Anda di halaman 1dari 13

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Data Struktur Gedung

Metode penelitian adalah suatu cara atau metode untuk memperjelas pemahaman
ilmiah akan suatu kenyataan dengan cara meneliti suatu masalah, kasus, gejala
atau fenomena secara ilmiah untuk menghasilkan kesimpulan yang rasional
sebagai bukti atau data secara empiris yang memperkuat pemahaman ilmiah
tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis dengan
bantuan software ETABS.

Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis statik nonlinier struktur (pushover
analysis). Analisis pushover dilakukan sesuai dengan prosedur A pada dokumen
ATC-40 menggunakan bantuan software ETABS dengan konsep Performance
Based Earthquake Engineering (PBEE). Analisis pushover merupakan analisis
yang digunakan untuk mengevalusasi kinerja dari sebuah struktur gedung,
hasil dari analisis pushover adalah capacity curve, performance point.

Tabel 3.1. Deskripsi Gedung


Diskripsi gedung
Sistem struktur Dual System (kombinasi sistem rangka
pemikul momen dan sistem dinding
struktural)
Fungsi gedung Hotel
Jumlah lantai 10
Tinggi maksimum gedung 33,95 m
Tinggi lantai tipikal 3,6 m
Jumlah lantai basement 1
Kedalaman basement 3,55 m
Luas total gedung termasuk basement 8095,47 m2
Sumber : Fusionarc Achitects(2013)

commit to user

42
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

Tampak bangunan gedung yang dikaji dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Tampak depan gedung


Sumber : Fusionarc Achitects(2013)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

Tabel 3.2. Data Elevasi Gedung

Elevasi Tiap Lantai Tinggi tingkat


No Lantai
(m) (m)

1 Atap DAK +33,95 3,25


2 Lantai Atap +30,70 3,95
3 Lantai 8 +26,75 3,60
4 Lantai 7 +23,15 3,60
5 Lantai 6 +19,55 3,60
6 Lantai 5 +15,95 3,60
7 Lantai 3 +12,35 3,60
8 Lantai 2 +8,75 4,40
9 Lantai 1 +4,35 4,40
10 Lantai Dasar -0,05 3,55
11 Basement -3,60 0,00
Sumber : Fusionarc Achitects(2013)

3.2. Tahapan Analisis

Metode penelitian ini menggunakan analisis nonlinier pushover. Analisis


menggunakan program ETABS Untuk mewujudkan uraian di atas maka langkah
analisis yang hendak dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan

3.2.1. Studi Literatur

Studi literatur dari jurnal dan buku yang terkait dalam analisis nonlinier pushover,
mempelajari semua yang berhubungan dengan analisis nonlinier pushover. Buku
acuan yang dipakai antara lain Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 1726-2012, Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2002,
Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, Applied Technology
Council for Seismic evaluation and retrofit of concrete buildings volume-1(ATC-
40) dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan analisis pushover.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

3.2.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi bangunan gedung, baik data sekunder maupun
data primer dilakukan dengan teliti. Data yang didapatkan adalah Shop Drawing
gedung. Data ini digunakan untuk pemodelan struktur 3D yang selanjutnya
dianalisis dengan bantuan ETABS. Data tanah yang digunakan berdasarkan data
tanah yang sudah ada.

Shop Drawing digunakan untuk tahapan pemodelan yang sesuai dengan gambar
yang ada sehingga analisis ini tidak menyimpang dari gambar yang ada. Semua
struktur yang dimodelkan harus sesuai dengan Shop Drawing, untuk bangunan
non struktural tidak dimodelkan karena tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan dalam pemodelan 3D ini.

Data tanah digunakan untuk menentukan besarnya gaya tanah yang menekan
dinding basement. Besarnya gaya tekan tanah mempengaruhi struktur bagunan
yang akan dianalisis, oleh sebab itu besarnya gaya tekan tanah ini perlu
diperhatikan dalam pemodelan 3D.

3.2.3. Pemodalan 3D

Pembuatan model struktur bangunan dengan pemodelan 3D sesuai dengan data


dan informasi dari shop drawing gedung.

1. Sistem koordinat global dan lokal

Pemodelan ini dibuat sesuai dengan Shop Drawing yang ada. Perlu diketahui
pembuatan model 3D yang ada pada program ETABS mempunyai aturan sistem
koordinat global dan lokal. Sistem koordinat global adalah sistem koordinat 3
dimensi yang saling tegak lurus dan perjanjian tanda yang digunakan memenuhi
kaidah aturan tangan kanan. Sistem ini memiliki 3 sumbu yang saling tegak lurus
yaitu sumbu X,Y,Z. Arah koordinat dalam model struktur yang digunakan
munggunakan nilai ± X, ± Y dan ± Z. Semua sistem koordinat dalam model
struktur yang digunakan selalu didefinisikan dengan koordinat global baik secara
commit to user
langsung maupun secara tidak langsung.
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

ETABS mengasumsikan bahwa sumbu global Z selalu merupakan sumbu


vertikal, dimana sumbu global +Z merupakan sumbu vertikal yang memiliki arah
ke atas. Bidang X-Y merupakan suatu bidang horizontal.
Komponen-komponen struktur seperti joint, element, dan constraint memiliki
sumbu lokal tersendiri untuk mendefinisikan properties, beban dan respons dari
bagian struktur tersebut. Sumbu dari sistem koordinat lokal ini dinyatakan dengan
sumbu 1, 2 dan 3. Secara umum sistem koordinat lokal dapat bervariasi untuk
setiap joint, element, dan constraint.
Sistem koordinat lokal elemen yang dipakai pada penelitian ini dinyatakan dengan
sumbu lokal 1, sumbu lokal 2, dan sumbu lokal 3 di mana :
a. Sumbu lokal 1 adalah arah aksial.
b. Sumbu lokal 2 searah sumbu global +Z untuk balok dan searah sumbu global
+X untuk kolom.
c. Sumbu lokal 3 mengikuti kaidah aturan tangan kanan, di mana sumbu 3 tegak
lurus dengan sumbu lokal 1 dan sumbu lokal 2.

Gambar 3.2. Sistem koordinat yang digunakan dalam program ETABS.


Sumber : Aplikasi Rekayasa Konstruksi Edisi Baru 2007, Wiryanto Dewobroto.

2. Elemen-elemen portal dan pelat lantai


Tahapan awal yang dilakukan adalah mendefinisikan semua jenis dan ukuran
penampang elemen portal yang digunakan. Setelah tahapan ini selesai, masing-
masing elemen portal harus disesuaikan dengan jenis dan ukuran penampang yang
dibuat. Tahapan kedua adalah pembuatan pelat yang merupakan satu kesatuan
struktur bangunan.

3. Diaphragm constraint
Tahapan ini dilakukan secara manual dalam ETABS . Diaphragm Constraint ini
menyebabkan semua joint pada commit to user
satu lantai diberi batasan constraint bergerak
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

secara bersamaan sebagai diafragma planar yang bersifat kaku (rigid) terhadap
semua deformasi yang mungkin terjadi. Asumsi Diaphragm constraint sangat
tepat untuk fenomena terbentuknya rigid floor di mana lantai struktur bergerak
bersamaan ketika suatu struktur mengalami gempa.

3.2.4. Perhitungan Pembebanan

Menghitung beban-beban yang bekerja pada struktur berupa beban mati, beban
hidup. Beban mati yang dihitung berdasar pemodelan yang ada dimana beban
sendiri didalam Program ETABS dimasukkan dalam load case dead, sedangkan
berat sendiri tambahan yang tidak dapat dimodelkan dalam program ETABS
dalam load case super dead. Perhitungan berat sendiri ini dalam program ETABS
yang untuk dead adalah 1, sedangkan super dead adalah 0, dimana beban untuk
dead telah dihitung secara otomatis oleh program ETABS , sedangkan untuk
beban super dead bebannya perlu dimasukkan secara manual sesuai dengan data
yang ada.

Beban hidup yang dimasukkan dalam program ETABS dinotasikan dalam live.
Beban hidup ini mendapatkan reduksi beban gempa. Beban hidup disesuaikan
dengan peraturan yang ada. Perhitungan beban hidup ini dalam program ETABS
yang untuk live adalah 0, di mana beban hidup perlu dimasukkan secara manual
sesuai dengan data yang ada

3.2.5. Analisis Respons Spektrum

Menganalisis model struktur dengan respons spektrum untuk mendapat kurva


respons spektrum sesuai wilayah gempa yang dianalisis dengan bantuan program
ETABS. Data yang dibutuhkan dalam analisis respons spektrum adalah fungsi
bangunan, letak bangunan terhadap wilayah gempa, jenis tanah dan tipe struktur.

Data fungsi bangunan digunakan untuk mendapatkan nilai faktor keutamaan (Ie),
letak bagunan terhadap wilayah gempa dan jenis tanah dipakai untuk
mendapatkan nilai waktu getar alami (T) dan kurva respons spektrum gempa
rencana sedangkan tipe struktur dipakai untuk mentukan faktor reduksi gempa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

3.2.6. Perhitungan Beban Gempa

Dalam menganalisis elemen struktur bangunan yang ditinjau, beban gempa


dianggap sebagai beban statik ekuivalen pada tiap lantainya. Dalam subbab ini
diuraikan mengenai prosedur statis ekuivalen untuk mendapatkan distribusi gaya
lateral gempa tiap lantainya.

1. Perhitungan waktu getar alami struktur (T).


Perhitungan waktu getar struktur ini dihitung secara empiris dengan rumus :
Ta = Ct hnx
dimana :
Ta = Periode fundamental pendekatan, dalam detik
Ct dan x = Koefisien parameter periode pendekatan
hn = Ketinggian struktur, dalam meter

2. Distribusi gaya geser dasar gempa


Struktur harus dirancang agar mampu menahan gaya geser dasar akibat gempa
yang dihitung dengan rumus :
V = Cs W
Dimana :
V = Gaya geser dasar nominal.
Cs = koefisien respons gempa
W = berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai.

Gaya gempa yag timbul di semua tingkat harus ditentukan dari persamaan berikut:

Fx = Cvx . V

dan
𝑊𝑥 ℎ 𝑥 𝑘
Cvx = 𝑛 𝑘
𝑖=1 𝑊 𝑖 ℎ 𝑖

Keterangan :
Cvx = faktor distribusi vertikal
V = gaya lateral atau gaya geser struktur
Wi dan Wx commit to user
= berat tingkat struktur
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

hi dan hx = tinggi dasar sampai tingkat i


k = eksponen terkait dengan periode, T ≤ 0,5 maka k = 1
T ≥ 2,5 maka k = 2

3.2.7. Penentuan Sendi Plastis

Pemasukan data sendi plastis pada model struktur bangunan sesuai dengan
penentuan tempat terjadinya sendi plastis. Sendi plastis diharapkan terjadi pada
balok utama dan kolom. Untuk balok dikenakan beban momen arah sumbu lokal 3
(M3), sedangkan pada kolom dikenakan beban gaya aksial (P) dan momen (M)
sumbu lokal 2 dan sumbu lokal 3 (P,M2,M3).

3.2.8. Analisis Pembebanan Nonlinier Pushover

Pada static pushover case dibuat dua macam pembebanan, dimana yang pertama
adalah pembebanan akibat beban gravitasi. Dalam analisis ini beban gravitasi
yang digunakan adalah beban mati dengan koefisien 1 dan beban hidup dengan
koefisien 1 (dianggap analisis tanpa dipengaruhi koefisien apapun). Pada static
pushover case untuk beban gravitasi, dipilih push to load level defined by pattern,
karena beban gravitasi yang bekerja sudah diketahui besarnya melalui
perhitungan. Pada analisis ini pushover case untuk beban gravitasi diberi nama
GRAV.

Untuk beban lateral digunakan push to displacement magnitude yang artinya


proses pushover dilakukan hingga target displacement tercapai. Pola pembebanan
yang diberikan secara berangsur-angsur adalah sesuai dengan mode pertama
struktur. Keadaan awal untuk kondisi pembebanan ini diambil dari kondisi
pushover sebelumnya yaitu pushover case GRAV. Hasil pushover disimpan secara
multiple states dengan jumlah minimum 5 steps dan maksimum 1001 steps. Pada
penelitian ini pushover case untuk akselerasi percepatan tanah sesuai arah sumbu
yang ditinjau diberi nama PUSH.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

3.2.9. Evaluasi Kinerja Struktur


Dari performance point didapatkan nilai displacement efektif, gaya geser dasar,
waktu getar efektif dan damping efektif. Dari nilai displacement akan diketahui
kriteria kinerja seismic struktural berdasarkan ATC-40. Berdasarkan hasil analisis
data dan pembahasan, maka dibuat kesimpulan yang sesuai dengan tujuan
penelitian.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

3.2.10. Diagram Alir Analisis Statik Ekivalen

Mulai

Data Struktur (Shop Drawing)

Permodelan 3D pada ETABS

Perhitungan beban

Beban gravitasi (DL dan LL), Beban gempa (Respons


Spektrum)

Analisis ETABS

Out put ETABS

Displacement, Drift, dan Base shear

Nilai maksimum displacement dan drift

Kontrol struktur level kinerja struktur

Selesai

Gambar 3.3. Diagram alir Analisis Statik Ekivalen


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

3.2.11. Diagram Alir Analisis Pushover

Mulai

Pengumpulan data dan informasi


striktrur berupa shop drawing dan data
tanah

Membuat model geometri struktur 3D sesuai data yang


ada

Pembebanan yang digunakan :

1. Beban gravitasi (beban mati dan beban hidup)


2. Beban gempa berupa Akselerasi Percepatan Tanah

Analisis dengan program ETABS

Hasil analisis struktur drift/displacement, kurva kapasitas,


kurva spektrum respons, performance point momen gaya
geser, dan gaya aksial pada struktur portal

Menganalisis kapasitas kurva dari hasil out put ETABS


dengan prosedur A untuk mengetahui performa point.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

Mengubah Capacity curve dari hasil ETABS (V dan D


menjadi Sa dan Sd)

Membuat persamaan garis capacity spectrum

Membuat demand spectrum dari wilayah gempa dan


mengubahnya dalam satuan yang sama dengan capacity
spectrum

Menggabungkan capacity spektrum dan demand


spektrum dalam format ADRS

Menarik garis lurus untuk mendapatkan nilai api dan dpi, selain itu nilai api
d
dan pi dapat diketahui dengan menggabungkan antara persamaan
kapasitas spektrum dan demand spectrum.

Mengembangkan garis bilinear untuk menentukkan garis ay dan dy

Hitung βeq, SRA dan SRV

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

Menghitung demand spectrum baru (dengan memasukan SRA untuk


garis linier SRV untuk garis lengkung pada demand spectrum sehingga
diperoleh grafik demand spectrum yang baru ).

Menentukan nilai perpotongan antara kapasitas spectrum dengan


spectrum yang baru sehingga diperoleh nilai performa point.

Selesai

Gambar 3.4. Diagram alir analisis Pushover

commit to user

Anda mungkin juga menyukai