Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017  1119

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SDN No. 067261


MEDAN MARELAN

Dahniar Harahap*1 dan Nina Hastina2


1,2)
Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan, Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera
Utara,
1,2)
Jln. H. Abdul Manaf Lubis No. 2 Gaperta Ujung, Tanjung Gusta Medan 20215
Email: *1niar.Harahap20@gmail.com, 2nina_hastina@yahoo.co.id

Abstrak : Implementasi PendidikanInklusif SDN No. 067261 Medan Marelan.


Pendidikan inklusif merupakan pendidikan penyetaraan antara siswa yang memiliki
kelainan, memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti
pendidikan dalam satu lingkungan pendidikan dengan siswa pada umumnya. Penelitian
ini mengungkapkan implementasi pendidikan inklusif di Sekolah Dasar (SD)
penyelenggara pendidikan inklusif di kota Medan Marelan. Jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. pengumpulan data dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi yang akan dianalisis untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan
penelitian ini. Hasil penelitian siswa ABK berada di setiap kelas reguler, kurikulum
dimodifikasi dengan pendidikan inklusif, memiliki guru pendamping khusus, jenis ABK
tunagrahita sedang, memiliki ruang kelas inklusif, tidak ada dana umum dan khusus
untuk penyelenggara pendidikan inklusif, lingkungan bersih dan mendukung,
menempatkan siswa ABK di kelas reguler dengan guru pendamping khusus (GPK),
pelaksaan kegiatan belajar mengajar memahami dan menyesuaikan siswa ABK,
pelaksanaan evaluasi, dan kendala SD penyelenggara pendidikan inklusif yaitu tenaga
pendidik, sarana prasarana, keuangan/dana dan evaluasi untuk soal UN khusus anak
ABK.

Kata Kunci : Implementasi, Pendidikan Inklusif, SD

PENDAHULUAN

P endidikan inklusif merupakan sistem penyelenggaraan pendidikan yang


memberikan kesempatan kepada semua siswa yang memiliki kelainan dan memiliki
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan siswa
pada umumnya. “Fenomena Pendidikan Inklusif merujuk pada kebutuhan pendidikan
untuk semua anak (Education for All) dengan fokus spesifik pada mereka yang rentan
terhadap marjinalisasi dan pemisahan”.[7] Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang
pendidikan inklusif, merupakan “sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran
dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada
umumnya.[6]
Undang-undang ini menjelaskan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) juga
berhak mendapat pendidikan yang sama dengan anak normal lainnya. Artinya Sekolah
inklusif adalah sekolah umum yang mengakomodasi semua anak tanpa menghiraukan
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017  1120

kondisi fiisik, intelektual, sosial, emosional, linguistik atau kondisi lain mereka,
termasuk anak berkebutuhan khusus. Sekolah inklusif sebagai sarana yang ditujukan
untuk menanggapi berbagai kebutuhan dari semua peserta didik melalui peningkatan
partisipasi dalam belajar, budaya dan masyarakat, serta mengurangi eksklusi atau
pengenyampingan dalam dan dari pendidikan.
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ;
1) Untuk mengetahui keberadaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di
Sekolah Dasar (SD) penyelenggara pendidikan inklusif di Kota Medan
Sumatera Utara
2) Untuk mengetahui implementasi pendidikan inklusif sekolah dasar di
Kota Medan Sumatera Utara
3) Untuk mengetahui kendala dalam implementasi pendidikan inklusif di
Kota Medan Sumatera Utara.
Pendidikan inklusif dilaksanakan untuk memenuhi hak setiap anak dalam
memperoleh pendidikan yang layak. Undang-undang No 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1
tentang kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah adalah Pemerintah dan
Pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa
diskriminatif. Layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus adalah
mendapatkan kesempatan untuk belajar di kelas-kelas umum berdasarkan kemampuan
untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah dengan beberapa modifikasi[1]. Anak-
anak berkebutuhan khusus dapat mengikuti program-program pembelajaran yang ada di
sekolah bersama-sama dengan anak normal lainnya. Pendidikan inklusif merupakan
sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebtuhan khusus bersama
dengan anak normal lainnya di sekolah regular yang terdekat dari rumah sehingga anak
berkebutuhan khusus sebisa mungkin tidak dipisahkan dengan
lingkungannya[2]. Pendidikan inklusif adalah sistem pendidikan yang terbuka bagi
semua individu serta mengakomodasi semua kebutuhan sesuai dengan kondisi
masingmasing individu[3]
Landasan pendidikan inklusif adalah sebagai berikut:
“(a) Landasan filosofis adalah seperangkat wawasan yang menjadi dasar
pendidikan inklusif, meliputi Bhineka Tunggal Ika, agama, pandangan, universal
dan filosofii inklusif. (b) Landasan Yuridis dasar pelaksanaan pendidikan
inklusif untuk menjamin anak berkebutuhan khusus mendapatkan kesempatan
yang sama seperti anak normal lainnya. (c) Landasan Pedagogis, anak
berkebutuhan khusus di bentuk untuk bertanggung jawab dan dapat
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. (d) Landasan Empiris,
berdasarkan hasil penelitan tersebut bahwa pendidikan inklusif memberikan
dampak positif terhadap akademik dan sosial anak [4]
Pendidikan dipengaruhi oleh proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar
dipengaruhi oleh faktor-faktor (komponen). Komponen-komponen yang diperlukan
dalam pelaksanaan pendidikan inklusif adalah :
“(a) Perencanaan sistem pendidikan inklusif : komponen perencanaan sistem
pendidikan inklusif meliputi kurikulum, pendidik, peserta didik, sarana prasarana,
keuangan, lingkungan dan alternatif penempatan. (b) Implementasi sistem
pendidikan inklusif : merencanakan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan
kegiatan belajar mengajar, membina hubungan antar pribadi, dan evaluasi
pembelajaran pelaksanaan pendidikan inklusif”.[5]
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017  1121

METODE
Penelitian ini dilksanakan di : (1) SDN No. 067261 Medan Marelan, Jl. Sehat
Panggaon Indah Rengas Pulau Medan Marelan. Populasi target dalam penelitian ini
adalah sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusi di kota Medan. Jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data yang diperoleh
berupa data kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah orang atau hal yang dijadikan
sumber penelitian. Adapun yang menjadi subjek dalam peneltian ini adalah Unsur dari
Sekolah Dasar Negeri N0. 067261 di Medan Marelan yaitu kepala sekolah, guru
inklusi, dan siswa ABK. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan
penelitian ini adalah dengan metode pokok berupa (1) Observasi langsung dilakukan
dengan teknik partisipan yaitu peneliti langsung mengobservasi (2) Wawancara
dilakukan kepada (a) kepala sekolah (b) wawancara dengan guru (c) wawancara dengan
siswa untuk mengetahui.
Selain metode pokok di atas metode bantu berupa dokumentasi mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berhunbungan dan keperluan pelaksanaan
penelitian berupa catatan, agenda, buku-buku, notulen rapat dan lain sebagainya untuk
mendapatkan data yang bersifat tertulis seperti data-data guru, siswa, sekolah dan lain
sebaginya. Proses analisis data dimulai dengan menyusun semua data yang terkumpul
berdasarkan urutan pembahasan yang direncanakan. Oleh karena itu diperlukan adanya
penganalisaan dan penafsiran terhadap data yang telah terkumpul dalam usaha
memahami kenyataan yang ada untuk menarik kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bab rumusan masalah, kajian pustaka dan metode penelitian, bahwasanya
ada 3 perumusan pertanyaan yang diajukan untuk menjawab implementasi pendidikan
inklusif di SD Negeri No. 067261 Medan Marelan, yaitu : (1) Keberadaan siswa ABK
berada pada setiap kelas reguler. (2) Implementasi Perencanaan, Proses dan Evaluasi; a.
Kurikulum yang diterapkan sudah dimodifikasi berdasarkan penyelenggara pendidikan
inklusif, b. Tenaga Pendidikan memiliki guru pendamping khusus yang telah
mendapatkan pelatihan oleh guru SLB, c. Peserta didik yang berkebutuhan khusus
merupakan tunagrahita sedang, d. Sarana & prasarana untuk penunjang
penyelenggaraan pendidikan inklusif belum ada, d. Dana umum dan dana khusus
penyelenggara pendidikan inklusif tidak ada, e. Lingkungan sehat dan mendukung
penyelenggaraan pendidikan inklusif, f. Alternatif penempatan siswa ABK pada kelas
reguler dengan Guru Pendamping Khusus, g. Perencanaan & pelaksanaan pembelajaran
sudah menyesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat dan kecerdasan
siswa . evaluasi sekolah soal siswa ABK khusus, namun soal Ujian Nasioanal (UN)
belum ada soal khusus siswa ABK di sekolah inklusif (3) Kendala implementasi pada
sarana & prasarana, dana, dan evaluasi/assesment.
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017  1122

3.1 Keberadaan ABK


Jenis Jumlah siswa berkebutuhan khusus Jumlah
ABK Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V Kelas VI
L P L P L P L P L P L P L P
A
B
C
C1 2 3 2 2 3 4 2 2 3 2 2 3 14 16
Jlh 2 3 2 2 3 4 2 2 3 2 2 3 14 16
Jlh . 30
Sumber : Data SDN No. 067261
Keterangan jenis kebutuhan khusus :
A Tunanetra
B Tunarungu, Tunawicara
C Tunagrahita Ringan ( IQ = 50 – 70 )
C1 Tunagrahita Sedang ( IQ = 25 -50 )
Keberadaan siswa ABK di setiap rombongan belajar/kelas reguler di kelas 1 ada 5 orang
siswa, di kelas 2 ada 4 orang siswa, kelas 3 ada 7 siswa, kelas 4 ada 4 siswa, kelas 5 ada
5 siswa dan kelas 6 ada 5 siswa. Seluruh jumlah siswa yang berkebutuhan khusus
(ABK) kategori jenis tunagrahita sedang.

3.2 Kurikulum
Kurikulum merupakan peran mata pelajaran dan program pendidikan yng diberikan oleh
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada
peserta didik dalam periode jenjang pendidikan. Sekolah ini menerapkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang kelas 2, 3,5, dan 6 SD serta
menerapkan Kurikulum 2013 (K13) pada jenjang kelas 1 dan 4 pada tahap awal untuk
kemudian menerapkan K13 secara keseluruhan tiap jenjang secara bertahap. Kurikulum
telah dimodifikasi berdasarkan kebutuhan,minat, karakteristik, bakat dan kekhususan
siswa ABK.

3.3 Tenaga Pendidik


Tenaga Pendidikan dan Kependidikan Sekolah Dasar Negeri No. 067261
Status Jabatan Jumlah
Kepeg. Kepsek Guru
Kelas Agama Penjas Bhs. Guru
Ing Inklusif
L P L P L P L P L P L P L P L+P
1.PNS 1 1 7 2 1 10 11
2.Non PNS 2 1 1 1 2 3 5
Jlh 15

Guru Pendamping Khusus (GPK) hanya ada 1 guru dalam setiap rombongan belajar
dengan modifikasi waktu dalam waktu 1 minggu 2 kali siswa ABK di setiap kelas
masuk jadwal di kelas khusus inklusif dengan guru pendamping Khusus.

3.4 Peserta Didik


Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017  1123

Peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembakan potensi diri
melalui proses pendidikan yang diselenggarakan di pendidikan formal maupun non
formal pada jenjang pendidikan. Peserta didik merupakan unsur dari pendidikan yang
sangat penting karena merupakan subjek dari pendidikan dan tujuan umum dari
pendidikan pada perubahan potensi, pengetahuan, sikap, karakter dan kecerdasan dari
peserta didik. Pada penyelenggara pendidikan inklusif, keberadaan dan penempatan
peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus, potensi khusus, minat, bakat dan
kecerdasan khusus sangat diperhatikan pada implementasi pendidikan inklusif. Berikut
ini gambaran keberadaan siswa ABK di sekolah inklusi dan jenis

3.5 Sarana dan Prasarana


Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud dan tujuan dan prasarana merupkan segala sesuatu untuk penunjang utama
terselenggaranya suatu proses. Sarana dan prasarana dalam penyelenggara pendidikan di
sekolah ini sudah cukup ada. Namun, sarana dan prasarana untuk penunjang
terlaksananya penyelenggaraan pendidikan inklusif belum cukup ada. Berikut beberepa
keterangan tentang sarana dan prasarana yang tersedia di SDN untuk proses belajar
mengajar dan kegiatan lainnya dimiliki diantaranya ruangan penunjang kegiatan belajar
mengajar implementasi pendidikan inklusif;

Sarana dan Prasarana Pendukung Sekolah Inklusif SDN No.067261


Milik
No
Jenis Ruang Rusak Rusak Sub-
. Baik
Ringan Berat Jumlah
1 Ruang Kelas Inklusif 1      
2 Ruang Kepala Sekolah 1      
3 Ruang Guru        
4 Ruang Tata Usaha        
5 Ruang PKS      
6 Ruang Asessmen        
7 Ruang Bina Diri        
8 Ruang UKS        
9 Ruang Work Shop        
10 Ruang Perpustakaan 1      
11 Ruang Multimedia        
12 Ruang Tata Boga        
13 Ruang Tata Busana        
14 Ruang Aula        
Rumah Dinas Kepala
15
Sekolah        
Rumah Dinas Penjaga
16
Sekolah 1      
17 Asrama        

3.6 Keuangan/Dana
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017  1124

Keuangan maupun dana merupakan hal yang diperlukan untuk penyediaan sarana dan
prasarana yang dapat melaksanakan dan menunjang tercapainya tujuan dalam
penyelenggaraan pendidikan. Implementasi pendidikan inklusif idealnya memiliki dana
umum dan dana khusus untuk perlakuan assesment dan siswa ABK. Namun, untuk SD
Negeri dibawah nauangan pemerintah negeri keuangan dan dana segala operasional
sekolah dibiaya/didanai oleh pemerintah negeri. Implementasi pendidikan inklusif di SD
Negeri ini hanya memiliki dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), tidak ada dana
khusus untuk pemyelenggara pendidikan inklusif.
Berdasarkan hasil wawancara pihak sekolah mengungkapkan bahwa dana
khusus untuk penyelenggara inklusif dan siswa ABK sudah tidak diterima sejak tahun
2015 sampai 2017. Untuk tahun sebelumnya sejak tahun Surat Keputusan Sekolah
penyelenggara inklusif sampai tahun 2014, pemerintah membiayai dan mendanai
khusus penyelenggara pendidikan inklusif dan untuk siswa ABK berupa beasiswa dan
perlengkapan sekolah untuk siswa ABK.

3.7 Alternatif Penempatan


Alternatif penempatan merupakan bagian dari modifikasi kurikulum yang dilaksanakan
sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dalam menempatkan siswa ABK pada kelas
reguler penuh, kelas reguler dengan guru pendamping khusus atau kelas khusus di
sekolah reguler. Berikut daftar penempatan siswa ABK di sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif.

3.8 Lingkungan
Penyelenggaraan program pendidikan inklusif juga membutuhkan lingkungan yang
sehat dan bersih serta dukungan dari lingkungan sekitar sekolah yaitu dukungan dari
wali murid, masyarakat dan pemerintah. SDN Medan Marelan yang menyelenggrakan
pendidikan inklusif telah mendapatkan dukungan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari
hasil wawancara peneliti kepada wali murid yang hadir melihat perkembangan anaknya
di sekolah maupun wali murid yang menjumput anak serta hasil wawancara terhadap
masyarakat lingkungan sekitar sekolah.

3.9 Proses Kegiatan Belajar dan Mengajar


Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru-guru inklusif dan guru-guru kelas yang
merangkap sebagai guru kelas di kelas yang terdapat siswa ABK, guru telah
merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar dengan menyesuaikan
kemampuan, bakat, minat, kebutuhan khusus dar siswa ABK. Namun, perencanaan
yang dibuat tidak tertulis dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran individu.

3.10 Evaluasi
Evaluasi merupakan alat ukur yang digunakan oleh seorang guru untuk melihat respon
dari peserta didik, kemampuan dan perkembangan pemelajaran peserta didik. Guru telah
menyesuaikan jenis evaluasi yang digunakan untuk siswa berkebutuhan khusus saat
evaluasi harian, mingguan, bulanan. Namun, untuk soal evaluasi umum dan Ujian
Nasional (UN) tidak ada soal khusus untuk siswa ABK di sekolah reguler dari dinas
pendidikan setempat.

KESIMPULAN
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017  1125

1.1 Kesimpulan
1. Siswa ABK berada pada di setiap rombongan belajar/kelas reguler
2. Terdapat modifikasi materi, waktu dan evaluasi, pada kurikulum penyelenggara
pendidikan inklusif
3. Terdapat Guru Pendamping Khusus (GPK) di SD penyelenggara pendidikan
inklusif.
4. Jenis ABK di SDN Tunagrahita sedang
5. Terdapat ruang kelas khusus kelas inklusif.
6. Belum ada dana umum dan dana khusus penyelenggara pendidikan inklusif.
7. Lingkungan pendidikan inklusif mendapat dukungan dari wali murid,
masyarakat dan pemerintah
8. Terdapat alternatif penempatan ; reguler penuh dengan GPK dan kelas khusus di
sekolah inklusif.
9. Proses kegiatan belajar mengajar memahami dan menyesuaikan dengan
kebutuahn minat, bakat, potensi dan kecerdasan siswa ABK.
10. Terdapat evaluasi harian dan umum, namun belum ada soal UN khusus untuk
siswa ABK
11. Kendala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif ; tenaga
pendidikan, sarana prasarana, keuangan/dana dan soal Ujian Nasional (UN).

2. Saran
Diharapkan sekolah penyelenggara inklusif di Provinsi Sumatera Utara
khususnya di kota Medan agar terus dapat menyelenggarakan pendidikan inklusif dan
untuk sekolah yang belum menyelenggarakan pendidikan inklusif agar dapat
menyelenggarakan pendidikan inklusif serta untuk kebijakan pemerintah dapat
mendukung baik moril maupun materil.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Bandi, Delphie. 2009. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting
Pendidikan Inklusi. Sleman: PT Intan Sejati Klaten.
[2] Illahi, Muhammad Takdir. 2013. Pendidikan Inklusif : Konsep dan Aplikasi.
Jogjakarta: Ar- ruzz media.
[3] Kustawan, Dedy dan Yani Meiyani. 2013. Mengenal Pendidikan Khusus
dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya. Jakarta Timur:
Luxima
[4] Mudjito, dkk. 2012. Pendidikan inklusif. Jakarta. Badouse Media.
[5] PKLK Pendidikan Dasar. (2013). Pedoman Umum  Penyelenggaraan
Pendidikan Inklusif ( sesuai   permendiknas no.70 tahun 2009).
Jakarta: Direktorat Jendral             Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan Dasar.
[6] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun
2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan
dan Memiliki           Potensi  Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa. 2009.
Jakarta: Sekretariat Negara.
[7] Tarmansyah. 2009. Pelaksanaan Pendidikan Inklusif di SD Negeri 03 Alai
Padang               Utara Kota Padang. Padang : Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan.
Vol. IX No

Anda mungkin juga menyukai