Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ahmad Firdaus

Nim : 1908106001
Kelas : Biologi A/4

SEJARAH ILMU PENGETAHUAN DAN SAINS

A. Pengertian Sejarah Ilmu Pengetahuan dan Sains

Sejarah merupakan runtutan kejadian mulai dari masa lampau, masa


sekarang, dan masa depan yang diketahui kronologis dan geografisnya,
yaitu kapan dan dimana sejarah itu terjadi. Dan dalam setiap periodenya
perkembangan ilmu pengetahuan dan sains memiliki ciri khas tertentu.
Sejarah Ilmu pengetahuan menurut Amsal Bakhtiar terbagi menjadi empat
periode, yaitu sebagai berikut.
1. Periode Yunani Kuno
Yunani kuno sangat identik dengan filsafat yang merupakan induk
dari ilmu pengetahuan. Periode sebelum Yunani Kuno disebut juga pra
Yunani Kuno, manusia telah memiliki pengetahuan yang didasarkan pada
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian diterimanya
sebagai fakta, namun masih dihubungkan dengan hal-hal magis atau
ghaib. Zaman Yunani Kuno berlangsung dari abad ke-6 SM sampai
dengan sekitar abad ke-6 M. Oleh karena itu, bangsa Yunani menjadi
bangsa yang melahirkan para ahli pemikir terkenal sepanjang masa.
Seperti Thales, Phytagoras, Sokrates, Plato, Aristoteles.
2. Periode Islam
Islam merupakan agama yang sangat peduli dengan ilmu
pengetahuan. Terbukti dalam isi kandungan dalam Al-Qur‟an yang
merupakan kitab suci bagi orang Islam. Surat Al-„Alaq adalah wahyu
pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW yang diawali dengan
perintah bacalah (Iqra’). Saat bangsa Eropa dan Barat mengalami masa
kegelapan, umat Islam justru mengalami masa keemasan yang ditandai
dengan terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan secara pesat.
Dunia Islam melakukan penerjemahan besar-besaran terhadap karya-
karya filosofi Yunani dan temuan di lapangan. Sekitar abad ke-6 hingga
7 M kemajuan ilmu pengetahuan berada di tangan peradaban Islam dan
memunculkan para ahli, misalnya ahli kedokteran yang menjadi standar
ilmu kedokteran di Eropa (AlRazi, Rhazas, dan Ibnu Sina).
3. Masa Renaisans dan Modern
Sejarawan pertama yang menggunakan istilah renaisans yaitu
Michelet. Istilah kata renaisans biasa digunakan untuk menamai
berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa dan
Italia berlangsung dari abad ke-15 sampai 4 dengan abad ke-16.
Renaisans merupakan periode perkembangan peradaban yang terletak
di ujung atau sesudah abad kegelapan hingga munculnya abad modern.
Pada masa ini merupakan periode yang penuh dengan kemajuan dan
perubahan yang berarti bagi perkembangan ilmu. Renaisans memiliki
ciri utama yaitu humanisme, individualisme, sekulerisme, empirisme,
dan rasionalisme.
4. Periode Kontemporer
Periode ini ditandai dengan munculnya teknologi canggih, dan
spesialisasi ilmu-ilmu yang semakin tajam dan mendalam yang
berlangsung dari abad ke-20 M dan masih berlangsung hingga saat ini.
Bidang fisika merupakan ilmu yang paling tinggi kedudukannya dan
banyak dibicarakan oleh para filsuf. Bidang fisika pada masa ini
menjadi titik pusat perkembangan ilmu yang sebagian besar aplikasi
ilmu dan teknologi di abad ke-21 merupakan hasil penemuan mutakhir
di abad ke-20. Albert Einstein adalah fisikawan yang paling terkenal
pada abad ke-20. Albert Einstein telah mengemukaan teori relativitas
dan banyak menyumbang dalam pengembangan mekanika kuantum,
mekanika statistic, dan kosmologi.
B. Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Sains
Ilmu pengetahuan terdiri dari dua kata menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia, yaitu “ilmu” artinya kepandaian dan “pengetahuan”
artinya segala sesuatu yang diketahui namun belum disusun secara
sistematik dan belum diuji kebenarannya secara ilmiah sehingga belum
dinyatakan valid. Dalam Oxford English Dictionay menurut (Husaini, 2013)
kata ilmu dapat diartikan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1. Informasi dan kecakapan yang diperoleh melalui pengalama dan
pendidikan.
2. Keseluruhan dari apa yang diketahui.
3. Kesadaran atau kebiasaan yang didapat melalui pengalaman akan
sustu fakta atau keadaan.
Sains berasal dari bahasa Latin yaitu “scientia” berarti
pengetahuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sains dapat
diartikan sebagai ilmu pengetahuan pada umumnya yang sistematis
mengenai alam dan dunia fisik. Menurut Albert Einstein, sains adalah suatu
kegiatan yang memungkinkan dari berbagai variasi atau pengalaman
inderawi yang mempu membentuk sebuah system pemikiran atau pola pikir
yang secara rasional seragam. Ilmu ini didapatkan melalui suatu observasi,
penelitian, dan uji coba untuk menentukan sifat dasar atau prinsip suatu
pengetahuan yang sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya. Ilmu yang
termasuk sains meliputi ilmu pengetahuan alam, botani, zoologi, fisika,
kimia, dan sebagainya.
Pengetahuan yang bersifat ilmiah memiliki lima sifat pokok yang
harus terkandung didalamnya, yaitu sebagai berikut.
1. Empiris, pengetahuan baru yang ditemukan berdasarkan
pengamatan dan percobaan.
2. Sistematis, semua data yang menunjang pengetahuan tersusun
sebagai kumpulan pengetahuan yang memiliki ketergantungan dan
teratur.
3. Objektif, pengetahuan yang asalnya bukan berdasarkan
prasangka perseorangan ataupun kesukaan pribadi,
4. Analitis, pengetahuan tersebut berusaha membeda-bedakan
pokok isinya menjadi bagian-bagian yang terperinci sehingga lebih
memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan pengetahuan
tersebut.
5. Verifikasi, pengetahuan dapat diperiksa dan di uji kebenarannya
oleh siapapun.

C. Macam-Macaam Pegetahuan
Manusia memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran dalam
kehidupannya. Menurut Burhanuddin Salam, pengetahuan yang dimiliki oleh
manusia terdiri dari empat macam yaitu sebagai berikut.
1. Pengetahuan biasa Pengetahuan biasa merupakan pengetahuan yang
disebut dengan istilah common sense dan sering diartikan dengan good
sense dalam filsafat. Common sense ini didapatkan dari pengalaman
kehidupan sehari-hari, contohnya penggunaan air untuk menyiram bunga,
mencuci, makanan yang dapat menghilangkan rasa lapar, dan lain
sebagainya.
2. Pengetahuan ilmu Pengetahuan ilmu sebagai terjemahan dari science.
Ilmu pada prinsipnya adalah usaha untuk mengorganisasikan dan
mensistematisasikan common sense, pengetahuan yang berasal dari
pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Dan dilanjutkan dengan suatu
pemikiran secara teliti dan cermat dengan berbagai metode ilmiah.
3. Pengetahuan filsafat Pengetahuan yang berasal dari pemikiran yang
bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat biasanya
memberikan pengetahuan yang lebih menekan pada universalitas dan
kedalaman kajian tentang sesuatu serta lebih reflektif dan krtis.
4. Pengetahuan agama Pengetahuan yang hanya berasal dari Tuhan melalui
utusan-Nya yang bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para
pemeluknya.
D. Sumber-Sumber Pengetahuan dan Sains
Pengetahuan terjadi bersumber dari a priori dan a posteriori. Yang
dimaksud dengan a priori yaitu pengetahuan yang munjcul dan terjadi apa
adanya atau melalui pengalaman baik pengalaman indera ataupun
pengalaman batin. Sedangkan a posteriori yaitu pengetahuan yang terjadi
disebabkan oleh adanya pengalaman yang berfokus pada kenyataan
objektif. Menurut John hospers dalam Abbas Hamami M, sebagai alat
untuk mengetahui terjadinya pengetahuan terdapat enam hal, yaitu
sebagai berikut.
1. Pengalaman indera (sense experience), penginderaan merupakan alat
terpenting dalam memperoleh pengetahuan yang menyerap segala
sesuatu objek yang ada di luar tubuh manusia.
2. Nalar (reason), merupakan corak berpikir yang menggabungkan dua
pemikiran atau lebih dengan tujuan untuk mendapatkan pengetahuan
baru.
3. Otoritas (authority), kekuasan yang dimiliki seseorang secara sah diakui
oleh kelompoknya. Otoritas ini menjadi sumber pengetahuan karena
kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang memiliki
kewibaan dalam pengetahuannya.
4. Intuisi (intuition), pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Yang bersifat personal dan tidak dapat diramalkan
sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur, oleh karena
itu intuisi tidak bisa diandalkan.
5. Wahyu (revelation), dapat diartikan sebagai salah satu sumber
pengetahuan karena manusia mengenal sesuatu bersumber pada
kepercayaan.
6. Keyakinan (faith), merupakan kemampuan yang diperoleh manusia melalui
kepercayaan pada dirinya. Maksudnya adalah kemampuan kejiwaan
manusia yang merupakan pematangan dari kepercayaan. Kepercayaan
bersifat dinamis yaitu mampu menyesuaikan dengan keadaan yang
sedang terjadi, sedangkan keyakinan sangat statis yaitu kecuali adanya
bukti baru yang akurat dan sesuai.

Anda mungkin juga menyukai