Anda di halaman 1dari 25

KONSEP DASAR PENYAKIT

DEMAM TYPHOID

A. Pengertian
Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan
kesadaran, (Nursalam, dkk, 2005).
Thypoid fever/demam tifoid atau thypus
abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada
usus halus dengan gejala demam satu minggu atau
lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Laurentz, dkk
1995). Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Thypus Abdominalis adalah suatu penyakit
infeksi pada usus halus dengan gejala demam satu
minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran,
(Rampengan,1990).

B. Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah salmonella typhosa,
yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu
getar dan tidak berspora.
2. Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen,
yaitu antigen O (somatic yang terdiri zat
kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella),
dan antigen Vi. Dalam serum pasien terdapat zat
anti (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut.

C. Tanda dan gejala


Dalam minggu pertama penyakit keluhan gejala
serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya ,
yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis.
Pada pemeriksaan fisis hanya didapatkan suhu badan
meningkat.
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi
lebih jelas dengan demam, bradikardia relatif,
lidah yang khas (kotor di tengah, tepi daan ujung
merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali,
meteroismus, gangguan mental berupa somnolen,
stupor, koma, delirium atau psikosis, roseolae
jarang ditemukan pada orang Indonesia.

D. Patofisiologi
Kuman Salmonella Typhi masuk tubuh manusia
melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar.
Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung.
Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai
jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis
yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi
perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi.
Kuman Salmonella Typi kemudian menembus ke lamina
propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar
limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertrofi.
Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini
salmonella typhi masuk ke aliran darah melalui
duktus thoracicus. Kuman salmonella typhi lain
mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus.
Salmonella typhi bersarang di plaque peyeri, limpa,
hati dan bagian-bagian lain sistem
retikuloendotelial. Pada awalnya disangka demam
dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid
disebabkan oleh endotoksemia. Tapi kemudian
berdasarkan penelitian ekperimental disimpulkan
bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama
demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid.
Endotoksin salmonella typhi berperan pada
patogenesis demam tifoid, karena membantu
terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan
tempat salmonella typhi berkembang biak. Demam
pada tifoid disebabkan karena salmonella typhi dan
endotoksinnya merangsang sintesis dan pengelepasan
zat pirogen oleh zat leukosit pada jaringan yang
meradang.
Masa tunas demam tifoid berlangsung 10-14
hari. Gejala-gejala yang timbul amat bervariasi.
Perbedaaan ini tidak saja antara berbagai bagian
dunia, tetapi juga di daerah yang sama dari waktu
ke waktu. Selain itu gambaran penyakit bervariasi
dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis,
sampai gambaran penyakit yang khas dengan
komplikasi dan kematian hal ini menyebabkan bahwa
seorang ahli yang sudah sangat berpengalamanpun
dapat mengalami kesulitan membuat diagnosis klinis
demam tifoid.
Dalam minggu pertama penyakit keluhan gejala
serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya ,
yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis.
Pada pemeriksaan fisis hanya didapatkan suhu badan
meningkat . Pada minggu kedua gejala-gejala
menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia
relatif, lidah yang khas (kotor di tengah, tepi
daan ujung merah dan tremor), hepatomegali,
splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa
somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis,
reseola jarang ditemukan pada orang Indonesia.
1. Dampak Masalah
a. Pada pasien
1) Pola persepsi dan metabolisme
Nafsu makan klien meurun yang disertai dengan
mual dan muntah.
2) Pola eliminasi
Klien tyfoid biasanya mengalami konstipasi
bahkan diare.
3) Pola aktivitas dan latihan
Klien demam tyfoid haruslah tirah baring
total untuk mencegah terjadinya komplikasi
yang berakibat aktivitas klien terganggu.
Semua keperluan klien dibantu dengan tujuan
mengurangi kegiatan atau aktivitas klien.
Tirah baring totalnya yang dapat menyebabkan
terjadinya dekubitus dan kontraktur sendi.
4) Pola tidur dan istirahat
Terganngu karena klien biasanya gelisah
akibat peningkatan suhu tubuh. Selain itu
juga klien belum terbiasa dirawat di rumah
sakit.
5) Pola penanggulangan stress
Pada pola ini terjadi gangguan dalam
menyelesaikan permasalahan dari dalam diri
klien sehubungan penyakit yang dideritanya.
b. Pada keluarga
1) Adanya beban mental sebagai akiabt dari salah
satu anggota keluarganya dirawat di rumah
sakit karena sakit yang di deritanya sehingga
menimbulkan kecemasan.
2) Biaya merupakan masalah yang dapat
menimbulkan beban keluarga. Bila perawatan
yang diperlukan memerlukan perawatan yang
konservatif yang lama di rumah sakit, akan
memerlukan biaya yang cukup banyak, sehingga
dapat menimbulkan beban keluarga.
Akibat klien di rawat di rumah sakit maka akan
menambah kesibukan keluarga yang harus menunggu
anggota keluarga yang sakit.
E. Clinical pathway
Salmonella typhosa

Makanan dan air yang tercemar kuman berkembang di plak peyeri,limfa,hati,sistem


Salmonella typhosa retikuloendolateal

Masuk ke dalam tubuh inflamasi Nyeri

Dihancurkan oleh tidak dihancurkan peningkatan suhu badan


Asam lambung
Masuk ke dalam usus halus
hipertermi

Berkembang di jaringan limfoid plak peyeri


Yang mengalami hipertrofi Kerusakan integritas
kulit
Perdarahan dan perforasi
Mual, muntah, anoreksia

Gangguan nutrisi Penalaksanaan


Pemberian informasi

Kurang pengetahuan
F. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan darah tepi
Didapatkan adanya anemi oleh karena intake
makanan yang terbatas, terjadi gangguan
absorbsi, hambatan pembentukan darah dalam
sumsum dan penghancuran sel darah merah dalam
peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah
lekosit antara 3000 – 4000 /mm3 ditemukan pada
fase demam. Hal ini diakibatkan oleh
penghancuran lekosit oleh endotoksin.
Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari
darah tepi. Trombositopenia terjadi pada
stadium panas yaitu pada minggu pertama.
Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat
akibat rangsangan endotoksin. Laju endap darah
meningkat.
2) Pemeriksaan urine
Didaparkan proteinuria ringan (<2gr/liter)
juga didapatkan peningkatan lekosit dalam urine.
3) Pemeriksaan tinja
Didapatkan adanya lendir dan darah,
dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan
perforasi.
4) Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan
kuman salmonella dan biakan darah tinja, urine,
cairan empedu atau sumsum tulang.
5. Pemeriksaan serologis
Reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi (aglutinin ). Adapun antibodi yang
dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella
adalah antobodi O dan H. Apabila titer
antibodi O adalah 1 : 20 atau lebih pada minggu
pertama atau terjadi peningkatan titer antibodi
yang progresif (lebih dari 4 kali). Pada
pemeriksaan ulangan 1 atau 2 minggu kemudian
menunjukkan diagnosa positif dari infeksi
Salmonella typhi.
6. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah
ada kelainan atau komplikasi akibat demam
tifoid.

G. Penatalaksanaan medis
1. Tirah baring atau bed rest.
2. Diit lunak atau diit padat rendah selulosa
(pantang sayur dan buahan), kecuali komplikasi
pada intestinal.
3. Obat-obat :
a) Antimikroba :
1) Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv
2) Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral
3) Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1
tablet = sulfametoksazol 400 mg +
trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv,
dilarutkan dalam 250 ml cairan infus.
4) Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB
sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis.
Antimikroba diberikan selama 14 hari atau
sampai 7 hari bebas demam.
b) Antipiretik seperlunya
c) Vitamin B kompleks dan vitamin C
4. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.

H. Komplikasi
Komplikasi yang sering adalah pada usus
halus, namun hal tersebut jarang terjadi. Aapabila
komplikasi ini dialami seorang anak, maka dapat
berakibat fatal. Gangguan pada usus halus ini dapat
berupa:
1. Perdarahan usus. Apabila sedikit, maka perdarahan
tersebut hanya ditemukan jika dilakukan
pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika
perdarahan banyak maka dapat terjadi melena, yang
disertai nyeri perut dengan tanda-tanda
renjatan.perforasi usus biasanya timbul pada
minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada
bagian distal ileum.
2. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya
dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga
peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan
terdapa udara diantara hati dan diafragma pada
foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan
tegak.
3. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi, tetapi
dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan
gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang
hebat, dinding abdomen tegang (defense
musculair), dan nyeri tekan.
4. Komplikasi di luar usus. Terjadi karena
lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia),
yaitu meningitis, kolesistisis, ensefelopati, dan
lain-lain. Komplikasi di luar usus ini terjadi
karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia.

I. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Masalah keperawatan
a. Kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit
b. Gangguan suhu tubuh
c. Gangguan rasa aman dan nyaman
d. Gangguan integritas kulit
e. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang
penyakit.
2. Data yang perlu dikaji
a. Identitas. Sering ditemukan pada anak berumur
di atas satu tahun..
b. Keluhan utama berupa perasaan tidak enak
badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang
bersemangat, serta nafsu makan kurang
(terutama selama masa inkubasi).
c. Suhu tubuh. Pada kasus yang khas, demam
berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris
remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali.
Selam minggu pertama, suhu tubuh berangsur-
angsur naik setiap harinya, biasanya menurun
pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore
dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien
terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu
ketiga, suhu berangsur turun dan normal
kembali pada akhir minggu ketiga.
d. Kesadaran. Umumnya kesadaran pasien menurun
walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis
sampai somnolen. Jarang terjadi spoor, koma,
atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat
dan terlambat mendapat pengobatan). Di samping
gejala- gejala tersebut mungkin terdapat
gejala lainnya. Pada punggung dan anggota
gerak dapat ditemukan reseola, yaitu bintik-
bintik kemerahan karena emboli basil dalam
kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu
pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula
bradikardia dan epistaksis pada anak besar.
e. Pemeriksaan fisika:
1) Mulut, terdapat nafas yang berbau tidak
sedap serta bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih
kotor (coated tongue), sementara ujung dan
tepinya berwarna kemerahan, dan jarang
disertai tremor.
2) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut
kembung (meteorismus). Bisa terjadi
konstipasi, atau mungkin diare atau normal.
3) Hati dan limpa membesar disertai dengan
nyeri pada perabaan.
f. Pemeriksaan laboratorium
1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat
gambaran leukopenia, limfositosis relatif
dan aneosinofilia pada permukaan sakit.
2) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan
widal.
3) Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat
ditemukan dalam darah pasien pada minggu
pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering
ditemukan dalam urine dan faeces.
4) Pemeriksaan widal
Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang
diperlukan ialah titer zat anti terhadap
antigen O. titer yang bernilai 1/200 atau
lebih menunjukkan kenaikan yang progresif

J. Diagnosa keperawatan dan prioritas


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan faktor biologis
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Nyeri berhubungan dengan agen injury biologi
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
hipertemi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
keinginan untuk memperoleh informasi
N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o

1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : NIC :


kebutuhan tubuh
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup 1. Nutritional Status : food Nutrition Management
untuk keperluan metabolisme tubuh. and Fluid Intake a. Kaji adanya alergi
Batasan karakteristik : 2. Nutritional Status : makanan
1. Berat badan 20 % atau lebih di nutrient Intake b. Kolaborasi dengan ahli
bawah ideal 3. Weight control gizi untuk menentukan
2. Dilaporkan adanya intake Kriteria Hasil : jumlah kalori dan nutrisi
makanan yang kurang dari RDA yang dibutuhkan pasien.
(Recomended Daily Allowance) a. Adanya peningkatan berat c. Anjurkan pasien untuk
3. Membran mukosa dan konjungtiva badan sesuai dengan tujuan meningkatkan intake Fe
pucat b. Berat badan ideal sesuai d. Anjurkan pasien untuk
4. Kelemahan otot yang digunakan dengan tinggi badan meningkatkan protein dan
untuk menelan/mengunyah c. Mampu mengidentifikasi vitamin C
5. Luka, inflamasi pada rongga kebutuhan nutrisi e. Berikan substansi gula
mulut d. Tidak ada tanda tanda f. Yakinkan diet yang
6. Mudah merasa kenyang, sesaat malnutrisi dimakan mengandung tinggi
setelah mengunyah makanan e. Menunjukkan peningkatan serat untuk mencegah
7. Dilaporkan atau fakta adanya fungsi pengecapan dari konstipasi
kekurangan makanan menelan g. Berikan makanan yang
8. Dilaporkan adanya perubahan f. Tidak terjadi penurunan terpilih (sudah
sensasi rasa berat badan yang berarti dikonsultasikan dengan
9. Perasaan ketidakmampuan untuk ahli gizi)
mengunyah makanan h. Ajarkan pasien bagaimana
10. Miskonsepsi membuat catatan makanan
11. Kehilangan BB dengan makanan harian.
cukup i. Monitor jumlah nutrisi
12. Keengganan untuk makan dan kandungan kalori
13. Kram pada abdomen j. Berikan informasi tentang
14. Tonus otot jelek kebutuhan nutrisi
15. Nyeri abdominal dengan atau k. Kaji kemampuan pasien
tanpa patologi untuk mendapatkan nutrisi
16. Kurang berminat terhadap yang dibutuhkan
makanan Nutrition Monitoring
17. Pembuluh darah kapiler mulai
rapuh a. BB pasien dalam batas
18. Diare dan atau steatorrhea normal
19. Kehilangan rambut yang cukup b. Monitor adanya penurunan
banyak (rontok) berat badan
20. Suara usus hiperaktif c. Monitor tipe dan jumlah
21. Kurangnya informasi, aktivitas yang biasa
misinformasi dilakukan
Faktor-faktor yang berhubungan : d. Monitor interaksi anak
Ketidakmampuan pemasukan atau atau orangtua selama
mencerna makanan atau mengabsorpsi makan
zat-zat gizi berhubungan dengan e. Monitor lingkungan selama
makan
faktor biologis, psikologis atau f. Jadwalkan pengobatan dan
ekonomi. tindakan tidak selama jam
makan
g. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
j. Monitor mual dan muntah
k. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
l. Monitor makanan kesukaan
m. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
n. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
o. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
p. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
q. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

2 Hipertermia NOC : Thermoregulation NIC :


Kriteria Hasil : Fever treatment
Definisi : suhu tubuh naik diatas 1. Suhu tubuh dalam rentang 1. Monitor suhu sesering
rentang normal normal mungkin
2. Nadi dan RR dalam rentang 2. Monitor IWL
Batasan Karakteristik: normal 3. Monitor warna dan suhu
1. kenaikan suhu tubuh diatas 3. Tidak ada perubahan warna kulit
rentang normal kulit dan tidak ada pusing 4. Monitor tekanan darah,
2. serangan atau konvulsi (kejang) nadi dan RR
3. kulit kemerahan 5. Monitor penurunan tingkat
4. pertambahan RR kesadaran
5. takikardi 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
6. saat disentuh tangan terasa 7. Monitor intake dan output
hangat 8. Berikan anti piretik
9. Berikan pengobatan untuk
Faktor faktor yang berhubungan : mengatasi penyebab demam
a. penyakit/ trauma 10. Selimuti pasien
b. peningkatan metabolisme 11. Lakukan tapid sponge
c. aktivitas yang berlebih 12. Kolaborasipemberian
d. pengaruhmedikasi/ anastesi cairan intravena
ketidakmampuan/ penurunan 13. Kompres pasien pada
kemampuan untuk berkeringat lipat paha dan aksila
e. terpapar di lingkungan panas 14. Tingkatkan sirkulasi
f. dehidrasi udara
15. Berikan pengobatan
untuk mencegah terjadinya
menggigil
Temperature regulation
1. Monitor suhu minimal tiap
2 jam
2. Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
3. Monitor TD, nadi, dan RR
4. Monitor warna dan suhu
kulit
5. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
9. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
10. Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan
11. Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
12. Berikan anti piretik
jika perlu

3 Nyeri NOC : NIC :


Definisi :
Sensori yang tidak menyenangkan dan 1. Pain Level, Pain Management
pengalaman emosional yang muncul 2. Pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri
secara aktual atau potensial 3. Comfort level secara komprehensif
kerusakan jaringan atau menggambarkan Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
adanya kerusakan (Asosiasi Studi karakteristik, durasi,
Nyeri Internasional): serangan a. Mampu mengontrol nyeri (tahu frekuensi, kualitas dan
mendadak atau pelan intensitasnya penyebab nyeri, mampu faktor presipitasi
dari ringan sampai berat yang dapat menggunakan tehnik 2. Observasi reaksi
diantisipasi dengan akhir yang dapat nonfarmakologi untuk nonverbal dari
diprediksi dan dengan durasi kurang mengurangi nyeri, mencari ketidaknyamanan
dari 6 bulan. bantuan) 3. Gunakan teknik komunikasi
Batasan karakteristik : b. Melaporkan bahwa nyeri terapeutik untuk
1. Laporan secara verbal atau non berkurang dengan menggunakan mengetahui pengalaman
verbal manajemen nyeri nyeri pasien
2. Fakta dari observasi c. Mampu mengenali nyeri (skala, 4. Kaji kultur yang
3. Posisi antalgin untuk menghindari intensitas, frekuensi dan mempengaruhi respon nyeri
nyeri tanda nyeri) 5. Evaluasi pengalaman nyeri
4. Gerakan melindungi d. Menyatakan rasa nyaman masa lampau
5. Tingkah laku berhati-hati setelah nyeri berkurang 6. Evaluasi bersama pasien
6. Muka topeng e. Tanda vital dalam rentang dan tim kesehatan lain
7. Gangguan tidur (mata sayu, tampak normal tentang ketidakefektifan
capek, sulit atau gerakan kacau, kontrol nyeri masa lampau
menyeringai) 7. Bantu pasien dan keluarga
8. Terfokus pada diri sendiri untuk mencari dan
9. Fokus menyempit (penurunan menemukan dukungan
persepsi waktu, kerusakan proses 8. Kontrol lingkungan yang
berpikir, penurunan interaksi dapat mempengaruhi nyeri
dengan orang dan lingkungan) seperti suhu ruangan,
10.Tingkah laku distraksi, contoh : pencahayaan dan
jalan-jalan, menemui orang lain kebisingan
dan/atau aktivitas, aktivitas 9. Kurangi faktor
berulang-ulang) presipitasi nyeri
11.Respon autonom (seperti 10. Pilih dan lakukan
diaphoresis, perubahan tekanan penanganan nyeri
darah, perubahan nafas, nadi dan (farmakologi, non
dilatasi pupil) farmakologi dan inter
12.Perubahan autonomic dalam tonus personal)
otot (mungkin dalam rentang dari 11. Kaji tipe dan sumber
lemah ke kaku) nyeri untuk menentukan
13.Tingkah laku ekspresif (contoh : intervensi
gelisah, merintih, menangis, 12. Ajarkan tentang teknik
waspada, iritabel, nafas non farmakologi
panjang/berkeluh kesah) 13. Berikan analgetik
14.Perubahan dalam nafsu makan dan untuk mengurangi nyeri
minum 14. Evaluasi keefektifan
Faktor yang berhubungan : Agen injuri kontrol nyeri
(biologi, kimia, fisik, psikologis) 15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

4 Kerusakan intergritas kulit NOC : Tissue Integrity : Skin NIC : Pressure Management
Definisi : Perubahan pada epidermis and Mucous Membranes
dan dermis Kriteria Hasil : 1. Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik : a. Integritas kulit yang baik menggunakan pakaian yang
1. Gangguan pada bagian tubuh bisa dipertahankan (sensasi, longgar
2. Kerusakan lapisan kulit (dermis) elastisitas, temperatur, 2. Hindari kerutan padaa
3. Gangguan permukaan kulit hidrasi, pigmentasi) tempat tidur
(epidermis) b. Tidak ada luka/lesi pada 3. Jaga kebersihan kulit
kulit agar tetap bersih dan
c. Perfusi jaringan baik kering
Faktor yang berhubungan d. Menunjukkan pemahaman dalam 4. Mobilisasi pasien (ubah
Eksternal : proses perbaikan kulit dan posisi pasien) setiap dua
a. Hipertermia atau hipotermia mencegah terjadinya sedera jam sekali
b. Substansi kimia berulang 5. Monitor kulit akan adanya
c. Kelembaban udara e. Mampu melindungi kulit dan kemerahan
d. Faktor mekanik (misalnya : alat mempertahankan kelembaban 6. Oleskan lotion atau
yang dapat menimbulkan luka, kulit dan perawatan alami minyak/baby oil pada
tekanan, restraint) derah yang tertekan
e. Immobilitas fisik 7. Monitor aktivitas dan
f. Radiasi mobilisasi pasien
g. Usia yang ekstrim 8. Monitor status nutrisi
h. Kelembaban kulit pasien
i. Obat-obatan 9. Memandikan pasien dengan
Internal : sabun dan air hangat
a. Perubahan status metabolik
b. Tulang menonjol
c. Defisit imunologi
d. Faktor yang berhubungan dengan
perkembangan
e. Perubahan sensasi
f. Perubahan status nutrisi
(obesitas, kekurusan)
g. Perubahan status cairan
h. Perubahan pigmentasi
i. Perubahan sirkulasi
j. Perubahan turgor (elastisitas
kulit)

5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :


Definisi : 1. Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
Tidak adanya atau kurangnya informasi 2. Kowledge : health Behavior 1. Berikan penilaian tentang
kognitif sehubungan dengan topik Kriteria Hasil : tingkat pengetahuan
spesifik. a. Pasien dan keluarga pasien tentang proses
menyatakan pemahaman penyakit yang spesifik
Batasan karakteristik : tentang penyakit, kondisi, 2. Jelaskan patofisiologi
memverbalisasikan adanya masalah, prognosis dan program dari penyakit dan
ketidakakuratan mengikuti instruksi, pengobatan bagaimana hal ini
perilaku tidak sesuai. b. Pasien dan keluarga mampu berhubungan dengan
melaksanakan prosedur yang anatomi dan fisiologi,
Faktor yang berhubungan :
dijelaskan secara benar dengan cara yang tepat.
keterbatasan kognitif, interpretasi c. Pasien dan keluarga mampu 3. Gambarkan tanda dan
terhadap informasi yang salah, menjelaskan kembali apa gejala yang biasa muncul
kurangnya keinginan untuk mencari yang dijelaskan pada penyakit, dengan
informasi, tidak mengetahui sumber- perawat/tim kesehatan cara yang tepat
sumber informasi. lainnya. 4. Gambarkan proses
penyakit, dengan cara
yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara
yang tepat
6. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Hindari jaminan yang
kosong
8. Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
10. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
Daftar pustaka

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak


(untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika
Rampengan dan Laurentz, 1990, Penyakit Infeksi Tropik
Pada Anak, Edisi 1, Jakarta: EGC
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik
Pada Anak, Edisi 2, Jakarta: EGC
Sumarwati, dkk. 2011. Diagnosis Keperawatan dan
Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai