Anda di halaman 1dari 15

Psikologi Lansia Post Power Syndrome

Disusun Oleh :

Uswatun Hasanah

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan
makalah tentang “Psikologi Lansia Post Power Syndrome”

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang saya
harapkan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah ini disusun dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Selong, Januari 2020

Penulis,

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Post Power Syndrome..........................................................................3
2.2 Pengaruh Fungsi Keluarga dalam Post Power Syndrome.....................................3
2.3 Fase Penyesuaian Diri Pada Saat Pensiun.............................................................4
2.4 Ciri-ciri Orang Yang Rentan Menderita Post Power Syndrome...........................6
2.5 Beberapa Gejala Post Power Syndrome................................................................6
2.6 Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Post Power Syndrome.............................7
2.7 Penyebab Internal Post Power Syndrome..............................................................8
2.8 Penanganan............................................................................................................8
2.9 Bila Post Power Syndrome Sudah Terlanjur Menyerang ?...................................9
2.10 Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mencegah Post Power Syndrome............10
2.11 Kiat Menghadapi Pasca Lepasnya Kekuasaan....................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ada suatu penyakit kejiwaan yang terjadi dalam masyarakat yang sangat
ditakuti yaitu Post Power Syndrome. Fenomena ini biasanya muncul atau terjadi
pada orang-orang yang baru saja kehilangan kekuasaan maupun kelebihan-
kelebihan lainnya, baik karena pensiun, PHK, mutasi, kehilangan popularitas, atau
karena sebab lainnya. Pada saat tidak menjabat atau berkuasa dan tidak populer
lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan atau emosi yang kurang stabil
yang biasanya bersifat negative. Mereka kecewa terhadap hidup, karena yang
bersangkutan tidak lagi dihormati dan dipuja-puji seperti ketika masih berkuasa
maupun saat memiliki kelebihan- kelebihan lainnya. Kondisi ini disebut sebagai
post power syndrome.

Pada gejala post power syndrome ini, khususnya adalah adanya gejala yang
terjadi dimana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalu
(kekuasaannya, karirnya, kecantikannya, ketampanannya, kepopulerannya,
kecerdasannya, dll), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat
ini. Ketika semua itu tidak dimilikinya, maka timbullah berbagai gangguan psikis
dan phisik yang semestinya tidak perlu. Mereka bereaksi dan mendadak menjadi
sangat sensitive dan merasa hidupnya akan segera berakhir hanya karena masa
kejayaannya telah berlalu (Kartono, 1997).

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan lanjut usia tersebut maka rumusan
masalah dari pengaruh faktor-faktor kondisi kesehatan, kondisi ekonomi dan
kondisi sosial terhadap kemandirian orang lanjut usia adalah :

1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan Post Power Syndrome ?


2. Bagaimanakah cara penanganan pada Lansia Post Power Syndrome ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Post Power Syndrome


Syndrome adalah kumpulan gejala-gejala negatif, sedangkan power adalah
kekuasaan, dan post adalah pasca. Dengan demikian terjemahan dari post power
syndrome adalah gejala-gejala setelah berakhirnya kekuasaan. Gejala ini
umumnya terjadi pada orang-orang yang tadinya mempunyai kekuasaan, namun
ketika sudah tidak berkuasa lagi, seketika itu terlihat gejala- gejala kejiwaan yang
biasanya bersifat negatif atau emosi yang kurang stabil.
Secara umum syndrome ini dapat dikatakan sebagai masa krisis pada fase-
fase perkembangan tertentu dalam kehidupan. Pada gejala post power syndrome
ini terutama akan terjadi pada orang yang mendasarkan harga dirinya pada
kekuasaan. Dengan demikian post power syndrome ini bersumber dari kenyataan
bahwa dia tersingkir dari posisi, dari lingkungan kerja dan dari kebermaknaan diri
sebagaimana teori hirarkhi kebutuhan manusia yang dikemukakan oleh Abraham
Maslow.
Bagaimana bentuk post power syndrome yang dialami, sangat tergantung
pada bagaimana orientasinya semasa aktif. Bila dia tergolong Structure oriented
(penekanan pada struktur/jabatan), syndrome ini akan lama menghinggapi dan
menggerogoti harga dirinya, sedang jika functional oriented (penekanan pada
fungsi), maka dia akan memberdayakan apa yang masih dapat difungsikan dari
dirinya

2.2 Pengaruh Fungsi Keluarga dalam Post Power Syndrome


Keluarga mempunyai pengaruh yang paling besar ketika terjadinya Post
Power Syndrome yang terjadi pada seseorang, berikut ini merupakan alasan
mengapa unit keluarga harus menjadi fokus sentral dari perawatan pada seseorang
yang menderita Post Power Syndrome.

3
1. Dalam unit keluarga, disfungsi apa saja yang mempengaruhi satu atau
lebih anggota keluarga, dan dalam hal tertentu, seringkali akan
mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan unit ini secara keseluruhan.
2. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan
anggotanya, bahwa peran dari keluarga sangta penting bagi setiap aspek
perawatan kesehatan anggota keluarga secara individu, mulai dari strategi-
strategi hingga fase rehabilitasi.
3. Dapat mengangkat derajat kesehatan keluarga secara menyeluruh, yang
mana secara tidak langsung mengangkat derajat kesehatan dari setiap
anggota keluarga.
4. Dapat menemukan faktor – faktor resiko.
5. Seseorang dapat mencapai sesuatu pemahaman yang lebih jelas terhadap
individu – individu dan berfungsinya mereka bila individu – individu
tersebut dipandang dalam konteks keluarga mereka.
6. Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung yang vital bagi
individu-individu, sumber dari kebutuhan-kebutuhan ini perlu dinilai dan
disatukan kedalam perencanaan tindakan bagi individu-individu.

2.3 Fase Penyesuaian Diri Pada Saat Pensiun


Penyesuaian diri pada saat pensiun merupakan saat yang sulit, dan terdapat
tiga fase proses pensiun:
1. Preretirement phase (fase pra pensiun) Fase ini bisa dibagi pada 2 bagian
lagi yaitur em ote dannear . Padar em ote phase, masa pensiun masih
dipandang sebagai suatu masa yang jauh. Biasanya fase ini dimulai pada
saat orang tersebut pertama kali mendapat pekerjaan dan masa ini berakhir
ketika orang terebut mulai mendekati masa pensiun. Sedangkan pada near
phase, biasanya orang mulai sadar bahwa mereka akan segera memasuki
masa pensiun dan hal ini membutuhkan penyesuaian diri yang baik. Ada
beberapa perusahaan yang mulai memberikan program persiapan masa
pensiun.

4
2. Retirement phase (fase pensiun) Masa pensiun ini sendiri terbagi dalam 4
fase besar, dan dimulai dengan tahapan pertama yakni honeymoon phase.
Periode ini biasanya terjadi tidak lama setelah orang memasuki masa
pensiun. Sesuai dengan istilah honeymoon (bulan madu), maka perasaan
yang muncul ketika memasuki fase ini adalah perasaan gembira karena
bebas dari pekerjaan dan rutinitas. Biasanya orang mulai mencari kegiatan
pengganti lain seperti mengembangkan hobi. Kegiatan inipun tergantung
pada kesehatan, keuangan, gaya hidup dan situasi keluarga. Lamanya fase
ini tergantung pada kemampuan seseorang. Orang yang selama masa
kegiatan aktifnya bekerja dan gaya hidupnya tidak bertumpu pada
pekerjaan, biasanya akan mampu menyesuaikan diri dan mengembangkan
kegiatan lain yang juga menyenangkan. Setelah fase ini berakhir maka
akan masuk pada fase kedua yakni disenchatment phase. Pada fase ini
pensiunan mulai merasa depresi, merasa kosong. Untuk beberapa orang
pada fase ini, ada rasa kehilangan baik itu kehilangan kekuasaan martabat,
status, penghasilan, teman kerja, aturan tertentu. Pensiunan yang terpukul
pada fase ini akan memasuki reorientation phase, yaitu fase dimana
seseorang mulai mengembangkan pandangan yang lebih realistik
mengenai alternatif hidup. Mereka mulai mencari aktivitas baru. Setelah
mencapai tahapan ini, para pensiunan akan masuk pada stability phase
yaitu fase dimana mereka mulai mengembangkan suatu set kriteria
mengenai pemilihan aktivitas, dimana mereka merasa dapat hidup tentram
dengan pilihannya.
3. End of retirement (fase pasca masa pensiun) Biasanya fase ini ditandai
dengan penyakit yang mulai menggerogoti seseorang, ketidak-mampuan
dalam mengurus diri sendiri dan keuangan yang sangat merosot. Peran
saat seorang pensiun digantikan dengan peran orang sakit yang
membutuhkan orang lain untuk tempat bergantung.

5
2.4 Ciri-ciri Orang Yang Rentan Menderita Post Power
Syndrome
1. Orang-orang yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain, yang
permintaannya selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain.
2. Orang-orang yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena
kurangnya harga diri, jadi kalau ada jabatan dia merasa lebih diakui oleh
orang lain.
3. Orang-orang yang menaruh arti hidupnya pada prestise jabatan dan pada
kemampuan untuk mengatur hidup orang lain, untuk berkuasa terhadap
orang lain. Istilahnya orang yang menganggap kekuasaan itu segala-
galanya atau merupakan hal yang sangat berarti dalam hidupnya.
4. Antara pria dan wanita, pria lebih rentan terhadap post power sindrome
karena pada wanita umumnya lebih menghargai relasi dari pada prestise,
prestise dan kekuasaan itu lebih dihargai oleh pria.

2.5 Beberapa Gejala Post Power Syndrome


1. Gejala fisik, misalnya tampak kuyu, terlihat lebih tua, tubuh lebih lemah,
sakit-sakitan.
2. Gejala emosi, misalnya mudah tersinggung, pemurung, senang menarik
diri dari pergaulan, atau sebaliknya cepat marah untuk hal-hal kecil, tak
suka disaingi dan tak suka dibantah.
3. Gejala perilaku, misalnya menjadi pendiam, pemalu, atau justru senang
berbicara mengenai kehebatan dirinya di masa lalu, senang menyerang
pendapat orang, mencela, mengkritik, tak mau kalah, dan menunjukkan
kemarahan baik di rumah maupun di tempat umum
Post-power syndrome, adalah gejala yang terjadi di mana penderita hidup
dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya,
ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa
memandang realita yang ada saat ini. Penderita Post Power Syndrome selalu ingin

6
mengungkapkan betapa bangga dengan masa lalu yang dilewatinya dengan jerih
payah yang luar biasa (menurutnya).

2.6 Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Post Power


Syndrome
1. Pensiun, PHK atau pudarnya ketenaran seorang artis adalah salah satu dari
faktor tersebut. Bila orang yang tiba masa pensiunnya tidak bisa menerima
keadaan bahwa tenaganya sudah tidak dipakai lagi, walaupun menurutnya
dirinya masih bisa memberi kontribusi yang signifikan kepada perusahaan,
post-power syndrom akan dengan mudah menyerang. Apalagi bila
ternyata usianya sudah termasuk usia kurang produktif dan ditolak ketika
melamar di perusahaan lain, post-power syndrom yang menyerangnya
akan semakin parah.
2. Kejadian traumatik juga menjadi salah satu penyebab terjadinya post-
power syndrome. Misalnya kecelakaan yang dialami oleh seorang
pembalap, yang menyebabkan kakinya harus diamputasi. Bila dia tidak
mampu menerima keadaan yang dialaminya, dia akan mengalami post-
power syndrome. Dan jika terus berlarut-larut, tidak mustahil gangguan
jiwa yang lebih berat akan dideritanya.
3. Post-power syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang sudah
lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya saja banyak orang yang
berhasil melalui fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan
dengan hati yang lapang. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, dimana
seseorang tidak mampu menerima kenyataan yang ada, ditambah dengan
tuntutan hidup yang terus mendesak, dan dirinya adalah satu-satunya
penopang hidup keluarga, resiko terjadinya post-power syndrome yang
berat semakin besar.

7
2.7 Penyebab Internal Post Power Syndrome
Turner dan Helms (1983) mengatakan bahwa penyebab faktor internal bagi
berkembangnya post power syndrome pada diri seseorang, adalah :
1. Kehilangan jabatan (kepemilikan kekuasaan) berarti kehilangan harga diri,
yaitu hilangnya perasaan memiliki dan atau dimiliki. Dengan jabatan pula
seseorang merasa lebih yakin diri , karena diakui kemampuannya.
2. Kehilangan latar belakang kelompok khusus atau eksklusif
3. Kehilangan kewibawaan
4. Kehilangan perasaan berarti dalam satu kelompok tertentu
5. Kehilangan orientasi kerja
6. Kehilangan sumber penghasilan (fasilitas) yang terkait dengan jabatan
yang dipegang.

2.8 Penanganan
Bila seorang penderita post-power syndrome dapat menemukan aktualisasi
diri yang baru, hal itu akan sangat menolong baginya. Misalnya seorang manajer
yang terkena PHK, tetapi bisa beraktualisasi diri di bisnis baru yang dirintisnya
(agrobisnis atau catering misalnya), ia akan terhindar dari resiko terserang post-
power syndrome. Oleh karena itu saat ini beberapa perusahaan pemerintah
memberikan pelatihan wirausaha yang dikhususkan untuk calon pensiunan.
Di samping itu, dukungan lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga, serta
kematangan emosi seseorang sangat berpengaruh untuk melewati fase post-power
syndrome ini. Seseorang yang bisa menerima kenyataan dengan baik akan lebih
mampu melewati fase ini dibanding dengan seseorang yang memiliki konflik
emosi. Pastinya akan lebih membutuhkan banyak proses dan kalau tidak berhasil,
biasanya penyakit2 tertentu akan mudah menyerang seperti pikun, darah tinggi,
jantung, diabetes bahkan stroke.
Dukungan dan pengertian dari orang-orang tercinta sangat membantu
penderita. Bila penderita melihat bahwa orang-orang yang dicintainya memahami
dan mengerti tentang keadaan dirinya, karena sudah tidak mampu mencari nafkah,

8
ia akan lebih bisa menerima keadaannya dan lebih mampu berpikir secara
rasional. Hal itu akan mengembalikan kreativitas dan produktifitasnya, meskipun
tidak sehebat dulu. Namun akan sangat berbeda hasilnya jika keluarga malah tidak
memperdulikannya.
Post-power syndrome dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita.
Baik tua maupun muda Kematangan emosi dan kehangatan keluarga sangat
membantu untuk melewati fase ini. Dan cara untuk mempersiapkan diri
menghadapi post-power syndrome antara lain gemar menabung, hidup sederhana,
banyak oleh raga dan pandai bersosialisasi. Karena bila post- power syndrome
menyerang, sementara penderita sudah terbiasa hidup mewah, makan yang
berlemak,dsb, akibatnya akan lebih parah.

2.9 Bila Post Power Syndrome Sudah Terlanjur Menyerang ?


1. Arahkan kepada kegiatan yang membuatnya merasa nyaman, misalnya
kegiatan olah raga, kerohanian, dan peduli lingkungan, sebisa mungkin
kegiatan yang melibatkan orang banyak, dengan begitu akan
meminimalisir pengaruh post power syndrome.
2. Arahkan kepada kegiatan yang membuatnya merasa nyaman, misalnya
kegiatan olah raga, kerohanian, dan peduli lingkungan, sebisa mungkin
kegiatan yang melibatkan orang banyak, dengan begitu akan
meminimalisir pengaruh post power syndrome.
3. Tidak ada salahnya pula kita memahami penderita dengan menyimak
setiap cerita cerita heroiknya, dengan begitu kita dapat mengambil
pelajaran dari pengalaman yang dilaluinya, lebih bagus lagi mereka
dijadikan narasumber pada setiap seminar atau perkumpulan2.
Yang terpenting dari kasus ini adalah peranan orang sekitar termasuk kita
yang harus memahami bahwa post power syndrome dapat menyerang siapa saja,
dan kapan saja. Oleh karena itu dengan menjadi pribadi yang banyak bersyukur
dan berbagi kepada sesama kita dapat terhindar dari penyakit tersebut.

9
2.10 Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mencegah Post Power
Syndrome
Untuk mengeliminir permasalahan penyebab berkembangnya post power
syndrome, lebih lanjut Turner dan Helms mengemukakan kiat- kiat yang harus
dilakukan, yaitu :
1. Perlu belajar memahami, bahwa jabatan atau kekuasaan itu adalah karunia
atau amanat dari Tuhan Yang maha Esa. Kita hanya sebagai alat dan tidak
mengklaim itu adalah atas kehebatan saya yang menjadi milik saya yang
harus dipertahankan sepenuhnya. Setinggi apapun jabatan kita itu adalah
karunia dan kita hanya sebagai alat untuk melakukan pekerjaan-Nya.
2. Harus ada kesadaran bahwa kekuasaan itu hanya bersifat sementara dan
tidak bersifat permanen atau mapan dan harus menyiapkan diri apabila
suatu saat kekuasaan itu akan lepas atau ditarik dari kita.
3. Selama berkuasa, sebaiknya tidak memikirkan bagaimana
mempertahankan kekuasaan, tetapi melakukan dan menjalankan
kekuasaan itu sebaik- baiknya, dan pikirkan untuk melakukan kaderisasi.
4. Perlu belajar rendah hati, hindarkan sikap mentang-mentang.
5. Tingkatkan hubungan baik atau relasi dengan teman sejawat, bawahan
atau pihak lain, dalam rangka meluaskan jaringan sebagai bekal selepas
dari jabatan.
6. Menanamkan kebaikan selama berkuasa, jangan menyakiti hati dan
menindas orang .
7. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan lain diluar dari jabatan atau
pekerjaan yang sedang ditekuni, sebagai bekal dikemudian hari.

2.11 Kiat Menghadapi Pasca Lepasnya Kekuasaan


Tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya post
power syndrome , menurut psikolog Jacinta F. Rini, dapat ditempuh dengan cara-
cara :

10
1. Mampukan menempatkan diri (menyadari) tentang perbedaan hak dan
kewajiban selaku seorang yang telah kehilangan jabatan atau kekuasaan.
2. Luangkan waktu untuk terus berdoa.
3. Hadapi secara rileks. Ketegangan dan kecemasan tidak menyelesaikan
masalah.
4. Bercermin dan belajarlah dari pengalaman (keberhasilan maupun
kegagalan) dimasa lalu, sebagai bahan rencana masa depan.
5. Buatlah rencana kegiatan setiap hari.
6. Lakukan kegiatan sosial yang menarik, disertai optimisme bahwa hidup
anda akan menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.
7. Jangan suka berdiam diri dan melamun, karena hanya akan
membangkitkan emosi dan pikiran negative
8. Hilangkan rasa kesepian dan libatkan diri pada orang-orang disekitar anda
9. Lakukan olah raga santai atau kegiatan kebersamaan dengan teman-teman
untuk menjaga kondisi dan kesehatan tubuh
10. Baca buku-buku yang dapat membangkitkan motivasi
11. Jangan biarkan pesimisme menguasai pikiran dan perasaan.
12. Menyiapkan diri untuk menjadi bawahan jika terpaksa harus bekerja di
tempat lain.
13. Kembangkan hobi yang selama ini belum sempat terlaksana
14. Pikirkan untuk menekuni usaha atau pekerjaan baru sesuai dengan usia
dan hobi.
15. Ambil kursus singkat untuk menunjang hobi dan usaha baru.
16. Ambil inisiatif untuk terlibat dalam kegiatan rumah tangga.
17. Hubungi teman-teman lama, siapa tahu ada sesuatu yang baru dan menarik
yang bisa di dapatkan

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Post Power Syndrome adalah gejala-gejala setelah berakhirnya kekuasaan.
Gejala ini umumnya terjadi pada orang-orang yang tadinya mempunyai
kekuasaan, namun ketika sudah tidak berkuasa lagi, seketika itu terlihat gejala-
gejala kejiwaan yang biasanya bersifat negatif atau emosi yang kurang stabil.
Faktor-faktor penyebab Post Power Syndrome :

Pensiun, PHK atau pudarnya ketenaran seorang artis adalah salah satu dari
faktor tersebut, kejadian traumatik juga misalnya kecelakaan yang dialami oleh
seorang pembalap, yang menyebabkan kakinya harus diamputasi, Post-power
syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang sudah lanjut usia dan
pensiun dari pekerjaannya .

12

Anda mungkin juga menyukai