Disusun Oleh :
Uswatun Hasanah
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan
makalah tentang “Psikologi Lansia Post Power Syndrome”
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang saya
harapkan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Post Power Syndrome..........................................................................3
2.2 Pengaruh Fungsi Keluarga dalam Post Power Syndrome.....................................3
2.3 Fase Penyesuaian Diri Pada Saat Pensiun.............................................................4
2.4 Ciri-ciri Orang Yang Rentan Menderita Post Power Syndrome...........................6
2.5 Beberapa Gejala Post Power Syndrome................................................................6
2.6 Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Post Power Syndrome.............................7
2.7 Penyebab Internal Post Power Syndrome..............................................................8
2.8 Penanganan............................................................................................................8
2.9 Bila Post Power Syndrome Sudah Terlanjur Menyerang ?...................................9
2.10 Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mencegah Post Power Syndrome............10
2.11 Kiat Menghadapi Pasca Lepasnya Kekuasaan....................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada gejala post power syndrome ini, khususnya adalah adanya gejala yang
terjadi dimana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalu
(kekuasaannya, karirnya, kecantikannya, ketampanannya, kepopulerannya,
kecerdasannya, dll), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat
ini. Ketika semua itu tidak dimilikinya, maka timbullah berbagai gangguan psikis
dan phisik yang semestinya tidak perlu. Mereka bereaksi dan mendadak menjadi
sangat sensitive dan merasa hidupnya akan segera berakhir hanya karena masa
kejayaannya telah berlalu (Kartono, 1997).
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan lanjut usia tersebut maka rumusan
masalah dari pengaruh faktor-faktor kondisi kesehatan, kondisi ekonomi dan
kondisi sosial terhadap kemandirian orang lanjut usia adalah :
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Dalam unit keluarga, disfungsi apa saja yang mempengaruhi satu atau
lebih anggota keluarga, dan dalam hal tertentu, seringkali akan
mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan unit ini secara keseluruhan.
2. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan
anggotanya, bahwa peran dari keluarga sangta penting bagi setiap aspek
perawatan kesehatan anggota keluarga secara individu, mulai dari strategi-
strategi hingga fase rehabilitasi.
3. Dapat mengangkat derajat kesehatan keluarga secara menyeluruh, yang
mana secara tidak langsung mengangkat derajat kesehatan dari setiap
anggota keluarga.
4. Dapat menemukan faktor – faktor resiko.
5. Seseorang dapat mencapai sesuatu pemahaman yang lebih jelas terhadap
individu – individu dan berfungsinya mereka bila individu – individu
tersebut dipandang dalam konteks keluarga mereka.
6. Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung yang vital bagi
individu-individu, sumber dari kebutuhan-kebutuhan ini perlu dinilai dan
disatukan kedalam perencanaan tindakan bagi individu-individu.
4
2. Retirement phase (fase pensiun) Masa pensiun ini sendiri terbagi dalam 4
fase besar, dan dimulai dengan tahapan pertama yakni honeymoon phase.
Periode ini biasanya terjadi tidak lama setelah orang memasuki masa
pensiun. Sesuai dengan istilah honeymoon (bulan madu), maka perasaan
yang muncul ketika memasuki fase ini adalah perasaan gembira karena
bebas dari pekerjaan dan rutinitas. Biasanya orang mulai mencari kegiatan
pengganti lain seperti mengembangkan hobi. Kegiatan inipun tergantung
pada kesehatan, keuangan, gaya hidup dan situasi keluarga. Lamanya fase
ini tergantung pada kemampuan seseorang. Orang yang selama masa
kegiatan aktifnya bekerja dan gaya hidupnya tidak bertumpu pada
pekerjaan, biasanya akan mampu menyesuaikan diri dan mengembangkan
kegiatan lain yang juga menyenangkan. Setelah fase ini berakhir maka
akan masuk pada fase kedua yakni disenchatment phase. Pada fase ini
pensiunan mulai merasa depresi, merasa kosong. Untuk beberapa orang
pada fase ini, ada rasa kehilangan baik itu kehilangan kekuasaan martabat,
status, penghasilan, teman kerja, aturan tertentu. Pensiunan yang terpukul
pada fase ini akan memasuki reorientation phase, yaitu fase dimana
seseorang mulai mengembangkan pandangan yang lebih realistik
mengenai alternatif hidup. Mereka mulai mencari aktivitas baru. Setelah
mencapai tahapan ini, para pensiunan akan masuk pada stability phase
yaitu fase dimana mereka mulai mengembangkan suatu set kriteria
mengenai pemilihan aktivitas, dimana mereka merasa dapat hidup tentram
dengan pilihannya.
3. End of retirement (fase pasca masa pensiun) Biasanya fase ini ditandai
dengan penyakit yang mulai menggerogoti seseorang, ketidak-mampuan
dalam mengurus diri sendiri dan keuangan yang sangat merosot. Peran
saat seorang pensiun digantikan dengan peran orang sakit yang
membutuhkan orang lain untuk tempat bergantung.
5
2.4 Ciri-ciri Orang Yang Rentan Menderita Post Power
Syndrome
1. Orang-orang yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain, yang
permintaannya selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain.
2. Orang-orang yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena
kurangnya harga diri, jadi kalau ada jabatan dia merasa lebih diakui oleh
orang lain.
3. Orang-orang yang menaruh arti hidupnya pada prestise jabatan dan pada
kemampuan untuk mengatur hidup orang lain, untuk berkuasa terhadap
orang lain. Istilahnya orang yang menganggap kekuasaan itu segala-
galanya atau merupakan hal yang sangat berarti dalam hidupnya.
4. Antara pria dan wanita, pria lebih rentan terhadap post power sindrome
karena pada wanita umumnya lebih menghargai relasi dari pada prestise,
prestise dan kekuasaan itu lebih dihargai oleh pria.
6
mengungkapkan betapa bangga dengan masa lalu yang dilewatinya dengan jerih
payah yang luar biasa (menurutnya).
7
2.7 Penyebab Internal Post Power Syndrome
Turner dan Helms (1983) mengatakan bahwa penyebab faktor internal bagi
berkembangnya post power syndrome pada diri seseorang, adalah :
1. Kehilangan jabatan (kepemilikan kekuasaan) berarti kehilangan harga diri,
yaitu hilangnya perasaan memiliki dan atau dimiliki. Dengan jabatan pula
seseorang merasa lebih yakin diri , karena diakui kemampuannya.
2. Kehilangan latar belakang kelompok khusus atau eksklusif
3. Kehilangan kewibawaan
4. Kehilangan perasaan berarti dalam satu kelompok tertentu
5. Kehilangan orientasi kerja
6. Kehilangan sumber penghasilan (fasilitas) yang terkait dengan jabatan
yang dipegang.
2.8 Penanganan
Bila seorang penderita post-power syndrome dapat menemukan aktualisasi
diri yang baru, hal itu akan sangat menolong baginya. Misalnya seorang manajer
yang terkena PHK, tetapi bisa beraktualisasi diri di bisnis baru yang dirintisnya
(agrobisnis atau catering misalnya), ia akan terhindar dari resiko terserang post-
power syndrome. Oleh karena itu saat ini beberapa perusahaan pemerintah
memberikan pelatihan wirausaha yang dikhususkan untuk calon pensiunan.
Di samping itu, dukungan lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga, serta
kematangan emosi seseorang sangat berpengaruh untuk melewati fase post-power
syndrome ini. Seseorang yang bisa menerima kenyataan dengan baik akan lebih
mampu melewati fase ini dibanding dengan seseorang yang memiliki konflik
emosi. Pastinya akan lebih membutuhkan banyak proses dan kalau tidak berhasil,
biasanya penyakit2 tertentu akan mudah menyerang seperti pikun, darah tinggi,
jantung, diabetes bahkan stroke.
Dukungan dan pengertian dari orang-orang tercinta sangat membantu
penderita. Bila penderita melihat bahwa orang-orang yang dicintainya memahami
dan mengerti tentang keadaan dirinya, karena sudah tidak mampu mencari nafkah,
8
ia akan lebih bisa menerima keadaannya dan lebih mampu berpikir secara
rasional. Hal itu akan mengembalikan kreativitas dan produktifitasnya, meskipun
tidak sehebat dulu. Namun akan sangat berbeda hasilnya jika keluarga malah tidak
memperdulikannya.
Post-power syndrome dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita.
Baik tua maupun muda Kematangan emosi dan kehangatan keluarga sangat
membantu untuk melewati fase ini. Dan cara untuk mempersiapkan diri
menghadapi post-power syndrome antara lain gemar menabung, hidup sederhana,
banyak oleh raga dan pandai bersosialisasi. Karena bila post- power syndrome
menyerang, sementara penderita sudah terbiasa hidup mewah, makan yang
berlemak,dsb, akibatnya akan lebih parah.
9
2.10 Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mencegah Post Power
Syndrome
Untuk mengeliminir permasalahan penyebab berkembangnya post power
syndrome, lebih lanjut Turner dan Helms mengemukakan kiat- kiat yang harus
dilakukan, yaitu :
1. Perlu belajar memahami, bahwa jabatan atau kekuasaan itu adalah karunia
atau amanat dari Tuhan Yang maha Esa. Kita hanya sebagai alat dan tidak
mengklaim itu adalah atas kehebatan saya yang menjadi milik saya yang
harus dipertahankan sepenuhnya. Setinggi apapun jabatan kita itu adalah
karunia dan kita hanya sebagai alat untuk melakukan pekerjaan-Nya.
2. Harus ada kesadaran bahwa kekuasaan itu hanya bersifat sementara dan
tidak bersifat permanen atau mapan dan harus menyiapkan diri apabila
suatu saat kekuasaan itu akan lepas atau ditarik dari kita.
3. Selama berkuasa, sebaiknya tidak memikirkan bagaimana
mempertahankan kekuasaan, tetapi melakukan dan menjalankan
kekuasaan itu sebaik- baiknya, dan pikirkan untuk melakukan kaderisasi.
4. Perlu belajar rendah hati, hindarkan sikap mentang-mentang.
5. Tingkatkan hubungan baik atau relasi dengan teman sejawat, bawahan
atau pihak lain, dalam rangka meluaskan jaringan sebagai bekal selepas
dari jabatan.
6. Menanamkan kebaikan selama berkuasa, jangan menyakiti hati dan
menindas orang .
7. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan lain diluar dari jabatan atau
pekerjaan yang sedang ditekuni, sebagai bekal dikemudian hari.
10
1. Mampukan menempatkan diri (menyadari) tentang perbedaan hak dan
kewajiban selaku seorang yang telah kehilangan jabatan atau kekuasaan.
2. Luangkan waktu untuk terus berdoa.
3. Hadapi secara rileks. Ketegangan dan kecemasan tidak menyelesaikan
masalah.
4. Bercermin dan belajarlah dari pengalaman (keberhasilan maupun
kegagalan) dimasa lalu, sebagai bahan rencana masa depan.
5. Buatlah rencana kegiatan setiap hari.
6. Lakukan kegiatan sosial yang menarik, disertai optimisme bahwa hidup
anda akan menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.
7. Jangan suka berdiam diri dan melamun, karena hanya akan
membangkitkan emosi dan pikiran negative
8. Hilangkan rasa kesepian dan libatkan diri pada orang-orang disekitar anda
9. Lakukan olah raga santai atau kegiatan kebersamaan dengan teman-teman
untuk menjaga kondisi dan kesehatan tubuh
10. Baca buku-buku yang dapat membangkitkan motivasi
11. Jangan biarkan pesimisme menguasai pikiran dan perasaan.
12. Menyiapkan diri untuk menjadi bawahan jika terpaksa harus bekerja di
tempat lain.
13. Kembangkan hobi yang selama ini belum sempat terlaksana
14. Pikirkan untuk menekuni usaha atau pekerjaan baru sesuai dengan usia
dan hobi.
15. Ambil kursus singkat untuk menunjang hobi dan usaha baru.
16. Ambil inisiatif untuk terlibat dalam kegiatan rumah tangga.
17. Hubungi teman-teman lama, siapa tahu ada sesuatu yang baru dan menarik
yang bisa di dapatkan
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Post Power Syndrome adalah gejala-gejala setelah berakhirnya kekuasaan.
Gejala ini umumnya terjadi pada orang-orang yang tadinya mempunyai
kekuasaan, namun ketika sudah tidak berkuasa lagi, seketika itu terlihat gejala-
gejala kejiwaan yang biasanya bersifat negatif atau emosi yang kurang stabil.
Faktor-faktor penyebab Post Power Syndrome :
Pensiun, PHK atau pudarnya ketenaran seorang artis adalah salah satu dari
faktor tersebut, kejadian traumatik juga misalnya kecelakaan yang dialami oleh
seorang pembalap, yang menyebabkan kakinya harus diamputasi, Post-power
syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang sudah lanjut usia dan
pensiun dari pekerjaannya .
12