Anda di halaman 1dari 84

HUBUNGAN ANTARA OKLUSI STATIS DAN DINAMIS BERDASARKAN

HUBUNGAN GIGI ANTERIOR DAN POSTERIOR SERTA SKEMA


OKLUSI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

THE RELATIONSHIP BETWEEN STATIC AND DYNAMI OCCLUSION BASED


ON THE RELATIONSHIP BETWEEN ANTERIOR AND POSTERIOR TEETH
AND THE OCCLUSION SCHEME IN STUDENTS OF THE FACULTY OF
DENTISTRY UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat
Guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

RIRI HARLIANI SIHOTANG

NIM : 130600061

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Prostodonsia
Tahun 2020

Riri Harliani Sihotang


Hubungan antara Oklusi Statis dan Dinamis Berdasarkan Hubungan Gigi
Anterior dan Posterior serta Skema Oklusi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara
Halaman xiii + 61 halaman
Oklusi merupakan hal yang sangat penting dalam proses mastikasi. Oklusi
gigi geligi secara normal dapat dikelompokkan dalam dua tipe, yaitu oklusi statis dan
oklusi dinamis. Oklusi statis merupakan suatu kontak antara gigi maksila dan
mandibula yang terjadi ketika rahang tidak bergerak. Oklusi statis dapat dilihat
melalui hubungan gigi anterior dan gigi posterior. Hubungan gigi insisivus di
klasifikasikan berdasarkan British Standar Institution (BSI), yaitu: klas I, klas II
divisi 1 dan klas II divisi 2, klas III. Angle mengkarakteristikkan oklusi statis
berdasarkan hubungan molar pertama pada gigi permanen menjadi tiga, yaitu: Klas
I,II dan III. Pembagian klasifikasi oklusi menurut Angle dan BSI berdasarkan
gambaran bentuk lengkung, posisi gigi dan kontak gigi pada posisi interkuspal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi oklusi statis berdasarkan
hubungan gigi anterior dan posterior serta distribusi oklusi dinamis berdasarkan
skema oklusi dan hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional dengan
sampel mahasiswa kondisi gigi lengkap berjumlah 100 orang.Setiap sampel
dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan shimstock dan kertas artikulasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa distribusi oklusi statis berdasarkan hubungan gigi
anterior dan posterior yaitu: hubungan gigi anterior dengan 45 (45%) orang klas I, 21
(21%) orang klas II divisi 1 dan 21 (21%) orang klas II divisi 2, 13 (13%) orang klas
III. Pada hubungan gigi posterior terdapat 45 (45%) orang klas I, 42 (42%) orang klas
II dan 13 (13%) orang klas III. Distribusi oklusi dinamis yang dilakukan terhadap
100 orang ditemukan 59 orang (59%) memiliki skema oklusi canine protection, 35
orang (35%) memiliki skema oklusi group function dan 6 orang (6%) memiliki
skema oklusi mixed antara canine protection dan group function. Hasil penelitian
skema oklusi berdasarkan hubungan gigi anterior diperoleh 59 orang (59%) yang
memiliki skema oklusi canine protection ditemukan 24 orang (24%) klas I, 15 orang
(15%) klas II divisi 1 dan 17 orang (17%) divisi 2, 3 orang (3%) klas III. Dari 35
orang yang memiliki skema oklusi group function ditemukan 20 orang (20%) klas I, 4
orang (4%) klas II divisi 1 dan 3 orang (3%) klas II divisi 2,serta 8 orang (8%) klas
III. Dari 6 orang (6%) yang memiliki skema oklusi mixed antara canine protection
dan group function ditemukan 1 orang (1%) klas I, 2 orang (2%) klas II divisi 1, 1
orang (1%) klas II divisi 2, dan 2 orang (2%) klas III. Berdasarkan uji statistik
menggunakan uji chi-square diperoleh hasil adanya hubungan yang signifikan antara
oklusi statis dan dinamis berdasarkan hubungan gigi anterior dengan nilai p=0,011
(p<0,05). Pada hasil penelitian skema oklusi berdasarkan hubungan gigi posterior
diperoleh 59 orang (59%) yang memiliki skema oklusi canine protection ditemukan
24 orang (24%) klas I, 32 orang (32%) klas II, 3 orang (3%) klas III. Dari 35 orang
yang memiliki skema oklusi group function 20 orang (20%) klas I, 7 orang (7%) klas
II, 8 orang (8%) klas III. Pada mixed antara canine protection dan group function dari
6 orang (6%) terdapat 1 orang (1%) klas I, 3 (3%) orang klas II, 2 (2%) orang klas III.
Berdasarkan uji statistik menggunakan uji chi-square diperoleh hasil adanya
hubungan yang signifikan antara oklusi statis dan dinamis berdasarkan hubungan gigi
posterior dengan nilai p=0,003 (p<0,05). Pada penelitian ini, diperoleh adanya
implikasi klinis, yaitu: hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu
mendiagnosa skema oklusi pasien sebelum dilakukannya perawatan.

Daftar Rujukan: 38 (1997-2018)


TIM PENGUJI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji


pada tanggal 11 September 2020

TIM PENGUJI

KETUA : Prof.Haslinda Z.Tamin,drg., M.Kes., Sp.Pros (K)


ANGGOTA : 1. Ariyani Dallmer,drg,. MDSc., Sp.Pros (K)
2. Ricca Chairunnisa,drg., Sp.Pros (K)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua
orangtua tercinta, yaitu ayahanda Basrul Harjah Sihotang dan ibunda Lilis Suharni
yang telah membesarkan, selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, nasehat,
semangat, motivasi dan dukungan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan
skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada adik penulis, Kenza
Amanda Sihotang serta segenap keluarga yang selalu senantiasa memberikan
dukungan kepada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,
pengarahan, saran serta doa dari beberapa pihak sehingga skripsi ini dapat disususn
dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ariyani Dallmer, drg., MDSc., Sp.Pros (K) selaku dosen pembimbing penulis
yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan
dukungan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi.
2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator
Skripsi dan Ketua Tim Penguji yang telah turut memberikan bimbingan, bantuan,
nasehat dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku ketua Departemen Prostodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran dan
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

iv
5. Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros (K) selaku anggota tim penguji yang telah
memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc., Sp.Pros (K) selaku penasehat
akademik atas motivasi dan nasehat selama masa perkuliahan hingga skripsi ini
selesai.
7. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Prostodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas motivasi dan bantuan sehingga
skripsi ini berjalan dengan lancar.
8. Teman-teman terdekat seperjuangan di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Sumatera Utara terutama Wulandari Gultom, Yosana Hayati Sitorus, Pratiwi
Nababan, Mutiara Tami Panjaitan serta teman-teman angkatan 2013 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu atas bantuan, perhatian, dukungan dan dorongan serta
semangat yang telah diberikan kepada penulis sampai pengerjaan skripsi ini selesai.
9. Sahabat-sahabat terbaik penulis Dewi, Nisa, Dina, Fida, Tia, Fitria, Ana,
Tanti, Puput, Rika, Yuni, Tari, Paldi, Ramadhan, Ganda, Taufik yang telah
memberikan doa,dukungan dan dorongan semangat selama penyelesaian skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan memberikan
kemudahan kepada kita. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
terdapat kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata, dengan kerendahan hati
penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang
berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara, khususnya di Departemen Prostodonsia.

Medan, 11 September 2020


Penulis

(Riri Harliani Sihotang)


130600061

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI PROPOSAL ...............................................

KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1


1.2 Permasalahan ........................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian..................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian................................................................... 6
1.5.1 Manfaat Praktis ............................................................... 6
1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................. 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Oklusi ...................................................................................... 7


2.1.1 Oklusi Statis.................................................................... 8
2.1.1.1 Hubungan Gigi Anterior .................................... 9
2.1.1.2 Hubungan Gigi Posterior.................................... 11
2.1.2.Oklusi Dinamis............................................................... 14
2.1.2.1 Oklusi Fungsional .............................................. 14
2.1.2.2 Oklusi Non Fungsional ...................................... 17
2.2 Indikator Oklusal ..................................................................... 17
2.2.1 Indikator Kualitatif ......................................................... 17
2.2.2Indikator Kuantitatif ........................................................ 20

vii
2.3 Hubungan Oklusi Statis dan Oklusi Dinamis .......................... 21
2.4 Kerangka Teori ........................................................................ 24
2.5 Kerangka Konsep .................................................................... 25
2.6 Hipotesis .................................................................................. 26

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................ 27


3.2 Populasi Penelitian .................................................................. 27
3.3Sampel dan Besar Sampel Penelitian ....................................... 27
3.3.1 Sampel Penelitian ............................................................ 27
3.3.2 Besar Sampel Penelitian .................................................. 28
3.3.3 Kriteria Inklusi ................................................................. 29
3.3.4 Kriteria Eksklusi .............................................................. 29
3.4 Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ......................... 29
3.4.1 Klassifikasi Variabel ..................................................... 29
3.4.1.1 Variabel Bebas .................................................. 29
3.4.1.2 Variabel Terikat ................................................ 30
3.4.1.3 Variabel Terkendali .......................................... 30
3.4.1.4 Variabel Tak Terkendali. .................................. 30
3.4.2 Defenisi Operasional ..................................................... 30
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 32
3.5.1 Tempat Penelitian .......................................................... 32
3.5.2 Waktu Penelitian ........................................................... 32
3.6 Prosedur Penelitian .................................................................. 33
3.6.1 Alat dan Bahan Penelitian .............................................. 33
3.6.1.1 Alat ..................................................................... 33
3.6.1.2 Bahan.................................................................. 34
3.6.2 Cara Penelitian................................................................ 35
3.6.2.1 Persiapan Penelitian ........................................... 35
3.6.2.2 Pelaksanaan Penelitian ....................................... 35
3.6.2.2.1 Pemeriksaan Oklusi Statis..................... 35
3.6.2.2.2 Pemeriksaan Oklusi Dinamis................ 36
3.7 Kerangka Operasional Penelitian ............................................ 39
3.5 Analisis Data ........................................................................... 40

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Distribusi Oklusi Statis Berdasarkan Hubungan Gigi


Anterior dan Posterior pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara............................................ 41
4.2 Distribusi Oklusi Dinamis Berdasarkan Skema Oklusi
pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara..................................... .................................. 42
4.3 Hubungan antara Oklusi Statis dan Dinamis Berdasarkan

viii
Hubungan Gigi Anterior dan Posterior serta Skema Oklusi
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara...................................................................... . 44

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Oklusi Statis Berdasarkan Hubungan Gigi


Anterior dan Posterior pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara ........................................... 46
5.2 Distribusi Oklusi Dinamis Berdasarkan Skema Oklusi
pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara ................................ ...................................... 47
5.3 Hubungan antara Oklusi Statis dan Dinamis Berdasarkan
Hubungan Gigi Anterior dan Posterior serta Skema Oklusi
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara...................................................................... . 50

BAB 6 KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan.............................................................................. 57
6.2 Saran......................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 58

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Defenisi Operasional Variabel Bebas................................................ 30


2 Defenisi Operasional Variabel Terikat............................................... 31
3 Defenisi Operasional Variabel Terkendali ........................................ 32
4 Defenisi Operasional Variabel Tak Terkendali ................................. 32
5 Distribusi Oklusi Statis Berdasarkan Hubungan Gigi Anterior dan
posterior pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara...................................................... ............................ 41
6 Distribusi Oklusi Dinamis Berdasarkan Skema Oklusi pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara...................................................... ............................................ 43
7 Hubungan antara Oklusi Statis dan Dinamis Berdasarkan Hubungan
Gigi Anterior dan Posterior serta Skema Oklusi pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ....................... 45

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Sistem stomatognasi ............................................................................. 7


2 Sistem artikulasi ................................................................................... 8
3 Kontak maksimum interkuspasi ........................................................... 9
4 Enam variasi hubungan gigi anterior ................................................... 11
5 Hubungan molar Klas I ........................................................................ 12
6 Hubungan molar Klas II....................................................................... 13
7 Hubungan molar Klas III ..................................................................... 14
8 Canine protection................................................................................. 16
9 Group function ..................................................................................... 16
10 Kertas artikulasi ................................................................................... 18
11 Shimstock ............................................................................................. 19
12 Articulating film ................................................................................... 19
13 Articulating silk .................................................................................... 20
14 T-Scan Occlusal Analysis System (Tekscan) ....................................... 21
15 Kaca mulut, sonde, pinset......................................................... ........... 33
16 Shimstock dan kertas artikulasi......................................................... ... 33
17 Cheek retractor.......................................................................... .......... 33
18 Forcep miller............................................................................. ........... 34
19 Sarung tangan........................................................................... ............ 34
20 Masker........................................................................................ .......... 34
21 Titik penentu overjet dan overbite............... ........................................ 36
22 Oklusi statis........................................................... ............................... 37
23 Pemeriksaan oklusi dengan kertas artikulasi............... ........................ 37
24 Pemeriksaan oklusi dengan shim stock.................................... ............ 38

xi
25 Klas I........................................................... ......................................... 42
26 Klas II divisi 1............... ....................................................................... 42
27 Klas II divisi 2........................................................... ........................... 42
28 Klas III............... .................................................................................. 42
29 Canine protection........................................................... ...................... 43
30 Group function............... ...................................................................... 43
31 Klas I........................................................... ......................................... 45
32 Klas II............... .................................................................................... 45
33 Klas III............... .................................................................................. 45

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian


2. Lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent)
3. Lembar pemeriksaan oklusi statis dan oklusi dinamis
4. Surat persetujuan komisi etik

xiii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak tahun-tahun awal kedokteran gigi modern hingga saat ini oklusi telah
menjadi topik menarik dan banyak didiskusikan dalam bidang rehabilitatif dan
prostodontik. Selama bertahun-tahun beberapa konsep tentang oklusi telah
berkembang dengan popularitas yang berbeda.1,2 Oklusi didefinisikan sebagai kontak
interkuspal antara gigi geligi rahang atas dan rahang bawah dalam segala posisi dan
pergerakan mandibula. Oklusi dikontrol oleh komponen neuromuskular dan sistem
mastikasi yaitu: gigi, struktur periodontal, rahang atas dan rahang bawah, sendi
temporomandibular, otot dan ligamen. Oklusi gigi geligi secara normal dapat
dikelompokkan dalam dua aspek, yaitu oklusi statis dan oklusi dinamis.3,4
Oklusi statis merupakan suatu kontak antara gigi maksila dan mandibula yang
terjadi ketika rahang tidak bergerak. Oklusi statis dapat dilihat melalui hubungan gigi
anterior dan gigi posterior.1,5 Oklusi statis dapat di identifikasikan berdasarkan
klasifikasi Angle pada tahun 1907 dan berikutnya oleh Andrews pada tahun 1972.
Hubungan oklusal yang paling umum dapat dilihat melalui hubungan gigi posterior.
Dalam pemeriksaan oklusal, hubungan gigi posterior berpusat pada gigi molar
pertama mandibula. Angle mengkarakteristikkan oklusi statis berdasarkan hubungan
molar pertama pada gigi permanen menjadi tiga, yaitu: klas I, klas II, dan klas III.1,5,6
Seperti gigi posterior, gigi anterior maksila secara normal terletak lebih ke labial dari
pada gigi anterior mandibula. Inklinasi labial dari gigi anterior adalah indikasi dari
fungsi yang berbeda dari gigi posterior. Hubungan gigi insisivus di klassifikasikan
berdasarkan British Standar Institution (BSI), yaitu: klas 1, klas II divisi 1 dan klas II
divisi 2, klas III. Pembagian klasifikasi oklusi menurut Angle dan BSI berdasarkan
gambaran bentuk lengkung, posisi gigi dan kontak gigi pada posisi interkuspal. 1,6
Pada penelitian Al-Hiyasat dkk (2004), menyatakan bahwa prevalensi oklusi statis
dengan relasi rahang klas II, yaitu: 29% pada gigi molar klas II dan 37% pada gigi
insisivus klas II (20% divisi 1 dan 17% divisi 2).6
2

Oklusi dinamis merupakan kontak oklusal yang dihasilkan ketika mandibula


bergerak secara relatif terhadap maksila, baik pergerakan ke arah anterior, lateral,
maupun posterior. Terdapat dua oklusi fungsional pada gigi posterior selama
pergerakan lateral mandibula, yaitu: canine protection dan group function.5,7-8
Menurut Glossary of Prosthodontics Term, canine protection adalah bentuk artikulasi
yang saling melindungi dan menguntungkan dimana overlap vertikal dan horizontal
gigi kaninus mencegah geligi posterior berkontak saat gerakan excursive mandibula.
Group function adalah sejumlah kontak antara geligi mandibula dan maksila pada
working side saat gerakan lateral, dimana kontak sejumlah gigi yang simultan
bertindak sebagai suatu grup untuk mendistribusikan kekuatan oklusal.8-11 Menurut
penelitian Al-Hiyasat dkk (2004) dari 447 subjek penelitian, 253 orang (57%) adalah
canine protection dan 76 orang (17%) adalah oklusi campuran yang mana satu
sisinya adalah canine protection.6 Menurut penelitian Touzi dkk (2015) terlihat
skema oklusi yang paling banyak adalah (45,9%) pada group function sementara
canine protection 24,09%.5 Menurut penelitian Kahn dkk (1999) a cited from Touzi
dkk (2015), yaitu dari 55 subjek menunjukkan persentase group function 65% kanan
dan 67% kiri sedangkan canine protection adalah 35% pada sisi kanan dan 33% pada
sisi kiri.5 Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Asawaworit dkk
(2011) menunjukkan dari 104 subjek yang berusia 18-50 tahun persentase paling
tinggi dari group function 68,7% untuk jenis kelamin laki-laki dan 67,6% untuk jenis
kelamin perempuan, sedangkan persentase canine protection bervariasi 16,4 % untuk
jenis kelamin laki-laki dan 18,9% untuk jenis kelamin perempuan.13 Menurut
penelitian Singh dkk (2013) dari 100 mahasiswa prasarjana kesehatan yang berusia
18 sampai 25 tahun, menunjukkan bahwa kebanyakan skema oklusinya adalah group
function dan sebagian canine protection.14 Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Athiban (2014) pada 239 subjek yang dipilih antara kelompok usia 17-22 tahun
menunjukkan bahwa 92,3% dan 88,37% memiliki skema oklusi canine protection di
kelompok usia 17 dan 18 tahun sedangkan diatas umur 19 tahun ada peningkatan
prevalensi oklusi skema oklusi group function, yaitu sekitar 77,19%, 100%, 88,37%
dari individu pada kelompok usia 20, 21, 22 tahun. Penelitian ini menegaskan bahwa
3

perubahan dalam skema oklusi dari canine protection dan group function ditemukan
dalam tahap transisi dari remaja ke dewasa selama periode pasca sarjana yang dapat
dihubungkan dengan kebiasaan makanan, faktor psikologis dan stres. 15
Hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis telah banyak diteliti. Scife
dan Holt (1969) a cited from Al-Nimri dkk (2010) menyebutkan bahwa canine
protection berhubungan dengan klasifikasi klas II Angle. Pada penelitian Al-Hiyasat
dkk (2004), menyatakan hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis
menunjukkan bahwa canine protection paling banyak terdapat pada klas II Angle
(untuk hubungan molar maupun insisivus) sedangkan paling sedikit pada klas I dan
klas III. Prevalensi kontak posterior pada protrusi secara dominan berhubungan
dengan klas III pada hubungan insisivus maupun pada hubungan molar (50 dan 31%
secara berurutan) kemungkinan disebabkan oleh pengurangan atau kemunduran
overbite dan overjet dari gigi anterior, sementara sedikit berhubungan dengan klas II
molar dan klas II divisi 2 insisivus (16 dan 1% secara berurutan), oleh karena itu
menurut penelitiannya ada hubungan antara tipe oklusi statis dan tipe oklusi dinamis,
sedangkan menurut Tipton dkk (1991) a cited from Al-Nimri dkk (2010) tidak ada
hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis.6,16
Hubungan oklusi statis dan oklusi dinamis menurut penelitian yang dilakukan
Touzi dkk (2015) menunjukkan bahwa skema oklusi canine protection paling sering
pada subyek dengan klas II Angle 31,25 %.5 Penelitian Al-Hiyasat dkk (2004)
menunjukkan bahwa ada hubungan antara canine protection dengan klas II Angle
oklusi statis.6 Pada penelitian oleh Al-Nimri dkk (2010) tentang hubungan antara
oklusi statis dan dinamis pada mahasiswa kedokteran gigi dengan rentang usia 21-30
tahun menyatakan bahwa pada posisi 0,5 mm pola oklusi dinamis berbeda dengan
oklusi statis tetapi tidak signifikan. Pada posisi 3 mm, pola oklusi dinamis signifikan
berhubungan dengan gigi insisivus.16 Menurut penelitian Abduo dkk (2013) a cited
from Touzi dkk (2015) menunjukkan bahwa prevalensi skema oklusi lateral
dipengaruhi oleh faktor yang berbeda yaitu: jarak ekskursi lateral, usia individu dan
hubungan oklusi statis.5
4

Berdasarkan uraian penelitian-penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa


hubungan antara hubungan oklusi statis dan oklusi dinamis pada gigi asli mahasiswa
FKG USU merupakan hal yang masih diperdebatkan dalam bidang kedokteran gigi.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara oklusi statis dan
oklusi dinamis pada gigi asli mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.

1.2 Permasalahan
Oklusi merupakan hal yang sangat penting dalam proses mastikasi.
Kelainan oklusi dapat mengganggu efisiensi dalam fungsi pengunyahan dan
apabila dalam keadaan yang lebih parah dapat menyebabkan gangguan pada
sendi temporomandibular. Oklusi gigi geligi secara normal dapat
dikelompokkan dalam dua tipe, yaitu oklusi statis dan oklusi dinamis. Oklusi
statis merupakan suatu kontak antara gigi maksila dan mandibula yang terjadi
ketika rahang tidak bergerak. Oklusi statis dapat dilihat melalui hubungan gigi
anterior dan gigi posterior.1-5 Hubungan gigi insisivus di klasifikasikan
berdasarkan British Standar Institution (BSI), yaitu: klas I, klas II divisi 1 dan
klas II divisi 2, klas III.1,6 Angle mengkarakteristikkan oklusi statis berdasarkan
hubungan molar pertama pada gigi permanen menjadi tiga, yaitu: klas I, klas II,
dan klas III. Pembagian klasifikasi oklusi menurut Angle dan BSI berdasarkan
gambaran bentuk lengkung, posisi gigi dan kontak gigi pada posisi
interkuspal.1,5,6
Oklusi dinamis merupakan kontak oklusal yang dihasilkan ketika mandibula
bergerak secara relatif terhadap maksila, baik pergerakan ke arah anterior, lateral,
maupun posterior. Terdapat dua oklusi fungsional pada gigi posterior selama terjadi
pergerakan lateral mandibula, yaitu: canine protection dan group function.5,7
Hubungan oklusi statis dan oklusi dinamis menurut penelitian yang dilakukan Touzi
dkk (2015) menunjukkan bahwa skema oklusi canine protection sering terjadi pada
subjek dengan klas II Angle 31,25%.5 Penelitian Al-Hiyasat dkk (2004) menyatakan
hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis menunjukkan bahwa canine
5

protection paling banyak terdapat pada klas II (untuk hubungan molar dan insisivus)
sedangkan paling sedikit berhubungan pada klas I dan klas III.6 Pada penelitian oleh
Al-Nimri dkk (2010) tentang hubungan antara oklusi statis dan dinamis pada
mahasiswa kedokteran gigi dengan rentang usia 21-30 tahun menyatakan bahwa pada
posisi 0,5 mm pola oklusi dinamis berbeda dengan oklusi statis tetapi tidak
signifikan. Pada posisi 3 mm, pola oklusi dinamis signifikan berhubungan dengan
gigi insisivus. Menurut penelitian Tipton dan Rinchuse (1991) a cited from Al-Nimri
dkk (2010) tidak ada hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis.16
Dari beberapa literatur terlihat masih adanya perbedaan tentang hubungan
antara oklusi statis dan oklusi dinamis. Maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian untuk melihat hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis pada gigi
asli mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

1.3 Rumusan Masalah


Dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana distribusi oklusi statis berdasarkan hubungan gigi anterior dan
posterior pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara?
2. Bagaimana distribusi oklusi dinamis berdasarkan skema oklusi pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara?
3. Apakah ada hubungan antara oklusi statis dan dinamis berdasarkan
hubungan gigi anterior dan posterior serta skema oklusi pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara?

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui distribusi oklusi statis berdasarkan hubungan gigi anterior
dan posterior pada mahasiwa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui distribusi oklusi dinamis berdasarkan skema oklusi pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
6

3. Untuk mengetahui hubungan antara oklusi statis dan dinamis berdasarkan


hubungan gigi anterior dan posterior serta skema oklusi pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada praktisi
kesehatan dalam memahami dan mengetahui adanya hubungan antara oklusi statis
dan dinamis berdasarkan hubungan gigi anterior dan posterior serta skema oklusi.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk mendiagnosa skema
oklusi pada perawatan pasien.

1.5.2 Manfaat Teoritis


Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan atau kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya, khusunya di bidang Kedokteran
Gigi Prostodonsia.
2. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh praktisi kesehatan dalam
mendeteksi dini kemungkinan terjadinya maloklusi berdasarkan skema oklusi setiap
individu.
7

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Oklusi
Oklusi didefenisikan sebagai kontak yang terjadi antara gigi di maksila dan
mandibula. Sistem stomatognasi dibentuk oleh tiga unsur yang sangat penting, yaitu
gigi, jaringan periodontal, dan sistem artikulasi. Oklusi adalah suatu keadaan yang
kompleks,yang meliputi gigi, ligamen periodontal, rahang, sendi temporomandibular,
otot dan sistem saraf.3,7 (Gambar 1)

Gambar 1. Sistem stomatognasi.7

Sistem artikulasi didefenisikan sebagai sekelompok hal, yaitu sendi


temporomandibula, otot-otot pengunyahan dan oklusi gigi, yang saling berhubungan
atau tidak dapat dipisahkan yang akan membentuk kesatuan yang kompleks. (Gambar
2)
8

Gambar 2. Sistem Artikulasi. (a) Elemen-elemen sistem


artikulasi; (b) Gambaran elemen-elemen sistem artikulasi
dalam istilah mekanis.7

Dalam sistem artikulasi,sendi temporomandibula dianggap sebagai engsel,otot


pengunyahan sebagai motorik dan oklusi gigi sebagai kontak. Ketika dilihat dari sisi
mekanik, jelas bahwa elemen-elemen pada sistem artikulasi mutlak berhubungan.7
Oklusi merupakan aksi terintegrasi dari otot-otot rahang, sendi
temporomandibula dan geligi. Oklusi dapat di klasifikasikan menjadi oklusi statis dan
oklusi dinamis.3,7

2.1.1 Oklusi Statis


Oklusi statis merupakan kontak antara gigi maksila dan mandibula yang terjadi
ketika rahang tidak bergerak.5 Oklusi sentrik adalah oklusi ketika pasien
mengoklusikan giginya dalam keadaan interkuspasi maksimum. Sinonim dari oklusi
sentrik yang umum dikenal adalah posisi interkuspasi (ICP) atau habitual bite. Oklusi
ini adalah ketika pasien diinstruksikan untuk menutup gigi bersamaan, gigitan inilah
yang paling mudah untuk diukur.7,16 (Gambar 3)
9

Gambar 3. Kontak maksimum interkuspasi.17

2.1.1.1 Hubungan Gigi Anterior


Seperti gigi posterior maksila, gigi anterior maksila normalnya terletak lebih ke
labial dari gigi anterior mandibula. Baik gigi anterior maksila maupun mandibula
berinklinasi lebih ke labial,sekitar 12-280 dari garis vertikal. Permukaan dari insisivus
mandibula berkontak dengan permukaan lingual dari insisivus maksila. Kontak ini
secara umum terjadi pada mukosa lingual dari insisivus maksila sekitar 4 mm dari
gingiva ke sudut insisal. Dengan kata lain, ketika dilihat dari labial, 3-5 mm gigi
anterior mandibula akan tertutupi oleh gigi anterior maksila. Karena mahkota dari
gigi anterior rata-rata sepanjang 9 mm, sekitar lebih dari setengah mahkota masih
terlihat dari pandangan labial.1
Gigi anterior bertujuan untuk menjaga keseimbangan vertikal dimensi oklusi
untuk memandu mandibula selama gerakan lateral. Kontak gigi anterior untuk
memandu pergerakan mandibula disebut dengan anterior guidance. Gigi anterior
memiliki fungsi penting lainnya yaitu proses mastikasi. Gigi anterior berfungsi
memotong makanan ke dalam rongga mulut. Pada saat makanan terpotong kemudian
didistribusikan ke gigi posterior untuk dihancurkan. Gigi anterior juga memainkan
peran penting saat berbicara, dukungan bibir dan estetik.1 Anterior guidance berperan
penting pada fungsi sistem mastikasi. Hal ini di tentukan oleh posisi dan hubungan
yang tepat dari gigi anterior, yang dapat diperiksa secara horizontal dan vertikal.
10

Jarak horizontal dari masing-masing gigi anterior maksila saling tumpang tindih
terhadap gigi anterior mandibula yang dikenal sebagai horizontal overlap (biasa
disebut dengan overjet). Jarak antara sudut insisal labial dari insisivus maksila dan
permukaan labial dari gigi mandibula pada ICP (Intercuspal Contact Position).
Anterior guidance juga dapat diperiksa pada vertical plane yang lebih dikenal sebagai
vertical overlap (biasa disebut overbite).1 Pada oklusi normal, biasanya memiliki
vertical overlap (overbite) rata-rata sebesar 3-5 mm. Klas I merupakan keadaan
dimana tepi insisal bawah berada dibawah dataran singulum insisal sentralis atas. 1,6
Klas II divisi I merupakan suatu keadaan yang terjadi ketika seseorang
memiliki mandibula yang kurang berkembang (hubungan molar klas II), gigi anterior
mandibula pada banyak kasus hampir berkontak dengan gingiva di permukaan palatal
gigi anterior maksila, hubungan ini disebut deep bite (overbite yang dalam). Pada
hubungan gigi anterior klas II gigi insisivus anterior sentralis dan lateral maksila
berada dalam inklinasi labial yang normal, maka kondisi ini disebut divisi 1. Ketika
insisivus maksila berinklinasi lebih ke lingual maka hubungan gigi anterior tersebut
merupakan klas II divisi 2.1
Klas III merupakan suatu keadaan yang terjadi pada kondisi gigi anterior
mandibula berada di depan dan berkontak dengan tepi insisal gigi anterior maksila
(hubungan klas III molar) disebut juga end to end (edge to edge).1
Hubungan anterior klas III merupakan suatu kondisi yang terjadi pada kasus
yang lebih parah pada gigi anterior mandibula dimana berada jauh ke depan dan tidak
ada kontak yang terjadi dengan gigi anterior maksila pada ICP. 1
Hubungan gigi anterior lainnya adalah ketika salah satu memiliki vertical
overlap negatif. Dengan kata lain, ketika gigi posterior interkuspasi maksimum, gigi
anterior maksila tidak terjadi overlap atau tidak berkontak satu sama lain disebut
anterior open bite. Seseorang dengan anterior open bite biasanya tidak ada gigi
anterior yang berkontak selama pergerakan mandibula 1. (Gambar 4)
11

Gambar 4. Enam variasi hubungan gigi anterior.1

2.1.1.2 Hubungan Gigi Posterior


Pada pemeriksaan hubungan oklusal gigi posterior, yang dilihat adalah gigi
molar pertama. Gigi molar pertama mandibula secara normal terletak sedikit ke arah
mesial dari gigi molar pertama maksila. Dilihat dari hubungan gigi molar I, terdapat
tiga hubungan gigi posterior, yaitu :1
1. Klas I
Angle menjelaskan hubungan klas I sebagai berikut:1
a. Tonjol mesiobukal dari gigi molar pertama mandibula berada diantara
area embrasur gigi premolar kedua maksila dan molar pertama.
b. Tonjol mesiobukal dari gigi molar pertama maksila berada sebaris dengan
groove bukal dari gigi molar pertama mandibula.
c. Tonjol mesiolingual dari gigi molar pertama maksila berada di fossa
sentralis gigi molar pertama mandibula.1 (Gambar 5)
12

Gambar 5. Hubungan molar Klas I.1

2. Klas II
Hubungan klas II digambarkan dengan karakteristik berikut ini 1:
a.Tonjol mesiobukal dari gigi molar pertama mandibula berada di fossa
sentralis gigi molar pertama maksila.
b.Tonjol mesiobukal dari gigi molar pertama mandibula berada sebaris
dengan groove bukal gigi molar pertama maksila.
c.Tonjol distolingual dari gigi molar pertama maksila berada di fossa sentralis
gigi molar pertama mandibula.
Ketika dibandingkan dengan hubungan klas I, masing-masing dari pasangan
kontak oklusal berada lebih ke distal kira-kira selebar mesiodistal dari gigi premolar. 1
(Gambar 6)
13

Gambar 6. Hubungan molar klas II.1

3. Klas III
Pada hubungan klas III posisi pertumbuhan dari molar mandibula lebih ke
mesial dari pada molar maksila. Karakteristik klas III adalah sebagai berikut:1
a.Tonjol distobukal dari gigi molar pertama mandibula berada pada
embrasur antara gigi premolar dua dan molar pertama maksila.
b.Tonjol mesiobukal dari gigi molar pertama maksila berada lebih di embrasur
antara gigi molar pertama dan molar kedua mandibula.
c.Tonjol mesiolingual dari gigi molar pertama maksila berada di pit mesial dari
gigi molar kedua mandibula. (Gambar 7)
14

Gambar 7. Hubungan molar klas III.1

2.1.2 Oklusi Dinamis


Oklusi dinamis merupakan kontak oklusal yang dihasilkan ketika mandibula
bergerak secara relatif terhadap maksila. Mandibula digerakkan oleh otot mastikasi
dan jalur pergerakannya bukan hanya ditentukan oleh otot-otot ini tetapi juga
ditentukan oleh posterior guidance dan anterior guidance. Oklusi eksentrik
merupakan hubungan gigi yang terjadi selama pergerakan mandibula. Oklusi
eksentrik terbagi dua, yaitu oklusi fungsional dan oklusi non-fungsional.5,7

2.1.2.1 Oklusi Fungsional


Oklusi fungsional adalah kontak gigi yang terjadi pada rahang atas dan gigi
rahang bawah selama pengunyahan dan penelanan.3,8 Beberapa pergerakan mandibula
dari interkuspasi yang menghasilkan kontak gigi disebut pergerakan eksentrik. Tiga
pergerakan eksentrik mandibula yaitu:1,17
1. Gerakan Laterotrusif Mandibula
Selama pergerakan laterotrusif mandibula, geligi posterior kanan dan kiri
mandibula bergerak melewati gigi antagonisnya dalam arah yang berbeda. Terdapat
dua sisi pergerakan lateral mandibula, yaitu sisi mediotrusif (sisi non kerja) dan sisi
15

laterotrusif (working side). Sisi mediotrusif adalah sisi rahang yang bergerak ke arah
midline (garis median), pada sisi tersebut geligi tidak berkontak. Sisi laterotrusif
adalah sisi rahang yang bergerak ke lateral menjauhi garis median. Kontak yang
terjadi pada sisi laterotrusif disebut kontak laterotrusif atau disebut juga working
contact. Kontak yang terjadi pada sisi mandibula yang bergerak ke medial disebut
kontak mediotrusif atau nonworking contact.1,18
Oklusi fungsional lateral terbagi atas tiga bagian yaitu :3
a. Canine protection Occlusion
Canine protection occlusion terjadi hanya pada gigi kaninus yang berkontak
pada working side selama pergerakan lateral mandibula, sedangkan pada posisi
nonworking tidak ada kontak yang seimbang.8,12 Teori canine protection
diperkenalkan oleh Nagao (1919), Shaw (1924), dan D’Amico (1958). Berdasarkan
sifatnya gigi kaninus sangat sesuai untuk mengarahkan ekskursi mandibula, karena
gigi kaninus memiliki rasio mahkota-akar yang baik sehingga mampu mentolerir
kekuatan oklusal yang besar, agar gigi kaninus memiliki area permukaan yang lebih
besar dari pada gigi di sebelahnya sehingga dapat menyediakan proprioceptor yang
lebih besar.19-22 (Gambar 8)

Gambar 8. Canine protection. Pada saat pergerakan lateral tidak ada gigi
yang berkontak pada sisi mediotrusif (nonworking side), pada saat
laterotrusif (working side) hanya gigi kaninus yang berkontak.
16

b. Group Function Occlusion


Group function merupakan kontak yang termasuk ke dalam anterior guidance
dimana kontak terjadi di beberapa gigi working side selama pergerakan ekskursi ke
lateral sehingga beban dibagi ke gigi tersebut. 11 Gigi-gigi yang berkontak adalah gigi
kaninus, premolar dan molar, namun jika kontak terjadi hanya pada gigi kaninus dan
premolar atau pada gigi molar juga dikategorikan ke dalam group function.19-22
(Gambar 9)

Gambar 9. Group function. pada saat lateral tidak ada gigi yang berkontak
pada sisi mediotrusif (nonworking side), dan gigi posterior berkontak pada
sisi laterotrusif (working side).

2. Gerakan Protrusif Mandibula


Pergerakan protrusif mandibula terjadi ketika mandibula bergerak ke depan
dari posisi interkuspal. Setiap area gigi yang berkontak dengan gigi antagonisnya
disebut sebagai kontak prorusif. Pada hubungan oklusi normal, kontak protrusif
dominan terjadi pada gigi anterior di antara incisal dan labial insisivus mandibula
dengan fossa lingual dan incisal edge insisivus maksila. Pergerakan protrusif
menyebabkan tonjol bukal gigi posterior mandibula bergerak ke anterior melewati
permukaan oklusal gigi maksila.1,18
17

3. Gerakan Retrusif Mandibula


Gerakan retrusif mandibula terjadi saat mandibula bergerak ke posterior dari
posisi interkuspal. Dibandingkan dengan gerakan lainnya, gerakan retrusif sangat
kecil (1 atau 2 mm). Selama gerakan retrusif, tonjol bukal geligi mandibula bergerak
ke distal melewati permukaan oklusal gigi antagonisnya. 1

2.1.2.2 Oklusi Non Fungsional


Oklusi non fungsional adalah kontak gigi yang bergerak jauh dari mandibula.
Misalnya jika mandibula di gerakkan ke sisi kiri, kontak terjadi di sisi lengkung
kanan.3,8

2.2 Indikator Oklusal


Indikator oklusi terbagi atas dua jenis yaitu indikator kualitatif dan indikator
kuantitatif. Kedua metode kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk evaluasi
oklusi.23-28

2.2.1 Indikator Kualitatif


Indikator kualitatif berfungsi untuk menentukan lokasi dan jumlah gigi yang
berkontak. Indikator ini paling banyak digunakan sebagai material untuk memeriksa
oklusi disebabkan harganya yang murah dan mudah digunakan dan dengan
menggunakan material ini hanya di letakkan secara lokal pada kontak oklusi.
Kerugiannya adalah urutan kontak oklusi tidak dapat ditentukan, walaupun ada
pendapat dapat dilihat dari densitas kontak menurut dari kegelapan pada tanda
kontaknya.23-28
Beberapa material yang termasuk ke dalam indikator kualitatif adalah kertas
artikulasi, articulating silk, articulating film, metallic shimstock film, dan high spot
indicator.23-28
Kertas artikulasi paling sering di gunakan sebagai indikator kualitatif yang
diletakkan pada kontak oklusi secara intra oral. Kertas artikulasi digunakan untuk
melihat adanya noda (spot), lebar, dan ketebalan. Tipe dari kertas artikulasi ini juga
18

dapat membantu meninggalkan tanda. Bagian yang berwarna dari kertas artikulasi
mengandung wax, minyak dan pigmen, yang akan hilang ketika terkena saliva karena
sifatnya yang hidrofobik. Namun, kertas artikulasi merupakan material yang tidak
fleksibel dan kurang akurat karena ketebalan yang dimilikinya.23-28 (Gambar 10)

Gambar 10. Kertas artikulasi.26

Sebuah lembaran shimstock memiliki lebar 8 mm dan diposisikan pada gigi


yang akan dievaluasi. Pada saat digunakan, shimstock dilekatkan pada forcep tipe
Miller dan diletakkan pada posisi interkuspal lalu peneliti akan meminta pasien untuk
menggigit shimstock untuk menilai kontak oklusi dengan gigi antagonisnya. Film
shimstock tahan terhadap sobekan. Bahan ini diindikasikan untuk terapi splint oklusal
untuk mendapatkan tanda kontak yang akurat di laboratorium. Anderson dkk (1993)
menyatakan bahwa shimstock ini mampu untuk mengevaluasi kontak oklusi pada
posisi interkuspal. Shimstock lebih baik dibandingkan kertas artikulasi dari segi
tampilan dan tampak nyaman karena ukurannya pada kontak oklusi pada posisi
interkuspal. Shimstock ini memiliki berbagai merk dagang (Arti-spray, Bausch
articulating paper Inc, Nashua, NH, USA) yang terbuat dari poliester metalik film
dengan ketebalan 12 µm. Kombinasi lapisan berwarna dan film metalik yang
memiliki keuntungan tingkat ketelitian yang tinggi di bandingkan shimstock film
yang konvensional.23-28 (Gambar 11)
19

Gambar 11. Shimstock.26

Articulating film hanya memiliki ketabalan 8 µm dimana tidak lebih dari pada
level persepsi ketebalan dari pasien, harus menggunakan pegangan khusus dalam
lingkungan yang kering.23-28 (Gambar 12)

Gambar 12. Articulating film.

Articulating silk terbuat dari mikronized color pigment, menempel pada emulsi
wax-oil. Memiliki tekstur yang lembut dan pseudomarkings tidak di dapatkan selama
penggunaan dan efektif saat digunakan secara intraoral. 23-28 (Gambar 13)
20

Gambar 13.Articulating silk

High spot indicator dalam sediaan bentuk cairan dan diindikasikan untuk
digunakan di laboratorium memeriksa kontak proksimal pada crown, inlay, onlay dan
mahkota teleskopik dan clasps. Cairan tersebut akan di aplikasikan dengan
menggunakan sikat pada coping dan berbentuk film dengan ketebalan 3 µm. 23-28

2.2.2 Indikator Kuantitatif


Indikator kuantitatif berfungsi untuk menentukan waktu dan karakteristik besar
tekanan dari gigi yang berkontak. Material yang termasuk ke dalam indikator
kuantitatif adalah T-Scan occlusal analysis system dan virtual dental patient.23-28
Virtual dental patient ini merupakan konsep terbaru dengan tiga dimensi gigi
pasien dari scan data cetakan gigi pasien. Metode ini menyediakan informasi
kuantitatif yang membantu menafsirkan fungsi pengunyahan dan mengidentifikasi
oklusal interferences.23-28
T-Scan occlus alanalysis system (Tekscan) adalah sistem komputer yang dapat
merekam kontak secara berurutan dalam kenaikan 0,01-s. Ini terdiri dari lapisan
timah sensor piezoelektrik dan sensor handle, kedua perangkat keras dan perangkat
lunak dapat merekam, menganalisa, dan menunjukkan data. T-scan dapat
mengidentifikasi besar waktu dan distribusi kontak oklusi. 23-28 (Gambar 14)
21

Gambar 14. T-Scan occlusal analysis


system

2.3 Hubungan Oklusi Statis dan Oklusi Dinamis


Oklusi merupakan aksi terintegrasi dari otot-otot rahang, sendi
temporomandibula dan geligi. Oklusi dapat di klasifikasikan menjadi oklusi statis dan
dinamis.3,8 Oklusi statis merupakan kontak antara gigi maksila dan mandibula yang
terjadi ketika rahang tidak bergerak. Oklusi statis merupakan suatu kontak antara gigi
maksila dan mandibula yang terjadi ketika rahang tidak bergerak. Oklusi statis dapat
dilihat melalui hubungan gigi anterior dan gigi posterior.1,5 Dalam pemeriksaan
oklusal, hubungan gigi posterior berpusat pada gigi molar pertama mandibula. Angle
mengkarakteristikkan oklusi statis berdasarkan hubungan molar pertama pada gigi
permanen menjadi tiga, yaitu: klas I, klas II, dan klas III.1,5,6 Seperti gigi posterior,
gigi anterior maksila secara normal terletak lebih ke labial dari pada gigi anterior
mandibula. Inklinasi labial dari gigi anterior adalah indikasi dari fungsi yang berbeda
dari gigi posterior. Hubungan gigi insisivus di klasifikasikan berdasarkan British
Standar Institution (BSI), yaitu: klas I, klas II divisi 1 dan klas II divisi 2, klas III.
Pembagian klasifikasi oklusi menurut Angle dan BSI berdasarkan gambaran bentuk
lengkung, posisi gigi dan kontak gigi pada posisi interkuspal. 1,6 Pada penelitian Al-
Hiyasat dkk, menyatakan bahwa prevalensi oklusi statis dengan relasi rahang klas II,
yaitu: 29% pada gigi molar dan 37% pada gigi insisivus (20% divisi 1 dan 17% divisi
2).6
Oklusi dinamis merupakan kontak oklusal yang dihasilkan ketika mandibula
bergerak secara relatif terhadap maksila, baik pergerakan ke arah anterior, lateral,
maupun posterior. Terdapat dua oklusi fungsional pada gigi posterior selama
22

pergerakan lateral mandibula, yaitu: canine protection dan group function.5,7 Canine
protection adalah bentuk artikulasi yang saling melindungi dan menguntungkan
dimana vertikal overlap dan horizontal gigi kaninus mencegah geligi posterior
berkontak saat gerakan excursive mandibula.3 Menurut penelitian Al-Hiyasat dkk
(2004) bahwa hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis menunjukkan canine
protection paling banyak terdapat pada klas II untuk hubungan molar dan insisivus
sedangkan paling sedikit pada klas I dan klas III. Selama pergerakan lateral
mandibula gigi kaninus maksila dan mandibula pada sisi working side menyebabkan
disoklusi dari semua gigi posterior pada posisi working dan balancing side. Group
function merupakan kontak yang termasuk ke dalam anterior guidance dimana
kontak terjadi di beberapa gigi working side selama pergerakan ekskursi ke lateral
sehingga beban dibagi ke gigi tersebut.6-12
Menurut penelitian Al-Hiyasat dkk (2004) dari 447 subjek penelitian, 253 orang
(57%) adalah canine protection dan 76 orang (17%) mempunyai oklusi campuran
yang mana satu sisinya adalah canine protection.6 Sebuah penelitian yang dilakukan
oleh Athiban (2014) pada 239 subjek yang dipilih antara kelompok usia 17-22 tahun
menunjukkan bahwa sebagian besar mayoritas 92,3% dan 88,37% memiliki canine
protection di kelompok usia 17 dan 18 tahun, sedangkan di atas umur 19 tahun ada
peningkatan prevalensi oklusi group function, yaitu sekitar 77,19%, 100%, 88,37%
dari individu pada kelompok usia 20, 21, 22 tahun. Penelitian ini menegaskan bahwa
perubahan dalam skema oklusi dari canine protection dan group function ditemukan
dalam tahap transisi dari remaja ke dewasa selama periode pasca sarjana yang dapat
dihubungkan dengan kebiasaan makanan, faktor psikologis dan stres. 15
Hubungan oklusi statis dan oklusi dinamis menurut penelitian yang dilakukan
Touzi dkk (2015) menunjukkan bahwa skema oklusi canine protection paling sering
pada subyek dengan klas II Angle 31,25%.5 Penelitian Al-Hiyasat dkk (2004)
menunjukkan bahwa ada hubungan antara canine protection dengan klas II Angle
oklusi statis.6 Penelitian yang dilakukan Al-Nimri dkk (2010) menunjukkan
hubungan antara oklusi statis dan dinamis pada subjek dari 94 mahasiswa kedokteran
gigi, ada posisi 0,5 mm pola oklusi dinamis berbeda dengan oklusi statis tetapi tidak
23

signifikan. Sementara di posisi 3 mm, pola oklusi dinamis signifikan dipengaruhi


oleh hubungan insisivus.16
Pada group function pada posisi lateral excursion, kurangnya kontak non-
working dan working side. Konsep ini memungkinkan mandibula bergerak sekitar 1,5
mm untuk mempertahankan kontak gigi ke posisi oklusi sentrik. Hubungan kontak
antara gigi rahang atas dan rahang bawah dalam gerakan lateral pada working side.
Tidak ada spesifikasi mengenai jumlah gigi yang berkontak, dua atau lebih kontak
simultan di working side. Kontak dapat terjadi pada gigi kaninus atau posterior
premolar dan molar. Sedangkan pada canine protection pada saat working side
kontak terjadi pada kaninus atas dan bawah. Adanya tonjolan vertikal overlap gigi
anterior menyebabkan gigi yang curam menghalangi kontak minimal pada bagian
posterior.11-12
24

2.4 Kerangka Teori

Oklusi

Oklusi statis Faktor yang memengaruhi Oklusi dinamis

Oklusi sentrik Oklusi eksentrik


Hubungan Usia Jarak pergerakan
oklusi statis lateral

Hubungan gigi Fungsional Non fungsional


Hubungan gigi
anterior posterior

Klas I Klas I
Lateral Protrusif Retrusif
Klas II
Klas II divisi 1
Canine protected
Klas III
Klas II divisi 2 occlusion
Skema
Klas III (end to end) oklusi Group function
occlusion
Klas III

Anterior open bite


25

2.5 Kerangka Konsep

Oklusi

Oklusi statis Oklusi dinamis Lateral

Canine protection occlusion Group function


Hubungan gigi
Hubungan occlusion
posterior
gigi anterior
Klas I Pada saat working side kontak Hubungan kontak antara gigi rahang atas dan
Klas I terjadi pada kaninus atas dan rahang bawah dalam gerakan lateral pada working
Klas II bawah side. Tidak ada spesifikasi mengenai jumlah gigi
Klas II divisi 1 yang berkontak, dua atau lebih kontak simultan di
Klas III sisi kerja
Gigi anterior yang curam dapat
Klas II divisi 2 menyebabkan vertical overlap
sehingga dapat menghalangi kontak Kontak dapat terjadi pada gigi kaninus atau
Klas III minimal pada bagian posterior premolar dan molar

Vertical overlap gigi


anterior minimal (edge
to edge)

Mengurangi pengaruh gigi


anterior pada oklusi lateral
26

2.6 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Ho: Tidak ada hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara berdasarkan hubungan
gigi anterior.
Ha: Ada hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara berdasarkan hubungan
gigi anterior.
2. Ho: Tidak ada hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
berdasarkan hubungan gigi posterior.
Ha: Ada hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara berdasarkan
hubungan gigi posterior.
27

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif analitik dengan menggunakan
rancangan penelitian cross sectional, dimana sampel kasus hanya diobservasi satu
kali dan variabel-variabel diukur menurut keadaan atau status sewaktu diobservasi.
Penelitian ini dilakukan melalui wawancara langsung dan pemeriksaan klinis.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan
proporsi atau rerata suatu variabel dan penelitian analitik bertujuan untuk mengetahui
hubungan antar variabel.

3.2 Populasi Penelitian


Populasi dalam penelitian adalah subjek dalam jumlah yang banyak dan
memiliki kriteria tertentu. Kriteria subjek ditentukan berdasarkan dengan lokasi dan
kriteria inklusi tertentu. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa yang masih aktif
kuliah angkatan 2013-2018 di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian


3.3.1 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga
dianggap dapat mewakili populasinya. Pengambilan sampel yang dilakukan dengan
teknik purposive sampling dengan simple random sampling dengan mengikuti
kriteria inklusi yang ditetapkan oleh peneliti. Pengambilan sampel secara purposive
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan ciri
atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Simple random sampling
adalah pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi.
28

3.3.2 Besar Sampel Penelitian

Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus sampel tunggal untuk uji


hipotesis proporsi suatu populasi yaitu:

n = [ Zα√𝑷𝒐 𝟏 − 𝑷𝒐 + Zβ √𝑷𝒂 𝟏 − 𝑷𝒂 ]2

[Pa-Po]2

Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan
Zα = Nilai sebaran normal baku pada α tertentu (1,96)
Zβ = Nilai sebaran normal baku pada β tertentu (1,282)
Po = Proporsi oklusi statis dan dinamis yang ditemukan yaitu 67 %
Pa = Proporsi oklusi statis dan dinamis yang diharapkan yaitu 51 %

n = [1,96 √ + 1,282 √ ]2
(0,16)2
= [1,96 √ + 1,282 √ ]2
(0,16)2
= [(1,96×0,470) + (1,282×0,4998)]2
(0,16)2
= [0,9212+ 0, 640]2
(0,16)2
= [1,5612]2 = 2,437 = 95,195
2
(0,16) 0,0256

Jadi jumlah sampel minimal adalah 96 orang mahasiswa.


29

Untuk menghindari terjadinya drop out sampel penelitian maka jumlah sampel
ditambahkan sebesar ±10% dari sampel yang ditentukan. Oleh karena itu jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 orang.

3.3.3 Kriteria Inklusi


Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu :
1. Semua mahasiswa yang aktif berkuliah di FKG USU berusia diatas 17-22
tahun dengan kondisi gigi lengkap dan tidak dalam perawatan ortodonsia.
2. Pasien yang bersedia untuk mengikuti kegiatan penelitian.

3.3.4 Kriteria Eksklusi


Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini, yaitu:
1. Pasien dengan karies atau tambalan.
2. Adanya gigi desidui.

3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional


3.4.1 Klasifikasi variabel
3.4.1.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah oklusi statis, yaitu :
a. Hubungan gigi anterior, yang terdiri dari :
- Klas I
- Klas II divisi 1
- Klas II divisi 2
- Klas III
b. Hubungan gigi posterior, yang terdiri dari :
- Klas I
- Klas II
- Klas III
30

3.4.1.2 Variabel Terikat


Variabel terikat pada penelitian ini adalah oklusi dinamis, yaitu :
a. Canine protection
b. Group function
c. Mixed canine protection dan group function

3.4.1.3 Variabel Terkendali


Peneliti dan alat ukur yang sama.

3.4.1.4 Variabel Tak Terkendali


Kejujuran dan keakuratan pasien dalam menjawab pertanyaan.

3.4.2 Definisi Operasional


Tabel 1. Defenisi operasional variabel bebas
Variabel Skala
No Defenisi operasional Alat ukur
bebas ukur
1 Oklusi statis Suatu kontak antara gigi maksila Kategorik Jangka,
dan mandibula yang terjadi ketika penggaris,
rahang tidak bergerak kaca mulut
2 Hubungan Keadaan dimana tepi insisal Kategorik Jangka,
gigi anterior: bawah berada dibawah dataran penggaris,
Klas I singulum insisal sentralis atas kaca mulut
3 Klas II div.1 Ketika gigi insisivus sentralis Kategorik Jangka,
atas mengalami proklinasi dan penggaris,
bertambahnya overjet insisal kaca mulut
4 Klas II div. 2 Ketika gigi insisivus sentralis Kategorik Jangka,
atas berinklinasi ke lingual dan penggaris,
memiliki overbite insisal yang kaca mulut
besar
5 Klas III Ketika tepi insisal insisivus Kategorik Jangka,
rahang bawah berada lebih ke penggaris,
anterior dibanding klas I kaca mulut
6 Hubungan Tonjol mesiobukal M1 atas Kategorik Jangka,
gigi berkontak dengan lekuk penggaris,
posterior: mesiobukal M1 bawah kaca mulut
Klas I
31

7 Klas II Tonjol mesiobukal M1 atas Kategorik Jangka,


berada lebih ke mesial dari posisi penggaris,
klas I kaca mulut
8 Klas III Tonjol mesiobukal M1 atas Kategorik Jangka,
berada lebih ke distal dari posisi penggaris,
klas I kaca mulut

Tabel 2. Defenisi operasional variabel terikat


Variabel
No Defenisi operasional Skala ukur Alat ukur
terikat
1 Oklusi Kontak oklusal yang Kategorik Kertas artikulasi
dinamis dihasilkan ketika dan shimstock
mandibula bergerak
secara relatif terhadap
maksila, baik
pergerakan ke arah
anterior, lateral,
maupun posterior
2 Canine Canine protection Kategorik Kertas artikulasi
protection occlusion dan shimstock
didefenisikan sebagai
kontak 1 gigi maksila
dan 1 kaninus
mandibula pada posisi
lateral ketika
mandibula berpindah
sebesar 3 mm ke
kanan dan ke kiri
3 Group Group function Kategorik Kertas artikulasi
function merupakan kontak 2 dan shimstock
atau lebih banyak
kontak pada posisi
lateral ketika
mandibula berpindah
sebesar 3 mm ke
kanan dan ke kiri
4 Mixed canine Canine protection Kategorik Kertas artikulasi
protection disalah satu working dan shimstock
dan group side dan group
function function di working
side lainnya
32

Tabel 3. Defenisi operasional variabel terkendali


Variabel
No Defenisi operasional Skala ukur Alat ukur
terkendali
1 Peneliti Operator yang - -
melakukan penelitian
dengan metode ilmiah
2 Alat ukur Alat yang digunakan Kategorik Jangka, penggaris,
untuk memeriksa kaca mulut, kertas
oklusi artikulasi dan
shimstock

Tabel 4. Defenisi operasional variabel tak terkendali


Variabel tak
No Defenisi operasional Skala ukur Alat ukur
terkendali
1 Kejujuran Memberikan suatu - -
informasi sesuai
kenyataan dan
kebenaran
2 Keakuratan Teliti dalam - Kertas artikulasi
pasien melakukan dan shimstock
pemeriksaan terhadap
pasien

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian


3.5.1 Tempat Penelitian
Klinik Prostodonsia RSGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara, karena klinik tersebut mempunyai fasilitas yang memadai
berupa dental unit untuk melakukan pemeriksaan.

3.5.2 Waktu Penelitian


Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari-Maret 2018.
33

3.6 Prosedur Penelitian


3.6.1 Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1.1 Alat
1. Alat tulis (pulpen, pensil, penggaris).
2. Tiga serangkai (kaca mulut, sonde, pinset) (Gambar 15)

Gambar 15. Kaca mulut, sonde, pinset


3. Jangka
4. Alat pemeriksaan oklusi Shimstock dan kertas artikulasi (Gambar 16)

Gambar 16. Shimstock dan ketas artikulasi


5. Nierbeken
6. Check retractor (Gambar 17)

ctor
34

7. Forcep Miller penjepit shimstock (Gambar 18)

Gambar 18. Forcep Miller

Lembar pemeriksaan

1. Informed consent
2. Kuesioner
3. Sarung tangan (Gambar 19)

Gambar 19. Sarung tangan


4. Masker (Gambar 20)

Gambar 20. Masker


5. Alkohol untuk sterilisasi
35

3.6.1 Cara Penelitian


3.6.2.1 Persiapan Penelitian

1. Penelitian diawali dengan melakukan observasi pada mahasiswa Fakultas


Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gambaran sampel
yang akan digunakan.
2. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengurus surat izin penelitian dari
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan surat Ethical Clearance
dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan.
3. Setelah surat izin diperoleh, peneliti mulai melakukan penelitian pada
mahasiwa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
4. Peneliti menjelaskan penelitian yang akan dilakukan, kemudian subjek
penelitian diberikan informed consent, yaitu surat persetujuan setelah memperoleh
penjelasan.
5. Sebelum pemeriksaan, dilakukan sterilisasi alat-alat yang akan digunakan.
6. Setelah itu peneliti menggunakan masker dan sarung tangan, subjek di
instruksikan untuk duduk pada kursi yang telah disediakan dan mulai melakukan
pemeriksaan.

3.6.2.2 Pelaksanaan Penelitian


3.6.2.2.1 Pemeriksaan Oklusi Statis
Peneliti melakukan pemeriksaan terhadap rongga mulut subjek dengan
menginstruksikan kepada subjek untuk memakai cheek retractor. Peneliti melakukan
pengamatan secara visual pada saat subjek mengoklusikan gigi yaitu pada gigi
anterior dengan mengukur overbite dan overjet pada gigi insisivus. Lalu melakukan
pemeriksaan pada gigi molar pasien dengan menggunakan kaca mulut.

 Pengukuran Overbite dan Overjet

Overbite: jumlah/jarak dari overlap insisal secara vertikal dari insisivus sentralis
maksila dan mandibula yang diukur dalam satuan milimeter.29
36

Overjet: jarak antara sudut insisal dari insisivus maksila yang paling labial ke
insisivus sentralis mandibula yang paling labial sejajar dengan dataran oklusal yang
diukur dengan satuan milimeter.29 (Gambar 21)

Gambar.21. Titik penentu overjet


dan overbite.

3.6.2.2.2 Pemeriksaan Oklusi Dinamis


Peneliti membuat sebuah garis lurus dipermukaan labial gigi anterior maksila
dan mandibula. Subjek diinstruksikan untuk menggerakkan mandibula ke labial
sekitar 3 mm. Pergerakan dilihat dari garis lurus yang sudah dibuat dipermukaan gigi
anterior. Peneliti memposisikan kertas artikulasi ke antara dataran oklusal gigi
kaninus dan posterior. Kemudian subjek diinstruksikan untuk melakukan gigitan
maksimum, operator menahan kertas artikulasi saat subjek melakukan gigitan. Daerah
permukaan gigi yang memiliki tanda dipermukaan oklusal dicoba lagi dengan
shimstock untuk melihat kontaknya. Caranya sama dengan kertas artikulasi, namun
hanya daerah yang memiliki tanda saja, apabila pada saat shimstock ditarik terjadi
hambatan atau robek mengindikasikan bahwa ada kontak yang terjadi.30 (Gambar 22)
37

Gambar 22. Oklusi statis.

Gambar 23. Pemeriksaan oklusi dengan kertas artikulasi.


38

Gambar 24. Pemeriksaan oklusi menggunakan


shimstock.
39

3.7 Kerangka Operasional Penelitian

Observasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Mengurus surat izin penelitian dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
dan Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan

Menentukan subjek penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dengan sampel
sebanyak 100 orang

Penjelasan kuesioner pada responden dan pemberian informed consent

Pemeriksaan klinis rongga mulut:

Oklusi statis Oklusi dinamis

Hubungan gigi anterior: - Canine protection


Klas I - Group function
Klas II divisi 1
Klas II divisi 2
Klas III
Hubungan gigi posteror:
Klas I
Klas II
Klas III

Pencatatan hasil pemeriksaan

Pengolahan data

Analisis data

Kesimpulan
40

3.8 Analisis Data


Data pasien diperoleh dari kuesioner dan disajikan dengan menghitung
persentase distribusi, kemudian dilakukan uji signifikan dengan chi-square untuk
menguji hubungan dua buah variabel kategorik dan mengukur kuatnya hubungan
antara variabel yang satu dengan variabel kategorik lainnya. Berdasarkan hasil uji
chi-square dapat ditentukan variabel yang menunjukkan hubungan signifikan
(p<0,05).
41

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Distribusi Oklusi Statis Berdasarkan Hubungan Gigi Anterior dan


Posterior pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara
Berdasarkan penelitian ini diperoleh data, pada oklusi statis dengan hubungan
gigi anterior yaitu 45 orang (45%) klas I, 21 orang (21%) klas II divisi 1, 21 orang
(21%) klas II divisi 2, 13 orang (13%) klas III. Sedangkan pada oklusi statis
hubungan gigi posterior terdapat 45 orang (45%) klas I, 42 orang (42%) klas II, 13
orang (13%) klas III. (Tabel 5)

Tabel 5. Distribusi Oklusi Statis Berdasarkan Hubungan Gigi Anterior dan Posterior
pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Jumlah
Oklusi Statis
n %
Klas I 45 45
Hubungan
Klas II (divisi 1) 21 21
Gigi Anterior
Klas II (divisi 2) 21 21
Klas III 13 13
Jumlah 100 100
Klas I 45 45
Hubungan gigi
posterior Klas II 42 42
Klas III 13 13
Jumlah 100 100
42

Gambar 25. Klas I

Gambar 26. Klas II divisi 1 Gambar 27. Klas II divisi 2

Gambar 28. Klas III

4.2 Distribusi Oklusi Dinamis Berdasarkan Skema Oklusi pada


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil pemeriksaan oklusi dinamis yang dilakukan terhadap 100
orang ditemukan 59 orang (59%) memiliki skema oklusi canine protection, 35 orang
(35%) memiliki skema oklusi group function dan 6 orang (6%) memiliki skema
oklusi mixed antara canine protection dan group function. (Tabel 6)
43

Tabel 6. Distribusi Oklusi Dinamis Berdasarkan Skema Oklusi pada Mahasiswa


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Oklusi dinamis Jumlah


n %
Canine protection 59 59

Group function 35 35
Mixed Canine protection dan group function 6 6

Jumlah 100

Gambar 29. Canine protection Gambar 30. Group function


44

4.3 Hubungan antara Oklusi Statis dan Dinamis Berdasarkan Hubungan


Gigi Anterior dan Posterior serta Skema Oklusi pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 7 dari hasil penelitian skema oklusi berdasarkan hubungan gigi
anterior adalah dari 59 orang (59%) yang memiliki skema oklusi canine protection
ditemukan 24 orang (24%) klas I, 15 orang (15%) klas II divisi 1 dan 17 orang
(17%) divisi 2, 3 orang (3%) klas III. Dari 35 orang yang memiliki skema oklusi
group function ditemukan 20 orang (20%) klas I, 4 orang (4%) klas II divisi 1 dan 3
orang (3%) klas II divisi 2,serta 8 orang (8%) klas III. Dari 6 orang (6%) yang
memiliki skema oklusi mixed antara canine protection dan group function ditemukan
1 orang (1%) klas I, 2 orang (2%) klas II divisi 1, 1 orang (1%) klas II divisi 2, dan 2
orang (2%) klas III.Berdasarkan uji statistik menggunakan uji chi-square diperoleh
hasil adanya hubungan yang signifikan antara oklusi statis dan dinamis berdasarkan
hubungan gigi anterior dengan nilai p=0,011 (p<0,05). (Tabel 7)
Pada tabel 7 dari hasil penelitian skema oklusi berdasarkan hubungan gigi
posterior adalah dari 59 orang (59%) yang memiliki skema oklusi canine protection
ditemukan 24 orang (24%) klas I, 32 orang (32%) klas II, 3 orang (3%) klas III. Dari
35 orang yang memiliki skema oklusi group function 20 orang (20%) klas I, 7 orang
(7%) klas II, 8 orang (8%) klas III. Pada mixed antara canine protection dan group
function dari 6 orang (6%) terdapat 1 orang (1%) klas I, 3 (3%) orang klas II, 2 (2%)
orang klas III. Berdasarkan uji statistik menggunakan uji chi-square diperoleh hasil
adanya hubungan yang signifikan antara oklusi statis dan dinamis berdasarkan
hubungan gigi posterior dengan nilai p=0,003 (p<0,05). (Tabel 7)
45

Tabel 7. Hubungan antara oklusi statis dan dinamis berdasarkan hubungan gigi
anterior dan posterior serta skema oklusi pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Oklusi Dinamis
Mixed
canine
Canine Group Jumlah p
Oklusi Statis protection
protection function
dan group
function
n % n % n % n %
Klas I 24 24 20 20 1 1 45 45
Klas II
15 15 4 4 2 2 21 21
Hubungan Divisi 1
Gigi Klas II 0,011*
17 17 3 3 1 1 21 21
Anterior Divisi 2
Klas III 3 3 8 8 2 2 13 13
Jumlah 59 59 35 35 6 6 100 100
Klas I 24 24 20 20 1 1 45 45
Hubungan
Klas II 32 32 7 7 3 3 42 42
Gigi 0,003*
Klas III 3 3 8 8 2 2 13 13
Posterior
Jumlah 59 59 35 35 6 6 100 100
Keterangan:*Hubungan signifikan (p<0,05)

Gambar 31. Klas I Gambar 32. Klas II Gambar 33. Klas III
46

BAB 5
PEMBAHASAN

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik
dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional, dimana sampel
diobservasi satu kali dan variabel-variabel yang diukur menurut keadaan atau status
sewaktu diobservasi. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara langsung dan
pemeriksaan klinis. Pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik purposive
sampling dengan simple random sampling. Pengambilan sampel secara purposive
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan ciri
atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sampel penelitian ini
adalah mahasiswa yang masih aktif di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara yang berusia 17-22 tahun dengan kondisi gigi lengkap sebanyak 100
orang yang terdiri dari 25 orang yang berusia 17-19 tahun, dan 75 orang yang berusia
20-22 tahun.

5.1 Distribusi Oklusi Statis Berdasarkan Hubungan Gigi Anterior dan


Posterior pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara
Pada tabel 5 terlihat dari 100 orang subjek penelitian diperoleh data, pada
oklusi statis dengan hubungan gigi anterior yaitu 45 orang (45%) klas I, 21 orang
(21%) klas II divisi 1, 21 orang (21%) klas II divisi 2, 13 orang (13%) klas III.
Sedangkan pada hubungan gigi posterior terdapat 45 orang (45%) klas I, 42 orang
(42%) klas II, 13 orang (13%) klas III.
Oklusi statis dapat diidentifikasi berdasarkan klasifikasi Angle pada tahun 1907
dan berikutnya oleh Andrews pada tahun 1972, pengelompokan ini didasarkan pada
deskripsi bentuk lengkung, posisi gigi dan kontak gigi di posisi interkuspal.
Pemeriksaan oklusi statis dalam penelitian ini dilakukan secara visual untuk melihat
kontak antara gigi maksila dan mandibula yang terjadi ketika rahang tidak bergerak.6
47

Pada penelitian ini, oklusi statis diperoleh jumlah subjek paling banyak adalah
hubungan Klas I sebanyak 45 orang (45%) baik anterior dan posterior dan jumlah
yang paling sedikit pada klas III yaitu 13 orang (13%), hasil penelitian ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Touzi dkk (2015) dimana diperoleh jumlah
subjek lebih banyak pada hubungan klas I sebesar 72,86% dan paling sedikit klas III
sebesar 3,02 %.5 Pada penelitian Al-Hiyasat dkk (2004) terdapat 202 orang (45%)
klas I berdasarkan hubungan gigi anterior dan 239 orang (54%) klas I berdasarkan
hubungan gigi posterior dan yang paling sedikit 18 % klas III berdasarkan hubungan
gigi anterior dan 3% klas III berdasarkan hubungan gigi posterior. 6
Pada klas II divisi 1 dan divisi 2 diperoleh hasil yang sama yaitu 21 orang
(21%), 42 orang (42%) klas II posterior sedangkan pada penelitian Al-Hiyasat dkk
(2004), prevalensi klas II 37% berdasarkan hubungan gigi anterior (20% divisi 1 dan
17% divisi 2), 29% berdasarkan hubungan gigi posterior klas II. Pada penelitian
Touzi dkk (2015) terdapat 24,12% klas II. 6

5.2 Distribusi Oklusi Dinamis Berdasarkan Skema Oklusi pada Mahasiswa


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 6 terlihat dari 100 orang gambaran skema oklusi yang didapat dari
penelitian ini adalah 59 orang (59%) memiliki skema oklusi canine protection, 35
orang (35%) memiliki skema oklusi group function dan 6 orang (6%) memiliki skema
oklusi mixed antara canine protection dan group function.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian memiliki
skema oklusi canine protection 59 orang (59%), hasil penelitian ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Al-Hiyasat dkk (2004) terhadap 447 subjek
menunjukkan persentase 57% canine protection, akan tetapi terdapat perbedaan hasil
untuk group function dengan persentase sebesar 13%, sementara 17% mempunyai
skema oklusi mixed canine protection dan group function. Perbedaan hasil penelitian
ini disebabkan karena kelompok usia subjek penelitian yang jauh lebih muda. Usia
yang lebih muda dalam penelitian ini menjadi alasan ditemukannya perbedaan
penelitian. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan skema
48

oklusi berkorelasi dengan usia.6 Pada penelitian ini, sampel yang diperiksa berusia
17-22 tahun, oleh karena itu hasil yang ditemukan berkorelasi lurus dengan penelitian
yang ada dimana skema oklusi canine protection lebih banyak ditemukan diusia
muda.33
Teori mengenai skema oklusi canine protection berdasarkan konsep bahwa gigi
kaninus adalah gigi yang paling sesuai untuk menjadi penuntun pergerakan ekskursi
lateral. Oleh karena itu selama ekskursi lateral seluruh gigi geligi tidak berkontak
kecuali gigi kaninus maksila dengan mandibula pada working side. Bebarapa alasan
mengapa kontak gigi kaninus paling ideal untuk membimbing pergerakan mandibula
adalah karena gigi kaninus mempunyai rasio mahkota akar yang baik untuk
mengabsorbsi tekanan oklusal, akar gigi kaninus lebih panjang dan mempunyai luas
permukaan akar yang lebih luas dibandingkan gigi disampingnya sehingga ligamen
periodontal lebih banyak dan bersifat mechanoreceptor, yaitu penerimaan rangsangan
berupa ketegangan mekanis dan tekanan terhadap gigi, permukaan palatal dari gigi
kaninus maksila berbentuk konkaf atau cekung sangat sesuai untuk menuntun
pergerakan lateral.12
Menurut penelitian Touzi dkk (2015) menunjukkan hasil yang berbeda terlihat
skema oklusi yang paling banyak adalah 45,9% pada group function sementara
canine protection 24,09%.5 Pada penelitian Aswaworit dkk (2011), dimana mayoritas
populasi pada penelitiannya memiliki skema oklusi group function, hal ini sama
dengan data epidemiologi dari penelitian Beyron (1964) (a cited form Aswaworit
dkk 2011), menunjukkan bahwa aborigin Australia dewasa memiliki skema oklusi
group function. Weinberg (1964) (a cited from Aswaworit dkk 2011), menemukan
81% dari penelitiannya termasuk ke dalam skema oklusi group function, dimana
hanya 5% skema oklusi canine protection.13 Sebaliknya Scaife dkk (1969) a cited
from Al-Nimri dkk (2010), memeriksa 1200 individu dan menemukan bahwa
mayoritas dari masing-masing keduanya unilateral atau bilateral canine protection
occlusion. Ketidaksamaan pada seluruh penelitian disebabkan oleh perbedaan dalam
pemeriksaan populasi, budaya dan asupan makanan yang diterima serta pengaruh
material yang digunakan untuk mengevaluasi kontak. Menurut Tarazi dkk (2007) a
49

cited from Aswaworit dkk (2011), menunjukkan variasi kontak gigi dengan material
yang digunakan pada penelitian.13,16
Penelitian yang dilakukan oleh Athiban (2014) pada 239 subjek yang dipilih
antara kelompok usia 17-22 tahun menunjukkan bahwa mayoritas 92,3% dan
88,37% memiliki canine protection pada kelompok usia 17 dan 18 tahun sedangkan
diatas umur 19 tahun ada peningkatan prevalensi oklusi group function, yaitu sekitar
77,19%, 100%, 88,37% dari individu pada kelompok usia 20, 21, 22 tahun. Penelitian
ini menegaskan bahwa perubahan dalam skema oklusi dari canine protection menjadi
group function ditemukan dalam tahap transisi dari remaja ke dewasa yang dapat
dihubungkan dengan kebiasaan makanan, faktor psikologis dan stres. Penelitian ini
menyatakan bahwa adanya tempat kerja yang menunjukkan suatu kondisi lingkungan
yang unik dapat menyebabkan stress sehingga menjadi penyebab beberapa patologis
dental yang memicu kebiasaan buruk yang menyebabkan kelainan pada otot
mastikasi.15,37-38
Pada penelitian ini, skema oklusi group function ditemukan dengan presentasi
yang lebih sedikit. Hasil ini sama dengan beberapa penelitian yang ada. Penelitian
yang sudah ada menyatakan bahwa group function ditemukan pada berbagai
kelompok usia, namun paling banyak ditemukan pada kelompok usia lebih lanjut. Hal
ini disebabkan oleh penyesuaian yang terjadi selama proses kehidupan. Group
function diketahui lebih menstimulus periodonsium dibandingkan skema oklusi lain
karena menyeimbangkan lengkung rahang seiiring bertambahnya usia, contohnya
tekanan oklusal yang berlebih atau aktivitas parafungsi dan proses mastikasi makanan
yang keras yang dimulai pada usia muda.21-22
Pada penelitian ini diperoleh hasil mixed antara canine protection dan group
function sebanyak 6 orang (6%). Hal ini sama dengan penelitian Al-Hiyasat yang
menunjukkan bahwa subjek dengan skema oklusi mixed antara canine protection dan
group function lebih sedikit ditemukan.
50

5.3 Hubungan antara Oklusi Statis dan Dinamis Berdasarkan Hubungan


Gigi Anterior dan Posterior serta Skema Oklusi pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 7 skema oklusi berdasarkan hubungan gigi anterior adalah dari 59
orang (59%) yang memiliki skema oklusi canine protection ditemukan 24 orang
(24%) klas I, 15 orang (15%) klas II divisi 1 dan 17 orang (17%) divisi 2, 3 orang
(3%) klas III. Dari 35 orang yang memiliki skema oklusi group function ditemukan
20 orang (20%) klas I, 4 orang (4%) klas II divisi 1 dan 3 orang (3%) klas II divisi
2,serta 8 orang (8%) klas III. Dari 6 orang (6%) yang memiliki skema oklusi mixed
antara canine protection dan group function ditemukan 1 orang (1%) klas I, 2 orang
(2%) klas II divisi 1, 1 orang (1%) klas II divisi 2, dan 2 orang (2%) klas III.
Pada hasil uji statistik menggunakan uji chi-square diperoleh hasil yang
signifikan antara skema oklusi berdasarkan hubungan gigi anterior dengan p=0,011
(p<0,05). Dari hasil penelitian ini yang memiliki skema oklusi canine protection
paling banyak ditemukan 24 orang (24%) klas I dan dari 35 orang yang memiliki
skema oklusi group function ditemukan 20 orang (20%) klas I, hasil penelitian ini
sama dengan yang dilakukan oleh Al-Hiyasat dkk (2004) terdapat skema oklusi
canine protection 114 (56%) klas I, 60 (67%) klas II divisi 1, 62 (82%) klas II divisi
2, 17 (21%) klas III. Skema oklusi group function 25 (12%) klas I, 10 (11%) klas II
divisi 1, 6 (8%) klas II divisi 2, 16 (20%) klas III sedangkan pada mixed antara canine
protection dan group function 45 (22%) klas I, 7 (8) klas II divisi 1, 6 (8) klas II
divisi 2, 18 (23%) klas III.6
Beberapa studi menunjukkan bahwa pada gigi geligi sehat, canine protection
merupakan hubungan yang ideal selama pergerakan ekstrinsik dari mandibula untuk
gigi geligi sehar, otot-otot dan sendi temporomandibular.17,38 Pada usia remaja bentuk
gigi kaninus umumnya masih runcing dan tajam sehingga menghasilkan kecuraman
pada gigi, dan meningkatkan prevalensi skema oklusi canine protection. Pada skema
oklusi canine protection yang memandu pergerakan rahang bawah adalah gigi
kaninus. Seiring dengan penggunaan terus menerus akan terjadi keausan yang dapat
menyebabkan kontaknya akan menjadi lebar sehingga gigi posterior akan berkontak
51

dan memandu pergerakan rahang bawah. Berdasarkan persentase tersebut dapat


diketahui bahwa pada dewasa muda skema oklusi canine protection akan digantikan
oleh group function yang menjadi skema oklusi pada usia tua.31
Oklusi klas II, gigi anterior menunjukkan adanya tonjolan vertikal overlap,
yang menyebabkan tinggi kecuraman dari gigi anterior menghalangi gigi posterior
untuk berkontak minimal ke lateral, sehingga prevalensi terbesar adalah canine
protection. Terlihat pada oklusi klas II yang paling terpengaruh partial excursion dan
memperlihatkan penurunan yang signifikan yaitu pada canine protection. Oklusi klas
II cenderung didominasi oleh canine protection, sedangkan prevalensi canine
protection sedikit pada oklusi klas III.31
Kebalikannya, klas III tidak terlalu dipengaruhi oleh degree of excursion,
karena selama partial excursion gigi posterior memainkan peranan paling dominan
dalam mengendalikan oklusi. Peran pada gigi posterior akan berlanjut sampai
complete excursion. Oleh karena itu, terlepas dari hubungan oklusi statis pada partial
excursion, gigi posterior akan menentukan pergerakan lateral. 31 Pada oklusi klas III
cenderung menunjukkan overlap gigi anterior yang minimal, hubungan edge to edge
atau crossbite yang mengurangi pengaruh dari gigi anterior pada oklusi lateral, karena
itu prevalensi terbesar pada oklusi klas III adalah group function dan balanced
occlusion.31
Pada tabel 7 skema oklusi berdasarkan hubungan gigi posteriorr terdapat 59
orang (59%) yang memiliki skema oklusi canine protection ditemukan 24 orang
(24%) klas I, 32 orang (32%) klas II, 3 orang (3%) klas III. Dari 35 orang yang
memiliki skema oklusi group function 20 orang (20%) klas I, 7 orang (7%) klas II, 8
orang (8%) klas III. Sedangkan pada mixed antara canine protection dan group
function dari 6 orang (6%) terdapat 1 orang (1%) klas I, 3 (3%) orang klas II, 2 (2%)
orang klas III.
Pada hasil uji statistik menggunakan uji chi-square diperoleh hasil yang
signifikan antara skema oklusi berdasarkan hubungan gigi posterior dengan p=0,003
(p<0,05). Dari hasil penelitian ini 59 orang (59%) yang memiliki skema oklusi canine
protection paling banyak ditemukan 32 orang (32%) klas II dan dari 35 orang yang
52

memiliki skema oklusi group function ditemukan 20 orang (20%) klas I. Hasil
penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Touzi dkk (2015) yaitu skema oklusi
canine protection paling banyak 31,25% klas II dan skema oklusi group function
paling banyak 51,03% klas I.5 Hasil penelitian yang dilakukan Al-Hiyasat dkk (2004)
berbeda dengan penelitian ini yaitu yang memiliki skema oklusi canine protection
paling banyak ditemukan 121 (51%) klas I, 87 (67%) klas II, 5 (39%) klas III dan
skema oklusi group function 34 (14%) klas I, 14 (11%) klas II, 2 (15%) klas III, pada
mixed antara canine protection dan group function 49 (21%) klas I, 13 (10%) klas II,
4 (31%) klas III.6
Oklusi yang baik harus memungkinkan mandibula bertranslasi tanpa hambatan
oklusal saat gerakan fungsional terutama pada segmen posterior, sehingga efisiensi
pengunyahan pada working side tidak hilang, distribusi aksial lebih merata dan dapat
menghindari jatuhnya beban berlebih pada sendi temporomandibula. 21 Oklusi sangat
penting karena merupakan dasar dari fungsi mastikasi. Dalam bidang prostodontik,
salah satu tujuan pembuatan gigi tiruan adalah mengembalikan fungsi. Oleh karena
itu, pemahaman tentang oklusi yang baik diperlukan oleh prostodontis sehingga dapat
merehabilitasi oklusi dan tercapainya fungsi yang dinamis. 37
Meskipun pola kontak gigi tergantung pada derajat pergerakan lateral dan
prevalensi group function relatif tinggi pada seluruh tingkat pergerakan, gigi kaninus
memiliki peran penting pada skema oklusi lateral. Gigi kaninus juga merupakan gigi
yang paling sering digunakan pada saat working side. Pentingnya gigi kaninus juga
dapat digambarkan dari keausan gigi kaninus yang menonjol pada pasien dengan
oklusi group function.31
Penelitian Al-nimri dkk (2010), menunjukkan hubungan antara oklusi statis dan
dinamis dari 94 mahasiwa kedokteran gigi, dengan rentang usia 21-30 tahun bahwa
pada posisi 0,5 mm pola oklusi dinamis tidak ada hubungan dengan oklusi statis
meskipun tidak signifikan sementara di posisi 3 mm skema oklusi dinamis secara
signifikan dipengaruhi oleh hubungan insisivus.16 Menurut Aswaworit dkk (2011),
menyimpulkan bahwa skema oklusi lateral dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berbeda, faktor pertama adalah jarak ekskursi lateral; adanya kerumitan pada
53

morfologi oklusal, lokasi dan besarnya kontak gigi dapat dipengaruhi oleh tingkat
ekskursi. Ada dua kategori kontak oklusi; parsial (0,5-1,5mm) dan full (2-3mm).
Faktor kedua adalah usia individu; ketika usia semakin bertambah, maka gigi
berfungsi juga semakin besar sehingga dapat mempengaruhi kontak gigi diposisi
statis dan dinamis. Faktor ketiga adalah hubungan oklusi statis, beberapa studi
menyebutkan bahwa gigi anterior dan ukuran lengkung dapat mempengaruhi
hubungan skema oklusi.13,31-32
Perbedaan paling mendasar antara kedua skema oklusi tersebut adalah gigi
mana yang berkontak selama terjadinya pergerakan lateral. Walaupun banyak
perbedaan antara keduanya, canine protection juga memiliki persamaan dengan
group function. Kedua oklusi tersebut memiliki kontak gigi posterior yang multiple
pada posisi interkuspal (oklusi sentrik), mencegah berkontaknya gigi posterior pada
nonworking side selama pergerakan ke lateral dan mencegah berkontaknya gigi
posterior ketika gigi anterior berkontak pada gerakan protrusif. 31-34
Beberapa penelitian telah meneliti kemungkinan hubungan antara oklusi statis
dan oklusi fungsional. Tampak bahwa balanced occlusion berada pada tingkat yang
jauh lebih besar dan tampaknya lebih dominan pada subjek dengan oklusi statis
normal (ideal) (oklusi Kelas I) dibandingkan dengan maloklusi Angle. Ketika gerakan
rahang diperiksa dari bidang frontal, subjek dengan oklusi normal cenderung
memiliki gerakan lebih sederhana dan tidak menyilang dibandingkan pada subjek
dengan maloklusi.17,37
Maloklusi klas II adalah maloklusi tipe skeletal dimana gigi-gigi bawah dalam
hubungan distal (posterior) terhadap antagonisnya di maksila. Pada seseorang dengan
maloklusi klas II mempunyai mandibula terlalu kecil, maksila yang besar, atau
keduanya, dimana mesio bukal molar pertama bawah terletak distal dari tonjol
mesiobukal gigi molar pertama atas dengan jarak sedikitnya selebar premolar. Ada
dua divisi dari tipe maloklusi Klas II yang didasarkan inklinasi dan overlap insisivus
maksila. Klas II divisi 1 adalah hubungan insisivus dimana inklinasi labial insisivus
maksila sama dengan insisivus pada oklusi normal. Individu dengan relasi ini sering
menunjukkan karakteristik oral yang unik meliputi overjet yang berlebihan pada gigi
54

insisivus maksila yang terletak lebih ke labial dari insisivus bawah dan supraerupsi
insisivus bawah. Klas II divisi 2 adalah hubungan insisivus dimana insisivus sentralis
maksila retrusi dengan inklinasi lingual berlebihan, sedangkan insisivus lateralis
berinklinasi ke labial. Individu dengan maloklusi ini cendurung mempunyai overjet
kecil tetapi overbite yang besar. 34
Individu dengan maloklusi klas III atau mesio-oklusi mempunyai maloklusi tipe
skeletal dimana mandibula terletak lebih anterior dari maksila. Pada hubungan molar
klas III, alur mesiobukal dari molar pertama mandibula terletak mesial dari tonjol
mesio bukal molar pertama maksila paling tidak selebar gigi premolar. Pada
maloklusi tipe ini, biasanya ditandai dengan hubungan gigi anterior edge to edge atau
gigitan silang dimana gigi-gigi mandibula terletak lebih fasial dari gigi maksila. 34
Hubungan rahang mengacu pada posisi mandibula terhadap maksila dan dapat
dikatakan sebagai hubungan gigi geligi antara maksila dan mandibula. Posisi antar
tonjol maksila (maximal intercuspal position) adalah hubungan gigi dengan gigi yang
tidak bergantung pada ke arah mana anatomi otot rahang atau sendi akan
memposisikan mandibula. Relasi sentrik adalah hubungan maksila-mandibula yang
diperoleh saat individu melakukan pengunyahan dan penelanan. Hubungan oklusi
yang ideal menghasilkan kondisi harmonis antara otot rahang, posisi kondilus
terhadap diskus dan fossa, dan kontak maksimum gigi geligi. 7,34
Mencapai oklusi dengan canine protection membutuhkan gigi anterior dengan
kondisi periodontal yang sehat. Adanya kehilangan tulang dan kehilangan kaninus,
menyebabkan gigi harus direstorasi dengan group function. Adanya dukungan yang
berlebih pada gigi posterior pada working side akan mendistribusikan tekanan ke
daerah anterior gigi yang tidak dapat di tahan. Penggunaan oklusi canine protection
juga bergantung pada relasi ortodontik dari lengkung rahang yang berlawanan. Pada
maloklusi klas II dan klas III mandibula tidak dapat dipandu oleh gigi anterior. Oklusi
canine protection tidak dapat digunakan pada situasi reverse occlusion, atau crossbite
pada masing-masing buccal cups maksila maupun mandibula pada masing-masing
sisi working side. 12,34
55

Pada oklusi normal terdapat fungsi refleks dari sistem neuromuskular, yang
menghasilkan pergerakan mandibula sehingga menghindari terjadinya kontak
prematur. Hal ini menuntun mandibula pada posisi interkuspasi maksimum dengan
kondilus pada posisi optimal. Hal ini akan menghasilkan gejala hipertonik dari otot-
otot sekitar atau trauma pada TMJ, akan tetapi hal ini biasanya baik-baik saja karena
kebanyakan orang dapat beradaptasi dan tidak akan menyebabkan rasa tidak nyaman.
Pada oklusi patologis dapat menimbulkan tanda-tanda trauma dan kerusakan.
Adanya atrisi pada permukaan oklusal akibat penggunaan berlebih, fraktur tonjol dan
mobiliti gigi. Oleh karena itu dokter gigi harus mengetahui oklusi dan dapat
menganalisanya.7,17,34
Efisiensi mengunyah berkaitan erat dengan jumlah permukaan gigi yang
digunakan selama mastikasi makanan. Subjek dengan skema oklusi normal memiliki
pengunyahan yang lebih efisien daripada subjek dengan maloklusi, tetapi tidak ada
pola pengunyahan spesifik yang diidentifikasi sebagai yang paling efisien. Pandangan
dan konsep oklusi fungsional harus mempertimbangkan dan memperhitungkan
pengetahuan saat ini tentang pengunyahan manusia dan tipe pola mengunyah untuk
menetapkan pedoman yang efektif untuk mencapai oklusi fungsional yang optimal
pada setiap pasien. Hubungan potensial antara tipe pola mengunyah, morfologi
kraniofasial, tipe oklusi statis, dan tipe oklusi fungsional harus dipelajari dan
dievaluasi untuk memastikan ketepatan dan kompatibilitas yang tepat.35
Hambatan dalam oklusi sentrik kadang-kadang dapat dilihat dalam kasus-kasus
dengan hubungan klas II divisi 2 dan/atau diantara pasien dengan restorasi pada gigi
anterior akan menyebabkan keterbatasan pergerakan atau tidak ada gerakan ketika
gigi posterior berkontak, sehingga memiliki efek locking pada rahang pasien. Hal
tersebut nantinya tidak dapat ditoleransi dengan baik sehingga dapat bermanifestasi
terhadap munculnya rasa sakit dan ketidaknyamanan, kegagalan restorasi dan
memiliki efek buruk terhadap struktur pendukung, serta dapat mengakibatkan
pergerakan gigi yang tidak diinginkan.36
Pada gigi geligi normal, oklusi mutually protected atau canine protection
merupakan hubungan yang ideal dalam pergerakan ekstrinsik mandibula pada gigi,
56

otot dan sendi temporomandibular. Hal ini disebabkan kaninus mempu meningkatkan
distribusi stress yang optimal diantara gigi anterior dan posterior. Beberapa studi
dengan metodologi yang sama dengan penelitian ini juga menunjukkan adanya tanda
dari kondisi kelainan fungsi TMJ yang lebih banyak ditemukan pada skema oklusi
group function yang menunjukkan adanya insidensi dari berbagai jenis oklusi sentrik
terhadap hubungan gigi geligi sehat dan dengan kelainan dari sistem
odontostomatognatik. Pemilihan dan penyusunan gigi yang tepat juga harus
mengikuti pola oklusi yang ideal sesuai dengan kondisi oklusi statis dan oklusi
dinamis gigi-gigi yang ada.17,36-37

Kelemahan pada penelitian ini adalah sampel pada subjek penelitian tidak di
kelompokkan berdasarkan dengan umur, jenis kelamin dan bentuk lengkung rahang
sehingga kemungkinan hasil penelitian menjadi kurang akurat.
57

BAB 6
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilkukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Distribusi oklusi statis berdasarkan hubungan gigi anterior dan posterior
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dengan
hubungan gigi anterior 45 orang (45%) klas I, 21 orang (21%) klas II divisi 1, 21
orang (21%) klas II divisi 2, 13 orang (13%) klas III. Pada hubungan gigi posterior
terdapat 45 orang (45%) klas I, 42 orang (42%) klas II, 13 orang (13%) klas III.
2. Distribusi oklusi dinamis berdasarkan hubungan skema oklusi pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terdapat canine
protection 59 orang (59%), group function 35 orang (35%) sedangkan mixed antara
canine protecion dan group function 6 orang (6%).
3. Ada hubungan yang signifikan antara oklusi statis dan dinamis berdasarkan
hubungan gigi anterior dengan nilai p=0,011 (p<0,05) dan Ada hubungan yang
signifikan antara oklusi statis dan dinamis berdasarkan hubungan gigi posterior
dengan nilai p=0,003 (p<0,05).
Pada penelitian ini, diperoleh adanya implikasi klinis, yaitu: hasil
penelitian ini dapat digunakan untuk membantu mendiagnosa skema oklusi
pasien sebelum dilakukannya perawatan.

6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan subjek penelitian pada lingkup
yang lebih luas dengan jumlah yang lebih besar.
2. Disarankan melakukan penelitian untuk melihat hubungan oklusi statis dan
oklusi dinamis lebih lanjut dengan mengendalikan variabel jenis kelamin dan bentuk
lengkung rahang.
58

DAFTAR PUSTAKA

1. Okeson JP. Management of Temporomandibular Disorders and Occlusion. 6th ed.


Missouri: Elesevier Mosby, 2008:75-8, 95-6.
2. Shillingburg HT, Hobo S, Whistsett LD. Fundamental of Fixed Prosthodontics.
3th ed. Chicago: Quintessence books, 1997:16-20.
3. Lyyer BS. Orthodontics The Art and Science. 3th ed. New Delhi: Arya (MEDI)
publishing house, 2003:55-62.
4. Nelson SJ, Major M. Wheeler’s Dental Anatomy, Phisiology and Occlusion. 9th
ed. St.Louis,Missouri: Saunders Elsevier, 2010:259,275.
5. Touzi S, Chakroun M, Abderrahmen SB, Kallala R, Hadyaoui D, et all. The
Relationship between Static and Dynamic Occlusion in Natural Permanent
Dentition: A Descriptive Epidemiological Study. International Journal of Health
Science & Research 2015;5:209-12.
6. Al-Hiyasat AS, Abu-Alhaija ESJ. The Realtionship Between Static and Dynamic
Occlusion in 14-17-year-old School Children. Journal of Oral Rehabilitation
2004;31:628-33.
7. Davies S, Gray RMJ. What is Occlusion?. British Dental Journal 2001;191:235-
45.
8. Sapkota B, Gupta A. Pattern of Occlusal Contacts in Lateral in Lateral
Excursion (Canine Protection or Group Function). Kathmandu Univ Med J
2014;45(1):43-47.
9. The Academy of Prosthodontics. The Glossary of Prosthodontic Dentistry. The
Journal of Prosthetic Dentistry 2005;94(1): 8-33.
10. Rosenstiel, Land, Fujimoto. Contemporary Fixed Prosthodontics. 4th ed.
Missouri:Mosby Elsevier, 2006:110-128.
11. Sidana V, Pasricha N, Makkar M, Bhasin S. Group function Occlusion. Indian
Journal of Oral Sciences 2012;3(3):124-28.
59

12. Pasricha N, Sidana V, Bhasin S, Makkar M. Canine Protected Occlusion. Indian


Journal of Oral Sciences 2012;3(1):13-8.
13. Aswaworarit N, Mitrirattanakul S. Occlusal Scheme in a Group of Thais. J Adv
Prosthodont 2011;3:132-5.
14. Singh A, Sangur R, Rao BL, Mahajan T. A Clinical Study to Determine the
Pattern of Occlusal Contacts in Lateral Positions and its Validity in Classifying
Guidance Patterns. J Indian Prosthodont Soc 2013;13:101-7.
15. Athiban et all. Evaluation of Occlusal Scheme with Age Changes in A Group of
Dental Students During Their Period of Undergraduation. IJRID 2014;4:50-9.
16. Al-Nimri KS, Batainehb AB, Abo-Farhac S. Functional Occlusal Patterns and
Their Relationship to Static Occlusion. Angle Orthodontist 2010;80:65-71.
17. Shetty N, Prabhu VD, Dandekeri S, Suvarna N. Nature of Eccentric Occlusionin
Various Arch Forms. J Oral Health 2012;3(1):5-10.
18. Mohan B, Sihivahanan D. Occlusion : The Getaway to Succes. Journal of
Interdisciplinary Dentistry 2012;2:68-77.
19. Darveniza M. Full Occlusal Protection - theory and Practice of Occlusal Therapy.
Australian Dental Journal 2001;46(2):70-9.
20. Presswood RG, Toy A. Is there such a thing as a ‘Healthy Occlusion’? Lessons
from history. Dental Lab 2008:48-53.
21. Sugiaman H, Himawan LS, Fardaniah S. Relationship of Occlusal Schemes with
the Occurence of Temporomandibular Disorders. Journal of Dentistry Indonesia
2011;1:(3):63-7.
22. Panek H, Matthews-Brzozowska T, Nowakowska D, Panek B, et all. Dynamic
Occlusions in Natural Permanent Dentition. Quintessence Int 2008;39(4):337-42.
23. Babu RR, Nayar SV. Occlusion Indicators: A Review. The Journal of Indian
Prosthodontic Society 2007;7(4):170-4.
24. Panigrahi D, Satpathy A, Patil A, Patel G. Occlusion and Occlusal Indicating
Materials. International Journal of Applied Dental Sciences 2015;1(4):23-6.
60

25. Sharma A, Rahul GR, Poduval ST, et all. History of Materials used for
Recording Static and Dynamic Occlusal contact marks: A literature review. J
Clin Exp Dent 2013;5(1):48-53.
26. Parmar A. Articulation Papers & Occlusion Tips. Dental Tribune 2013. Apr 15-
21:14-16.
27. Sharma S, Jyoti A. Modern Diagnostic Aids in Prosthodontics. IJRID
2016;6(2):8-16.
28. Davies SJ, Gray MJ. The Examination and Recording of the Occlusion: Why and
Who. British Dental Journal 2001;191(6):291-302.
29. Francisconi M, Janson G, Freitas K, et all. Overjet, Overbite, and Anterior
Crowding Relapses in Extraction and Nonextraction Patients, and Their
Correlations. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2014;146:67-72.
30. Greeshma Y, Sahu S, Motwani B, et all. Clinical Evaluation of Occlusal Contact
Patterns in Various Lateral Mandibular Movements and Prevalence of Canine
Protection and Group Function. Int J Oral Health Med Res 2017;3(6):17-20.
31. Abduo J, Tennant M, Mcgeachie J. Lateral Occlusion Schemes in Natural and
Minimally Restored Permanent Dentition: a Systematic Review. Journal of Oral
Rehabilitation 2013:1-15.
32. Ogawa T, Ogimoto T, Koyano K. The Relationship Between Non-working side
Occlusal Contacts and Mandibular Positions. Journal of Oral Rehabilitation
2001;28:976-81.
33. Ahmad OB, Boschi-Pinto C, Lopez AD, Murray CJ, et all. Age Standardization
of Rates: a New WHO Standard. World Health Origanization 2001 (GPE
Discussion Paper Series: No.31).
34. Scheid RC, Weiss G. Woelfel Anatomi Gigi. 8 th ed. Penerbit Buku Kedokteran,
2013:265-79.
35. Rinchuse DJ, Kandasamy S, Sciote J. A contemporary and Evidence-based View
of Canine Protected Occlusion. American journal of Orthodontics and
Dentofacial Orthopedics 2007;132(1):90-98.
61

36. Mehta S, Banerji S. The Application of Occlusion in Clinical Practice Part 1:


Essential Concept in Clinical Occlusion. Dent update 2018;45:1003-1015.
37. Hassan R, Rahimah AK. Occlusion, Malocclusion and Method of Measurements-
an Overview. Archives of Orofacial Sciences 2007;2:3-9.
38. Leighton B.The Early Signs of Malocclusion. European Journal of Orthodontics
2007;29:89-95.
LAMPIRAN 1
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Assalamualaikum wr.wb
Selamat pagi

Perkenalkan nama saya Riri Harliani Sihotang. Saya adalah mahasiswa


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan saat ini saya sedang
menjalani penelitian di Klinik Prostodonsia RSGM Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan kepada Saudara bahwa saya
sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Oklusi Statis dan
Dinamis Berdasarkan Hubungan Gigi Anterior dan Posterior serta Skema
Oklusi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara oklusi
statis dan oklusi dinamis pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara berdasarkan hubungan gigi anterior dan posterior serta skema oklusi.
Manfaat penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan atau kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya,
khususnya dibidang Kedokteran Gigi Prostodonsia. Manfaat penelitian ini bagi
subjek adalah hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh subjek untuk mengetahui
adanya hubungan antara oklusi statis dan oklusi dinamis berdasarkan hubungan gigi
anterior dan gigi posterior serta skema oklusi.
Subjek pada penelitian ini harus sesuai dengan kriteria penelitian yaitu pasien
yang mempunyai gigi lengkap dan tidak dalam perawatan ortodonsia, tidak
mempunyai tambalan atau gigi berlubang. Jumlah sampel yang dibutuhkan pada
penelitian ini adalah 100 orang, 50 orang laki-laki dan 50 0rang perempuan.
Pemeriksaan pada penelitian ini akan dilakukan selama ± 15 menit.
Pertama subjek akan ditanya mengenai identitasnya dan akan diberikan
kuesioner yang berkaitan dengan oklusi statis dan oklusi dinamis. Kemudian
dilakukan pemeriksaan oklusi statis dan oklusi dinamis yang dilakukan dengan
menggunakan shimstock (kertas uji) dan kertas artikulasi. Peneliti melakukan
pemeriksaan terhadap rongga mulut subjek dengan memakai cheek retractor (alat
pembuka mulut). Peneliti menginstruksikan subjek untuk mengontakkan gigi lalu
peneliti melakukan pengamatan secara visual pada daerah yang akan diperiksa
giginya yaitu pada gigi depan rahang atas dan rahang bawah. Kemudian melakukan
pemeriksaan pada gigi belakang dengan menggunakan kaca mulut pada gigi geraham
pasien lalu subjek diminta menggigit kertas artikulasi dan juga shimstock sehingga
terlihat tanda pada gigi. Penelitian ini hanya dilakukan sekali tiap subjek penelitian
dan dibutuhkan waktu 10 menit. Kertas artikulasi di gunakan untuk melihat adanya
noda (spot), lebar, dan ketebalan yang diletakkan pada kontak gigi di dalam mulut.
Shimstock adalah selapis material berbentuk lembaran tipis yang berfungsi untuk
memeriksa kontak diantara dua permukaan. Sebuah lembaran shimstock (kertas uji)
memiliki lebar 8 mm dan di posisikan pada gigi yang akan di evaluasi. Pada saat
digunakan, shim stock dilekatkan pada forcep Miller (penjepit alat) dan diletakkan
pada dataran gigi. Biaya dalam penelitian ini ditanggung oleh peneliti dan pada
penelitian ini mahasiswa tidak akan dikenakan biaya (gratis) serta tidak mengurangi
pelayanan kesehatan yang akan mahasiswa terima.
Efek samping yang mungkin terjadi sewaktu pemeriksaan ini adalah tidak ada,
namun hanya mengalami ketidaknyamanan saat membuka dan menutup mulut. Akan
tetapi, hal ini dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan dengan hati-hati dan
teknik yang tepat. Sesuai dengan kode etik, setiap keadaan rongga mulut pada subjek
akan dirahasiakan oleh peneliti.
Pada kesempatan ini, saya ingin subjek mengetahui dan memahami tujuan
serta manfaat penelitian, sehingga memahami apa yang akan dilakukan, diperiksa dan
didapatkan sebagai hasil penelitian ini. Dengan demikian saya berharap subjek
bersedia ikut dalam penelitian sebagai subjek penelitian dan saya percaya bahwa
partisipasi ini akan bermanfaat bagi mahasiswa. Apabila pada saat penelitian sedang
berlangsung, subjek ingin mengundurkan diri atau tidak ingin menjadi sampel untuk
menjalani pemeriksaan maka peneliti akan memaklumi dan tidak akan melakukan
pemeriksaan dengan unsur paksaan terhadap subjek untuk mengikuti penelitian ini.
Jika subjek bersedia, Lembar Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek
Penelitian terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan kepada peneliti. Perlu
diketahui bahwa surat ketersediaan tersebut tidak mengikat ataupun tidak
memengaruhi kegiatan subjek setelah penelitian dilakukan. Sebagai ucapan terima
kasih peneliti terhadap subjek yang telah berpartisipasi dalam penelitian, maka
peneliti akan memberikan goody bag. Demikian penjelasan mengenai penelitian ini,
mudah-mudahan keterangan saya dapat dimengerti dan atas kesediaan subjek untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.
Untuk penelitian lebih lanjut mengenai penelitian ini, maka subjek dapat
menghubungi saya Riri Harliani Sihotang (085362015314). Alamat: Jln.Abdul Hakim
gang susuk 8, No.2.
Medan, ........................
Peneliti

Riri Harliani Sihotang


LAMPIRAN 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : .................................................................................................
Alamat : .................................................................................................
No. Telp/Hp : .................................................................................................

Setelah mendapat penjelasan mengenai manfaat penelitian dan paham akan apa yang
dilakukan, diperiksa dan didapatkan penelitian yang berjudul :

“Hubungan antara Oklusi Statis dan Dinamis Berdasarkan Hubungan Gigi


Anterior dan Posterior serta Skema Oklusi pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara”

Maka dengan surat ini saya menyatakan dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan
bersedia berpartisipasi menjadi subjek dalam penelitian ini.

Medan, .............................

Yang menyetujui,
Peneliti Subjek Penelitian

(Riri Harliani Sihotang) (............................)


LAMPIRAN 3

No :
DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI Tanggal : - -
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Hubungan antara Oklusi Statis dan Dinamis Berdasarkan Hubungan Gigi


Anterior dan Posterior serta Skema Oklusi pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
I. Data Responden
:
:
: tahun

II. Pemeriksaan gigi lengkap kecuali gigi M3 Ya/tidak

III. Pemeriksaan oklusi statis


ubungan gigi insisivus
Klas I
Klas II (div.1)
Klas II (div.2)
Klas III
Hubungan Gigi Molar

Klas I

Klas II

Klas III

IV. Pemeriksaan oklusi dinamis

Lateral excursion 3 mm
kanan kiri
Canine protection

Group function

Mixed (Canine protection


dan Group function )
LAMPIRAN 4
CROSSTABS /TABLES=Insisivus BY Dinamis /FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT ROW /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Insisivus * Dinamis 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

Insisivus * Dinamis Crosstabulation

Dinamis

Canine
Protection Group Function Mixed (CG & GF) Total

Insisivus Klas I Count 24 20 1 45

% of Total 24.0% 20.0% 1.0% 45.0%

Klas II Divisi I Count 15 4 2 21

% of Total 15.0% 4.0% 2.0% 21.0%

Klas II Divisi 2 Count 17 3 1 21

% of Total 17.0% 3.0% 1.0% 21.0%

Klas III Count 3 8 2 13

% of Total 3.0% 8.0% 2.0% 13.0%

Total Count 59 35 6 100

% of Total 59.0% 35.0% 6.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 16.684 6 .011

Likelihood Ratio 17.518 6 .008

Linear-by-Linear Association .835 1 .361


N of Valid Cases 100

a. 5 cells (41,7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,78.

CROSSTABS /TABLES=Molar BY Dinamis /FORMAT=AVALUE TABLES


/STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT TOTAL /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Molar * Dinamis 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

Molar * Dinamis Crosstabulation

Dinamis

Canine
Protection Group Function Mixed (CP & GF) Total

Molar Klas I Count 24 20 1 45

% of Total 24.0% 20.0% 1.0% 45.0%

Klas II Count 32 7 3 42

% of Total 32.0% 7.0% 3.0% 42.0%

Klas III Count 3 8 2 13

% of Total 3.0% 8.0% 2.0% 13.0%

Total Count 59 35 6 100

% of Total 59.0% 35.0% 6.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 16.058 4 .003

Likelihood Ratio 16.909 4 .002

Linear-by-Linear Association 1.427 1 .232

N of Valid Cases 100

a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,78.

Anda mungkin juga menyukai