SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat
Guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
NIM : 130600061
MEDAN 2020
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Prostodonsia
Tahun 2020
TIM PENGUJI
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua
orangtua tercinta, yaitu ayahanda Basrul Harjah Sihotang dan ibunda Lilis Suharni
yang telah membesarkan, selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, nasehat,
semangat, motivasi dan dukungan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan
skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada adik penulis, Kenza
Amanda Sihotang serta segenap keluarga yang selalu senantiasa memberikan
dukungan kepada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,
pengarahan, saran serta doa dari beberapa pihak sehingga skripsi ini dapat disususn
dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ariyani Dallmer, drg., MDSc., Sp.Pros (K) selaku dosen pembimbing penulis
yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan
dukungan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi.
2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator
Skripsi dan Ketua Tim Penguji yang telah turut memberikan bimbingan, bantuan,
nasehat dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku ketua Departemen Prostodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran dan
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
iv
5. Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros (K) selaku anggota tim penguji yang telah
memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc., Sp.Pros (K) selaku penasehat
akademik atas motivasi dan nasehat selama masa perkuliahan hingga skripsi ini
selesai.
7. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Prostodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas motivasi dan bantuan sehingga
skripsi ini berjalan dengan lancar.
8. Teman-teman terdekat seperjuangan di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Sumatera Utara terutama Wulandari Gultom, Yosana Hayati Sitorus, Pratiwi
Nababan, Mutiara Tami Panjaitan serta teman-teman angkatan 2013 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu atas bantuan, perhatian, dukungan dan dorongan serta
semangat yang telah diberikan kepada penulis sampai pengerjaan skripsi ini selesai.
9. Sahabat-sahabat terbaik penulis Dewi, Nisa, Dina, Fida, Tia, Fitria, Ana,
Tanti, Puput, Rika, Yuni, Tari, Paldi, Ramadhan, Ganda, Taufik yang telah
memberikan doa,dukungan dan dorongan semangat selama penyelesaian skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan memberikan
kemudahan kepada kita. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
terdapat kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata, dengan kerendahan hati
penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang
berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara, khususnya di Departemen Prostodonsia.
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
vii
2.3 Hubungan Oklusi Statis dan Oklusi Dinamis .......................... 21
2.4 Kerangka Teori ........................................................................ 24
2.5 Kerangka Konsep .................................................................... 25
2.6 Hipotesis .................................................................................. 26
viii
Hubungan Gigi Anterior dan Posterior serta Skema Oklusi
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara...................................................................... . 44
BAB 5 PEMBAHASAN
BAB 6 KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan.............................................................................. 57
6.2 Saran......................................................................................... 57
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xi
25 Klas I........................................................... ......................................... 42
26 Klas II divisi 1............... ....................................................................... 42
27 Klas II divisi 2........................................................... ........................... 42
28 Klas III............... .................................................................................. 42
29 Canine protection........................................................... ...................... 43
30 Group function............... ...................................................................... 43
31 Klas I........................................................... ......................................... 45
32 Klas II............... .................................................................................... 45
33 Klas III............... .................................................................................. 45
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
xiii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
perubahan dalam skema oklusi dari canine protection dan group function ditemukan
dalam tahap transisi dari remaja ke dewasa selama periode pasca sarjana yang dapat
dihubungkan dengan kebiasaan makanan, faktor psikologis dan stres. 15
Hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis telah banyak diteliti. Scife
dan Holt (1969) a cited from Al-Nimri dkk (2010) menyebutkan bahwa canine
protection berhubungan dengan klasifikasi klas II Angle. Pada penelitian Al-Hiyasat
dkk (2004), menyatakan hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis
menunjukkan bahwa canine protection paling banyak terdapat pada klas II Angle
(untuk hubungan molar maupun insisivus) sedangkan paling sedikit pada klas I dan
klas III. Prevalensi kontak posterior pada protrusi secara dominan berhubungan
dengan klas III pada hubungan insisivus maupun pada hubungan molar (50 dan 31%
secara berurutan) kemungkinan disebabkan oleh pengurangan atau kemunduran
overbite dan overjet dari gigi anterior, sementara sedikit berhubungan dengan klas II
molar dan klas II divisi 2 insisivus (16 dan 1% secara berurutan), oleh karena itu
menurut penelitiannya ada hubungan antara tipe oklusi statis dan tipe oklusi dinamis,
sedangkan menurut Tipton dkk (1991) a cited from Al-Nimri dkk (2010) tidak ada
hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis.6,16
Hubungan oklusi statis dan oklusi dinamis menurut penelitian yang dilakukan
Touzi dkk (2015) menunjukkan bahwa skema oklusi canine protection paling sering
pada subyek dengan klas II Angle 31,25 %.5 Penelitian Al-Hiyasat dkk (2004)
menunjukkan bahwa ada hubungan antara canine protection dengan klas II Angle
oklusi statis.6 Pada penelitian oleh Al-Nimri dkk (2010) tentang hubungan antara
oklusi statis dan dinamis pada mahasiswa kedokteran gigi dengan rentang usia 21-30
tahun menyatakan bahwa pada posisi 0,5 mm pola oklusi dinamis berbeda dengan
oklusi statis tetapi tidak signifikan. Pada posisi 3 mm, pola oklusi dinamis signifikan
berhubungan dengan gigi insisivus.16 Menurut penelitian Abduo dkk (2013) a cited
from Touzi dkk (2015) menunjukkan bahwa prevalensi skema oklusi lateral
dipengaruhi oleh faktor yang berbeda yaitu: jarak ekskursi lateral, usia individu dan
hubungan oklusi statis.5
4
1.2 Permasalahan
Oklusi merupakan hal yang sangat penting dalam proses mastikasi.
Kelainan oklusi dapat mengganggu efisiensi dalam fungsi pengunyahan dan
apabila dalam keadaan yang lebih parah dapat menyebabkan gangguan pada
sendi temporomandibular. Oklusi gigi geligi secara normal dapat
dikelompokkan dalam dua tipe, yaitu oklusi statis dan oklusi dinamis. Oklusi
statis merupakan suatu kontak antara gigi maksila dan mandibula yang terjadi
ketika rahang tidak bergerak. Oklusi statis dapat dilihat melalui hubungan gigi
anterior dan gigi posterior.1-5 Hubungan gigi insisivus di klasifikasikan
berdasarkan British Standar Institution (BSI), yaitu: klas I, klas II divisi 1 dan
klas II divisi 2, klas III.1,6 Angle mengkarakteristikkan oklusi statis berdasarkan
hubungan molar pertama pada gigi permanen menjadi tiga, yaitu: klas I, klas II,
dan klas III. Pembagian klasifikasi oklusi menurut Angle dan BSI berdasarkan
gambaran bentuk lengkung, posisi gigi dan kontak gigi pada posisi
interkuspal.1,5,6
Oklusi dinamis merupakan kontak oklusal yang dihasilkan ketika mandibula
bergerak secara relatif terhadap maksila, baik pergerakan ke arah anterior, lateral,
maupun posterior. Terdapat dua oklusi fungsional pada gigi posterior selama terjadi
pergerakan lateral mandibula, yaitu: canine protection dan group function.5,7
Hubungan oklusi statis dan oklusi dinamis menurut penelitian yang dilakukan Touzi
dkk (2015) menunjukkan bahwa skema oklusi canine protection sering terjadi pada
subjek dengan klas II Angle 31,25%.5 Penelitian Al-Hiyasat dkk (2004) menyatakan
hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis menunjukkan bahwa canine
5
protection paling banyak terdapat pada klas II (untuk hubungan molar dan insisivus)
sedangkan paling sedikit berhubungan pada klas I dan klas III.6 Pada penelitian oleh
Al-Nimri dkk (2010) tentang hubungan antara oklusi statis dan dinamis pada
mahasiswa kedokteran gigi dengan rentang usia 21-30 tahun menyatakan bahwa pada
posisi 0,5 mm pola oklusi dinamis berbeda dengan oklusi statis tetapi tidak
signifikan. Pada posisi 3 mm, pola oklusi dinamis signifikan berhubungan dengan
gigi insisivus. Menurut penelitian Tipton dan Rinchuse (1991) a cited from Al-Nimri
dkk (2010) tidak ada hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis.16
Dari beberapa literatur terlihat masih adanya perbedaan tentang hubungan
antara oklusi statis dan oklusi dinamis. Maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian untuk melihat hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis pada gigi
asli mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Oklusi
Oklusi didefenisikan sebagai kontak yang terjadi antara gigi di maksila dan
mandibula. Sistem stomatognasi dibentuk oleh tiga unsur yang sangat penting, yaitu
gigi, jaringan periodontal, dan sistem artikulasi. Oklusi adalah suatu keadaan yang
kompleks,yang meliputi gigi, ligamen periodontal, rahang, sendi temporomandibular,
otot dan sistem saraf.3,7 (Gambar 1)
Jarak horizontal dari masing-masing gigi anterior maksila saling tumpang tindih
terhadap gigi anterior mandibula yang dikenal sebagai horizontal overlap (biasa
disebut dengan overjet). Jarak antara sudut insisal labial dari insisivus maksila dan
permukaan labial dari gigi mandibula pada ICP (Intercuspal Contact Position).
Anterior guidance juga dapat diperiksa pada vertical plane yang lebih dikenal sebagai
vertical overlap (biasa disebut overbite).1 Pada oklusi normal, biasanya memiliki
vertical overlap (overbite) rata-rata sebesar 3-5 mm. Klas I merupakan keadaan
dimana tepi insisal bawah berada dibawah dataran singulum insisal sentralis atas. 1,6
Klas II divisi I merupakan suatu keadaan yang terjadi ketika seseorang
memiliki mandibula yang kurang berkembang (hubungan molar klas II), gigi anterior
mandibula pada banyak kasus hampir berkontak dengan gingiva di permukaan palatal
gigi anterior maksila, hubungan ini disebut deep bite (overbite yang dalam). Pada
hubungan gigi anterior klas II gigi insisivus anterior sentralis dan lateral maksila
berada dalam inklinasi labial yang normal, maka kondisi ini disebut divisi 1. Ketika
insisivus maksila berinklinasi lebih ke lingual maka hubungan gigi anterior tersebut
merupakan klas II divisi 2.1
Klas III merupakan suatu keadaan yang terjadi pada kondisi gigi anterior
mandibula berada di depan dan berkontak dengan tepi insisal gigi anterior maksila
(hubungan klas III molar) disebut juga end to end (edge to edge).1
Hubungan anterior klas III merupakan suatu kondisi yang terjadi pada kasus
yang lebih parah pada gigi anterior mandibula dimana berada jauh ke depan dan tidak
ada kontak yang terjadi dengan gigi anterior maksila pada ICP. 1
Hubungan gigi anterior lainnya adalah ketika salah satu memiliki vertical
overlap negatif. Dengan kata lain, ketika gigi posterior interkuspasi maksimum, gigi
anterior maksila tidak terjadi overlap atau tidak berkontak satu sama lain disebut
anterior open bite. Seseorang dengan anterior open bite biasanya tidak ada gigi
anterior yang berkontak selama pergerakan mandibula 1. (Gambar 4)
11
2. Klas II
Hubungan klas II digambarkan dengan karakteristik berikut ini 1:
a.Tonjol mesiobukal dari gigi molar pertama mandibula berada di fossa
sentralis gigi molar pertama maksila.
b.Tonjol mesiobukal dari gigi molar pertama mandibula berada sebaris
dengan groove bukal gigi molar pertama maksila.
c.Tonjol distolingual dari gigi molar pertama maksila berada di fossa sentralis
gigi molar pertama mandibula.
Ketika dibandingkan dengan hubungan klas I, masing-masing dari pasangan
kontak oklusal berada lebih ke distal kira-kira selebar mesiodistal dari gigi premolar. 1
(Gambar 6)
13
3. Klas III
Pada hubungan klas III posisi pertumbuhan dari molar mandibula lebih ke
mesial dari pada molar maksila. Karakteristik klas III adalah sebagai berikut:1
a.Tonjol distobukal dari gigi molar pertama mandibula berada pada
embrasur antara gigi premolar dua dan molar pertama maksila.
b.Tonjol mesiobukal dari gigi molar pertama maksila berada lebih di embrasur
antara gigi molar pertama dan molar kedua mandibula.
c.Tonjol mesiolingual dari gigi molar pertama maksila berada di pit mesial dari
gigi molar kedua mandibula. (Gambar 7)
14
laterotrusif (working side). Sisi mediotrusif adalah sisi rahang yang bergerak ke arah
midline (garis median), pada sisi tersebut geligi tidak berkontak. Sisi laterotrusif
adalah sisi rahang yang bergerak ke lateral menjauhi garis median. Kontak yang
terjadi pada sisi laterotrusif disebut kontak laterotrusif atau disebut juga working
contact. Kontak yang terjadi pada sisi mandibula yang bergerak ke medial disebut
kontak mediotrusif atau nonworking contact.1,18
Oklusi fungsional lateral terbagi atas tiga bagian yaitu :3
a. Canine protection Occlusion
Canine protection occlusion terjadi hanya pada gigi kaninus yang berkontak
pada working side selama pergerakan lateral mandibula, sedangkan pada posisi
nonworking tidak ada kontak yang seimbang.8,12 Teori canine protection
diperkenalkan oleh Nagao (1919), Shaw (1924), dan D’Amico (1958). Berdasarkan
sifatnya gigi kaninus sangat sesuai untuk mengarahkan ekskursi mandibula, karena
gigi kaninus memiliki rasio mahkota-akar yang baik sehingga mampu mentolerir
kekuatan oklusal yang besar, agar gigi kaninus memiliki area permukaan yang lebih
besar dari pada gigi di sebelahnya sehingga dapat menyediakan proprioceptor yang
lebih besar.19-22 (Gambar 8)
Gambar 8. Canine protection. Pada saat pergerakan lateral tidak ada gigi
yang berkontak pada sisi mediotrusif (nonworking side), pada saat
laterotrusif (working side) hanya gigi kaninus yang berkontak.
16
Gambar 9. Group function. pada saat lateral tidak ada gigi yang berkontak
pada sisi mediotrusif (nonworking side), dan gigi posterior berkontak pada
sisi laterotrusif (working side).
dapat membantu meninggalkan tanda. Bagian yang berwarna dari kertas artikulasi
mengandung wax, minyak dan pigmen, yang akan hilang ketika terkena saliva karena
sifatnya yang hidrofobik. Namun, kertas artikulasi merupakan material yang tidak
fleksibel dan kurang akurat karena ketebalan yang dimilikinya.23-28 (Gambar 10)
Articulating film hanya memiliki ketabalan 8 µm dimana tidak lebih dari pada
level persepsi ketebalan dari pasien, harus menggunakan pegangan khusus dalam
lingkungan yang kering.23-28 (Gambar 12)
Articulating silk terbuat dari mikronized color pigment, menempel pada emulsi
wax-oil. Memiliki tekstur yang lembut dan pseudomarkings tidak di dapatkan selama
penggunaan dan efektif saat digunakan secara intraoral. 23-28 (Gambar 13)
20
High spot indicator dalam sediaan bentuk cairan dan diindikasikan untuk
digunakan di laboratorium memeriksa kontak proksimal pada crown, inlay, onlay dan
mahkota teleskopik dan clasps. Cairan tersebut akan di aplikasikan dengan
menggunakan sikat pada coping dan berbentuk film dengan ketebalan 3 µm. 23-28
pergerakan lateral mandibula, yaitu: canine protection dan group function.5,7 Canine
protection adalah bentuk artikulasi yang saling melindungi dan menguntungkan
dimana vertikal overlap dan horizontal gigi kaninus mencegah geligi posterior
berkontak saat gerakan excursive mandibula.3 Menurut penelitian Al-Hiyasat dkk
(2004) bahwa hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis menunjukkan canine
protection paling banyak terdapat pada klas II untuk hubungan molar dan insisivus
sedangkan paling sedikit pada klas I dan klas III. Selama pergerakan lateral
mandibula gigi kaninus maksila dan mandibula pada sisi working side menyebabkan
disoklusi dari semua gigi posterior pada posisi working dan balancing side. Group
function merupakan kontak yang termasuk ke dalam anterior guidance dimana
kontak terjadi di beberapa gigi working side selama pergerakan ekskursi ke lateral
sehingga beban dibagi ke gigi tersebut.6-12
Menurut penelitian Al-Hiyasat dkk (2004) dari 447 subjek penelitian, 253 orang
(57%) adalah canine protection dan 76 orang (17%) mempunyai oklusi campuran
yang mana satu sisinya adalah canine protection.6 Sebuah penelitian yang dilakukan
oleh Athiban (2014) pada 239 subjek yang dipilih antara kelompok usia 17-22 tahun
menunjukkan bahwa sebagian besar mayoritas 92,3% dan 88,37% memiliki canine
protection di kelompok usia 17 dan 18 tahun, sedangkan di atas umur 19 tahun ada
peningkatan prevalensi oklusi group function, yaitu sekitar 77,19%, 100%, 88,37%
dari individu pada kelompok usia 20, 21, 22 tahun. Penelitian ini menegaskan bahwa
perubahan dalam skema oklusi dari canine protection dan group function ditemukan
dalam tahap transisi dari remaja ke dewasa selama periode pasca sarjana yang dapat
dihubungkan dengan kebiasaan makanan, faktor psikologis dan stres. 15
Hubungan oklusi statis dan oklusi dinamis menurut penelitian yang dilakukan
Touzi dkk (2015) menunjukkan bahwa skema oklusi canine protection paling sering
pada subyek dengan klas II Angle 31,25%.5 Penelitian Al-Hiyasat dkk (2004)
menunjukkan bahwa ada hubungan antara canine protection dengan klas II Angle
oklusi statis.6 Penelitian yang dilakukan Al-Nimri dkk (2010) menunjukkan
hubungan antara oklusi statis dan dinamis pada subjek dari 94 mahasiswa kedokteran
gigi, ada posisi 0,5 mm pola oklusi dinamis berbeda dengan oklusi statis tetapi tidak
23
Oklusi
Klas I Klas I
Lateral Protrusif Retrusif
Klas II
Klas II divisi 1
Canine protected
Klas III
Klas II divisi 2 occlusion
Skema
Klas III (end to end) oklusi Group function
occlusion
Klas III
Oklusi
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
n = [ Zα√𝑷𝒐 𝟏 − 𝑷𝒐 + Zβ √𝑷𝒂 𝟏 − 𝑷𝒂 ]2
[Pa-Po]2
Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan
Zα = Nilai sebaran normal baku pada α tertentu (1,96)
Zβ = Nilai sebaran normal baku pada β tertentu (1,282)
Po = Proporsi oklusi statis dan dinamis yang ditemukan yaitu 67 %
Pa = Proporsi oklusi statis dan dinamis yang diharapkan yaitu 51 %
n = [1,96 √ + 1,282 √ ]2
(0,16)2
= [1,96 √ + 1,282 √ ]2
(0,16)2
= [(1,96×0,470) + (1,282×0,4998)]2
(0,16)2
= [0,9212+ 0, 640]2
(0,16)2
= [1,5612]2 = 2,437 = 95,195
2
(0,16) 0,0256
Untuk menghindari terjadinya drop out sampel penelitian maka jumlah sampel
ditambahkan sebesar ±10% dari sampel yang ditentukan. Oleh karena itu jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 orang.
ctor
34
Lembar pemeriksaan
1. Informed consent
2. Kuesioner
3. Sarung tangan (Gambar 19)
Overbite: jumlah/jarak dari overlap insisal secara vertikal dari insisivus sentralis
maksila dan mandibula yang diukur dalam satuan milimeter.29
36
Overjet: jarak antara sudut insisal dari insisivus maksila yang paling labial ke
insisivus sentralis mandibula yang paling labial sejajar dengan dataran oklusal yang
diukur dengan satuan milimeter.29 (Gambar 21)
Mengurus surat izin penelitian dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
dan Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan
Menentukan subjek penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dengan sampel
sebanyak 100 orang
Pengolahan data
Analisis data
Kesimpulan
40
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Tabel 5. Distribusi Oklusi Statis Berdasarkan Hubungan Gigi Anterior dan Posterior
pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Jumlah
Oklusi Statis
n %
Klas I 45 45
Hubungan
Klas II (divisi 1) 21 21
Gigi Anterior
Klas II (divisi 2) 21 21
Klas III 13 13
Jumlah 100 100
Klas I 45 45
Hubungan gigi
posterior Klas II 42 42
Klas III 13 13
Jumlah 100 100
42
Group function 35 35
Mixed Canine protection dan group function 6 6
Jumlah 100
Tabel 7. Hubungan antara oklusi statis dan dinamis berdasarkan hubungan gigi
anterior dan posterior serta skema oklusi pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Oklusi Dinamis
Mixed
canine
Canine Group Jumlah p
Oklusi Statis protection
protection function
dan group
function
n % n % n % n %
Klas I 24 24 20 20 1 1 45 45
Klas II
15 15 4 4 2 2 21 21
Hubungan Divisi 1
Gigi Klas II 0,011*
17 17 3 3 1 1 21 21
Anterior Divisi 2
Klas III 3 3 8 8 2 2 13 13
Jumlah 59 59 35 35 6 6 100 100
Klas I 24 24 20 20 1 1 45 45
Hubungan
Klas II 32 32 7 7 3 3 42 42
Gigi 0,003*
Klas III 3 3 8 8 2 2 13 13
Posterior
Jumlah 59 59 35 35 6 6 100 100
Keterangan:*Hubungan signifikan (p<0,05)
Gambar 31. Klas I Gambar 32. Klas II Gambar 33. Klas III
46
BAB 5
PEMBAHASAN
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik
dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional, dimana sampel
diobservasi satu kali dan variabel-variabel yang diukur menurut keadaan atau status
sewaktu diobservasi. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara langsung dan
pemeriksaan klinis. Pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik purposive
sampling dengan simple random sampling. Pengambilan sampel secara purposive
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan ciri
atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sampel penelitian ini
adalah mahasiswa yang masih aktif di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara yang berusia 17-22 tahun dengan kondisi gigi lengkap sebanyak 100
orang yang terdiri dari 25 orang yang berusia 17-19 tahun, dan 75 orang yang berusia
20-22 tahun.
Pada penelitian ini, oklusi statis diperoleh jumlah subjek paling banyak adalah
hubungan Klas I sebanyak 45 orang (45%) baik anterior dan posterior dan jumlah
yang paling sedikit pada klas III yaitu 13 orang (13%), hasil penelitian ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Touzi dkk (2015) dimana diperoleh jumlah
subjek lebih banyak pada hubungan klas I sebesar 72,86% dan paling sedikit klas III
sebesar 3,02 %.5 Pada penelitian Al-Hiyasat dkk (2004) terdapat 202 orang (45%)
klas I berdasarkan hubungan gigi anterior dan 239 orang (54%) klas I berdasarkan
hubungan gigi posterior dan yang paling sedikit 18 % klas III berdasarkan hubungan
gigi anterior dan 3% klas III berdasarkan hubungan gigi posterior. 6
Pada klas II divisi 1 dan divisi 2 diperoleh hasil yang sama yaitu 21 orang
(21%), 42 orang (42%) klas II posterior sedangkan pada penelitian Al-Hiyasat dkk
(2004), prevalensi klas II 37% berdasarkan hubungan gigi anterior (20% divisi 1 dan
17% divisi 2), 29% berdasarkan hubungan gigi posterior klas II. Pada penelitian
Touzi dkk (2015) terdapat 24,12% klas II. 6
oklusi berkorelasi dengan usia.6 Pada penelitian ini, sampel yang diperiksa berusia
17-22 tahun, oleh karena itu hasil yang ditemukan berkorelasi lurus dengan penelitian
yang ada dimana skema oklusi canine protection lebih banyak ditemukan diusia
muda.33
Teori mengenai skema oklusi canine protection berdasarkan konsep bahwa gigi
kaninus adalah gigi yang paling sesuai untuk menjadi penuntun pergerakan ekskursi
lateral. Oleh karena itu selama ekskursi lateral seluruh gigi geligi tidak berkontak
kecuali gigi kaninus maksila dengan mandibula pada working side. Bebarapa alasan
mengapa kontak gigi kaninus paling ideal untuk membimbing pergerakan mandibula
adalah karena gigi kaninus mempunyai rasio mahkota akar yang baik untuk
mengabsorbsi tekanan oklusal, akar gigi kaninus lebih panjang dan mempunyai luas
permukaan akar yang lebih luas dibandingkan gigi disampingnya sehingga ligamen
periodontal lebih banyak dan bersifat mechanoreceptor, yaitu penerimaan rangsangan
berupa ketegangan mekanis dan tekanan terhadap gigi, permukaan palatal dari gigi
kaninus maksila berbentuk konkaf atau cekung sangat sesuai untuk menuntun
pergerakan lateral.12
Menurut penelitian Touzi dkk (2015) menunjukkan hasil yang berbeda terlihat
skema oklusi yang paling banyak adalah 45,9% pada group function sementara
canine protection 24,09%.5 Pada penelitian Aswaworit dkk (2011), dimana mayoritas
populasi pada penelitiannya memiliki skema oklusi group function, hal ini sama
dengan data epidemiologi dari penelitian Beyron (1964) (a cited form Aswaworit
dkk 2011), menunjukkan bahwa aborigin Australia dewasa memiliki skema oklusi
group function. Weinberg (1964) (a cited from Aswaworit dkk 2011), menemukan
81% dari penelitiannya termasuk ke dalam skema oklusi group function, dimana
hanya 5% skema oklusi canine protection.13 Sebaliknya Scaife dkk (1969) a cited
from Al-Nimri dkk (2010), memeriksa 1200 individu dan menemukan bahwa
mayoritas dari masing-masing keduanya unilateral atau bilateral canine protection
occlusion. Ketidaksamaan pada seluruh penelitian disebabkan oleh perbedaan dalam
pemeriksaan populasi, budaya dan asupan makanan yang diterima serta pengaruh
material yang digunakan untuk mengevaluasi kontak. Menurut Tarazi dkk (2007) a
49
cited from Aswaworit dkk (2011), menunjukkan variasi kontak gigi dengan material
yang digunakan pada penelitian.13,16
Penelitian yang dilakukan oleh Athiban (2014) pada 239 subjek yang dipilih
antara kelompok usia 17-22 tahun menunjukkan bahwa mayoritas 92,3% dan
88,37% memiliki canine protection pada kelompok usia 17 dan 18 tahun sedangkan
diatas umur 19 tahun ada peningkatan prevalensi oklusi group function, yaitu sekitar
77,19%, 100%, 88,37% dari individu pada kelompok usia 20, 21, 22 tahun. Penelitian
ini menegaskan bahwa perubahan dalam skema oklusi dari canine protection menjadi
group function ditemukan dalam tahap transisi dari remaja ke dewasa yang dapat
dihubungkan dengan kebiasaan makanan, faktor psikologis dan stres. Penelitian ini
menyatakan bahwa adanya tempat kerja yang menunjukkan suatu kondisi lingkungan
yang unik dapat menyebabkan stress sehingga menjadi penyebab beberapa patologis
dental yang memicu kebiasaan buruk yang menyebabkan kelainan pada otot
mastikasi.15,37-38
Pada penelitian ini, skema oklusi group function ditemukan dengan presentasi
yang lebih sedikit. Hasil ini sama dengan beberapa penelitian yang ada. Penelitian
yang sudah ada menyatakan bahwa group function ditemukan pada berbagai
kelompok usia, namun paling banyak ditemukan pada kelompok usia lebih lanjut. Hal
ini disebabkan oleh penyesuaian yang terjadi selama proses kehidupan. Group
function diketahui lebih menstimulus periodonsium dibandingkan skema oklusi lain
karena menyeimbangkan lengkung rahang seiiring bertambahnya usia, contohnya
tekanan oklusal yang berlebih atau aktivitas parafungsi dan proses mastikasi makanan
yang keras yang dimulai pada usia muda.21-22
Pada penelitian ini diperoleh hasil mixed antara canine protection dan group
function sebanyak 6 orang (6%). Hal ini sama dengan penelitian Al-Hiyasat yang
menunjukkan bahwa subjek dengan skema oklusi mixed antara canine protection dan
group function lebih sedikit ditemukan.
50
memiliki skema oklusi group function ditemukan 20 orang (20%) klas I. Hasil
penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Touzi dkk (2015) yaitu skema oklusi
canine protection paling banyak 31,25% klas II dan skema oklusi group function
paling banyak 51,03% klas I.5 Hasil penelitian yang dilakukan Al-Hiyasat dkk (2004)
berbeda dengan penelitian ini yaitu yang memiliki skema oklusi canine protection
paling banyak ditemukan 121 (51%) klas I, 87 (67%) klas II, 5 (39%) klas III dan
skema oklusi group function 34 (14%) klas I, 14 (11%) klas II, 2 (15%) klas III, pada
mixed antara canine protection dan group function 49 (21%) klas I, 13 (10%) klas II,
4 (31%) klas III.6
Oklusi yang baik harus memungkinkan mandibula bertranslasi tanpa hambatan
oklusal saat gerakan fungsional terutama pada segmen posterior, sehingga efisiensi
pengunyahan pada working side tidak hilang, distribusi aksial lebih merata dan dapat
menghindari jatuhnya beban berlebih pada sendi temporomandibula. 21 Oklusi sangat
penting karena merupakan dasar dari fungsi mastikasi. Dalam bidang prostodontik,
salah satu tujuan pembuatan gigi tiruan adalah mengembalikan fungsi. Oleh karena
itu, pemahaman tentang oklusi yang baik diperlukan oleh prostodontis sehingga dapat
merehabilitasi oklusi dan tercapainya fungsi yang dinamis. 37
Meskipun pola kontak gigi tergantung pada derajat pergerakan lateral dan
prevalensi group function relatif tinggi pada seluruh tingkat pergerakan, gigi kaninus
memiliki peran penting pada skema oklusi lateral. Gigi kaninus juga merupakan gigi
yang paling sering digunakan pada saat working side. Pentingnya gigi kaninus juga
dapat digambarkan dari keausan gigi kaninus yang menonjol pada pasien dengan
oklusi group function.31
Penelitian Al-nimri dkk (2010), menunjukkan hubungan antara oklusi statis dan
dinamis dari 94 mahasiwa kedokteran gigi, dengan rentang usia 21-30 tahun bahwa
pada posisi 0,5 mm pola oklusi dinamis tidak ada hubungan dengan oklusi statis
meskipun tidak signifikan sementara di posisi 3 mm skema oklusi dinamis secara
signifikan dipengaruhi oleh hubungan insisivus.16 Menurut Aswaworit dkk (2011),
menyimpulkan bahwa skema oklusi lateral dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berbeda, faktor pertama adalah jarak ekskursi lateral; adanya kerumitan pada
53
morfologi oklusal, lokasi dan besarnya kontak gigi dapat dipengaruhi oleh tingkat
ekskursi. Ada dua kategori kontak oklusi; parsial (0,5-1,5mm) dan full (2-3mm).
Faktor kedua adalah usia individu; ketika usia semakin bertambah, maka gigi
berfungsi juga semakin besar sehingga dapat mempengaruhi kontak gigi diposisi
statis dan dinamis. Faktor ketiga adalah hubungan oklusi statis, beberapa studi
menyebutkan bahwa gigi anterior dan ukuran lengkung dapat mempengaruhi
hubungan skema oklusi.13,31-32
Perbedaan paling mendasar antara kedua skema oklusi tersebut adalah gigi
mana yang berkontak selama terjadinya pergerakan lateral. Walaupun banyak
perbedaan antara keduanya, canine protection juga memiliki persamaan dengan
group function. Kedua oklusi tersebut memiliki kontak gigi posterior yang multiple
pada posisi interkuspal (oklusi sentrik), mencegah berkontaknya gigi posterior pada
nonworking side selama pergerakan ke lateral dan mencegah berkontaknya gigi
posterior ketika gigi anterior berkontak pada gerakan protrusif. 31-34
Beberapa penelitian telah meneliti kemungkinan hubungan antara oklusi statis
dan oklusi fungsional. Tampak bahwa balanced occlusion berada pada tingkat yang
jauh lebih besar dan tampaknya lebih dominan pada subjek dengan oklusi statis
normal (ideal) (oklusi Kelas I) dibandingkan dengan maloklusi Angle. Ketika gerakan
rahang diperiksa dari bidang frontal, subjek dengan oklusi normal cenderung
memiliki gerakan lebih sederhana dan tidak menyilang dibandingkan pada subjek
dengan maloklusi.17,37
Maloklusi klas II adalah maloklusi tipe skeletal dimana gigi-gigi bawah dalam
hubungan distal (posterior) terhadap antagonisnya di maksila. Pada seseorang dengan
maloklusi klas II mempunyai mandibula terlalu kecil, maksila yang besar, atau
keduanya, dimana mesio bukal molar pertama bawah terletak distal dari tonjol
mesiobukal gigi molar pertama atas dengan jarak sedikitnya selebar premolar. Ada
dua divisi dari tipe maloklusi Klas II yang didasarkan inklinasi dan overlap insisivus
maksila. Klas II divisi 1 adalah hubungan insisivus dimana inklinasi labial insisivus
maksila sama dengan insisivus pada oklusi normal. Individu dengan relasi ini sering
menunjukkan karakteristik oral yang unik meliputi overjet yang berlebihan pada gigi
54
insisivus maksila yang terletak lebih ke labial dari insisivus bawah dan supraerupsi
insisivus bawah. Klas II divisi 2 adalah hubungan insisivus dimana insisivus sentralis
maksila retrusi dengan inklinasi lingual berlebihan, sedangkan insisivus lateralis
berinklinasi ke labial. Individu dengan maloklusi ini cendurung mempunyai overjet
kecil tetapi overbite yang besar. 34
Individu dengan maloklusi klas III atau mesio-oklusi mempunyai maloklusi tipe
skeletal dimana mandibula terletak lebih anterior dari maksila. Pada hubungan molar
klas III, alur mesiobukal dari molar pertama mandibula terletak mesial dari tonjol
mesio bukal molar pertama maksila paling tidak selebar gigi premolar. Pada
maloklusi tipe ini, biasanya ditandai dengan hubungan gigi anterior edge to edge atau
gigitan silang dimana gigi-gigi mandibula terletak lebih fasial dari gigi maksila. 34
Hubungan rahang mengacu pada posisi mandibula terhadap maksila dan dapat
dikatakan sebagai hubungan gigi geligi antara maksila dan mandibula. Posisi antar
tonjol maksila (maximal intercuspal position) adalah hubungan gigi dengan gigi yang
tidak bergantung pada ke arah mana anatomi otot rahang atau sendi akan
memposisikan mandibula. Relasi sentrik adalah hubungan maksila-mandibula yang
diperoleh saat individu melakukan pengunyahan dan penelanan. Hubungan oklusi
yang ideal menghasilkan kondisi harmonis antara otot rahang, posisi kondilus
terhadap diskus dan fossa, dan kontak maksimum gigi geligi. 7,34
Mencapai oklusi dengan canine protection membutuhkan gigi anterior dengan
kondisi periodontal yang sehat. Adanya kehilangan tulang dan kehilangan kaninus,
menyebabkan gigi harus direstorasi dengan group function. Adanya dukungan yang
berlebih pada gigi posterior pada working side akan mendistribusikan tekanan ke
daerah anterior gigi yang tidak dapat di tahan. Penggunaan oklusi canine protection
juga bergantung pada relasi ortodontik dari lengkung rahang yang berlawanan. Pada
maloklusi klas II dan klas III mandibula tidak dapat dipandu oleh gigi anterior. Oklusi
canine protection tidak dapat digunakan pada situasi reverse occlusion, atau crossbite
pada masing-masing buccal cups maksila maupun mandibula pada masing-masing
sisi working side. 12,34
55
Pada oklusi normal terdapat fungsi refleks dari sistem neuromuskular, yang
menghasilkan pergerakan mandibula sehingga menghindari terjadinya kontak
prematur. Hal ini menuntun mandibula pada posisi interkuspasi maksimum dengan
kondilus pada posisi optimal. Hal ini akan menghasilkan gejala hipertonik dari otot-
otot sekitar atau trauma pada TMJ, akan tetapi hal ini biasanya baik-baik saja karena
kebanyakan orang dapat beradaptasi dan tidak akan menyebabkan rasa tidak nyaman.
Pada oklusi patologis dapat menimbulkan tanda-tanda trauma dan kerusakan.
Adanya atrisi pada permukaan oklusal akibat penggunaan berlebih, fraktur tonjol dan
mobiliti gigi. Oleh karena itu dokter gigi harus mengetahui oklusi dan dapat
menganalisanya.7,17,34
Efisiensi mengunyah berkaitan erat dengan jumlah permukaan gigi yang
digunakan selama mastikasi makanan. Subjek dengan skema oklusi normal memiliki
pengunyahan yang lebih efisien daripada subjek dengan maloklusi, tetapi tidak ada
pola pengunyahan spesifik yang diidentifikasi sebagai yang paling efisien. Pandangan
dan konsep oklusi fungsional harus mempertimbangkan dan memperhitungkan
pengetahuan saat ini tentang pengunyahan manusia dan tipe pola mengunyah untuk
menetapkan pedoman yang efektif untuk mencapai oklusi fungsional yang optimal
pada setiap pasien. Hubungan potensial antara tipe pola mengunyah, morfologi
kraniofasial, tipe oklusi statis, dan tipe oklusi fungsional harus dipelajari dan
dievaluasi untuk memastikan ketepatan dan kompatibilitas yang tepat.35
Hambatan dalam oklusi sentrik kadang-kadang dapat dilihat dalam kasus-kasus
dengan hubungan klas II divisi 2 dan/atau diantara pasien dengan restorasi pada gigi
anterior akan menyebabkan keterbatasan pergerakan atau tidak ada gerakan ketika
gigi posterior berkontak, sehingga memiliki efek locking pada rahang pasien. Hal
tersebut nantinya tidak dapat ditoleransi dengan baik sehingga dapat bermanifestasi
terhadap munculnya rasa sakit dan ketidaknyamanan, kegagalan restorasi dan
memiliki efek buruk terhadap struktur pendukung, serta dapat mengakibatkan
pergerakan gigi yang tidak diinginkan.36
Pada gigi geligi normal, oklusi mutually protected atau canine protection
merupakan hubungan yang ideal dalam pergerakan ekstrinsik mandibula pada gigi,
56
otot dan sendi temporomandibular. Hal ini disebabkan kaninus mempu meningkatkan
distribusi stress yang optimal diantara gigi anterior dan posterior. Beberapa studi
dengan metodologi yang sama dengan penelitian ini juga menunjukkan adanya tanda
dari kondisi kelainan fungsi TMJ yang lebih banyak ditemukan pada skema oklusi
group function yang menunjukkan adanya insidensi dari berbagai jenis oklusi sentrik
terhadap hubungan gigi geligi sehat dan dengan kelainan dari sistem
odontostomatognatik. Pemilihan dan penyusunan gigi yang tepat juga harus
mengikuti pola oklusi yang ideal sesuai dengan kondisi oklusi statis dan oklusi
dinamis gigi-gigi yang ada.17,36-37
Kelemahan pada penelitian ini adalah sampel pada subjek penelitian tidak di
kelompokkan berdasarkan dengan umur, jenis kelamin dan bentuk lengkung rahang
sehingga kemungkinan hasil penelitian menjadi kurang akurat.
57
BAB 6
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilkukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Distribusi oklusi statis berdasarkan hubungan gigi anterior dan posterior
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dengan
hubungan gigi anterior 45 orang (45%) klas I, 21 orang (21%) klas II divisi 1, 21
orang (21%) klas II divisi 2, 13 orang (13%) klas III. Pada hubungan gigi posterior
terdapat 45 orang (45%) klas I, 42 orang (42%) klas II, 13 orang (13%) klas III.
2. Distribusi oklusi dinamis berdasarkan hubungan skema oklusi pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terdapat canine
protection 59 orang (59%), group function 35 orang (35%) sedangkan mixed antara
canine protecion dan group function 6 orang (6%).
3. Ada hubungan yang signifikan antara oklusi statis dan dinamis berdasarkan
hubungan gigi anterior dengan nilai p=0,011 (p<0,05) dan Ada hubungan yang
signifikan antara oklusi statis dan dinamis berdasarkan hubungan gigi posterior
dengan nilai p=0,003 (p<0,05).
Pada penelitian ini, diperoleh adanya implikasi klinis, yaitu: hasil
penelitian ini dapat digunakan untuk membantu mendiagnosa skema oklusi
pasien sebelum dilakukannya perawatan.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan subjek penelitian pada lingkup
yang lebih luas dengan jumlah yang lebih besar.
2. Disarankan melakukan penelitian untuk melihat hubungan oklusi statis dan
oklusi dinamis lebih lanjut dengan mengendalikan variabel jenis kelamin dan bentuk
lengkung rahang.
58
DAFTAR PUSTAKA
25. Sharma A, Rahul GR, Poduval ST, et all. History of Materials used for
Recording Static and Dynamic Occlusal contact marks: A literature review. J
Clin Exp Dent 2013;5(1):48-53.
26. Parmar A. Articulation Papers & Occlusion Tips. Dental Tribune 2013. Apr 15-
21:14-16.
27. Sharma S, Jyoti A. Modern Diagnostic Aids in Prosthodontics. IJRID
2016;6(2):8-16.
28. Davies SJ, Gray MJ. The Examination and Recording of the Occlusion: Why and
Who. British Dental Journal 2001;191(6):291-302.
29. Francisconi M, Janson G, Freitas K, et all. Overjet, Overbite, and Anterior
Crowding Relapses in Extraction and Nonextraction Patients, and Their
Correlations. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2014;146:67-72.
30. Greeshma Y, Sahu S, Motwani B, et all. Clinical Evaluation of Occlusal Contact
Patterns in Various Lateral Mandibular Movements and Prevalence of Canine
Protection and Group Function. Int J Oral Health Med Res 2017;3(6):17-20.
31. Abduo J, Tennant M, Mcgeachie J. Lateral Occlusion Schemes in Natural and
Minimally Restored Permanent Dentition: a Systematic Review. Journal of Oral
Rehabilitation 2013:1-15.
32. Ogawa T, Ogimoto T, Koyano K. The Relationship Between Non-working side
Occlusal Contacts and Mandibular Positions. Journal of Oral Rehabilitation
2001;28:976-81.
33. Ahmad OB, Boschi-Pinto C, Lopez AD, Murray CJ, et all. Age Standardization
of Rates: a New WHO Standard. World Health Origanization 2001 (GPE
Discussion Paper Series: No.31).
34. Scheid RC, Weiss G. Woelfel Anatomi Gigi. 8 th ed. Penerbit Buku Kedokteran,
2013:265-79.
35. Rinchuse DJ, Kandasamy S, Sciote J. A contemporary and Evidence-based View
of Canine Protected Occlusion. American journal of Orthodontics and
Dentofacial Orthopedics 2007;132(1):90-98.
61
Assalamualaikum wr.wb
Selamat pagi
(INFORMED CONSENT)
Setelah mendapat penjelasan mengenai manfaat penelitian dan paham akan apa yang
dilakukan, diperiksa dan didapatkan penelitian yang berjudul :
Maka dengan surat ini saya menyatakan dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan
bersedia berpartisipasi menjadi subjek dalam penelitian ini.
Medan, .............................
Yang menyetujui,
Peneliti Subjek Penelitian
No :
DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI Tanggal : - -
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Klas I
Klas II
Klas III
Lateral excursion 3 mm
kanan kiri
Canine protection
Group function
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Dinamis
Canine
Protection Group Function Mixed (CG & GF) Total
Chi-Square Tests
Crosstabs
Cases
Dinamis
Canine
Protection Group Function Mixed (CP & GF) Total
Klas II Count 32 7 3 42
Chi-Square Tests