PENDAHULUAN
kondisi fiisik, intelektual, sosial, emosional, linguistik atau kondisi lain mereka,
termasuk anak berkebutuhan khusus. Sekolah inklusif sebagai sarana yang ditujukan
untuk menanggapi berbagai kebutuhan dari semua peserta didik melalui peningkatan
partisipasi dalam belajar, budaya dan masyarakat, serta mengurangi eksklusi atau
pengenyampingan dalam dan dari pendidikan.
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ;
1) Untuk mengetahui keberadaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di
Sekolah Dasar (SD) penyelenggara pendidikan inklusif di Kota Medan
Sumatera Utara
2) Untuk mengetahui implementasi pendidikan inklusif sekolah dasar di
Kota Medan Sumatera Utara
3) Untuk mengetahui kendala dalam implementasi pendidikan inklusif di
Kota Medan Sumatera Utara.
Pendidikan inklusif dilaksanakan untuk memenuhi hak setiap anak dalam
memperoleh pendidikan yang layak. Undang-undang No 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1
tentang kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah adalah Pemerintah dan
Pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa
diskriminatif. Layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus adalah
mendapatkan kesempatan untuk belajar di kelas-kelas umum berdasarkan kemampuan
untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah dengan beberapa modifikasi[1]. Anak-
anak berkebutuhan khusus dapat mengikuti program-program pembelajaran yang ada di
sekolah bersama-sama dengan anak normal lainnya. Pendidikan inklusif merupakan
sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebtuhan khusus bersama
dengan anak normal lainnya di sekolah regular yang terdekat dari rumah sehingga anak
berkebutuhan khusus sebisa mungkin tidak dipisahkan dengan
lingkungannya[2]. Pendidikan inklusif adalah sistem pendidikan yang terbuka bagi
semua individu serta mengakomodasi semua kebutuhan sesuai dengan kondisi
masingmasing individu[3]
Landasan pendidikan inklusif adalah sebagai berikut:
“(a) Landasan filosofis adalah seperangkat wawasan yang menjadi dasar
pendidikan inklusif, meliputi Bhineka Tunggal Ika, agama, pandangan, universal
dan filosofii inklusif. (b) Landasan Yuridis dasar pelaksanaan pendidikan
inklusif untuk menjamin anak berkebutuhan khusus mendapatkan kesempatan
yang sama seperti anak normal lainnya. (c) Landasan Pedagogis, anak
berkebutuhan khusus di bentuk untuk bertanggung jawab dan dapat
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. (d) Landasan Empiris,
berdasarkan hasil penelitan tersebut bahwa pendidikan inklusif memberikan
dampak positif terhadap akademik dan sosial anak [4]
Pendidikan dipengaruhi oleh proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar
dipengaruhi oleh faktor-faktor (komponen). Komponen-komponen yang diperlukan
dalam pelaksanaan pendidikan inklusif adalah :
“(a) Perencanaan sistem pendidikan inklusif : komponen perencanaan sistem
pendidikan inklusif meliputi kurikulum, pendidik, peserta didik, sarana prasarana,
keuangan, lingkungan dan alternatif penempatan. (b) Implementasi sistem
pendidikan inklusif : merencanakan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan
kegiatan belajar mengajar, membina hubungan antar pribadi, dan evaluasi
pembelajaran pelaksanaan pendidikan inklusif”.[5]
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017 1121
METODE
Penelitian ini dilksanakan di : (1) SDN No. 067261 Medan Marelan, Jl. Sehat
Panggaon Indah Rengas Pulau Medan Marelan. Populasi target dalam penelitian ini
adalah sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusi di kota Medan. Jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data yang diperoleh
berupa data kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah orang atau hal yang dijadikan
sumber penelitian. Adapun yang menjadi subjek dalam peneltian ini adalah Unsur dari
Sekolah Dasar Negeri N0. 067261 di Medan Marelan yaitu kepala sekolah, guru
inklusi, dan siswa ABK. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan
penelitian ini adalah dengan metode pokok berupa (1) Observasi langsung dilakukan
dengan teknik partisipan yaitu peneliti langsung mengobservasi (2) Wawancara
dilakukan kepada (a) kepala sekolah (b) wawancara dengan guru (c) wawancara dengan
siswa untuk mengetahui.
Selain metode pokok di atas metode bantu berupa dokumentasi mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berhunbungan dan keperluan pelaksanaan
penelitian berupa catatan, agenda, buku-buku, notulen rapat dan lain sebagainya untuk
mendapatkan data yang bersifat tertulis seperti data-data guru, siswa, sekolah dan lain
sebaginya. Proses analisis data dimulai dengan menyusun semua data yang terkumpul
berdasarkan urutan pembahasan yang direncanakan. Oleh karena itu diperlukan adanya
penganalisaan dan penafsiran terhadap data yang telah terkumpul dalam usaha
memahami kenyataan yang ada untuk menarik kesimpulan.
3.2 Kurikulum
Kurikulum merupakan peran mata pelajaran dan program pendidikan yng diberikan oleh
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada
peserta didik dalam periode jenjang pendidikan. Sekolah ini menerapkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang kelas 2, 3,5, dan 6 SD serta
menerapkan Kurikulum 2013 (K13) pada jenjang kelas 1 dan 4 pada tahap awal untuk
kemudian menerapkan K13 secara keseluruhan tiap jenjang secara bertahap. Kurikulum
telah dimodifikasi berdasarkan kebutuhan,minat, karakteristik, bakat dan kekhususan
siswa ABK.
Guru Pendamping Khusus (GPK) hanya ada 1 guru dalam setiap rombongan belajar
dengan modifikasi waktu dalam waktu 1 minggu 2 kali siswa ABK di setiap kelas
masuk jadwal di kelas khusus inklusif dengan guru pendamping Khusus.
Peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembakan potensi diri
melalui proses pendidikan yang diselenggarakan di pendidikan formal maupun non
formal pada jenjang pendidikan. Peserta didik merupakan unsur dari pendidikan yang
sangat penting karena merupakan subjek dari pendidikan dan tujuan umum dari
pendidikan pada perubahan potensi, pengetahuan, sikap, karakter dan kecerdasan dari
peserta didik. Pada penyelenggara pendidikan inklusif, keberadaan dan penempatan
peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus, potensi khusus, minat, bakat dan
kecerdasan khusus sangat diperhatikan pada implementasi pendidikan inklusif. Berikut
ini gambaran keberadaan siswa ABK di sekolah inklusi dan jenis
3.6 Keuangan/Dana
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017 1124
Keuangan maupun dana merupakan hal yang diperlukan untuk penyediaan sarana dan
prasarana yang dapat melaksanakan dan menunjang tercapainya tujuan dalam
penyelenggaraan pendidikan. Implementasi pendidikan inklusif idealnya memiliki dana
umum dan dana khusus untuk perlakuan assesment dan siswa ABK. Namun, untuk SD
Negeri dibawah nauangan pemerintah negeri keuangan dan dana segala operasional
sekolah dibiaya/didanai oleh pemerintah negeri. Implementasi pendidikan inklusif di SD
Negeri ini hanya memiliki dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), tidak ada dana
khusus untuk pemyelenggara pendidikan inklusif.
Berdasarkan hasil wawancara pihak sekolah mengungkapkan bahwa dana
khusus untuk penyelenggara inklusif dan siswa ABK sudah tidak diterima sejak tahun
2015 sampai 2017. Untuk tahun sebelumnya sejak tahun Surat Keputusan Sekolah
penyelenggara inklusif sampai tahun 2014, pemerintah membiayai dan mendanai
khusus penyelenggara pendidikan inklusif dan untuk siswa ABK berupa beasiswa dan
perlengkapan sekolah untuk siswa ABK.
3.8 Lingkungan
Penyelenggaraan program pendidikan inklusif juga membutuhkan lingkungan yang
sehat dan bersih serta dukungan dari lingkungan sekitar sekolah yaitu dukungan dari
wali murid, masyarakat dan pemerintah. SDN Medan Marelan yang menyelenggrakan
pendidikan inklusif telah mendapatkan dukungan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari
hasil wawancara peneliti kepada wali murid yang hadir melihat perkembangan anaknya
di sekolah maupun wali murid yang menjumput anak serta hasil wawancara terhadap
masyarakat lingkungan sekitar sekolah.
3.10 Evaluasi
Evaluasi merupakan alat ukur yang digunakan oleh seorang guru untuk melihat respon
dari peserta didik, kemampuan dan perkembangan pemelajaran peserta didik. Guru telah
menyesuaikan jenis evaluasi yang digunakan untuk siswa berkebutuhan khusus saat
evaluasi harian, mingguan, bulanan. Namun, untuk soal evaluasi umum dan Ujian
Nasional (UN) tidak ada soal khusus untuk siswa ABK di sekolah reguler dari dinas
pendidikan setempat.
KESIMPULAN
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017 1125
1.1 Kesimpulan
1. Siswa ABK berada pada di setiap rombongan belajar/kelas reguler
2. Terdapat modifikasi materi, waktu dan evaluasi, pada kurikulum penyelenggara
pendidikan inklusif
3. Terdapat Guru Pendamping Khusus (GPK) di SD penyelenggara pendidikan
inklusif.
4. Jenis ABK di SDN Tunagrahita sedang
5. Terdapat ruang kelas khusus kelas inklusif.
6. Belum ada dana umum dan dana khusus penyelenggara pendidikan inklusif.
7. Lingkungan pendidikan inklusif mendapat dukungan dari wali murid,
masyarakat dan pemerintah
8. Terdapat alternatif penempatan ; reguler penuh dengan GPK dan kelas khusus di
sekolah inklusif.
9. Proses kegiatan belajar mengajar memahami dan menyesuaikan dengan
kebutuahn minat, bakat, potensi dan kecerdasan siswa ABK.
10. Terdapat evaluasi harian dan umum, namun belum ada soal UN khusus untuk
siswa ABK
11. Kendala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif ; tenaga
pendidikan, sarana prasarana, keuangan/dana dan soal Ujian Nasional (UN).
2. Saran
Diharapkan sekolah penyelenggara inklusif di Provinsi Sumatera Utara
khususnya di kota Medan agar terus dapat menyelenggarakan pendidikan inklusif dan
untuk sekolah yang belum menyelenggarakan pendidikan inklusif agar dapat
menyelenggarakan pendidikan inklusif serta untuk kebijakan pemerintah dapat
mendukung baik moril maupun materil.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bandi, Delphie. 2009. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting
Pendidikan Inklusi. Sleman: PT Intan Sejati Klaten.
[2] Illahi, Muhammad Takdir. 2013. Pendidikan Inklusif : Konsep dan Aplikasi.
Jogjakarta: Ar- ruzz media.
[3] Kustawan, Dedy dan Yani Meiyani. 2013. Mengenal Pendidikan Khusus
dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya. Jakarta Timur:
Luxima
[4] Mudjito, dkk. 2012. Pendidikan inklusif. Jakarta. Badouse Media.
[5] PKLK Pendidikan Dasar. (2013). Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pendidikan Inklusif ( sesuai permendiknas no.70 tahun 2009).
Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan Dasar.
[6] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun
2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan
dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa. 2009.
Jakarta: Sekretariat Negara.
[7] Tarmansyah. 2009. Pelaksanaan Pendidikan Inklusif di SD Negeri 03 Alai
Padang Utara Kota Padang. Padang : Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan.
Vol. IX No