.academia.edu/37852978/HUBUNG
0% - https://www.academia.edu/36507998/KOMUNI
0% - http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2800
0% - https://www.academia.edu/31542399/BAHAN_
0% - https://123dok.com/document/4zprj7qe-pen
0% - http://repository.fe.unj.ac.id/2668/3/Ch
0% - http://repository.unimus.ac.id/1988/3/BA
0% - https://www.mitrakuliah.com/2019/06/24/p
0% - https://issuu.com/bimkes/docs/bimgi_vol_
0% - https://ml.scribd.com/doc/229711401/Ilmu
1% - http://eprints.undip.ac.id/80671/1/BUKU_
0% - https://www.academia.edu/33857148/Lapora
1% - https://www.scribd.com/document/39072505
1% - https://www.coursehero.com/file/76207149
0% - http://repository.usu.ac.id/bitstream/ha
0% - https://karyatulisilmiah.com/farmakokine
0% - https://doku.pub/documents/buku-ajar-nut
0% - https://id.iliveok.com/health/tes-darah_
1% - https://www.scribd.com/document/39072505
0% - http://repository.unimus.ac.id/1832/3/12
0% - http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2817
0% - https://hakimkep.wordpress.com/2012/06/0
1% - https://www.coursehero.com/file/76207149
0% - https://www.scribd.com/document/37710157
0% - https://www.academia.edu/9426152/Laporan
0% - https://www.academia.edu/36555448/STUDI_
0% - http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2760
1% - http://eprints.undip.ac.id/80671/1/BUKU_
0% - https://www.bing.com/aclick?ld=e894WhA4j
0% - https://hakimkep.wordpress.com/2012/06/0
0% - https://www.bps.go.id/
0% - https://id.scribd.com/doc/74708786/Data-
0% - https://www.bappenas.go.id/files/5213/52
0% - https://www.academia.edu/8345927/ANALISI
0% - https://www.academia.edu/13088266/Survei
1% - https://www.scribd.com/document/39072505
0% - http://repository.unimus.ac.id/1790/3/BA
0% - https://www.jogloabang.com/kesehatan/tab
0% - http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/980/
0% - http://repository.usu.ac.id/bitstream/ha
0% - https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index
0% - https://docobook.com/status-hidrasi-akti
0% - https://123dok.com/document/myjvkr6y-kel
0% - https://zombiedoc.com/kata-pengantar2186
0% - http://repository.utu.ac.id/795/1/I-V.pd
0% - http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizi
0% - http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizi
0% - http://eprints.ums.ac.id/52054/11/NasPub
0% - https://enggarpurbandari.blogspot.com/20
1% - https://lifestyle.sindonews.com/read/305
0% - https://www.academia.edu/37037591/Makala
1% - http://digilib.unisayogya.ac.id/2161/1/N
0% - https://www.academia.edu/15552063/4_hubu
1% - https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/artic
0% - https://123dok.com/document/eqo49kz1-gam
1% - https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/artic
0% - https://gizi220292.blogspot.com/2011/11/
0% - https://tumpi.id/jangan-khawatir-bayi-ke
0% - https://www.nutriclub.co.id/article-bayi
0% - https://pt.scribd.com/document/272129369
0% - https://keluargasehat.wordpress.com/2008
0% - https://id.theasianparent.com/mpasi-6-bu
0% - https://primazip.wordpress.com/category/
0% - https://www.dutanusantaramerdeka.com/201
0% - http://scholar.unand.ac.id/13340/2/BAB%2
1% - http://www.kesjaor.kemkes.go.id/document
0% - https://123dok.com/document/oy86r20q-hub
1% - https://journal.universitaspahlawan.ac.i
0% - https://core.ac.uk/download/pdf/28716107
0% - https://bdwinurcahyo.blogspot.com/2012/1
0% - http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-
0% - https://www.researchgate.net/publication
0% - http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-
0% - https://www.academia.edu/40499097/PEDOMA
0% - https://kepegawaiandinkesblog.files.word
0% - https://chrisinabally.blogspot.com/2017/
0% - https://www.scribd.com/document/25875341
0% - https://foodtech.binus.ac.id/2015/10/12/
0% - http://himatekkim.ulm.ac.id/id/kesehatan
0% - https://www.scribd.com/document/37152138
0% - https://aguskrisnoblog.wordpress.com/201
0% - https://pakdosen.co.id/sumber-energi/
0% - http://repository.usu.ac.id/bitstream/ha
0% - https://docobook.com/pemanfaatan-tepung-
0% - https://www.dosenpendidikan.co.id/protei
0% - https://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidra
0% - https://seruni.id/sumber-karbohidrat/
0% - https://imansipp.blogspot.com/2009/01/cr
0% - https://www.amongguru.com/macam-macam-za
0% - https://www.scribd.com/document/37887415
0% - https://pt.scribd.com/document/169056226
0% - https://junaidmuska.blogspot.com/#!
0% - https://www.academia.edu/35597606/LAPORA
0% - http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1031
0% - https://www.scribd.com/document/36927370
0% - https://id.123dok.com/document/oy83130q-
0% - https://www.bing.com/aclick?ld=e8sQmdu5m
0% - https://c-31120068.blogspot.com/2013/06/
0% - https://www.selasar.com/lemak/
0% - https://www.dosenpendidikan.co.id/minera
0% - https://rhinysagita.blogspot.com/2012/07
0% - https://www.academia.edu/3318715/Pemanfa
0% - https://halosehat.com/gizi-nutrisi/pandu
0% - https://www.idai.or.id/artikel/klinik/as
0% - http://repository.unisba.ac.id/bitstream
0% - http://ojs.unik-kediri.ac.id/index.php/a
0% - https://www.scribd.com/document/38896951
0% - http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index
0% - https://www.gurupendidikan.co.id/manajem
0% - http://staff.uny.ac.id/sites/default/fil
0% - http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/12

Anda mungkin juga menyukai