Temu 2
Temu 2
tersita untuk menulis ketika proses belajar berlangsung, disamping memberikan panduan menelusuri literatur
Materi:
SEJARAH PGRI
Gerakan Guru Pada Masa Perjuangan Kemerdekaan
PGRI Pada Masa Perang Kemerdekaan (1945-1949)
PGRI pasca-peristiwa G30 S/PKI
Dosen
Djoko Adi Walujo
TUJUAN PERKULIAHAN UMUM
Mahasiswa Memahami Sejarah Perjuangan Persatuan Guru Republik Indonesia
TUJUAN PERKULIAHAN KHUSUS
Mahasiswa dapat menjelaskan Peranan Gerakan Guru Pada Masa Perjuangan
Mahasiswa dapat mendiskripsikan Peran PGRI Pasca Masa Perang kemerdekaan
Mahasiswa dapat mendiskripsikan fungsi strategi Organisasi PGRI
Mahasiswa dapat menjelaskan Organisasi Pasca Peristiwa G-30 S/PKI
RINGKASAN BELAJAR
KE-PGRI-AN
Djoko adi walujo
Sekolah desa atau sekolah rakyat, yaitu sekolah yang diperuntukan bagi
masyarakat desa.
Sekolah dasar angka II, yaitu sekolah yang diperuntukan untuk rakyat biasa
dikota-kota.
Sekolah dasar berbahasa belanda, sekolah yang diperuntukan untuk anak-anak
ningrat atau anak- anak pegawai pemerintah Hindia Belanda.
Oleh pemerintah colonial Belanda, secara sistematis sengaja diciptakan golongan tinggi
dan golongan rendah dalam masyarakat yang sangat mempengaruhi pergaulan antara
golongan-golongan tersebut. Mereka pada umumnya tidak mau saling mengenal.siasat
pecah belah ini diadakan disemua kehidupan, bukan hanya dalam hal pendidikan,
melaikan juga dalam hal social dan ekonomi. Mulai tahun 1907 terjadi perkembangan
penting, yaitu pada kelas-kelas tinggi Eeste-indlanse school (ESC) diberikan pelajaran
bahasa belanda. Perubahan ini terjadi berkat pidato berapi-api Sosio Kartono, Kakak
kandung R.A Kartini, didepan peserta kongres Bahasa Dan Kesusastraan Belanda pada
tahun 1899 di negri Belanda.
2
RINGKASAN BELAJAR
KE-PGRI-AN
Djoko adi walujo
Melalui kongres ini, sagala bentuk perpecahan antara kelompok guru yang didasarkan
kepada perbedaan tamatan (ijazah) dilingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, aliran
politik, agama dan suku, sepakat untuk dihapuskan. Mereka serentak bersatu untuk
mengisi kemerdekaan dengan tiga (3) tujuan, yaitu :
PGRI adalah organisasi pejuang yang lahir dalam proses sejarah dimasa perjuangan
untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. PGRI adalah wahana pejuang,
pembangun bangsa, pembimbing putera, pembangun jiwa dan pencipta kekuatan Negara.
Begitulah jiwa dan makna PGRI yang diungkap dalam “ Mars PGRI” yang sepenuhnya
cocok dengan kenyataan.
Asas yang tercantum dalam anggaran dasar pendirian PGRI adalah “ kedaulatan rakyat “
dangan tujuan seperti disebutkan terdahulu. Dilihat dari tujuannya sangat jelas bahwa
cita-cita PGRI sangat sejalan dengan cita-cita bangsa Indonesia secara keseluruhan. Para
guru munginginkan kebebasan dan kemerdekaan, memacu kecerdasan bangsa serta
memperjuangkan kesejahteraan anggotanya.
Kongres yang diadakan dalam keadaan darurat ini antara lain memutuskan bahwa untuk
meningkatkan efektivitas organisasi, ditempuh jalan dengan memekarkan cabang-cabang
yang tadinya setiap karesidenan memiliki satu cabang menjadi cabang-cabang yang lebih
kecil, tetapi dengan jumlah anggota sedikitnya 100 orang. Diharapkan bahwa cabang
PGRI yang lebih kecil itu lebih efektif.
3
RINGKASAN BELAJAR
KE-PGRI-AN
Djoko adi walujo
Pejabat Presiden RI Assa’at memuji PGRI yang menurut pendapatnya tidak bisa lain dari
pada pencerminan semangat juang para guru sebagai pendidik rakyat dan bangsa. Oleh
karena itu Assa’at menganjurkan untuk mempertahankan nama, bentuk, maksud, tujuan
dan cita-cita PGRI sesuai dengan kehendak dan tekad para pendirinya, sebagaimana
tercantum dalam AD/ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tanggga) organisasi
ini. Dengan demikian, semangat juang para guru akan terpelihara dan bahkan dapat
diwariskan secara turun-temurun pada guru-guru generasi selanjutnya.
Untuk pertama kalinya cabang-cabang yang belum pernah hadir sebelumnya datang pada
kongres ini secara keseluruhan melibatkan 202 cabang dari 301 cabang PGRI yang ada
pada saat itu. Kongres juga menugaskan PB PGRI agar dalam waktu singkat melakukan
segala usaha utuk menghilangkan perbedaan gaji antara golongan “Non-“ dan “Ko-“
yang telah ditetapkan dalam peraturan pemerintah
Kongres ini menyepakati beberapa keputusan penting. Dalam bidang organisasi kongres
menetapkan bahwa asas PGRI ialah keadilan social dan dasarnya ialah demokrasi, dan
PGRI tetap berada dalam GSBI (gabungan serikat buruh Indonesia). Dalam bidang
perburuhan diputuskan untuk memperjuangkan kendaraan bernotor begi pemilik sekolah,
instruktur pendidikan jasmani dan pendidikan masyarakat. Dalam dibang pendidikan
disesutujui agar:
4
RINGKASAN BELAJAR
KE-PGRI-AN
Djoko adi walujo
Menurut laporan kongres VIII Bandung, jumlah anggota PGRI meningkat dari 85.431
orang pada waktu kongres VII di Semarang menjadi 107.032 orang, tersebar di 511
cabang diseluruh Indonesia. Perkembangan ini terjadi setelah diadakan usaha konsolidasi
dengan berbagai cara, yaitu :
5
RINGKASAN BELAJAR
KE-PGRI-AN
Djoko adi walujo
Beberapa masalah yang cukup serius mendapat perhatian dan pembahasan dalam rapat
pleno PB PGRI pada tahun 1957 dan 1958 diantaranya tentang :
Pada tahun 1962 – 1965 merupakan episode yang sangat pahit bagi PGRI. Dalam masa
ini terjadi perpecahan dalam tubuh PGRI yang lebih hebat dibandingkan pada periode-
periode sebelumnya. Penyebab perpecahan itu pun bukan demi guru atau profesi guru
secara keseluruhan, melainkan karena ambisi politik dari luar dengan dalih
“machtsvorming en macthsaanwending” (pembentukan kekuatan dan penggunaan
kekuatan) yang diterapkan melalui berbagai macam organisasi masyarakat.
Suasana tegang benar-benar terasa setelah PB PGRI ikut serta dalam musyawarah
penegasan pancasila sabagai dasar pendidikan nasional yang dilangsungkan pada 17 juli
1963 di Jakarta. Musyawarah ini diadakan oleh lima partai politik dengan 40 ormasnya
sebagai reaksi terhadap “seminar pendidikan mengabdi manipol” yang diadakan pada
bulan Februari 1963 di Jakarta oleh lembaga pendidikan nasional (LPN) yang dibentuk
oleh PKI dan kawan-kawannya. Maka menjadi jelas siapa yang memihak musyawarah
6
RINGKASAN BELAJAR
KE-PGRI-AN
Djoko adi walujo
penegasan pancasila sebagai dasar pendidikan nasional dan siapa yang memihak seminar
pendidikan mengabdi manipol.
Pidato inagurasi Dr. Busono Wiwoho pada rapat pertama majelis pendidikan nasional
( Mapenas) dalam kedudukannya sebagai salah seorang wakil ketua, menyarankan agar
pancawardana diisi dengan moral “panca cinta”. System pendidikan pancawardana
dilandasi dengan prinsip-prinsip :
Bagi PGRI periode tahun 1966/1972 merupakan masa perjuangan untuk turut menegakan
Orde baru, masa konsolidasi serta penataan kembali organisasi serta masa meneruskan
dan menyesuaikan isi organisasi secara tagas dan tepat dalam pola pembangunan nasional
yang baru.
Kegitan dan perjuangan PGRI dalam bidang pendidikan semenjak kongres VIII PGRI
tahun 1956 dibandung mulai dibina kembali. Suatu hal penting yang dicatat disini adalah
PGRI tidak mau menyebut dirinya sebagai “serikat buruh”. Hal ini disebabkan jabatan
guru secara hakiki berbeda dan tidak bias disamakan dengan jabatan buruh murni.
Dekrit presidan tanggal 5 juli 1959 yang kemudian disusul dengan pidato kenegaraan
presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1959 merupakan kebijaksanaan yang
7
RINGKASAN BELAJAR
KE-PGRI-AN
Djoko adi walujo
diterima dengan penuh penghargaan dan harapan oleh segenap bengsa Indonesia yang
telah lama mengalami penderitaan sebagai akibat dari kebijaksanaan politik. Akan tetapi
pada prakteknya dekrit tersebut salah arah, sehingga tercipta pemerintah dictator. Situasi
masyarakat sangat berbeda, segenap kegiatan masyarakat termasuk kebijaksanaan
pemerintah, didasari keyakinan bahwa “politik adalah panglima”. Jurang perpecahan
dalam masyarakat semakin menganga. Orang-orang dipaksa untuk dapat “ menrik geris
yang tegas tentang siapa kawan dan siapa lawan”, dan persaingan antar-kelompok dan
antar-individu dalam masyarakat terjadi dengan cara yang berlebihan.