Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MEMBUAT LATAR BELAKANG

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MODEL PBL DENGAN RME PADA SISWA KELAS X SMKKN

MAKASSAR

THE DEVELOPMENT OF MATHEMATICS LEARNING MATERIALS

PBL MODEL WITH RME AT STUDENTS GRADE X SMKKN MAKASSAR

MARWAN
201050701073

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari pada setiap tingkat

pendidikan. Dengan demikian diharapkan siswa dapat lebih memahami fakta,

konsep, operasi, dan prinsip yang terdapat didalamnya. Tetapi kenyataan yang

terjadi menurut pengamatan peneliti sebagian siswa beranggapan matematika

merupakan pelajaran yang sulit dipelajari, dan kurang tertarik dengan matematika,

sehingga sebagian siswa cenderung bersifat negatif, bahkan membenci pelajaran

matematika.

Untuk mengkondisikan agar siswa merasa senang dan tertarik dengan

matematika, seorang guru harus melakukan kiat-kiat untuk menarik perhatian

siswa. Salah satu kiat yang dapat dilakukan oleh seorang guru adalah dengan tidak

cukup hanya bergantung pada satu model pembelajaran saja. Guru hendaknya

memilih model pembelajaran yang menciptakan suasana yang menyenangkan dan

lebih melibatkan siswa. Ketertarikan dan keterlibatan secara aktif diharapkan

dapat membuat siswa mengkonstruksi pengetahuan sendiri, sehingga akan

meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi matematika. Oleh

karena itu, proses pembelajaran matematika perlu dikelola secara sungguh-

sungguh untuk meningkatkan proses dan hasil belajar matematika.

Pada Kurikulum 2013 sendiri sudah diberikan rambu-rambu dalam

pemilihan model pembelajaran seperti yang tercantum pada Permendikbud Nomor

103 Tahun

1
2014 dan Permendibud Nomor 22 Tahun 2016. Dalam Permendikbud tersebut

disebutkan bahwa model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran

yang menonjolkan aktivitas dan kreativitas, menginspirasi, menyenangkan dan

berprakarsa, berpusat pada siswa, otentik, kontekstual, dan bermakna bagi

kehidupan siswa sehari-hari. Adapun model-model tersebut adalah Model

Penyingkapan (Discovery learning), Model Penemuan (Inquiry learning), Model

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL), dan Model

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PjBL) dan model

pembelajaran lain seperti Jigsaw, TPS (Think Pair Share), GI (Group

Investigation), NHT (Number Head Together), Picture and Picture, TSTS (Two

Stay and Two Stray), dan lain-lain, yang jelas model pembelajaran yang dipilih

bukan berbasis ceramah atau hafalan (Kemdikbud, 2017).

Walaupun masih banyak model pembelajaran yang tidak kalah bagusnya,

tetapi untuk kali ini peneliti akan memfokuskan pada salah satu model yaitu PBL.

Model ini dipilih karena cocok digunakan dalam pembelajaran matematika di

SMK karena bisa dikaitkan langsung dengan jurusan mereka masing-masing yang

pada akhirnya matematika akan digunakan sebagai alat untuk mendukung

pengetahuan dan keterampilan mereka dalam memasuki dunia kerja.

Model PBL sendiri sudah banyak diteliti oleh berbagai praktisi pendidikan.

LaForce, Noble dan Blackwell (2017) dalam hasil penelitiannya menyatakan

bahwa terlihat dengan jelas hubungan antara persepsi PBL dan minat siswa akhir

dalam karir STEM di masa depan. Dengan kata lain, model PBL akan

mempengaruhi masa depan siswa ketika mereka bekerja ataupun melanjutkan

pendidikan lainnya.
Karena sekecil apapun hal yang kita lakukan akan mempengaruhi siswa di masa

selanjutnya.

Sementara itu, Brilingaitė, Bukauskas, dan Juškevičienė (2018)

mengungkapkan bahwa Model PBL dapat diterapkan pada struktur kurikulum di

kelas TIK dengan menggunakan modul dan berbasis kompetensi. Tentu saja ini

bisa juga diadopsi dalam matematika dengan menyiapkan perangkat dan alat

evaluasi yang betul-betul mencerminkan penggunaan PBL di kelas.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Chian, Bridges, dan Lo (2019) yang

mengungkapkan desain berbeda dari PBL yaitu Desain Triple Jump Assessment

(TJA) dimana merupakan suatu sistem penilaian yang sudah digunakan pada

Fakultas Kedokteran. Sementara itu, Schwartz (2019) mengungkapkan skenario

What Ifs, yaitu skenario hipotetis pendek dan ditambahkan ke akhir kasus PBL.

Kedua hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa PBL sudah berkembang

sedemikian pesat di dunia. Sementara penerapan PBL dalam ruang-ruang kelas

belum efektif. Ini terjadi karena belum adanya contoh nyata bagaimana penerapan

PBL itu sendiri dalam ruang kelas serta cara penilaiannya dalam berbagai aspek

yang menyatakan bahwa proses yang terjadi sudah benar.

Tentu saja dalam menerapkan model PBL harus menggunakan pendekatan

yang tepat sehingga proses dan hasil pembelajaran yang dicapai bisa sesuai

ekspektasi. Jika kita perhatikan, maka penerapan model PBL cocok dengan

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Ini sesuai dengan penelitian

Amry dan Saragih (2019) yang menyatakan bahwa bahan ajar RME yang telah

dibuat memenuhi kriteria efektif dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan


masalah matematis dan efikasi diri siswa. Selanjutnya, Veldhui, dan Panhuize

(2019) mengungkap dalam penelitiannya bahwa penerapan penilaian berbasis

kelas oleh guru kelas tiga menggunakan buku RME dapat memberikan kontribusi

untuk peningkatan prestasi matematika siswa. Tentu saja dikarenakan masalah

yang diberikan merupakan masalah sehari-hari yang mereka hadapi.

Di artikel lain, Laurens, Batlolona, Batlolona, dan Leasa (2017) menyatakan

bahwa para guru perlu mengembangkan media, strategi, atau model pembelajaran

yang lebih sesuai dengan materi pembelajaran atau dengan konteks yang dihadapi

siswa mereka.

Sehingga peneliti ingin melihat bagaimana pengembangan bahan ajar

matematika yang bercirikan Model PBL dengan pendekatan RME yang akan

digunakan di kelas yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan refleksi

pembelajaran.

Harapannya, dengan adanya bahan ajar yang dibuat dengan ciri Model PBL

dan menggunakan pendekatan RME maka guru memiliki arah dalam menyusun

pembelajaran yang sesuai dengan Model PBL disertai cara mengevaluasi dan

merefleksi kegiatan yang telah dilakukan. Selain itu, akan terlihat bagaimana ciri

khas model ini di SMK dan akan terlihat bagaimana proses tersebut berjalan.

Apalagi responden yang dipilih adalah siswa Kelas X yang baru saja

memasuki Jurusan Kehutanan. Sehingga perlu dikenalkan lebih awal mengenai

kehutanan yang dikaitkan dengan matematika dan disajikan dalam bentuk yang

dapat mengasah pengetahuan dan keterampilannya yang pada akhirnya bisa


terampil bekerja di dunia kerja sesuai Visi dan Misi SMK Kehutanan Negeri

Makassar.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian yang telah diungkapkan maka peneliti

ingin meneliti mengenai “PENGEMBANGAN PERANGKAT

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL PBL DENGAN RME PADA

SISWA KELAS X SMKKN MAKASSAR”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Bagaimana Proses dan

Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Model PBL dengan

RME pada Siswa Kelas X SMKKN Makassar”.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

Development). Model pengembangan yang digunakan adalah model yang

dikemukakan oleh Plomp yang sudah dimodifikasi. Model ini terdiri dari lima

fase pengembangan yaitu: (1) fase investigasi awal, (2) fase desain, (3) fase

realisasi, (4) fase tes, evaluasi dan revisi, dan (5) fase implementasi.

Anda mungkin juga menyukai