NIRM : 03.03.20.140
PRODI : 2A PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
MATKUL : KOMUNIKASI PENYULUHAN
Perkembangan Komunikasi
Penyuluhan pada masa pendudukan Jepang dapat dikatakan tidak ada. Para petani
dipaksa untuk mengusahakan/memproduksi bahan makanan dan bahan strategis lainnya. Son
Sidoing (Mantri Pertanian Kecamatan) dan Nogyo Kumiai (Koperasi Pertanian di setiap
kecamatan) ditugaskan memperlancar usaha produksi dan mengumpulkan hasilnya bagi
keperluan angkatan perang Jepang.
1. Perbanyakan benih unggul padi dan palawija dengan memperluas dan menambah
jumlah Balai Benih dan Kebun Bibit.
2. Perbaikan dan perluasan pengairan pedesaan.
3. Peningkatan penggunaan pupuk untuk segala jenis tanaman, terutama pupuk phospat
dan nitrogen pada padi.
4. Peningkatan pemberantasan hama penyakit tanaman serta memperlancar penyaluran
pestisida dan peralatannya.
5. Peningkatan pengendalian bahaya erosi.
6. Peningkatan pendidikan masyarakat pedesaan dengan mendirikan Balai Pendidikan
Masyarakat Desa (BPMD) di tiap kecamatan.
7. Intensifikasi pemakaian tanah kering, diawali pembangunan beberapa Kebun
Percobaan Perusahaan Tanah Kering (PPTK) di kabupaten.
1. Keppres No.44 dan 45/1974 membentuk Badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan
Pertanian (Badan Diklatluh), yang berwenang mengatur pendidikan, latihan dan
penyuluhan di tingkat nasional. Di daerah dilakukan oleh berbagai dinas yang ada
sesuai dengan UU No. 5/1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah.
2. SK Mentan No. 664/1975 membentuk Forum Koordinasi Penyuluhan Pertanian di
tingkat pusat, provinsi, kabupaten dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Peraturan
ini merupakan landasan menggalang kerjasama yang erat dalam penyuluhan, yang
akan meningkat kepada terpadunya penyuluhan.
3. Mulai tahun 1976 diterapkan sistem kerja Latihan dan Kunjungan (LAKU). Penyuluh
sejak 1979 ditata menurut sistem Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL) di tingkat
Wilayah Unit Desa (wilud 600-1.000 ha sawah atau setaranya), dan dibina oleh
Penyuluh Pertanian Madya (PPM, yang berubah menjadi Penyuluh Pertanian Urusan
Program/PPUP). PPM/PPUP berkedudukan di BPP (pengembangan dari Balai
Pendidikan Masyarakat Desa/BPMD tahun 1948). BPP menjadi basis kegiatan
penyuluhan. PPL mendapat pembinaan teknis dari Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS)
kabupaten, dan provinsi. Kegiatan latihan bagi PPL oleh PPM/PPUP dan PPS di BPP
satu kali dalam 2 minggu untuk menambah pengetahuan dan keterampilan teknik
pertanian sesuai dengan kalender produksi pertanian setempat. Latihan dasar bagi
PPL, PPM/PPUP dan PPS, berbagai subjek dan komoditi, diatur oleh Balai Latihan
Pegawai Pertanian (BLPP) dengan bantuan dinas dan lembaga pendidikan tinggi serta
peneliti setempat. Bahan-bahan penyuluhan berupa terbitan, film dan kaset untuk
siaran pedesaan lewat radio, merupakan perlengkapan para penyuluh, disediakan oleh
Balai Informasi Pertanian (BIP), di wilayah bersangkutan.
4. PPL dan PPM/PPUP pada umumnya berasal dari Sekolah Pertanian Menengah Atas
Negeri, daerah dan swasta. Unit-unit pelaksana teknis berupa SPMA, BLPP dan BIP,
dikelola Badan Diklatluh Pertanian, dibawah pengawasan Kepala Kanwil Deptan
yang bersangkutan. Pelayanan kebijaksanaan, diberikan kepada swasta dan
masyarakat tani sendiri. Penyediaan dan penyaluran sarana produksi seperti pupuk,
pestisida, alat-alat pertanian, benih dan bibit, diusahakan oleh perusahaan swasta,
BUMN, KUD, Kelompok tani sendiri.
5. Sejalan dengan pelaksanaan Bimas Nasional Disempurnakan (BND) tahun 1970,
aparatur dan metode penyuluhan diperkuat sesuai kebutuhan Gerakan Massal Bimas.
Dicetuskan empat kategori demonstrasi: (1) demplot dilakukan perorangan; (2)
demfarm dilakukan kelompok primer; (3) dem area dilakukan gabungan kelompok;
dan (4) dem-unit dilakukan KUD.
6. Pada sistem LAKU, pengertian kelompok dibakukan sebagai Kelompoktani
Hamparan, yang mempunyai kawasan wilayah kelompok (Wilkel) yang merupakan
satu unit kunjungan PPL.
7. Uji coba dem-area di kabupaten Karawang MT 1975/76 dan MT 76 menunjukkan
hasil yang menggembirakan (50-75% penerapan teknologi terujud). Atas hasil
tersebut tahun 1979 dimulailah INSUS (Intensifikasi Khusus) dan dilanjutkan dengan
OPSUS (Operasi Khusus) pada daerah terkebelakang intensifikasinya, OPSUS Tekad
Makmur (1980) di Provinsi NTB dan Opsus Lapo Ase di Sulawesi Selatan (1981) dan
seterusnya di lain daerah.
8. Tahun 1980, formasi penyuluhan diperbesar menjadi 20.626 orang (PPL/PPUP 19513
orang, PPS 1.113 orang).
9. Sistem LAKU tahun 1976 dilaksanakan di 9 provinsi, tahun 1977 diperluas ke 14
provinsi dan tahun 1980 ke seluruh Indonesia untuk seluruh subsektor pertanian.
10. Penas III dilaksanakan di Bali tahun 1980 dan Penas IV di Kalimantan Selatan tahun
1981. Pada rembug KTNA di Bali disepakati peningkatan metode penyuluhan berupa
Mimbar Sarasehan, Temu Wicara dan Temu Karya.
11. Tahun 1980, Badan Diklatluh Pertanian meningkatkan kesejahteraan
penduduk/Kelompok Petani Nelayan Kecil (KPK) yang hidup di bawah garis
kemiskinan, dengan pendekatan partisipatif melalui Proyek Pembinaan Peningkatan
Pendapatan Petani Nelayan Kecil (P4K) di 8 provinsi.
12. Kelompoktani peserta Insus dirangsang meningkatkan intensifikasi padi dengan
perlombaan. Kelompoktani pemenang diundang ke Istana Negara Jakarta, menerima
hadiah dari Presiden RI.