Anda di halaman 1dari 25

P4 : Menentukan Konstanta Joule

Nama : Muhamad Raihan Maulidan

NIM : 1308620070

Jurusan/Prodi : Biologi

Kelompok : Kelompok 8

Nama Percobaan : Percobaan Menentukan Konstanta Joule

Tanggal Percobaan : 22 Oktober 2020

Tanggal Pengumpulan : 25 Oktober 2020

Nama Asisten : 1. Jayanti Eka Sari Ningsih (1302618015)

2. Andi Nisfananda Ekayanti (1302618007)

3. Nur Fadhilah Syahidah (1302618011)

4. Rakha Aditria Pratama (1302618034)

Pre-Test Laporan Awal Laporan Akhir

LABORATORIUM FISIKA DASAR

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

TAHUN 2020
A. TUJUAN
1. Untuk menentukan angka kesetaraan panas dan tenaga, yaitu tetapan Joule
2. Mengetahui prinsip dasar kalorimeter
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi percobaan konstanta Joule
4. Memahami konsep fisis yang mendasari percobaan konstanta Joule
5. Memahami proses perubahan energi listrik menjadi kalor

B. ALAT DAN BAHAN


1. Kalorimeter dan lilitan pemanas
2. Voltmeter AC dan Ampermeter AC
3. Transformator (Step Down)
4. Tahanan geser atau Rheostat
5. Pemutus arus
6. Jam tangan
7. Termometer

C. TEORI DASAR
Tenaga dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Perubahan dalam proses fisika
sering merupakan perubahan tenaga dari satu bentuk ke bentuk lainnya, misalnya
perubahan tenaga listik menjadi tenaga panas perubahan tenaga mekanis menjadi tenaga
panas atau sebaliknya. Kalau W adalah tenaga yang dinyatakan dalam Joule dan Q adalah
jumlah panas yang timbul sebagai lepasan dan dinyatakan dalam kalori maka angka
kesetaraannya atau tetapan Joule (J ) dinyatakan:

⁄ ⁄ (1)
Apabila sejumlah air yang massanya (Ma), suhunya (ta), berada dalam sebuah
kalorimeter yang harga terima kalornya (H = Mk.Ck), dipanaskan sampai mencapai suhu
tm, maka jumlah panas yang diterima oleh air dan kalorimeter adalah:

( )( ) (2)

Jumlah panas tersebut dapat merupakan lesapan tenaga listrik atau tenaga
mekanis. Tahanan pada suatu rangkaian listrik ada kesamaan sifat dengan gesekan pada
sistem mekanis. Dengan adanya arus listrik melewati suatu tahanan maka suhu tahanan ini
akan naik, sebagai akibat dari lesapan tenaga listrik. Tenaga lesapan ini dinyatakan dalam
persamaan berikut:

(3)

V = beda tegangan antara kedua ujung tahanan (Volt)

I = arus yang melewati tahanan tersebut (Ampere)

t = selang waktu yang menyatakan lamanya tahanan dilewati arus (detik)

Pada percobaan ini sejumlah air dimasukkan ke dalam kalorimeter, kemudian


sebuah lilitan pemanas dicelupkan ke dalamnya, sehihgga apabila lilitan ini dialiri listrik
yang cukup besar maka timbulah panas yang mampu menaikkan suhu air, misalnva dari ta
menjadi tm Jumlah panas yang diperlukan untuk itu dinyatakan oleh persamaan (2).
Dengan demikian tetapan Joule dapat dihitung dari persamaan berikut:

(4)

( )( )
Susunan alat-alat pada percobaan ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut:1

Gambar 1. Rangkaian Percobaan

Efek fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron-elektron dari permukaan


logam (elektron foton) ketika logam tersebut disinari cahaya. Efek fotolistrik tidak dapat
dijelaskan jika cahaya dipandang sebagai gelombang. Menurut teori gelombang, dua sifat
penting gelombang cahaya adalah intensitas dan frekuensinya (panjang gelombang).
Ternyata teori gelombang cahaya gagal menerangkan beberapa sifat penting pada efek
fotolistrik, antara lain :

1. Teori gelombang menyatakan bahwa energi kinetik elektron foton harus


bertambah jika intensitas (jumlah foton) cahaya diperbesar. Namun kenyataannya,
besar energi kinetik maksimum elektron foto tidak bergantung pada intensitas
cahaya.
2. Teori gelombang menyatakan bahwa efek fotolistrik dapat terjadi pada setiap
frekuensi asalkan intensitasnya memenuhi. Hal ini bertentangan dengan kenyataan
bahwa setiap permukaan membutuhkan frekuensi minimum tertentu yang disebut
( ) untuk dapat menghasilkan elektron foto.
3. Teori gelombang menyatakan bahwa dibutuhkan rentang waktu yang cukup lama
agar elektron berhasil mengumpulkan energi untuk keluar dari permukaan logam.
Namun ternyata elektron-elektron dapat terlepas dari permukaan logam hampir
tanpa selang waktu, yaitu kurang dari sekon setelah penyinaran

1
Tim Dosen Fisika Dasar, Panduan Praktikum Fisika Dasar (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2014)
4. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik maksimum
elektron foto bertambah jika frekuensi cahaya diperbesar.2

Hidrat gas adalah senyawa kristal yang terjadi ketika molekul gas kontak dengan
air pada tekanan dan temperatur tertentu. Hidrat gas terbentuk ketika molekul gas masuk
ke dalam “kurungan” ikatan hidrogen pada air. Sifat fisik hidrat gas mirip dengan es,
tetapi hidrat dapat terbentuk pada temperatur di atas pada sistem bertekanan. Hidrat
gas yang umum ditemukan terdiri dari molekul air dan gas ringan, seperti metana, etana,
propana, karbon dioksida, dan hidrogen sulfida. Jika hidrat gas terbentuk pada interface
gas-air, pertumbuhan hidrat gas berlangsung dengan cepat pada saat molekul air dan gas
tersedia dalam jumlah melimpah. Hal inilah yang menyebabkan penyumbatan pipa oleh
hidrat gas terjadi ketika re-start-up di mana turbulensi dan pengadukan aliran
mempertinggi fluks molekul gas dan air. Hidrat gas dapat terbentuk dengan mudah di
aliran downstream dari choke ketika temperatur fluida menurun hingga mencapai daerah
pembentukan hidrat gas berdasarkan efek pendinginan Joule-Thompson.

Adanya endapan hidrat gas pada komponen-komponen tersebut diatas, dapat


menghambat aliran fluida dari lubang sumur maupun pada pipa-pipa di permukaan
bahkan menghentikan produksi lapangan atau produksi sumur gas. Selain itu, hal tersebut
juga membahayakan karena bisa menyebabkan pipa pecah jika alat pengaman pipa tidak
bekerja dengan baik atau alat tidak mampu mengatasi tekanan dari fluida reservoir.3

Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Batu bara merupakan batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, terutama dari sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Pembentukan batubara dimulai
sejak periode pembentukan karbon (Carboniferus Period) dikenal sebagai zaman batubara
pertama yang berlangsung antara 290 juta sampai 360 juta tahun yang lalu. Oleh karena
itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil (Billah, 2010).

Batubara adalah salah satu sumber energi yang penting bagi dunia. Batubara
banyak memainkan peran selama berabadabad, tidak hanya membangkitkan listrik namun
juga merupakan bahan bakar utama bagi kegiatan-kegiatan industri seperti industri semen

2
Hendro Kusworo dan Ishafit Winarti, Penentuan Konstanta Planck Menggunakan Perangkat Lunak Physics Education Technology(PhET),
(Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta,2018)
3
Ari Susandy Sanjaya dan Ari Nofendy, “Prediksi Pembentukan Hidrat Gas Dengan Pengaruh Joule-Thomson Effect Yang Diakibatkan Oleh
Choke Performance”, Jurnal Chemurgy, Vol 01, No.1 Juni, 2017, Hal. 2
(Rendy et al., 2014). Batubara yang digunakan sebagai bahan bakar diharapkan memiliki
nilai kalor yang tinggi untuk mendapatkan efisiensi pembakaran (Lutfy et al., 2013).

Nilai kalor batubara yang dipergunakan sebagai bahan bakar merupakan


komponen utama yang harus dipisahkan. Salah satu komponen yang menentukan harga
batubara selain dari nilai kalorinya bisa juga dilihat dari nilai ash, sulphur, HGI, dan
partikel halus. Pemilihan batubara dengan nilai kalor yang lebih tinggi akan mengurangi
biaya penyediaan fasilitas penerimaan, penanganan, dan penggilingan batubara karena
jika nilai batubara sesuai dengan spesifikasi perusahaan tersebut maka pembelian
batubara akan berkurang dan juga dapat menghemat biaya produksi juga.

Reaksi dalam kalorimeter bomb berlangsung pada volume dan tekanan tetap.
Tekanan yang ada didalam alat sudah diatur tergantung standar dari masing-masing
pabrik semen. Dalam hal ini pabrik semen mengacu pada ASTM D5865 yang
menggunakan tekanan pada alat bomb sebesar 20-30atm. Kalorimeter bomb merupakan
salah satu alat yang digunakan untuk menentukan nilai suatu kalor batubara.4

Jumlah kalor yang terlibat dalam suatu proses reaksi kimia ternyata mempunyai
kaitan dengan sifat-sifat ataupun jumlah materi yang bereaksi. Berdasarkan adanya
keterkaitan tersebut, sifat maupun materi yang bereaksi akan dapat di evaluasi atau
ditentukan apabila jumlah kalor atau parameter yang terkait dapat dideteksi. Salah satu
parameter yang terkait dengan kalor adalah temperatur atau perubahan temperatur.

Alat yang digunakan untuk mengukur perubahan kalor selama reaksi kimia adalah
kalorimeter. Dalam metode kalorimeter pembakaran suatu unsur atau senyawa dibakar,
biasanya dalam oksigen dan kalor yang dibebaskan dalam reaksi itu diukur, setiap
kalorimeter mempunyai sifat khas dalam mengukur kalor. Ini dapat terjadi karena
kalorimeter sendiri (baik gelas atau logam) menyerap kalor, sehingga tidak semua kalor
terukur. Untuk itu perlu menentukan berapa banyak kalor yang diserap oleh kalorimeter
beserta termometer dan pengaduknya.

4
Finda Pratiwi Istomo dan Ameylia Tristiasti, “Penetapan Nilai Kalori Dalam Batubara Dengan Kalorimeter PARR 6200”, Jurnal Sains Natural
Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, hal. 83 dan 87
Kalor pelarutan merupakan salah satu kalor reaksi dimana pengukuran kalor dapat
dilakukan dengan melangsungkan reaksi dalam kalorimeter. Kalor reaksi dihitung dari
perubahan temperatur larutan yang dikalikan dengan massa larutan dan kalor jenis.5

Alat penukar kalor merupakan suatu peralatan yang digunakan sebagai pertukaran
energi, dari energi yang memiliki temperatur tinggi ke energi yang memiliki temperatur
lebih rendah baik secara langsung ataupun tidak langsung. Salah satu aplikasi dari
perpindahan kalor ini adalah alat penukar kalor yang terdapat pada Untai Uji BETA. Alat
penukar kalor pada sistem pendingin digunakan untuk menjaga temperatur air dan
pendingin sesuai disain.

Tanpa adanya penukar kalor maka akan menyebabkan naiknya temperatur pada
sistem pendinginan yang berpotensi pada terjadinya suatu kecelakaan. kecelakaan terjadi
karena kelebihan kalor dan gagalnya proses pendingin seperti yang telah terjadi pada
Reaktor TMI-2 Amerika tahun 1979 dan Reaktor Fukushima Daiichi Jepang tahun 2011,
sehingga keselamatan reaktor menjadi sangat penting dan untuk mempelajari fenomena
kecelakaan yang telah terjadi seperti di atas maka Pusat Teknologi Reaktor dan
Keselamatan Nuklir (PTRKN) BATAN memilki Untai Uji BETA (UUB). Untai uji
BETA merupakan suatu fasilitas eksperimen yang digunakan sebagai pendukung untuk
mensimulasikan sistem pendingin reaktor pada sebuah PLTN dan untuk menginvestigasi
fenomena termohidrolika baik untuk kondisi transien (kecelakaan) ataupun kondisi tunak
(operasi normal).6

Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain dapat terjadi dalam kehidupan sehari-
hari baik penyerapan atau pelepasan kalor untuk mencapai dan mempertahankan keadaan
yang dibutuhkan dalam proses berlangsung. Mekanisme perpindahan panas dapat terjadi
dengan tiga cara yaitu:

1. Konduksi (conduction)
Konduksi yaitu proses perpindahan panas mengalir dari daerah
bertemperatur tinggi ke daerah bertemperatur lebih rendah dalam satu medium
(padat, cair, gas). Dalam aliran panas konduksi, perpindahan energi terjadi karena

5
Dian H.O. Howan, “Kajian Kalor Reaksi Tembaga Sulfat (CuSO4.5H2O) Melalui Prototipe Kalorimeter”, Fullerene Journ. Of Chem Vol.4
No.1: 12-15, 2019, hal. 12-13
6
Suhendra dkk, ”Pengaruh Debit Aliran Air Sisi Primer Untai Uji Beta Terhadap Efektivitas Alat Penukar Kalor”, Sigma Epsilon Vol.16 No. 1
Februari, 2015, hal. 9-10
interaksi molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup
besar.
2. Konveksi (convection)
Perpindahan energi dari suatu permukaan yang temperaturnya di atas
temperatur sekitarnya dan angkutan energi, karena terjadinya dalam arah gradien
temperatur sebagai akibat gerakan massa partikel-partikel zat yang mengalir.
3. Radiasi (radiation)
Proses perpindahan panas mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi
ke benda bertemperatur lebih rendah bila benda tersebut terpisah di dalam ruang.
Energi radiasi bergerak dengan kecepatan 3x108 m/s dan gejala-gejalanya seperti
menyerupai radiasi cahaya.7

7
Mahmuddin dan Muhammad Syahrir, “Karakteristik Perpindahan Panas Pada Pipa Penukar Kalor Selongsong Aliran Searah Vertikal”,
Journal Of Chemical Process Engineering Vol.01, No.02, Nov, 2016, hal. 31
D. CARA KERJA

1. Memasang rangkaian listrik sesuai dengan gambar di atas. Jangan


menghubungkan dengan sumber arus sebelum diperiksa oleh asisten.
2. Setelah diperiksa, menghubungkan rangkaian dengan sumber arus AC; metutup
pemutus arus dan mengatur tahanan geser sehingga terbaca arus yang cukup besar,
setelah itu pemutus dibuka lagi.
3. Menimbang kalorimeter kosong. Kemudian mengisi air secukupnya, sehingga
lilitan pemanas dapat tercelup semua. Kemudian kalorimeter yang berisi air
ditimbang lagi; dengan demikian massa air dapat dihitung.
4. Mendinginkan kalorimeter di dalam lemari es atau termos es, sampai suhunya
turun beberapa derajat di bawah suhu ruangan.
5. Memasang kalorimeter pada tempatnya, mengaduk pelan-pelan sampai suhu awal
yang diinginkan tercapai. Pertukaran kalor disekelilingnya tak dapat dihindari.
Tetapi hal ini dapat diperkecil, misalnya dengan memulai percobaan ini dengan
suhu awal lebih rendah dari suhu ruangan dan mengakhiri pada suhu yang lebih
tinggi dari suhu ruangan dengan selisih suhu yang sama, misalnya: Suhu ruangan
= . Bila percobaan dimulai dari suhu , maka percobaan diakhiri pada
suhu .
6. Pada saat suhu awal yang diinginkan tercapai tutup pemutus arus (pada saat jarum
detik arloji menunjuk nol). Mencatat beda potensial V dan arus I setiap 30 detik.
Selama pengamatan penunjukan ampermeter diusahakan konstan. Apabila terjadi
penurunan/kenaikan, rheostat digeser sampai penunjukan ampermeter kembali
sepetti semula. Air dalam kalorimeter senantiasa diaduk perlahan-lahan.
7. Setelah suhu akhir yang dikehendaki tercapai buka pemutus arus dan mencatat
waktu yang ditentukan. Catat pula suhu akhirnya.
8. Mengulangi langkah 3 s/d 7 dengan mengambil massa air yang beda.
E. PERTANYAAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kapasitas kalor jenis!


 Kalor adalah suatu energi yang mudah diterima dan mudah sekali
dilepaskan sehingga dapat mengubah temperatur zat tersebut menjadi naik
atau turun. Kalor juga bisa berpindah dari satu zat ke zat yang lain melalui
medium atau perantara.
 Kalor Jenis Benda yaitu banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu dari 1 kg massa benda tersebut menjadi 1 derjat celcius.
 Sedangkan kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu zat tersebut sebanyak 1 derajat Celcius. Jika kalor Q
menghasilkan suhu sebesar t maka kapasitas kalor dapat dirumuskan :

2. Bila air bermassa 250 gr bersuhu 28 C dimasukan kedalam bejana, kemudian


diberi aliran listrik melalui lilitan kawat berdaya 60 watt selama 2 menit. Bila
hanya air yang menyerap kalor berapa suhu air sekarang.
 Anggap kalor jenis air ⁄

( )
F. TABEL HASIL PERCOBAAN
Lembar Kerja
Konstanta Joule

Massa bejana : 50,94 gram Suhu awal :


Massa air + bejana : 230,55 gram Suhu akhir :
Suhu ruangan :
C bejana : ⁄

I sumber: 1 Ampere I sumber: 1,5 Ampere


I (Ampere) V (volt) T I (Ampere) V (volt) T
(menit) (menit)
1,022 9,579 1,535 14,011

1,035 9,603 1,532 14,009

1,044 9,588 8,91 1,533 13,971 4,115

1,055 9,600 1,519 13,808

1,042 9,550 1,517 13,822

I sumber: 1,8 Ampere


I (Ampere) V (volt) T
(menit)
1,820 16,514

1,824 16,466

1,815 16.353 3,21


1,828 16,504

1,825 16,497

NST Amperemeter : 0,02 A


NST Voltmeter : 0,2 V
G. PENGOLAHAN DATA

a) Data Tunggal

a. ( )

(4AP)

( ) ( )

b. ( )

(4AP)

( ) ( )

c. ( )

(4AP)

( ) ( )
b) Data Majemuk

 Kuat Arus
o I sumber: 1 Ampere
No. ( ) ( )
( )
1 1,022 1,044 √

2 1,035 1,071 ( )

3 1,044 1,090

4 1,055 1,113
5 1,042 1,085 √
5,198 5,403

Maka, ( )

(4AP) ( )

o I sumber: 1,5 Ampere


No. ( ) ( )

1 1,535 2,356 ( )

2 1,532 2,347
( )
3 1,533 2,350 √
4 1,519 2,307

5 1,517 2,301
7,636 11,66

(4AP) Maka, ( )
( )
o I sumber: 1,8 Ampere
No. ( ) ( )

1 1,820 3,312 ( )

2 1,824 3,326
( )
3 1,815 3,294 √
4 1,828 3,341

5 1,825 3,330
9,112 16,60

(4AP) Maka, ( )
( )

 Tegangan
o I sumber: 1 Ampere
No. ( ) ( )

1 9,579 91,75 ( )

2 9,603 92,21
( )
3 9,588 91,92 √
4 9,600 92,16

5 9,550 91,20
47,92 459,24

(4AP) Maka, ( )
( )
o I sumber: 1,5 Ampere
No. ( ) ( )

1 14,011 196,30
( )
2 14,009 196.25 √

3 13,971 195,18 ( )

4 13,808 190,66
5 13,822 191,04 √
69,621 969,43

(4AP) Maka, ( )
( )

o I sumber: 1,8 Ampere


No. ( ) ( )

1 16,514 272,71
( )
2 16,466 271,12 √

3 16.353 267,42 ( )

4 16,504 272,38
5 16,497 272,15 √
82,334 1355,78

(4AP) Maka, ( )
( )
H. PERHITUNGAN
1) Carilah nilai kesetaran panas dan tenaga berdasarkan pengamatan anda.
Jawab:
a. Percobaan I

( )( )
( )( )
( )( )

b. Percobaan II

( )( )
( )( )
( )( )

c. Percobaan III

( )( )
( )( )
( )( )
2) Hitunglah berapa tetapan Joule (dengan kesalahannya)
a. Percobaan I

( ) ( )

( ) ( )
( ) ( )

( ) ( )

√ ( )

√ ( )

(2AP)

( ) ( ) ⁄
( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
√ ( ) ( )

( )

(2AP) ( ) ⁄

b. Percobaan II


( ) ( )

( ) ( )
( ) ( )

( ) ( )

√ ( )

√ ( )

(2AP)

( ) ( ) ⁄

( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
√ ( ) ( )


( )

(2AP) ( ) ⁄

c. Percobaan III

( ) ( )

( ) ( )
( ) ( )

( ) ( )

√ ( )
√ ( )

(2AP)

( ) ( ) ⁄

( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
√ ( ) ( )

( )

(2AP) ( ) ⁄

3) Carilah tetapan Joule yang sudah standar pada buku-buku Fisika.


 Tetapan Joule menurut literatur adalah 4.184 J/Kalori

4) Apakah tetapan standar itu berada di daerah perhitungan anda? Jika tidak, jelaskan
mengapa bisa terjadi demikian, jelaskan alasannya!
 Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan, nilai tetapan Joule tidak
berada dalam daerah perhitungan tetapan standar Joule. Hal tersebut
dikarenakan adanya kesalahan dalam melakukan percobaan
I. ANALISIS
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kesetaraan panas dan tenaga yaitu
Konstanta Joule. Setelah dilakukan percobaan, didapatkan data awal, yaitu kuat arus dan
tegangan dalam selang waktu tertentu sampai suhu mencapai 3oC lebih tinggi dari suhu
ruangan (29oC). Pada percobaan pertama dengan massa air 174,01 gram. Pada percobaan
kedua dengan massa air 162,21 gram. Waktu yang dibutuhkan semakin lama karena
faktor massanya, semakin banyak massa maka akan semakin lama pula suhu air untuk
naik. Kalor yang dibutuhkan juga semakin besar jika massanya bertambah.
Menurut Asas Black : "kalor yang dilepaskan oleh suatu benda adalah sama
dengan kalor yang diterima oleh benda lainnya". Percobaan pertama menggunakan asas
tersebut, pada saat air panas bercampur dengan air dingin terjadi perpindahan kalor di
dalam kalorimeter dari air yang temperatur lebih tinggi ke air yang bertemperatur lebih
rendah. Pada saat suhu kesetimbangan tercapai, kalor yang dilepaskan sama dengan kalor
yang diterima.
Karena panas jenis air praktis konstan meliputi jangkauan temperatur yang lebar,
kalor jenis sebuah benda dapat diukur dengan memanaskan benda sampai suatu
temperatur tertentu yang mudah diukur, dengan menempatkannya dalam bejana air yang
massa dan temperaturnya diketahui, dan dengan mengukur temperatur kesetimbangan air.
Jika sistem terisolasi dari sekitarnya, maka panas yang keluar dari benda sama dengan
panas yang masuk ke air dan wadahnya. Prosedur ini dinamakan kalorimeter dan wadah
air yang terisolasi dinamakan kalorimeter.

Untuk mencari nilai air kalorimeter digunakan prinsip :

𝑝 =
= . .∆
( + 3/4 𝑝 . )∆ = 1/4 ∆

Hasil ketelitian pada percobaan sangat kecil, hal ini dikarenakan pengaruh
perbedaan massa yang berbeda antara percobaan dengan literatur. Selain itu dapat juga
dipengaruhi oleh perbedaan suhu kesetimbangan antara percobaan dengan literature
Selain menghitung nilai air kalorimeter, tujuan percobaan ini juga untuk mencari
nilai konstanta joule dan tara kalor listrik & mekanik. Tara kalor listrik adalah
perbandingan antara energi listrik yang diberikan terhadap panas yang di hasilkan J =
W/H [Joule/kalori].
Dalam Hasil tetapan Joule yang kami dapatkan dari percobaan cukup jauh berbeda
dengan tetapan Joule standar yang terdapat pada literasi yaitu sebesar 4.184 Joule. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor kesalahan yang terjadi pada saat percobaan. Berikut
faktorfaktor kesalahannya :
a. Seperangkat alat (voltmeter, amperemeter, kalorimeter, neraca o’haus) yang
kondisinya sudah tua atau lama. Sehingga tidak diketahui apakah kalibrasi alat
tersebut masih memenuhi syarat atau tidak.
b. Dalam pengadukan air yang ada pada kalorimeter seharusnya dilakukan secara
konstan. Namun, pada percobaan ini kami terkadang mengaduknya terkadang
didiamkan sehingga pengadukan tidak dilakukan secara konstan.
c. Kurang teliti dalam menimbang bobot kalorimeter kosong dan bobot air
sehingga hal ini memengaruhi nilai tetapan Joule.
d. Kurang fokus dalam mengamati perubahan voltmeter, amperemeter, stopwatch
dan thermometer sehingga memengaruhi hasil percobaan.
J. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapatkan oleh praktikansetelah melakukan praktikum


antara lain adalah :
1. Tetapan Joule menurut literatur adalah 4.184 J/Kalori
2. Kita dapat mencari tetapan Joule menggunakan rumus :

( )( )
3. Menentukan nilai air kalorimeter dengan menggunakan percobaan asas black
4. Semakin banyak massa air maka semakin besar waktu yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu
5. Kuat arus dan tegangan mengalami fluktuasi di setiap detiknya
DAFTAR PUSTAKA

Dasar, T. D. (2014). Panduan Praktikum Fisika Dasar. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Suhendra, dkk. (2015). Pengaruh Debit Aliran Air Sisi Primer Untai Uji Beta Terhadap Efektivitas Alat
Penukar Kalor. Sigma Epsilon Vol.16 No. 1 Februar, 9-10.

Howan, D. H. (2019). Kajian Kalor Reaksi Tembaga Sulfat (CuSO4.5H2O) Melalui Prototipe Kalorimeter.
Fullerene Journ. Of Chem Vol.4 No.1, 12-13.

Istomo, F. P., & Tristiasti, A. (2017). Penetapan Nilai Kalori Dalam Batubara Dengan Kalorimeter PARR
6200. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, 83&87.

Kusworo, H., & Winarti, I. (2018). Penentuan Konstanta Planck Menggunakan Perangkat Lunak Physics
Education Technology(PhET). Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Mahmuddin, & Syahrir, M. (2016). Karakteristik Perpindahan Panas Pada Pipa Penukar Kalor Selongsong
Aliran Searah Vertika. Journal Of Chemical Process Engineering Vol.01, No.02, Nov, 31.

Sanjaya, A. S., & Nofendy, A. (2017). Prediksi Pembentukan Hidrat Gas Dengan Pengaruh Joule-Thomson
Effect Yang Diakibatkan Oleh Choke Performance. Jurnal Chemurgy, Vol 01, No.1 Jun, 2.

Anda mungkin juga menyukai