Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

(PENGAMATAN PROFIL TANAH)

OLEH:

NAMA : Alvi sauqi rahman

NO. BP : 2010212042

KELAS : DDIT I

DOSEN PENJAB : Ir. Junaidi, MP

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
I.                PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Tanah adalah lapisan-lapisan yang tersusn dari beberapa komponen bahan utama yaitu mineral,
air, udara dan bahan organik. Tanah merupakan lapisan nisti di dalam permukaan kulit bumi.
Pembentukan tanah dari permukaan bumi mulai dari proses-proses pemecahan atau
penghancuran bahan induk secara berkeping-keping. Disetiap tanah memiliki sifat yang khas
yang akan dipakai dalam klasifikasi dan penjarangan tanah yang sangat menfaatnya dalam
menentukan pendapat tentang tanah dan sifat-sifat tanah.Manfaat tanah yang lainnya yaitu
sebagai sumber penghidupan manusia. Di lapangan tanah diperkenalkan denngan mengamati
dan menjelaskan sifat-sifat profil tanah. Urutan-urutan horizon tanah merupakan pengertian dari
profil. Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
untuk berkembanngnya perakaran penampang tegaknya suatu tumbuhan.

Kita ketahui bahwa setiap profil tanah mempunyai susunan lapisan-lapisan horizon yang
berbeda-beda. hal ini tergantung dari tingkat perkembangan tanah tempat profil berada dan
proses podogenesis yang terjadi di dalam tanah tersebut. batas bawah suatu tanah sulit untuk
ditentukan. Tanah berbentuk berlapis-lapis di atas batuan terkosulidasi sebagai akibat
terinteraksi dari bahan induk.Profil tanah dipelajari dengan menggali tanag dengan dinding
lubang vertikal ke dalam lapisan yang lebih bawah. Dengan mengetahui lapisan-lapisan di dalam
tanah, secara tidak langsung kita dapat mengetahui kandungan yang berda di dalam tanah,
sehingga kita dapat mengetahui kedalaman yang tepat untuk pertumbuhan tanaman
1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini sebagai berikut:
1.      Mengetahui profil tanah yang termasuk ke tanah subur.
2.      Mengetahui cara menentukan profil tanah.
3.      Mengetahui lapisan-lapisan yang menyusun suatu profil tanah.

3.1  Bahan dan Alat


bahan yang digunakan
-tanah
-air.
-Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
-bor tanah
-cangkul
-garpu tanag
-linggis
-meteran rol baja
-alumunium,
-pita atau ban penusuk (pin) Dll yang di butuhkan di lapangan

3.2  Prosedur Kerja


prosedur kerja yang dilaukan :
-Penampang tanah yang akan diamati harus dibersihkan
-Semua alat dan perkakas dibersihkan
-Jika lubang beras, harus dibuang yang supaya pemukaannya tetap rendah
-Jangan dilakukan pengamatan saat waktu hujan, atau pada waktu cahaya matahari sudah
atau asih lemah (pagi/sorehan) .

Proses pembentukan tanah dimulai dari proses pelapukan fisika, kimia, batu-batuan hancur
menjadi fragman yang kecil-kecil menjadi bahan induk yang disebut regolith, selanjutnya
diikuti oleh proses pencampuran bahan organik dan bahan mineral dipermukaan tanah,
pembentukan struktur, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas kebagian bawah dan
berbagai proses lain yang dapat menghasilkan profil tanah. Profil tanah merupakan
penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan horizon (Foth,1984).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah yaitu:
1. Iklim
Iklim adalah rata-rata cuaca semua energi untuk membentuk tanah, energi datang dari
matahari berupa hancuran secara radioaktif yang menghasilkan gaya dan panas. Iklim
berpengaruh dalam pembentukan tanah pada presipitasi dan temperatur. Iklim juga
mempengaruhi pembentukan tanah secara tidak langsung yang menentukan vegetasi alami.
Meningkatnya pelapukan dan kandungan liat terjadi dengan meningkatnya rata-rata
temperatur tanah. Akibat langsung dari gerakan angin terhadap pembentukan tanah yaitu
berupa erosi angin dan secara tidak langsung berupa pemindahan panas, komponen iklim
yang utama yaitu:
a. Curah hujan
Pada umumnya semakin banyak curah hujan maka kemasaman tanah semakin tinggi atau pH
tanah semakin rendah, karena banyak unsur-unsur logam misalnya Na, Ca, Mg dan K. Dan
sebaliknya semakin rendah curah hujan maka semakin rendah tingkat kemasaman atau pH
tanah semakin tinggi.
b. Suhu (Temperatur)
Suhu sangat berpengaruh bagi proses pembentukan tanah meliputi evapotranspirasi yang
meliputi gerak air di dalam tanah, juga meliputi reaksi kimia apabila suhu semakin besar,
maka semakin cepat pula terjadi reaksi kimia yang berlangsung.
2. Makhluk Hidup
Semua makhluk hidup baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, mempunyai
pengaruh terhadap pembentukan tanah. Diantara makhluk hidup yang paling berpengaruh
adalah vegetasi, karena jumlahnya banyak dan berkedudukan dalam waktu yang lama.
Sedangkan hewan dan manusia berpengaruh tidak langsung dari vegetasi. Jasad renik di
dalam tanah mempunyai peran dalam proses penguraian bahan organik menjadi unsur hara
yang dapat diserap dalam proses penguraian humus.
3.      Topografi
Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah datar
kecepatan pengaliran air lebih kecil dari pada tanah yang berombak. Topografi miring dapat
memperlancar proses erosi air sehingga membatasi solum tanah. Sebaliknya genangan air
didataran, dalam waktu yang lama atau sepanjang tahun. Topografi mempengruhi kecepatan
perpindahan tanah oleh erosi. Dan mengarahkan gerakan bahan-bahan dalam suspensi atau
larutan dari daerah yang satu kedaerah yang lain.
4.      Bahan Induk
Dalam proses pembentukan tanah juga terdapat bahan induk tersebut bersumber dari batuan
dan bahan organik. Batuan akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami
pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat dipermukaan bumi, sebagian
memperliahatkan sifat yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya masih terlihat
misalnya tanah bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi.
Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah, dengan kadar Ca
yang banyak, sehingga dapat menghindari pencucian asam silikat dan sebagian lagi dapat
membentuk tanah yang berwarna kelabu.
5.      Waktu
Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanh, merupakan peranan
penting dalam melakukan dan menentukan jenis-jenis tanah terbentuk. Didaerah beriklim
tropik, pembentukan tanah dari bahan induk abu gunung berupa belerang berlangsung cepat,
sehingga dalam waktu empat belas tahun sudah terbentuk tanah yang cukup subur.
Kedalaman efektif tanah adalah suatu kedalaman yang diukur dari permukaan tanah sample
pada lapisan kadar air, yakni lapisan pasir, krikil, bata dan lignit. Kedalaman efektif sangat
ditentukan dari tingkat pelapukan humus yang ada di permukaan dan jenis batuan induk yang
melapuk menjadi soil. Sedangkan kedalaman solum tanah bervariasi antara 5 cm-10 cm
(Sarwono,1993).
Pada kedalaman contoh profil 1 kedalaman efektifnya adalah 80 cm, sedangkan pada contoh
profil 2 antara 0-130 cm. Pada profil 1 kedalaman solumnya >119cm dan profil 2 adalah
>130 cm. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada contoh profil kedua kedalaman
efektif maupun kedalaman solumnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan contoh profil 1.
Karat adalah lapisan merah kekuning-kuningan yang berada dilapisan tanah terjadi 2 reaksi
antara zat oksidasi logam dengan zat asam yang terdapat di udara dengan proses degradasi
atau deteorisasi perusakan materral yang terjadi disebabkan oleh pengaruh lingkungan
sekelilingnya.
Plintit yaitu suatu campuran oksidasi besi dan alumunium, liat, kuarsa, dan benda terlarut
lain, tidak terinduksi yang umumnya berbentuk bercak merah dan umunya tersusun dalam
pola pipih, poligon atau reticulate. Plintit akan berubah secara irreversible menjadi cerdas
dan keras atau menjadi agregat yang tidak beraturan pada kondisi basah kering yang
berulang-ulang. Batas terbawah yang mengandung plintit biasanya kabur atau berangsur
tetapi dapat juga tegas apabila terjadi perubahan tekstur yang tajam (Sutedjo,2010).
Krokos adalah batuan yang keras yang sulit ditembus oleh akar pada tanaman. Pada contoh
profil tanah 1 terdapat plintit.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahap terpenting didalam program uji tanah. Contoh
tanah untuk uji tanah sebaiknya menggunakan contoh komposit yaitu contoh tanah campuran
dari contoh-contoh tanah individu. Contoh tanah komposit harus mewakili bentuk lahan
yang akan digunakan untuk tujuan pertanian. Satu contoh komposit mewakili hamparan yang
homogen 10 Ha. Untuk lahan miring atau bergelombong contoh tanah komposit terdiri dari
campuran 10-15 contoh tanah individu. Hamparan tanah yang homogen tidak mencirikan
perbedaan-perbedaan yang nyata , antara lain warna tanah dan pertumbuhan tanaman
kelihatan sama. Contoh tanah komposit diambil pada tanag yang homogen dan dominan
pada suatu hamparan (Sutedjo,2010).

Cara pengambilan contoh sampel tanah selain komposit yaitu:


a.Sample sesaat (grap sample)
Sample yang diambil secara langsung dari bahan tanah yang sedang dipantau. Sample ini
hanya menggambarkan karakteristik pada saat pengambilan sample. Kelebihan cara ini
adalah mudah dan hemat waktu dan peralatan. Namun kelemahannya adalah kurang akurat.
b.Sample gabungan tempat (Integrat sample)
Sampel yang digabung dengan pengambilan secara terpisah dari beberapa tempat, dengan
volume yang sama. Cara ini hampir sama dengan metode komposit. Perbedaannya yaitu
waktu pengambilan hanya satu kali. Kelebihannya adalah menghemat waktu. Sedangkan
kelembabannya adalah kurang akurat bila dibandingkan dengan cara komposit.
c. Automatic Sample (Pengambilan Tanah Otomatis)
Cara ini dikembangkan untuk memenuhi program pengamatan kualitas sample secara
menyeluruh. Alat untuk pengampbilan tanah otomatis biasanya bekerja dalam waktu 24 jam.
Pengambilan contoh tanah secara otomatis hanya dilakukan jika ingin mengetahui gambaran
tentang karakteristik kualitas tanah secara terus-menerus. Pengambilan dari kelebihan ceria
ini adalah lebih akurat dan mudah, sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan alat yang
canggih, waktu yang lama dan keahliannya yang khusus (Sutedjo, 1991).

Selain yang telah disebutkan terdapat contoh pengambilan contoh tanah yaitu:
1. Contoh tanah tidak terusik yang diperlukan untuk analisis penetapan berat isi atau berat
volume, ukuran pori dan permeabilitas.
2.Contoh tanah dalam keadaan agregat tidak terusik yang diperlukan untuk penetapan agregat
dan derajat kemantapan agregat. (Hardjowigeno,1985).
V.KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah Cara pengambilan tanah dibagi menjadi cara
pengambilan contoh tanah komposit dan cara pengambilan contoh tanah selain komposi,
Faktor pembentukan tanah antara lain iklim, makhluk hidup, bahan induk, topografi dan
waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, H.B.1984. Ilmu Tanah.Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Hardjowigeno. 1985. Ilmu Tanah. Akademik Presindo. Jakarta.
Kartasapoetra. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rieneka Cipta.
Jakarta.
Purwowidodo. 1991. Genesa Tanah. Rajawali. Jakarta.
Sarwono. 1993. Klasifikasi Tanah dan Patogenesis. Akademika Persindo. Jakarta.
Sutedjo. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Sutedjo Mulyani, MM. 2010. Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Rineka
Cipta. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai