NIM : 1308620070
Jurusan/Prodi : Biologi
Kelompok : Kelompok 8
TAHUN 2020
A. TUJUAN
1. Untuk menentukan angka kesetaraan panas dan tenaga, yaitu tetapan Joule
2. Mengetahui prinsip dasar kalorimeter
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi percobaan konstanta Joule
4. Memahami konsep fisis yang mendasari percobaan konstanta Joule
5. Memahami proses perubahan energi listrik menjadi kalor
C. TEORI DASAR
Tenaga dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Perubahan dalam proses fisika
sering merupakan perubahan tenaga dari satu bentuk ke bentuk lainnya, misalnya
perubahan tenaga listik menjadi tenaga panas perubahan tenaga mekanis menjadi tenaga
panas atau sebaliknya. Kalau W adalah tenaga yang dinyatakan dalam Joule dan Q adalah
jumlah panas yang timbul sebagai lepasan dan dinyatakan dalam kalori maka angka
kesetaraannya atau tetapan Joule (J ) dinyatakan:
⁄ ⁄ (1)
Apabila sejumlah air yang massanya (Ma), suhunya (ta), berada dalam sebuah
kalorimeter yang harga terima kalornya (H = Mk.Ck), dipanaskan sampai mencapai suhu
tm, maka jumlah panas yang diterima oleh air dan kalorimeter adalah:
( )( ) (2)
Jumlah panas tersebut dapat merupakan lesapan tenaga listrik atau tenaga
mekanis. Tahanan pada suatu rangkaian listrik ada kesamaan sifat dengan gesekan pada
sistem mekanis. Dengan adanya arus listrik melewati suatu tahanan maka suhu tahanan ini
akan naik, sebagai akibat dari lesapan tenaga listrik. Tenaga lesapan ini dinyatakan dalam
persamaan berikut:
(3)
(4)
( )( )
Susunan alat-alat pada percobaan ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut:1
1
Tim Dosen Fisika Dasar, Panduan Praktikum Fisika Dasar (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2014)
4. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik maksimum
elektron foto bertambah jika frekuensi cahaya diperbesar.2
Hidrat gas adalah senyawa kristal yang terjadi ketika molekul gas kontak dengan
air pada tekanan dan temperatur tertentu. Hidrat gas terbentuk ketika molekul gas masuk
ke dalam “kurungan” ikatan hidrogen pada air. Sifat fisik hidrat gas mirip dengan es,
tetapi hidrat dapat terbentuk pada temperatur di atas pada sistem bertekanan. Hidrat
gas yang umum ditemukan terdiri dari molekul air dan gas ringan, seperti metana, etana,
propana, karbon dioksida, dan hidrogen sulfida. Jika hidrat gas terbentuk pada interface
gas-air, pertumbuhan hidrat gas berlangsung dengan cepat pada saat molekul air dan gas
tersedia dalam jumlah melimpah. Hal inilah yang menyebabkan penyumbatan pipa oleh
hidrat gas terjadi ketika re-start-up di mana turbulensi dan pengadukan aliran
mempertinggi fluks molekul gas dan air. Hidrat gas dapat terbentuk dengan mudah di
aliran downstream dari choke ketika temperatur fluida menurun hingga mencapai daerah
pembentukan hidrat gas berdasarkan efek pendinginan Joule-Thompson.
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Batu bara merupakan batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, terutama dari sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Pembentukan batubara dimulai
sejak periode pembentukan karbon (Carboniferus Period) dikenal sebagai zaman batubara
pertama yang berlangsung antara 290 juta sampai 360 juta tahun yang lalu. Oleh karena
itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil (Billah, 2010).
Batubara adalah salah satu sumber energi yang penting bagi dunia. Batubara
banyak memainkan peran selama berabadabad, tidak hanya membangkitkan listrik namun
juga merupakan bahan bakar utama bagi kegiatan-kegiatan industri seperti industri semen
2
Hendro Kusworo dan Ishafit Winarti, Penentuan Konstanta Planck Menggunakan Perangkat Lunak Physics Education Technology(PhET),
(Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta,2018)
3
Ari Susandy Sanjaya dan Ari Nofendy, “Prediksi Pembentukan Hidrat Gas Dengan Pengaruh Joule-Thomson Effect Yang Diakibatkan Oleh
Choke Performance”, Jurnal Chemurgy, Vol 01, No.1 Juni, 2017, Hal. 2
(Rendy et al., 2014). Batubara yang digunakan sebagai bahan bakar diharapkan memiliki
nilai kalor yang tinggi untuk mendapatkan efisiensi pembakaran (Lutfy et al., 2013).
Reaksi dalam kalorimeter bomb berlangsung pada volume dan tekanan tetap.
Tekanan yang ada didalam alat sudah diatur tergantung standar dari masing-masing
pabrik semen. Dalam hal ini pabrik semen mengacu pada ASTM D5865 yang
menggunakan tekanan pada alat bomb sebesar 20-30atm. Kalorimeter bomb merupakan
salah satu alat yang digunakan untuk menentukan nilai suatu kalor batubara.4
Jumlah kalor yang terlibat dalam suatu proses reaksi kimia ternyata mempunyai
kaitan dengan sifat-sifat ataupun jumlah materi yang bereaksi. Berdasarkan adanya
keterkaitan tersebut, sifat maupun materi yang bereaksi akan dapat di evaluasi atau
ditentukan apabila jumlah kalor atau parameter yang terkait dapat dideteksi. Salah satu
parameter yang terkait dengan kalor adalah temperatur atau perubahan temperatur.
Alat yang digunakan untuk mengukur perubahan kalor selama reaksi kimia adalah
kalorimeter. Dalam metode kalorimeter pembakaran suatu unsur atau senyawa dibakar,
biasanya dalam oksigen dan kalor yang dibebaskan dalam reaksi itu diukur, setiap
kalorimeter mempunyai sifat khas dalam mengukur kalor. Ini dapat terjadi karena
kalorimeter sendiri (baik gelas atau logam) menyerap kalor, sehingga tidak semua kalor
terukur. Untuk itu perlu menentukan berapa banyak kalor yang diserap oleh kalorimeter
beserta termometer dan pengaduknya.
4
Finda Pratiwi Istomo dan Ameylia Tristiasti, “Penetapan Nilai Kalori Dalam Batubara Dengan Kalorimeter PARR 6200”, Jurnal Sains Natural
Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, hal. 83 dan 87
Kalor pelarutan merupakan salah satu kalor reaksi dimana pengukuran kalor dapat
dilakukan dengan melangsungkan reaksi dalam kalorimeter. Kalor reaksi dihitung dari
perubahan temperatur larutan yang dikalikan dengan massa larutan dan kalor jenis.5
Alat penukar kalor merupakan suatu peralatan yang digunakan sebagai pertukaran
energi, dari energi yang memiliki temperatur tinggi ke energi yang memiliki temperatur
lebih rendah baik secara langsung ataupun tidak langsung. Salah satu aplikasi dari
perpindahan kalor ini adalah alat penukar kalor yang terdapat pada Untai Uji BETA. Alat
penukar kalor pada sistem pendingin digunakan untuk menjaga temperatur air dan
pendingin sesuai disain.
Tanpa adanya penukar kalor maka akan menyebabkan naiknya temperatur pada
sistem pendinginan yang berpotensi pada terjadinya suatu kecelakaan. kecelakaan terjadi
karena kelebihan kalor dan gagalnya proses pendingin seperti yang telah terjadi pada
Reaktor TMI-2 Amerika tahun 1979 dan Reaktor Fukushima Daiichi Jepang tahun 2011,
sehingga keselamatan reaktor menjadi sangat penting dan untuk mempelajari fenomena
kecelakaan yang telah terjadi seperti di atas maka Pusat Teknologi Reaktor dan
Keselamatan Nuklir (PTRKN) BATAN memilki Untai Uji BETA (UUB). Untai uji
BETA merupakan suatu fasilitas eksperimen yang digunakan sebagai pendukung untuk
mensimulasikan sistem pendingin reaktor pada sebuah PLTN dan untuk menginvestigasi
fenomena termohidrolika baik untuk kondisi transien (kecelakaan) ataupun kondisi tunak
(operasi normal).6
Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain dapat terjadi dalam kehidupan sehari-
hari baik penyerapan atau pelepasan kalor untuk mencapai dan mempertahankan keadaan
yang dibutuhkan dalam proses berlangsung. Mekanisme perpindahan panas dapat terjadi
dengan tiga cara yaitu:
1. Konduksi (conduction)
Konduksi yaitu proses perpindahan panas mengalir dari daerah
bertemperatur tinggi ke daerah bertemperatur lebih rendah dalam satu medium
(padat, cair, gas). Dalam aliran panas konduksi, perpindahan energi terjadi karena
5
Dian H.O. Howan, “Kajian Kalor Reaksi Tembaga Sulfat (CuSO4.5H2O) Melalui Prototipe Kalorimeter”, Fullerene Journ. Of Chem Vol.4
No.1: 12-15, 2019, hal. 12-13
6
Suhendra dkk, ”Pengaruh Debit Aliran Air Sisi Primer Untai Uji Beta Terhadap Efektivitas Alat Penukar Kalor”, Sigma Epsilon Vol.16 No. 1
Februari, 2015, hal. 9-10
interaksi molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup
besar.
2. Konveksi (convection)
Perpindahan energi dari suatu permukaan yang temperaturnya di atas
temperatur sekitarnya dan angkutan energi, karena terjadinya dalam arah gradien
temperatur sebagai akibat gerakan massa partikel-partikel zat yang mengalir.
3. Radiasi (radiation)
Proses perpindahan panas mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi
ke benda bertemperatur lebih rendah bila benda tersebut terpisah di dalam ruang.
Energi radiasi bergerak dengan kecepatan 3x108 m/s dan gejala-gejalanya seperti
menyerupai radiasi cahaya.7
7
Mahmuddin dan Muhammad Syahrir, “Karakteristik Perpindahan Panas Pada Pipa Penukar Kalor Selongsong Aliran Searah Vertikal”,
Journal Of Chemical Process Engineering Vol.01, No.02, Nov, 2016, hal. 31
D. CARA KERJA
( )
F. TABEL HASIL PERCOBAAN
Lembar Kerja
Konstanta Joule
1,824 16,466
1,825 16,497
a) Data Tunggal
a. ( )
(4AP)
( ) ( )
b. ( )
(4AP)
( ) ( )
c. ( )
(4AP)
( ) ( )
b) Data Majemuk
Kuat Arus
o I sumber: 1 Ampere
No. ( ) ( )
( )
1 1,022 1,044 √
2 1,035 1,071 ( )
√
3 1,044 1,090
√
4 1,055 1,113
5 1,042 1,085 √
5,198 5,403
Maka, ( )
(4AP) ( )
1 1,535 2,356 ( )
√
2 1,532 2,347
( )
3 1,533 2,350 √
4 1,519 2,307
√
5 1,517 2,301
7,636 11,66
√
(4AP) Maka, ( )
( )
o I sumber: 1,8 Ampere
No. ( ) ( )
1 1,820 3,312 ( )
√
2 1,824 3,326
( )
3 1,815 3,294 √
4 1,828 3,341
√
5 1,825 3,330
9,112 16,60
√
(4AP) Maka, ( )
( )
Tegangan
o I sumber: 1 Ampere
No. ( ) ( )
1 9,579 91,75 ( )
√
2 9,603 92,21
( )
3 9,588 91,92 √
4 9,600 92,16
√
5 9,550 91,20
47,92 459,24
√
(4AP) Maka, ( )
( )
o I sumber: 1,5 Ampere
No. ( ) ( )
1 14,011 196,30
( )
2 14,009 196.25 √
3 13,971 195,18 ( )
√
4 13,808 190,66
5 13,822 191,04 √
69,621 969,43
√
(4AP) Maka, ( )
( )
1 16,514 272,71
( )
2 16,466 271,12 √
3 16.353 267,42 ( )
√
4 16,504 272,38
5 16,497 272,15 √
82,334 1355,78
√
(4AP) Maka, ( )
( )
H. PERHITUNGAN
1) Carilah nilai kesetaran panas dan tenaga berdasarkan pengamatan anda.
Jawab:
a. Percobaan I
( )( )
( )( )
( )( )
b. Percobaan II
( )( )
( )( )
( )( )
c. Percobaan III
( )( )
( )( )
( )( )
2) Hitunglah berapa tetapan Joule (dengan kesalahannya)
a. Percobaan I
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
√ ( )
√ ( )
(2AP)
( ) ( ) ⁄
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
√
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
√ ( ) ( )
( )
(2AP) ( ) ⁄
b. Percobaan II
⁄
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
√ ( )
√ ( )
(2AP)
( ) ( ) ⁄
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
√
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
√ ( ) ( )
√
( )
(2AP) ( ) ⁄
c. Percobaan III
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
√ ( )
√ ( )
(2AP)
( ) ( ) ⁄
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
√
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
√ ( ) ( )
( )
(2AP) ( ) ⁄
4) Apakah tetapan standar itu berada di daerah perhitungan anda? Jika tidak, jelaskan
mengapa bisa terjadi demikian, jelaskan alasannya!
Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan, nilai tetapan Joule tidak
berada dalam daerah perhitungan tetapan standar Joule. Hal tersebut
dikarenakan adanya kesalahan dalam melakukan percobaan
I. ANALISIS
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kesetaraan panas dan tenaga yaitu
Konstanta Joule. Setelah dilakukan percobaan, didapatkan data awal, yaitu kuat arus dan
tegangan dalam selang waktu tertentu sampai suhu mencapai 3oC lebih tinggi dari suhu
ruangan (29oC). Pada percobaan pertama dengan massa air 174,01 gram. Pada percobaan
kedua dengan massa air 162,21 gram. Waktu yang dibutuhkan semakin lama karena
faktor massanya, semakin banyak massa maka akan semakin lama pula suhu air untuk
naik. Kalor yang dibutuhkan juga semakin besar jika massanya bertambah.
Menurut Asas Black : "kalor yang dilepaskan oleh suatu benda adalah sama
dengan kalor yang diterima oleh benda lainnya". Percobaan pertama menggunakan asas
tersebut, pada saat air panas bercampur dengan air dingin terjadi perpindahan kalor di
dalam kalorimeter dari air yang temperatur lebih tinggi ke air yang bertemperatur lebih
rendah. Pada saat suhu kesetimbangan tercapai, kalor yang dilepaskan sama dengan kalor
yang diterima.
Karena panas jenis air praktis konstan meliputi jangkauan temperatur yang lebar,
kalor jenis sebuah benda dapat diukur dengan memanaskan benda sampai suatu
temperatur tertentu yang mudah diukur, dengan menempatkannya dalam bejana air yang
massa dan temperaturnya diketahui, dan dengan mengukur temperatur kesetimbangan air.
Jika sistem terisolasi dari sekitarnya, maka panas yang keluar dari benda sama dengan
panas yang masuk ke air dan wadahnya. Prosedur ini dinamakan kalorimeter dan wadah
air yang terisolasi dinamakan kalorimeter.
𝑝 =
= . .∆
( + 3/4 𝑝 . )∆ = 1/4 ∆
Hasil ketelitian pada percobaan sangat kecil, hal ini dikarenakan pengaruh
perbedaan massa yang berbeda antara percobaan dengan literatur. Selain itu dapat juga
dipengaruhi oleh perbedaan suhu kesetimbangan antara percobaan dengan literature
Selain menghitung nilai air kalorimeter, tujuan percobaan ini juga untuk mencari
nilai konstanta joule dan tara kalor listrik & mekanik. Tara kalor listrik adalah
perbandingan antara energi listrik yang diberikan terhadap panas yang di hasilkan J =
W/H [Joule/kalori].
Dalam Hasil tetapan Joule yang kami dapatkan dari percobaan cukup jauh berbeda
dengan tetapan Joule standar yang terdapat pada literasi yaitu sebesar 4.184 Joule. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor kesalahan yang terjadi pada saat percobaan. Berikut
faktorfaktor kesalahannya :
a. Seperangkat alat (voltmeter, amperemeter, kalorimeter, neraca o’haus) yang
kondisinya sudah tua atau lama. Sehingga tidak diketahui apakah kalibrasi alat
tersebut masih memenuhi syarat atau tidak.
b. Dalam pengadukan air yang ada pada kalorimeter seharusnya dilakukan secara
konstan. Namun, pada percobaan ini kami terkadang mengaduknya terkadang
didiamkan sehingga pengadukan tidak dilakukan secara konstan.
c. Kurang teliti dalam menimbang bobot kalorimeter kosong dan bobot air
sehingga hal ini memengaruhi nilai tetapan Joule.
d. Kurang fokus dalam mengamati perubahan voltmeter, amperemeter, stopwatch
dan thermometer sehingga memengaruhi hasil percobaan.
J. KESIMPULAN
( )( )
3. Menentukan nilai air kalorimeter dengan menggunakan percobaan asas black
4. Semakin banyak massa air maka semakin besar waktu yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu
5. Kuat arus dan tegangan mengalami fluktuasi di setiap detiknya
DAFTAR PUSTAKA
Dasar, T. D. (2014). Panduan Praktikum Fisika Dasar. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Suhendra, dkk. (2015). Pengaruh Debit Aliran Air Sisi Primer Untai Uji Beta Terhadap Efektivitas Alat
Penukar Kalor. Sigma Epsilon Vol.16 No. 1 Februar, 9-10.
Howan, D. H. (2019). Kajian Kalor Reaksi Tembaga Sulfat (CuSO4.5H2O) Melalui Prototipe Kalorimeter.
Fullerene Journ. Of Chem Vol.4 No.1, 12-13.
Istomo, F. P., & Tristiasti, A. (2017). Penetapan Nilai Kalori Dalam Batubara Dengan Kalorimeter PARR
6200. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, 83&87.
Kusworo, H., & Winarti, I. (2018). Penentuan Konstanta Planck Menggunakan Perangkat Lunak Physics
Education Technology(PhET). Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Mahmuddin, & Syahrir, M. (2016). Karakteristik Perpindahan Panas Pada Pipa Penukar Kalor Selongsong
Aliran Searah Vertika. Journal Of Chemical Process Engineering Vol.01, No.02, Nov, 31.
Sanjaya, A. S., & Nofendy, A. (2017). Prediksi Pembentukan Hidrat Gas Dengan Pengaruh Joule-Thomson
Effect Yang Diakibatkan Oleh Choke Performance. Jurnal Chemurgy, Vol 01, No.1 Jun, 2.