Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom Action Research yaitu
suatu Action Research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas.
Perbedaan antara Penelitian Formal dengan PTK
PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di kelas, bukan pada
instrumen input kelas (silabus, RPP, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK
harus tertuju atau mengkaji mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Tujuan dari PTK
mengarah pada adanya upaya-upaya tindakan yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
mutu isi, mutu masukan, mutu proses, dan mutu hasil pendidikan dan pembelajaran di dalam
kelas. Fokus dan sasaran PTK Menurut Widyastono (2000) terdapat 9 komponen yang perlu
diarahkan untuk menunjang tercapainya keluaran (output) pendidikan yang bermutu, yaitu; (1)
masukan (input/intake), (2) kurikulum, (3) tenaga kependidikan, (4) sarana-prasarana,(5) dana,
(6) manajemen, (7) lingkungan, (8) proses belajar mengajar dan (9) evaluasi. Komponen
dalam sistem tersebut digambarkan secara diagramatis sebagai berikut :
Ada dua model yang dapat dijadikan acuan dalam membuat desain PTK. Pertama, model Kurt
Lewin yang sering dijadikan acuan pokok atau dasar dari berbagai model penelitian tindakan
(action research), terutama PTK. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri
dari empat komponen, yaitu; 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) pengamatan
(observing), dan 4) refleksi (reflecting).
acting
planning observing
reflecting
Kedua, model Kemmis & Taggart yang merupakan pengembangan dari konsep dasar yang
diperkenalkan Kurt lewin. Pada model Kemmis & Taggart komponen acting dan
observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak
terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama.