Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kemajuan ekonomi suatu negara memacu perkembangan bisnis dan


mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan
persaingan yang cukup tajam di dalam dunia bisnis.Hampir semua jenis
usaha bisnis bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-
besarnya (profitmaking) agar dapat menigkatkan kesejahteraan pelaku bisnis
dan memperluas jaringan usahanya.Namun terkadang untuk mencapai
tujuan itu segala upaya dan tindakan dilakukan walaupun
pelaku bisnis harus melakukan tindakan-tindakan yang mengabaikan
berbagai dimensi moral dan etika dari bisnis itu sendiri.
Etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis  dan mendasar tentang 
ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral(Suseno, 1987). Menurut 
kamus besar bahasa Indonesia (1995), etika ialah ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Bisnis dapat menjadi sebuah profesi etis apabila ditunjang oleh sistem
politik ekonomi yang kondusif (Keraf, 1998), yang berarti untuk
menciptakan bisnis sebagai sebuah profesi yang etis maka dibutuhkan
prinsip-prinsip etis untuk berbisnis yang baik yang merupakan suatu aturan
hukum yang mengatur kegiatan bisnis semua pihak secara baik. Menurut
Muslich (1998), mendefinisikan bahwa etika bisnis sebagai  pengetahuan
mengenai tata cara yang ideal dalam pengaturan dan pengelolaan
bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara
ekonomi/sosial, dimana penetapan norma dan moralitas ini dapat menunjang
maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
Teori Etika menyediakan kerangka yang dapat digunakan untuk
memastikan benar tidaknya keputusan moral. Keputusan moral yang
diambil bisa menjadi beralasan ( memiliki moral reasoning ) berdasarkan

1
suatu Teori Etika . Namun sering terjadi benturan-benturan yang di
akibatkan karena pada kenyataanya banyak terdapat teori etika, yang
mengakibatkan penilaian berbeda-beda sebagai akibat dari tidak adanya
kesepakatan oleh semua orang.Teori Deontologi sering disebut sebagai etika
kewajiban karena berpendapat bahwa tugas merupakan moral dasar dan
tidak tergantung pada konsekuensi yang ditimbulkan, yang terdiri dari teori
hak (Rights) Keadilan (Justice), perhatian (care), dan keutamaan (Virtue).
Etika deontologis adalah teori filsafat moral yang mengajarkan bahwa
sebuah tindakan itu benar kalau tindakan tersebut selaras dengan prinsip
kewajiban yang relevan untuknya.Akar kata Yunani deon berarti kewajiban
yang mengikat.Etika deontologis juga sering disebut sebagai etika yang
tidak menganggap akibat tindakan sebagai faktor yang relevan untuk
diperhatikan dalam menilai moralitas suatu tindakan.(non-consequentialist
theory of ethics).

1.2 PERTANYAAN KRITIS


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, dapat dirumuskan
pokok permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan etika bisnis dan prinsip etika bisnis?
2. Apa saja teori etika bisnis itu?
3. Bagaimana pengimplementasian etika bisnis di Indonesia?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan etika bisnis dan prinsip
etika bisnis.
2. Untuk mengetahui apa saja teori etika bisnis itu.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengimplementasian etika bisnis di
Indonesia.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

2
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi dan Bisnis.
2. Untuk dijadikan bahan dan referensi dalam kegiatan belajar mengajar
dan diskusi.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengimplementasi etika bisnis di
Indonesia.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN ETIKA BISNIS DAN PRINSIP ETIKA BISNIS

Pengertian Etika Bisnis


Etika berasal dari kata Yunani “ethos” yang berarti tempat tinggal, padang
rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam
hal ini, kata etika memiliki pengertian yang samadengan moral. Etika adalah suatu
konsepsi tentang perilaku benar dan salah (Lawrence, Weber dan Post, 2005).
Etika menjelaskan kepada kita apakah perilaku kita bermoral atau tidak berkaitan
dengan hubungan kemanusiaan yang fundamental, bagaimana kita berpikir dan
bertindak kepada orang lain dan bagaimana kita inginkan meraka berpikir dan
bertindak kepada kita. Menurut pendapat David P. Baron (2005), etika adalah
suatu pendekatan sistematis atas penilaian moral yang didasarkan atas penalaran,
analisis, sintetis, dan reflektif.
Selanjutnya, bisnis adalah aktivitas terorganisir untuk memenuhi kebutuhan
dengan menciptakan barang atau jasa dalam rangka mendapatkan keuntungan
serta meningkatkan kualitas hidup.  Bisnis adalah sejumlah total usaha yang
meliputi pertanian, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi,
usaha jasa dan pemerintah, yang bergerak dalam bidang membuat dan
memasarkan barang dan jasa kepada konsumen (Bukhori Alma,1993:2).
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan 
individu,  perusahaan, industri dan juga masyarakat.Kesemuanya ini mencakup
bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang
berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di
masyarakat.Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan  bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu
yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.Etika bisnis dalam perusahaan memiliki

4
peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh
dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan
nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.
Pengertian Etika Bisnis Menurut Dr. H. Budi Untung adalah pengetahuan
tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan
norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi atau
sosial. Penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan
dalam bisnis. Dalam penerapan etika bisnis, maka bisnis mesti
mempertimbangkan unsur norma dan moralitas yang berlaku di dalam
masyarakat. Di samping itu etika bisnis dapat digerakkan dan dimunculkan dalam
perusahaan sendiri karena memiliki relevansi yang kuat dengan profesionalisme
bisnis.
Sedangkan menurut K.Bertens etika bisnis merupakan pemikiran atau
refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis.Moralitas berarti aspek baik
atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya diperbolehkan atau tidak, dari
perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia,
dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang penting.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain adalah:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan
Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan
golongan pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama

5
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum
positif yang berupa peraturan perundang-undangan
Ada 3 jenis masalah yang dihadapi dalam Etika yaitu
1. Sistematik
Masalah-masalah sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis
yang muncul mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial
lainnya dimana bisnis beroperasi.

2. Korporasi
Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaan-
pertanyaan yang dalam perusahaan-perusahaan tertentu.Permasalahan ini
mencakup pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan, praktik dan
struktur organisasional perusahaan individual sebagai keseluruhan.

3. Individu
Permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang
muncul seputar individu tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk
pertanyaan tentang moralitas keputusan, tindakan dan karakter individual.

Prinsip Prinsip Etika Bisnis


Secara umum etika bisnis merupakan acuan cara yang harus ditempuh oleh
perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu, etika
bisnis memiliki prinsip-prinsip umum yang dijadikan acuan dalam melaksanakan
kegiatan dan mencapai tujuan bisnis yang dimaksud. Adapun prinsip prinsip etika
bisnis menurut Dr. H. Budi Untung ialah sebagai berikut :

1. Prinsip Otonomi dalam Etika Bisnis


Prinsip otonomi dalam etika bisnis adalah bahwa perusahaan secara bebas
memiliki kewenangan sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya
sesuai dengan visi dan misi yang dipunyainya. Contoh prinsip otonomi dalam

6
etika binis : perusahaan tidak tergantung pada pihak lain untuk mengambil
keputusan tetapi perusahaan memiliki kekuasaan tertentu sesuai dengan misi dan
visi yang diambilnya dan tidak bertentangan dengan pihak lain.
Dalam prinsip otonomi etika bisnis lebih diartikan sebagai kehendak dan
rekayasa bertindak secara penuh berdasar pengetahuan dan keahlian perusahaan
dalam usaha untuk mencapai prestasi-prestasi terbaik sesuai dengan misi, tujuan
dan sasaran perusahaan sebagai kelembagaan. Disamping itu, maksud dan tujuan
kelembagaan ini tanpa merugikan pihak lain atau pihak eksternal.
Dalam pengertian etika bisnis, otonomi bersangkut paut dengan kebijakan
eksekutif perusahaan dalam mengemban misi, visi perusahaan yang berorientasi
pada kemakmuran, kesejahteraan para pekerjanya ataupun komunitas yang
dihadapinya.Otonomi disini harus mampu mengacu pada nilai-nilai
profesionalisme pengelolaan perusahaan dalam menggunakan sumber daya
ekonomi.Kalau perusahaan telah memiliki misi, visi dan wawasan yang baik
sesuai dengan nilai universal maka perusahaan harus secara bebas dalam arti
keleluasaan dan keluwesan yang melekat pada komitmen tanggung jawab yang
tinggi dalam menjalankan etika bisnis.
Dua perusahaan atau lebih sama-sama berkomitmen dalam menjalankan
etika bisnis, namun masing-masing perusahaan dimungkinkan menggunakan
pendekatan berbeda-beda dalam menjalankannya.Sebab masing-masing
perusahaan dimungkinkan menggunakan pendekatan berbeda-beda dalam
menjalankannya. Sebab masing-masing perusahaan memiliki kondisi karakter
internal dan pendekatan yang berbeda dalam mencapai tujuan, misi dan strategi
meskipun dihadapkan pada kondisi dan karakter eksternal yang sama. Namun
masing-masing perusahaan memiliki otoritas dan otonomi penuh untuk
menjalankan etika bisnis. Oleh karena itu konklusinya dapat diringkaskan bahwa
otonomi dalam menjalankan fungsi bisnis yang berwawasan etika bisnis ini
meliputi tindakan manajerial yang terdiri atas : (1) dalam pengambilan keputusan
bisnis, (2) dalam tanggung jawab kepada : diri sendiri, para pihak yang terkait dan
pihak-pihak masyarakat dalam arti luas.

7
2. Prinsip Kejujuran dalam Etika Bisnis
Prinsip kejujuran dalam etika bisnis merupakan nilai yang paling mendasar
dalam mendukung keberhasilan kinerja perusahaan. Kegiatan bisnis akan berhasil
jika dikelola dengan prinsip kejujuran. Baik terhadap karyawan, konsumen, para
pemasok dan pihak-pihak lain yang terkait dengan kegiatan bisnis ini.Prinsip yang
paling hakiki dalam aplikasi bisnis berdasarkan kejujuran ini terutama dalam
pemakai kejujuran terhadap diri sendiri. Namun jika prinsip kejujuran terhadap
diri sendiri ini mampu dijalankan oleh setiap manajer atau pengelola perusahaan
maka pasti akan terjamin pengelolaan bisnis yang dijalankan dengan prinsip
kejujuran terhadap semua pihak terkait.

3. Prinsip Keadilan dalam Etika Bisnis


Prinsip keadilan yang dipergunakan untuk mengukur bisnis menggunakan
etika bisnis adalah keadilan bagi semua pihak yang terkait memberikan kontribusi
langsung atau tidak langsung terhadap keberhasilan bisnis.Para pihak ini
terklasifikasi ke dalam stakeholder.Oleh karena itu, semua pihak ini harus
mendapat akses positif dan sesuai dengan peran yang diberikan oleh masing-
masing pihak ini pada bisnis.Semua pihak harus mendapat akses layak dari
bisnis.Tolak ukur yang dipakai menentukan atau memberikan kelayakan ini sesuai
dengan ukuran-ukuran umum yang telah diterima oleh masyarakat bisnis dan
umum. Contoh prinsip keadilan dalam etika bisnis : dalam alokasi sumber daya
ekonomi kepada semua pemilik faktor ekonomi. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara memberikan harga yang layak bagi para konsumen, menyepakati harga yang
pantas bagi para pemasok bahan dan alat produksi, mendapatkan keuntungan yang
wajar bagi pemilik perusahaan dan lain-lain.

4. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri dalam Etika Bisnis


Pinsip hormat pada diri sendiri dalam etika bisnis merupakan prinsip tindakan
yang dampaknya berpulang kembali kepada bisnis itu sendiri.Dalam aktivitas
bisnis tertentu ke masyarakat merupakan cermin diri bisnis yang bersangkutan.
Namun jika bisnis memberikan kontribusi yang menyenangkan bagi masyarakat,
tentu masyarakat memberikan respon sama. Sebaliknya jika bisnis memberikan

8
image yang tidak menyenangkan maka masyarakat tentu tidak menyenangi
terhadap bisnis yang bersangkutan.Namun jika para pengelola perusahaan ingin
memberikan respek kehormatan terhadap perusahaan, maka lakukanlah respek
tersebut para pihak yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Segala aspek aktivitas perusahaan yang dilakukan oleh semua armada di
dalam perusahaan, senantiasa diorientasikan untuk memberikan respek kepada
semua pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Dengan demikian, pasti
para pihak ini akan memberikan respek yang sama terhadap perusahaan. Sebagai
contoh prinsip hormat pada diri sendiri dalam etika bisnis : manajemen
perusahaan dengan team worknya memiliki falsafah kerja dan berorientasikan
para pelanggan akan makin fanatik terhadap perusahaan. Demikian juga, jika para
manajemennya berorientasikan pada pemberian kepuasan kepada karyawan yang
berprestasi karena sepadan dengan prestasinya maka dapat dipastikan karyawan
akan makin loyalterhadap perusahaan.

2.2 TEORI ETIKA BISNIS

TEORI DEONTOLOGI
Dalam teori deontologibahwa tugas adalah standar yang menilai etika
perilaku. Nilai moral hanya ada ketika seseorang bertindak berdasarkan rasa
kewajiban, bukan karena tugas dan kewajiban tersebut akan menimbulkan
konsekuensi yang baik, dan juga bukan karena hal-hal tersebut dapat
meningkatkan kesenangan, tetapi tugas tersebut dilakukan karena memang itu
merupakan tugas orang tersebut.
Etika deontologis adalah teori filsafat moral yang mengajarkan bahwa sebuah
tindakan itu benar kalau tindakan tersebut selaras dengan prinsip kewajiban yang
relevan untuknya.Akar kata Yunani deon berarti kewajiban yang mengikat.Istilah
deontology dipakai pertama kali oleh C.D. Broad dalam bukunya Five Types of
Ethical Theory.Etika deontologis juga sering disebut sebagai etika yang tidak

9
menganggap akibat tindakan sebagai faktor yang relevan untuk diperhatikan
dalam menilai moralitas suatu tindakan.(non-consequentialist theory of ethics).
Para penganut etika deontologis, seperti Immanuel Kant (1724-1804) sebagai
pelopornya misalnya, berpendapat bahwa norma moral itu mengikat secara mutlak
dan tidak tergantung dari apakah ketaatan atas norma itu membawa hasil yang
menguntungkan atau tidak. Misalnya norma moral "jangan bohong" atau
"bertindaklah secara adil" tidak perlu dipertimbangkan terlebih dulu apakah
menguntungkan atau tidak, disenangi atau tidak, melainkan selalu dan di mana
saja harus ditaati, entah apa pun akibatnya. Hukum moral mengikat mutlak semua
manusia sebagai makhluk rasional.
Tujuan filsafat moral menurut Kant adalah untuk menetapkan dasar yang
paling dalam guna menentukan keabsahan (validitas) peraturan-peraturan moral.Ia
berusaha untuk menunjukkan bahwa dasar yang paling dalam ini terletak pada
akal budi murni, dan bukan pada kegunaan, atau nilai lain. Moralitas baginya
menyediakan kerangka dasar prinsip dan peraturan yang bersifat rasional dan
yang mengikat serta mengatur hidup setiap orang, lepas dari tujuan-tujuan dan
keinginan-keinginan pribadinya.Norma moral mengikat setiap orang di mana pun
dan kapan pun tanpa kecuali.Dasar moralitas mesti ditemukan dalam prinsip-
prinsip akal budi (rasio) yang dimiliki secara umum oleh setiap orang. Suatu sikap
atau tindakan secara moral betul hanya kalau itu sesuai dengan norma atau hukum
moral yang dengan sendirinya mengikat setiap orang yang berakal budi.

10
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 SEJARAH PERUSAHAAN


PT. Newmont Minahasa Raya merupakan perusahaan pertambangan yang
berkerja sama dengan Pemerintah Republik Indonesia dalam rangka Penanaman
Modal Asing. Markas Induk PT. NMR, selanjutnya dikenal dengan Newmont
Gold Company (NGC) berada di Denver, Colorado, Amerika Serikat. NGC
menempati posisi lima produsen emas dunia. Selain PT. NMR, di Indonesia
perusahaan ini juga berkegiatan di Sumbawa, Nusa Tengara Barat dengan nama
PT. Newmont Nusa Tenggara. Proyek Newmont antara lain tersebar di
Kazakhtan, Kyryzstan, Uzbekistan, Peru, Brasilia, Myanmar dan Nevada.
PT. NMR menandatangani kontrak karya dengan Pemerintah Republik
Indonesia pada tanggal 6 November 1986 melalui surat persetujuan Presiden RI
No. B-3/Pres/11/1986. Jenis bahan galian yang diijinkan untuk di olah adalah
emas dan mineral lain kecuali migas, batubara, uranium, dan nikel dengan luas
wilayah 527.448 hektar untuk masa pengolahan selama 30 tahun terhitung mulai 2
Desember 1986. Tahap produksi diawali pada Juli 1995 dan pengolahan bijih
dimulai Maret 1996.Dalam tahap eksplorasi, PT. NMR menemukan deposit emas
pada tahun 1988. Kemudian kegitan penambangan akan direncanakan dengan luas
26.805,30 hektar yang akan dilakukan di Messel, Ratatotok kecamatan Ratatotok
kabupaten Minahasa yang berjarak 65 mil barat daya Manado atau 1.500 mil
timur laut Jakarta.

3.2 IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS

Pencemaran dan dampak akibat kegiatan penambangan PT.


NMR terjadi mulai tahun 1996–1997 dengan 2000-5000 kubik ton limbah
setiap hari di buang oleh PT. NMR ke perairan di teluk Buyat yang di
mulai sejak Maret 1996. Pembuangan limbah terutama tailing ke teluk
buyat, telah mencemarkan perairan teluk buyat, tak ayal lagi mahluk-

11
mahluk laut yang hidup di perairan tersebut terkontaminasi limbah
sehingga mati. Ini terlihat dari seringnya terjadi keracunan ikan secara
massal dan terjadinya penurunan jenis ikan yang hidup di sekitar perairan.
Bukan hanya itu terjadinya, perubahan kontur perairan akibat tailing yang
terus terakumulasi mengakibatkan terjadi pendangkalan di perairan Buyat.
efek lain dari pembuangan tailing adalah efeknya terhadap manusia,
tentunya logam-logam limbah tailing tersebut turut terakumulasi dalam
tubuh ikan atau mahluk lain yang dikonsumsi oleh masyarakat sekitar,
juga air laut sekitar serta air yang dikonsumsi oleh masyarakat turut
terkontaminasi sehingga menyebabkan turut terkontaminasinya manusia
dan menimbulkan beragam penyakit aneh yang pada akhirnya
menimbulkan kematian.

KESIMPULAN
PT. NMR dari sudut Keadilan Kompensatoris, pencemaran lingkungan
lingkungan yang dilakukan oleh NMR jelas-jelas amat merugikan bagi
masyarakat, syarat-syarat untuk menerapkan agar kewajiban kompensatoris telah
berlaku dalam kasus ini. Pertama, tindakan yang dilakukan oleh PT. NMR
merupakan tindakan yang salah karena telah merugikan masyarakat sekitar akibat
terjadinya pencemaran terhadap lingkungan serta beberapa efek negatif terhadap
penghidupan serta kehidupan masyarakat sekitar. Selain itu kerugian yang diderita
oleh masyarakat disinyalir akibat kelalaian PT. NMR dalam membuang tailingnya
kelaut (atau mungkin untuk mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya hal ini
disengaja).Masalah-masalah terkait antara bisnis dan kerusakan lingkungan
merupakan masalah kekinian yang patut diselesaikan sesegera mungkin,
khususnya di Indonesia.

12
DAFTAR PUSTAKA

A. Sonny Keraf, 1998. Etika Bisnis Tuntutan dan relevansinya. Yogyakarta:


Kanisius.
Bertens, K, 2009. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.
Buchari Alma, 1993. Pengantar Bisnis. Bandung: Alfa Beta.
Budi Untung, 2012. Hukum dan Etika Bisnis. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Lawrence Anne T., Weber James and Post E. James, 2005. 11th edition, Business
and Society: Stakeholders, Ethics, Public Policy. McGraw-Hill: United
States.
Magnis-Suseno Frans, 1987.Etika Dasar : Masalah-masalah Pokok Filsafat
Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Musda, Dampak Kerusakan Lingkungan, 15 April2016.
http://sepatanpaper.blogspot.co.id/2009/04/dampak-kerusakan-
lingkungan.html

Muslich, 1998.Etika Bisnis : Pendekatan Substantif dan Fungsional. Yogyakarta:


Econosia
Upkpseudorechtspraakfhundip, PT.Newmont Minahasa Raya Pencemar Teluk
Buyat, 15 April 2016.
https://pseudorechtspraak.wordpress.com/2012/04/06/pt-newmont-
minahasa-raya-pencemar-teluk-buyat/.html.

13

Anda mungkin juga menyukai