Anda di halaman 1dari 15

PERADABAN SEJARAH OLAHRAGA DI INDONESIA DAN DI DUNIA, SERTA HUBUNGAN ANTARA KEDUANYA

PERADABAN SEJARAH OLAHRAGA DI INDONESIA DAN DI DUNIA, SERTA HUBUNGAN ANTARA KEDUANYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Olahraga

Dosen Pengampu :

Bpk. Dhias Fajar Widya P

Disusun Oleh :

Nama : Anang Marsinggih

NIM : 6211415111

JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2015

PENDAHULUAN

Olahraga merupakan sebuah aktifitas yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, setiap
makhluk hidup sudah pasti melakukannya. Dalam melakukan aktifitas ini ada banyak jenisnya dari mulai
yang termudah sampai yang tersulit. Sedangkan olahraga sendiri sudah ada dari zaman dulu, dari mulai
zaman para Nabi sampai masa kini.

Peradabaan Sejarah olahraga yang dibahas dalam artikel ini meliputi sejarah zaman – zaman manusia
primitif, manusia kuno, abad pertengahan dan abad – abad modern. Serta dipilih masa – masa yang
menonjol saja sehingga mudah dipahami garis perkembangan olahraga dari zaman ke zaman, juga hal –
hal yang berkaitan dengan peradaban olahraga di Indonesia dan di dunia.

Peradabaan Sejarah olahraga perlu diketahui serta dipahami untuk kemudian digunakan sebagai
pedoman dalam membina olahraga masa kini di Indonesia. Dari sejarah olahraga didapatkan pengertian
bahwa keolahragaan tidak pernah lepas dari situasi, kondisi, kebudayaan, pandangan hidup serta taraf
kemajuan bangsa.
Peradabaan Sejarah olahraga juga memberikan gambaran tentang hubungan antara pendidikan dan
olahraga dalam perkembangan anak menjadi dewasa. Khususnya sejarah olahraga Indonesia akan
memberikan pengertian tentang keadaan keolahragaan di tanah air kita pada masa silam, masa kini dan
memungkinkan untuk masan depan.

PERADABAN SEJARAH OLAHRAGA DI INDONESIA DAN DI DUNIA, SERTA HUBUNGAN ANTARA KEDUANYA

A. PERADABAN SEJARAH OLAHRAGA INDONESIA

Indonesia beriklim tropis yang tidak mengenal empat musim, dan terdiri dari puluhan ribu pulau-pulau
besar dan kecil . Garis pantai sangat panjang dan sungai pun banyak jumlahnya. Hutan lebat sebagian
besar menutupi pulau-pulau, kecuali di Nusa Tenggara Timur yang kurang hujannya.

Dalam alam yang kaya raya itu hidup manusia Indonesia primitif secara berkelompok-kelompok. Mereka
mencari makan di hutan dan binatang buas adalah musuh utamanya. Dengan majunya peradaban
manusia Indonesia mampu membuat sumpitan, busur dan anak panah, tombak. Kemudian juga mampu
membuat alat dari besi.

1. Zaman Primitif

Tidak mengherankan bahwa anak Indonesia dididik sesuai dengan keperluan hidup primitif waktu itu.
Ikut ayah menangkap ikan, berburu, dan sebagainya merupakan persiapan langsung kepada tugas-
tugasnya nanti kalau sudah dewasa. Jadi menirukan serta mencoba merupakan metoda yang dipakai.

Meniti, mengayun, menggantung, mendayung, melompat, berenang, lari, menyelinap, dan sebagainya
merupakan perbuatan sehar-hari sehingga pembentukan dan perkembangan fisik berlangsung baik dan
sekaligus bersatu dengan pembentukan watak, kecerdasan, ketrampilan, bersiasat, dan sebagainya,
sehingga boleh disebut pendidikan yang bulat dan menyeluruh.

Seperti pada bangsa-bangsa primitif lainnya suku-suku di Indonrsia juga mengenal upacara inisiasi,
misalnya pada perubahan dari situs pemuda menjadi dewasa, atau dari bujangan menjadi berkeluarga.

2. Zaman Kerajaan – Kerajaan

Kehidupan di zaman kerajaan-kerajaan besar di Indonesia separti zaman Sriwijaya, Mojopahit, Mataram
ditandai oleh tata feodal yang memisahkan jauh antara rakyat dan raja dengan adanya pegawai, prajurit
dan kebangsawanan yang memisahkan raja dari rakyat.

Yang ditinjolkan pada zaman kerajaan adalah sifat-sifat kejiwaan dan intelek serta kemampuan yang
melebihi manusia biasa, misalnya tidak nampak oleh musuh, mampu membuat tidur lawan, kebal
terhadap senjata tajam dan mantra-mantra, dan sebagainya

Contoh olahraga-olahraga pada zaman kerjaan:


a. Pencak Silat

Karena manusia kuno sangat hormat atau segan terhadap binatang buas maka tidak mengherankan
kalau beberapa cara membela diri dihubungkan dengan kemampuan atau cara menyerang/ bertahan
binatang-binatang seperti kera, burung elang dan sebagainya.

Di abad ke 18 dan 19 di mana raja-raja sudah banyak ditundukan oelh penjajah, pendidikan cinta tanah
air melalui pencak silat semakin dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi.

Yang di Jawa dilaksanakan agak terbuka adalah latihan-latihan pencak silat yang dikaitkan dengan
pekajaran tari-tarian. Walaupun hanya bentuk luar saja yang tampak , pada kenyataannya telah
membuat anak-anak menjadi berminat untuk mendalami pencak silat lebih jauh, dan berhasil membuat
anak menjadi lebih tergembleng jiwa raganya.

b. Sepak Raga

Permainan yang bnayak digemari dan terdapat secara luas di Indonesia adalah sepak raga, suatu
permainan bola dengan bola terbuat dari anyaman rotan. Ketangkasan mempertahankan bola di udara
diiringi dengan bunyi-bunyian gendang atau gamelan, rebana, dansebagainya. Permainan dapat
dilakukan sendirian atau oleh tiga orang sekaligus dengan menggunakan satu bola saja.

c. Ujungan

Keberanian dan ketabahan diuji dalam permainan ujungan, yaitu di mana dua pemuda sambil
menggunakan tongkat rotan mencoba mengenai kaki atau punggung lawannya. Permainan ini tersebar
di Jawa dan Nusa Tenggara.

d. Okol

Juga terdapat sejenis tinju yang terkenal dengan nama okol. Ini terdapat di Jawa Timur. Di Nias pemuda-
pemuda diukur ketangkasannya dengan kemampuannya melompati tembok setelah mengawali pada
batu besar di depan tembok itu. Permainan di mana seorang anak, sambil mengawasi penglakannya
harus menemukan teman-teman yang bersembunyi sangat baik untuk menguji keberanian dan akal
anak.

3. Zaman Penjajah Belanda

Pengaruh Swedia masuk di Nusantara melalui perwira-perwira angkatan laut kerajaan Belanda, antara
lain Dr. Mikema yang ditempatkan di Malang. Di kota itu ia juga mengajar gymnastik kepada perwira
bintara A.D. dan guru-guru sekolah. Pada tahun 1920 ia dibantu oleh Classen yang berijazah guru latihan
jasmani untuk sekolah menengah.

Sebelum Perang Dunia ke II di Surabaya ada GIVIO, suatu Lembaga Pemerintah tempat mendidik guru-
guru olahraga.
Setelah Perang Dunia ke II dan Bandung yang diduduki oleh tentara Belanda didirikan Akademi
Pendidikan Jasmani. Olahraga di sekolah berupa permainan, atletik dan senam. Di luar jam-jam sekolah
ada kesempatan untuk belajar renang dan latihan atletik, sepakbola, basket dan sebagainya (di sekolah
menengah).

Cabang-cabang olahraga dalam zaman penjajahan Belanda belum banyak yang digemari. Yang ada
hanya sepakbola, atletik, renang, tennis dan horfbal.

Sesuai dengan taraf perjuangan bangsa Indonesia terbentuklah perkumpulan-perkumpulan olahraga


yang bersifat nasionalis. Misalnya PSSI didirikan untuk menandingi NIVU yang didirikan oleh orang-orang
Belanda. Juga Indonesia Muda sebagai perkumpulan-perkumpulan putra-putri Indonesia telah memiliki
bagian olahraga sepakbola dan atletik. Pola ini kemudian berjangkit pula ke dalam perkumpulan-
perkumpulan pemuda lainnya.

4. Zaman Jepang

Indonesia diduduki Jepang selama tiga setengah tahun. Di sekolah-sekolah suatu pelajaran olahraga diisi
dengan senam pagi yang disebut Taisho, dan dilakukan sebelum mulai belajar. Jam olahraga diisi secara
bergiliran dengan baris-baris, sumo (gulat cara Jepang), lari sambung membawa pasir dalam karung,
rebutan bendera yang dilaksanakan oleh antara-regu-regu yang terdiri dari dari tiga orang. Permainan
dan atletik semakin terdesak oleh olahraga Jepang, antaraKendo yang dilakukan dengan tongkat bambu.

5. Zaman Merdeka

Walaupun baru saja merdeka, dan sibuk menghadapi serangan-serangan balatentara Belanda yang
bersembunyi di bawah selimut sekutu masuk Indonesia, pemerintah RI telah memberi perhatian kepada
olahraga yang waktu itu masih dikenal dengan istilah gerak badan. Ini terbukti dengan adanya saran
tertulis dari Panitia Penyelidik Pengajaran (Desember 1945) mengenai pendidikan dan pengajaran,
diantaranya mengenai gerak badan. Panitia menyatakan bahwa pendidikan baru lengkap kalau ada
pendidikan jasmani (istilah baru bagi gerak badan), sehingga tercapai suatu harmoni (keselarasan).
Mereka juga menyarankan adanya latihan militer untuk murid-murid SMT (SMA) dan pelajar puteri
melaksanakan pendidikan jasmani perlu diperhatikan nasehat dokter. Bahan pelajaran sedapat-
dapatnya di ambil dari khazanah permainan dan kesenian nasional. Dalam pelaksanaan pendidikan
jasmani perlu pula memanfaatkan musik (irama). Kepanduan dianggap perlu untuk dimasukkan ke
dalam kurikulum. Perlombaan perlu, tetapi perlu di cegah terjadinya akses-akses. Biaya pelaksanaan
pendidikan jasmani diberi oleh Pemerintah. Setiap sekolah perlu dilengkapi dengan lapangan olahraga.
Untuk secepatnya mampu melaksanakan idea-idea diatas, perlu mengadakan kursus-kursus kilat untuk
para guru.

Dari apa yang telah terbaca di atas itu terlihat bahwa pemerintah RI zaman itu sudah cukup luas
pandangannya dan mendukung penuh pelaksanaan olahraga di sekolah.
Pendidikan jasmani merupakan usaha pula untuk membuat bangsa Indonesia sehat dan kuat lahir batin.
Oleh karena itu pendidikan jasmani berkewajiban juga memajukan dan memelihara kesehatan badan,
terutama dalam arti preventif, tapi juga secara korektif.

Sekolah-sekolah untuk mendidik guru pendidikan jasmani adalah SGPD dan akademi PD, di samping itu
ada kursus-kursus BI, kursus instruktur PD, kursus ulang PD.

Pada tahun 1961 dibentuklah Departemen Olahraga karena diperlukan badan yang lebih tinggi
kedudukannya untuk mengelola pendidikan jasmani dan olahraga yang sejak saat itu dinyatakan
menjadi satu dalam istilah olahraga. Jadi sejak saat itu tidak ada lagi pembedaan di antara keduanya
karena olahraga adalah istilah Indonesia asli dan bukan terjemahan dari sport dan physical education.
Sikap dan sifat mendidik sudah otomatis tercakup dalam istilah olahraga.

Olahraga menjadi sarana “nation building” dan kususnya untuk dipakai menggembleng para pemuda
untuk menjadi manusia-manusia Indonesia baru yang “berani melihat dunia ini dengan muka yang
terbuka, tegak, fisik kuat, mental kuat, rohani kuat, jasmani kuat”.

Dalam masa setelah peristiwa berdarah coup G 30 S/PKI Indonesia perlu memulihkan diri secara total
dari luka-luka yang telah di deritanya. Ekonomi dan pangan menduduki prioritas tertinggi dalam
program Pemerintah Orde Baru. Dengan demikian olahraga yang telah menurun prioritasnya itu
semakin parah keadaanya dan prestasi yang tinggi hanya dicapai oleh olahragawan bekas TC
AsianGames/GANEFO saja. Peningkatan gairah dan sarana olahraga baru kelihatan setelah lewat satu
PELITA. Masyarakat disadarkan bahwa Pemerintah tidak mungkin ditambah bebannya dengan
pengurusan olahraga secara sendirian, dan perlu adanya gerakan dalam masyarakat itu sendiri yang kuat
untuk memajukan olahraga. Maka timbullah sistem sponsor yang sedikit-sedikit mulai mendorong
kegiatan-kegiatan baru dalam olahraga. Nasib yang sama di alami oleh olahraga di dalam sekolah.
Direktorat Jenderal Olahraga dan Pemuda tidak lagi mempunyai pengaruh di dalam sekolah-sekolah dan
guru-guru olahraga keadaanya seperti ayam kehilangan induknya. Di sekolah yang semakin padat diisi
dengan program-program pendidikan hal-hal baru, seperti kependudukan, kesejateraan keluarga,
masalah lingkungan, dan sebagainya. Semakin memojokkan olahraga.

6. Gerakan Olahraga

Kongres olahraga yang pertama kali berlangsung dalam suasana Indonesia merdeka adalah pada bulan
Januari 1947 di Solo. Dalam kongres itu diputuskan untuk membentuk satu wadah yang mengurusi
olahraga, dan Pemerintah diminta untuk meresmikannya. Wadah itu mendapat nama PORI, singkatan
dari Persatuan Olahraga Republik Indonesia. Pada malam peresmian PORI oleh Presiden
Soekarnodilantik pula suatu panitia yang akan menangani masalah hubungan Olimpiade, bernama
KORI : Komite Olimpiade Republik Indonesia, dan diketuai oleh Sultan Hamengkubuwono IX.

Pembagian kerja dalam PORI semua adalah sebagai berikut : Ada bagian-bagian sepakbola, bola basket
dan renang, atletik, bola keranjang penahan, tennis, bulutangkis, pencak silat, serta gerak jalan.
Keuangan PORI dan KORI di dapat dari subsidi Pemerintahan yang disalurkan melalui Kementerian
Pembangunan dan Pemuda.

Sewaktu di Tokyo diselenggarakan Asian Games ke 3 (1958) Indonesia telah menawarkan diri untuk
menjadi tuan rumah Asian Games ke 4. Tawaran itu diterima sehingga segala sesuatu perlu dipersiapkan
dengan baik agar tidak membuat malu bangsa dan negara. Ada tiga hal yang perlu ditangani yaitu
penyediaan fasilitas utntuk pertandingan dan perkampungan olahragawan. Kedua adalah penyiapan
team nasional yang tangguh, dan ketiga panitia penyelenggara yang bijaksana serta memahami seluk-
beluk peraturan dan pengaturan yang bermutu Internasional.

Untuk itu dibentuk Dewan Asia Games Indonesia (DAGI). Semua kegiatan organisasi olahraga
ditempatkan di bawah pimpinan dan pengawasan DAGI, sedangkan KOI (Komite Olimpiade Indonesia,
nama baru bagi KORI). Merupakan badan pembantu Dewan, terutama dalam masalah organisasi dan
administrasi. Sebagai tindak lanjut DAGI menetapkan bahwa pimpinan sentral dilakukan oleh Komando
Gerakan Olahraga (KOGOR), dan di tiap propinsi dibangun Kantor Gerakan Olahraga yang selain
mencakup Badan Persiapan Team Indonesia Daerah (BATIDA) juga mencakup KOI Daerah dan organisasi-
organisasi olahraga lainnya. Keadaan diatas itu tidak berlangsung lama, karena terus disusul oleh
terbitnya Keputusan Presiden No. 496/1961 yang memberi wewenang penuh untuk mengatur,
mengawasi, memimpin atau menyelenggarakan segala ketentuan dalam Keputusan Presiden nomor
79/1961, sehingga KOGOR kedudukannya semakin kokoh dalam pengelolaan dan pembinaan olahraga.

Karena olahraga oleh Pemerintah diberi arti yang luas dan dinyatakan sangat penting untuk
pembangunan bangsa, maka dengan Keputusan Presiden No. 131/1962 dibentuklah Departemen
Olahraga. Selama ada Departemen yang mengelola Olahraga, baik organisasi maupun prestasi olahraga
terus meningkat. Ini terbukti dari hasil yang dicapai dalam Asian Games ke 4 dan Games of the New
Emerging Foeces (GANEFO) yang pertama.

Setelah usaha terkutuk G 30 S/PKI gagal untuk menguasai RI dan pemerintah Orde Baru memegang
tampuk pimpinan negara diadakan kriteria untuk menentukan prioritas dalam segala hal yang perlu
ditangani oleh Pemerintah, dan ekonomilah yang mendapat priorutas tertinggi. Tidak berhubungan
bahwa olahraga mengalami kemunduran. Ini tidak berlangsung lama karena kalangan olahraga
menyadari sepenuhnya tugas berat Pemerintah untuk membangun negara dan bangsa, dan tidak
mungkin hanya mau menggantungkan diri kepada Pemerintah. Lalu diadakan musyawarah antara induk-
induk cabang olahraga (MUSORNAS), dan berhasil dibentuk Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI)
yang dengan Keputusan Presiden No. 57/1967 ditetapkan sebagai satu-satunya pembina gerakan
olahraga. KONI tunduk kepada kebijaksanaan umum Pemerintah dan wajib membantu Pemerintah
dalam perencanaan kebijaksanaan umum di bidang olahraga. Dalam badan baru (KONI) ini KOI
merupakan bagian yang khusus menangani hubungan dengan IOC dan gerakan Olimpik. Ini sangat
pragmatis, karena KOI sudah menjadi anggota IOC sejak 1952.

Di tahun 1970 dalam masyarakat timbul masalah profesionalisme, khususnya dalam tinju. Pemerintah
melalui PP no. 63/1971 mengatur pembinaan olahraga profesional secara menyeluruh, tetapi pada
waktu itu baru tinju yang menonjol permasalahannya. Enam tahun kemudian masalah sepakbola
profesional menjadi perhatian khalayak ramai. Badan yang membina profesionalisme menjadi perhatian
khalayak ramai. Badan yang membina profesionalisme adalah BAPOPI (Badan Pembina Olahraga
Profesional Indonesia) sebagai pembantu Menteri P dan K.

B. PERADABAN SEJARAH OLAHRAGA DUNIA

1. Bangsa Primitif

Pengetahuan tentang bangsa primitif yang hidup di zaman jauh sebelum zaman kita sekarang ini, belum
lengkap dan usianya juga belum tua. Baru sejak ilmu antropologi budaya membuka tabir rahasia
kehidupan mereka melalui interpretasi hasil galian peninggalan – peninggalan kuno, orang mulai mampu
membayangkan peri kehidupan bangsa primitif di masa lalu. Juga diadakan penelitian mengenai bangsa
primitif yang saat ini masih ada.

Drai peninggalan – peninggalan itu jelaslah bahwa manusia telah mencapai kemajuan melalui beberapa
tahap perkembangan. Tahap pertama adalah zaman Eolitik di mana manusia belum berpakaian dan
kehidupan mirip binatang dalam mencari makan dan tidak di bawah atap. Ia baru menggunakan tongkat
dan batu untuk melindungi diri. Tahap kedua adalah zaman Paleotilik dimana keadaan manusia sudah
lebih maju, sudah berlindung dalam gua – gua, memakai pakaian sesederhana terbuat dari kulit, sudah
menemukan api dan membuat senjata tajam. Mereka juga sudah bisa menggambar pada dinding –
dinding gua. Tahap ketiga adalah zaman Neolitik dimana manusia sudah mampu membuat gerabah,
panah dan busur, pakaian tenunan serta mampu menjinakkan binatang untuk dijadikan hambanya.

Meniru merupakan perbuatan yang mendasari pendidikan bangsa primitif ini. Diusahakan dapat
menyamai prestasi orang dewasa. Tahab akhir prndidikan ditandai dengan upacara-upacara ( Rites de
passage ), dan anak diakui termasuk kelompok orang dewasa. Persiapan dari anak menjadi dewasa
makan waktu lama. Suatu ujian misalnya : hanya boleh makan daging binatang yang sulit diburu, kalau
mampu berburu baru mungkin mengisi perut, sungguh ujian yang berat. Pendidikan dan latihan fisik
pada bangsa primitif tidak terpisah dari pendidikan agama/ kepercayaan, pendidikan estetis, moral dan
ketrampilan praktis.

2. Mesir Kuno

Sudah ada kebudayaan pada tahun 5000 S.M. dan pada tahun 1500 S.M. mencapai puncak
kebesarannya. Kebudayaan Mesir kuno telah berpengaruh kepada negara-negara di sekitarnya, baik di
Afrika, Asia maupun Eropa, dalam hal ilmu pengetahuan, bangunan alat rumah tangga, dan sebagainya.
Cara bertani dan mengairi sawah juga mencapai taraf tinggi. Orang Mesir kuno juga sudah menguasai
pengawetan mayat, menenun, membuat gelas dan mengolah emas, menulis dan membuat kertas,
huruf, dan sebagainya. Kesenian juga bermutu tinggi berupa sajak, sastra, tari, melukis dan memahat.
Tujuan pendidikan dan latihan fisik sulit dikatakan karena di sekolah tidak ada. Kalau di suatu pendidikan
itu ada, maka telah disesuaikan dengan keperluan tersebut. Tidak ada usaha-usaha khusus untuk
mempromosikan olahraga karena kehidupan masih sederhana. Namun olahraga renang sudah dikenal,
ini tidak mengherankan karena negara di belah dua oleh sungai Nil. Dari gambar-gambar terlihat
bagaimana kira-kira renang itu dilaksanakan. Kolam renang juga sudah ada di daerah yang dikuasai oleh
bangsawan, putri – putri juga ikut renang.

Olahraga naik Sampan juga digemari, dengan tongkat panjang orang yang naik Sampan itu mencoba
mendorong lawannya sampai jatuh ke dalam air. Gulat, hoki, anggar dengan tongkat, panahan, main
bola terlihat pada lukisan-lukisan dinding di berbagai tempat. Sedang berburu Kuda Nil merupakan
olahraga kaumbangsawan.

Kereta perang yang ditarik oleh dua ekor kuda dan dikendarai oleh seorang atau dua orang sudah
digemari dan digunakan untuk berpacu.

3. Cina Kuno

Seperti di mesir kuno jauh sebelum tarich masehi yaitu 2500 tahun S.M. Cina kuno sudah mengenal
peradaban. Kelompok yang berkuasa selalu berusaha untuk mempertahankan peradaban yang telah
tercapai. Anak di didik sesuai dengan cita-cita itu dan penyimpangan tidak dibiarkan. Sehingga selama
berabad-abad kehidupan masyarakat tetap seperti sediakala. Ini diperkuat oleh sistim keluarga serta
pemujaan terhadap nenenk moyang. Suatu keluarga yang terdiri dari : kakek, nenenk, ayah- ibu, anak
dan cucu-cucu merupakan kelompok yang kompak dan di tangan satu pimpinan yang kuat. Semua
keluarga harus tunduk kepada satu pimpinan.

Pada mulanya kegiatan fisik memegang peranan penting karena dikaitkan dengan upacara-upacara
keagamaan dan tarian-tarian. Pada waktu menyebarnya aliran Taoisme, Budhisme dan Confusianisme
perhatian terhadap latihan fisik menurun. Pada lain waktu latihan fisik digunakan dalam pendidikan
kaum militer.

Pada zama dinasti Chou ( 1115 S.M. ) ada sekolah yang disebut “ College of the East “ yang mengajarkan
ritual( upacara ), tari, dan panahan. Pada musim semi dan panas murid-murid belajar panahan, musik
dan tari-tarian. Setengah tahun berikutnya adalah untuk membaca, menulis, dan upacara. Pemuda yang
masuk di sekolah itu adalah hasil pilihan yang seksama berdasar moral dan kemampuan.

Pada usia 15 tahun pemuda-pemuda belajar panahan dan mengendarai kereta perang, dan setelah
berusia 20 tahun ia menerima kupiah sebagai tanda syah masuk masyarakat orang dewasa. Hal ini tidak
berarti pendidikannya berakhir, sebab sampai usia 30 tahun ia perlu menyempurnakan diri dalam hal
nyanyi dan tari, tata upacara dan adat istiadat.

Upacara dan panahan merupakan hal penting, karena diselenggarakan oleh orang-orang terkemuka.
Lebih penting mengetahui dan mematuhi peraturan-peraturan pelaksanaan daripada tepatnya sasaran
terkena anak panah. Semua berlangsung dengan irama musik, pemenang menerima piala, tetapi mereka
wajib memberikan segelas anggur kepada yang kalah “ agar kekuatannya bertambah “ . Bahwa panahan
itu dianggap penting dibuktikan dengan adanya upacara 3 hari setelah bayi lahir, dimana ayah
melepaskan anak panah ke langit, bumi dan ke empat mata angin dengan doa semoga dewa-dewa
menyayangi bayi itu.

4. Yunani Kuno

Yunani kuno terdiri dari berbagai negara-negara kecil yang kurang berhubungan satu dengan yang lain
karena banyaknya pegunungan-pegunungan kecuali melalui laut. Lama kelamaan terjadi persatuan-
persatuan baru yang menamakan diri negara. Diantara banyak negara-negara kecil itu sejarah selalu
mengambil dua negara utnuk dibicarakan karena perbedaan-perbedaan yang yang menyolok antara
kedua negara itu. Ke dua negara itu yaitu : Sparta dan Athena.

Keadaan Yunani kuna sebelum 776 S.M. dapat dimegerti dari buku-buku “ Illiad “ dan “ Odyseey “ tulisan
Homer, dan dianggap cocok untuk keadaan sekitar tahun 1000 S.M.. Pada waktu itu agama menonjol
sekali dan berpengaruh besar kepada pendidikan, sastera, pantun, seni pahat, musik, arsitektur dan
sebagainya.

Pendidikan ditujukan kepada pemilikan kwalitas dinamis dan bijaksana, pikiran dan fisik sama-sama
dikembangkan untuk mampu berbakti dalam masyarakat maupun peperangan. Manusia yang dinamis
memerlukan kesegaran jasmani, kekuatan, ketahanan, kelincahan dan keberanian, dan bukan badan
besar kekar yang melebihi bangsa-bangsa lain.

Olahraga yang telah dilakukan antara lain : lomba kereta beroda dua ( Chariot ), tinju, gulat, lari cepat,
lempar lembing dan tari-tarian. Dan Olahraga yang populer diantaranya Pankration ( semacam
gabungan tinju dan gulat ), panahan, mendayung, berlayar dan renang, juga tari-tarian.

5. Zaman Romawi

Negara Romawi terkenal karena sifat militernya, serta mutu undang – undang dan pengadilan.
Kebudayaan diambilnya dari Yunani yang pada suatu saat ditaklukkannya, tetapi peradaban yang tinggi
telah membuatnya harus menerima kebudayaan Yunani itu.

Pendidikan ditangan swasta. Pemerintah mengangkatCENSOR-CENSOR yang mengawasi peri kelakuan


pemuda. Anak semua dididik di dalam keluarga oleh ibu dan ayahnya sampai mampu membaca, menulis
dan berhitung. Setelah itu anak harus tahu 12 undang-undang, mengenal syair-syair kepahlawanan,
belajar lari dan berenang serta mampu menggunakan senjata.

Olahraga yang populer adalah main bola dan halter ( angkat besi ). Therma adalah tempat mandi umum
yang besar dan mewah. Sebuah Therma dapat memuat 1600 – 3000 orang, dan dibangun dari batu
pualam, penuh hiasan Frescom, Mozaik dan patung. Selain berenang orang di Therma itu dapat mandi
air dingin dan panas, mandi uap dan pijat.

Tontonan yang mengasyikkan masyarakat adalah tinju, gulat, pertarungan antar Gladiator ( pemain
pedang ), mengadu binatang buas, dan mengadu manusia melawan binatang.

6. Abad Pertengahan

Dalam masa itu pendidikan ditujukan kepada persiapan pemuda untuk peperangan, latihan penggunaan
senjata dan berburu. Itu semua baik untuk menilai sifat-sifat fisik dan moril. Kalau dianggap telah
memadai diadakan upacara pengalihan dari pemuda menjadi orang dewasa. Pada kesempatan itu ia
menerima lembing dan perisai, disertai nasehat-nasehat.

Untuk menjadi prajurit yang tangguh diperlukan badan yang kokoh, kuat, cekatan, pandai bergulat,
renang, tolak peluru, naik kuda. Main bola diajarkan dengan alasan kegunaan dan hiburan. Lebih-lebih
karena pendidikan intelek dan kejiwaan belum berkembang, maka latihan fisik menempati perhatian
yang utama.

Permainan zaman itu yang menonjol adalah main bola yang diikuti baik oleh Ritter-ritter maupun petani-
petani. Juga semacam bolling dan tari-tarian. Panahan merupakan keharusan dan mendapat
perlindungan dari atasan. Mahasiswa semakin gemar main anggar dan bentuk perkumpulan-
perkumpulan. Permainan-permainan yang dulu hanya diperlukan olrh kaum bangsawan sudah banyak
ditiru oleh masyarakat.

7. Zaman Renaissance dan Humanisme

Renaissance merupakan perubahan besar dalam alam kejiwaan manusia. Manusia mulai sadar bahwa
selama itu mereka hidup di dalam dunia yang penuh dengan kekangan dan pembatasan, antara lain
tradisi, agama, gereja, negara dan masyarakat. Di masa Renaissance manusia mulai menemukan dirinya
sendiri dan menemukan dunia. Terjadilah pembaruan-pembaruan dalam sastera, seni dan ilmu
pengetahuan. Hasil-hasil kebudayaan Romawi dan Yunani mengilhami gagasan-gagasan baru itu.
Pangkal mulanya adalah Italia dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa.

Tokoh-tokoh Italia yang terkenal sebagai humanis antara lain :Vittorino da Feltre, Vegio dan Silvio.
Mereka itu semuanya malaksanakan latihan fisik di sekolah-sekolah mereka. Mercurialis adalah dokter
yang mengadakan penelitian olahraga kuno serta hubungannya dengan kedokteran/ kesehatan dan
menulisnya dalam buku “ De Arto Gymnastica “. Penulis lainnya, yaitu Mosso,meneropong latihan fisik/
gymnastik dari sudut ilmu faal dan meneliti sejarah perkembangannya dan Scaino menulis tentang
bermacam-macam permainan zaman itu, setebal 315 halaman.
Seperti terbaca di atas kaum humanis telah besar jasanya dalam menginsyafkan pentingnya latihan fisik
dan memelopori masuknya olahraga dalam kurikulum sekolah, dan merupakan salah satu unsur
pendidikan oleh para Gouvernuer anak-anak ningrat.

Di samping itu zaman semakin melimpahnya materi dan semakin bebasnya jiwa, merupakan tanah
subur bagi berkembang permainan.

8. Abad Ke 17

Di Eropa humanisme mulai tersa pengaruhnya kepada pendidikan. Pengembangan dan pemeliharaan
tubuh mulai diakui dan tidak dapat diabaikan.

Latihan-latihan fisik terutama untuk anak kaum bangsawan yang biasanya diasuh olrh “ Gouverneur “
dan juga di dalam Ritterakademie. Universitas hanya sedikit saja memberi kesempatan untuk naik kuda,
anggar dan tari.

Kaum Jeziut ( gereja ) sudah mengakui perlunnya permainan sebagai rekreasi yang sehat, dan murid-
murid diajak berkelana dan berkemah.

Para bangsawan mempunyai permainan naik kuda dengan cepat sambil memasukkan benda ( misalnya
tombak ) ke dalam cicin. Ini dilakukan baik dilintasan lurus maupun melingkar. Perlombaan-perlombaan
kerap diadakan sambil menunjukkan kemegahan dan gemerlapan kehidupan bangsawan.

Rakyat biasa bermain bola dalam berbagai bentuk, meluncur di atas es ( skating ) dan mendayung. Di
beberapa daerah panahan juga populer.

9. Abad Ke 18

Abad ini ditandai oleh kesadaran baru akan ilmuu pengetahuan alam oleh masyarakat luas setelah
kepeloporan Leonardo Davinci, Copernicus, Galilei, Keples dan Newton.

Orang mulai menggunakan pikiran secara tajam dan timbullah “ pikiran sehat “ yang mampu
membedakan yang benar dari yang tidak benar. Kehidupan menjadi lebih dinamis dan berkembanglah
ilmu alam kimia, kedokteran dan sebagainya.

Pendidik – pendidik zaman itu yang terkenal adalah Rousseau dan Locke. Mereka berpengaruh pada
kaum Philanthropinis. Disebut demikian karena membayangkan dapat mengabdi kepada umat manusia
malalui mendidik menurut hukum alam dan logika pikiran. Kaum Philanthropinis berpijak pada
kenyataan dan mengutamakan kegunaan.

10. Inggris
Sudah sejak dulu anak sekolah yang belajar dalam sekolah-sekolah Inggris melaksanakan permainan-
permainan beregu yang dianggap mempunyai pengaruh sosialisasi baik, dan berguna dalam
pembentukan kepemimpinan, kesetiaan, kerja sama, disiplin pribadi, prakarsa serta sikap kesatria.
Disamping itu tentu saja kecintaan terhadap tanah air selalu ditekankan.

Di Inggris usaha mempertahankan lapangan-lapangan olahraga dan tempat-tempat rekreasi serta


taman-taman dilakukan dengan gigih. Walaupun demikian saat ini dirasa adanya kekurangan tempat-
tempat berolahraga dan rekreasi.

Beberapa cabang olahraga yang berasal dari Inggris adalah misalnya sepak bola, rugby, cricet dan tinju.
Cabang-canbang olahraga inila sangat menarik perhatian Pierre De Coubertin, orang Perancis yang
mendirikan gerakan Olympic, yaitu untuk menghidupkan kembali pesta olympic Yunani kuno dan
menyelenggarakannya 4 tahun sekali. Pada tahun 1896 diselenggarakan olympic games yang pertama di
Athena ( Yunani ).

C. HUBUNGAN ANTARA PERADABAN SEJARAH OLAHRAGA DI INDONESIA DAN DI DUNIA

Di tema ini saya akan menjelaskan Hubungan peradabaan sejarah olahraga di indonesia dan di dunia
berupa pencak silat, karena pencak silat memiliki sistem pertandingan yang peraturannya di ciptakan
oleh indonesia dan di perbaiki oleh dunia agar pencak silat menjadi tontonan yang bela diri yang
menarik dan tidak menghilangkan seni khas indonesia. Pencak silat atau silat adalah suatu seni bela diri
tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia,
Brunei,dan Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran berbagai suku
bangsa Nusantara.

Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, kini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang
tangguh. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Organisasi
yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara adalah Persekutuan Pencak Silat
Antara Bangsa (Persilat), yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Pencak silat adalah olahraga bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi. Ada pengaruh budaya Cina,
agama Hindu, Budha, dan Islam dalam pencak silat. Biasanya setiap daerah di Indonesia mempunyai
aliran pencak silat yang khas. Misalnya, daerah Jawa Barat terkenal dengan aliran Cimande dan Cikalong,
di Jawa Tengah ada aliranMerpati Putih dan di Jawa Timur ada aliran Perisai Diri.

Setiap empat tahun di Indonesia ada pertandingan pencak silat tingkat nasional dalam Pekan Olahraga
Nasional. Pencak silat juga dipertandingkan dalam SEA Games sejak tahun 1987. Di luar Indonesia juga
ada banyak penggemar pencak silat seperti di Australia, Belanda, Jerman, dan Amerika.

Di tingkat nasional olahraga melalui permainan dan olahraga pencak silat menjadi salah satu alat
pemersatu nusantara, bahkan untuk mengharumkan nama bangsa, dan menjadi identitas bangsa.
Olahraga pencak silat sudah dipertandingkan di skala internasional. Di Indonesia banyak sekali aliran-
aliran dalam pencak silat, dengan banyaknya aliran ini menunjukkan kekayaan budaya masyarakat yang
ada di Indonesia dengan nilai-nilai yang ada didalamnya.

Pencak Silat di Dunia

Pencak Silat telah berkembang pesat selama abad ke-20 dan telah menjadi olah raga kompetisi di bawah
penguasaan dan peraturan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa, atau The International
Pencak Silat Federation). Pencak silat sedang dipromosikan oleh Persilat di beberapa negara di seluruh 5
benua, dengan tujuan membuat pencak silat menjadi olahraga Olimpiade. Persilat mempromosikan
Pencak Silat sebagai kompetisi olah raga internasional. Hanya anggota yang diakui Persilat yang diizinkan
berpartisipasi pada kompetisi internasional.

Kini, beberapa federasi pencak silat nasional Eropa bersama dengan Persilat telah mendirikan Federasi
Pencak Silat Eropa. Pada 1986 Kejuaraan Dunia Pencak Silat pertama di luar Asia, mengambil tempat di
Wina, Austria.

Pencak silat pertama kali diperkenalkan dan dipertandingan dalam Pesta Olahraga Asia Tenggara (SEA
Games) ke-14 tahun 1987 di Jakarta. Hingga kini cabang olahraga pencak silat rutin dipertandingkan
dalam SEA Games. Pada tahun 2002 Pencak Silat diperkenalkan sebagai bagian program pertunjukan di
Asian Games di Busan, Korea Selatan untuk pertama kalinya. Kejuaraan Dunia terakhir ialah pada 2010
mengambil tempat di Jakarta, Indonesia pada Desember 2010.

Selain dari upaya Persilat yang membuat pencak silat sebagai pertandingan olahraga, masih ada banyak
aliran-aliran tua tradisional yang mengembangkan pencak silat dengan nama Silek dan Silat di berbagai
belahan dunia. Diperkirakan ada ratusan aliran (gaya) dan ribuan perguruan.

Pencak Silat di Indonesia

Nenek moyang bangsa Indonesia telah memiliki cara pembelaan diri yang ditujukan untuk melindungi
dan mempertahankan kehidupannya atau kelompoknya dari tantangan alam. Mereka menciptakan bela
diri dengan menirukan gerakan binatang yang ada di alam sekitarnya, seperti gerakan kera, harimau,
ular, atau burung elang. Asal mula ilmu bela diri di nusantara ini kemungkinan juga berkembang dari
keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang,
perisai, dan tombak, misalnya seperti dalam tradisi suku Niasyang hingga abad ke-20 relatif tidak
tersentuh pengaruh luar.

Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal
mulanya belum dapat ditentukan secara pasti. Kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya dan Majapahit
disebutkan memiliki pendekar-pendekar besar yang menguasai ilmu bela diri dan dapat menghimpun
prajurit-prajurit yang kemahirannya dalam pembelaan diri dapat diandalkan. Peneliti silat Donald F.
Draeger berpendapat bahwa bukti adanya seni bela diri bisa dilihat dari berbagai artefak senjata yang
ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta pada pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap
kuda-kuda silat di candi Prambanan dan Borobudur. Dalam bukunya, Draeger menuliskan bahwa senjata
dan seni beladiri silat adalah tak terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja, melainkan juga pada
hubungan spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan Indonesia. Sementara itu Sheikh Shamsuddin
(2005) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan Indiadalam silat. Hal ini
karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh
pedagang maupun perantau dari India, Cina, dan mancanegara lainnya.

Pencak silat telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat rumpun Melayu dalam berbagai nama. Di
semenanjung Malaysia dan Singapura, silat lebih dikenal dengan nama alirannya yaitu gayong dan cekak.
Di Thailand, pencak silat dikenal dengan nama bersilat, dan di Filipina selatan dikenal dengan nama
pasilat. Dari namanya, dapat diketahui bahwa istilah “silat” paling banyak menyebar luas, sehingga
diduga bahwa bela diri ini menyebar dari Sumatera ke berbagai kawasan di rantau Asia Tenggara.

Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid,
sehingga catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Sejarah silat dikisahkan melalui
legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain. LegendaMinangkabau, silat (bahasa
Minangkabau: silek) diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung
Marapipada abad ke-11. Kemudian silek dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke
seluruh Asia Tenggara. Demikian pula cerita rakyat mengenai asal mula silat aliran Cimande, yang
mengisahkan seorang perempuan yang mencontoh gerakan pertarungan antara harimau dan monyet.
Setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan (pendekar) yang dibanggakan, misalnya Prabu
Siliwangisebagai tokoh pencak silat Sunda Pajajaran, Hang Tuah panglima Malaka, Gajah Mada
mahapatih Majapahit dan Si Pitung dari Betawi.

Perkembangan silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum
penyebar agama Islam padaabad ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan bersama-sama
dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat menjadi bagian dari latihan spiritual. Dalam
budaya beberapa suku bangsa di Indonesia, pencak silat merupakan bagian tak terpisahkan dalam
upacara adatnya. Misalnya kesenian tari Randai yang tak lain adalah gerakan silek Minangkabau kerap
ditampilkan dalam berbagai perhelatan dan acara adat Minangkabau. Dalam prosesi pernikahan adat
Betawi terdapat tradisi “palang pintu”, yaitu peragaan silat Betawi yang dikemas dalam sebuah
sandiwara kecil. Acara ini biasanya digelar sebelum akad nikah, yaitu sebuah drama kecil yang
menceritakan rombongan pengantin pria dalam perjalanannya menuju rumah pengantin wanita
dihadang oleh jawara (pendekar) kampung setempat yang dikisahkan juga menaruh hati kepada
pengantin wanita. Maka terjadilah pertarungan silat di tengah jalan antara jawara-jawara penghadang
dengan pendekar-pendekar pengiring pengantin pria yang tentu saja dimenangkan oleh para pengawal
pengantin pria.

Silat lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara
untuk menghadapi penjajah asing. Dalam sejarah perjuangan melawanpenjajah Belanda, tercatat para
pendekar yang mengangkat senjata, seperti Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro,
Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Imam Bonjol, serta para pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, Cut
Nyak Dhien, dan Cut Nyak Meutia.
Silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas,[10] yaitu para
penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik
lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di Jawa, Bali, Kalimantan,
Sulawesi, dan pulau-pulau lain-lainnya yang juga mengembangkan beladiri ini.

Menyadari pentingnya mengembangkan peranan pencak silat maka dirasa perlu adanya organisasi
pencak silat yang bersifat nasional, yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak silat di seluruh
Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kini IPSI tercatat
sebagai organisasi silat nasional tertua di dunia.

Pada 11 Maret 1980, Persatuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) didirikan atas prakarsa Eddie M.
Nalapraya (Indonesia), yang saat itu menjabat ketua IPSI. Acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan
dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Keempat negara itu termasuk Indonesia, ditetapkan
sebagai pendiri Persilat.

Beberapa organisasi silat nasional antara lain adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia,
Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia,Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di
Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan
perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai
cabang olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.

Aturan-Aturan Dalam Pertandingan Silat

Sejalan dengan norma dan nilai budaya khususnya di Indonesia, terdapat beberapa peraturan yang
harus diperhatikan dan dilakukan dengan seksama ketika berlatih pencak silat, di antaranya sebagai
berikut.

• Upacara pembukaan latihan yang terdiri atas:

• Menyiapkan barisan;

• Berdoa dipimpin oleh pelatih;

• Pembacaan “prasetya pesilat Indonesia”

• Penghormatan kepada pelatih, dipimpin oleh pemimpin barisan.

• Pemanasan

• Latihan inti

• Pendinginan

• Upacara penutupan latihan diakhiri dengan penghormatan dan berjabat tangan.

Anda mungkin juga menyukai