Anda di halaman 1dari 15

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil pengumpulan data yang di peroleh
sejak bulan Oktober sampai dengan Januari 2021. Data diperoleh dari data
RS.”PP” berupa kuisioner yang diberikan pada responden. Penyajian dimulai
dalam bentuk tabel dan narasi yang meliputi tentang distribusi karakteristik
responden, frekuensi pengetahuan dan sikap ibu dalam Sanitasi Botol Susu
dengan kejadian diare usia 1-5 tahun di unit Poliklinik Anak Rumah Sakit “PP”.
Uji ini menggunakan Chi square , untuk mengetahui hubungan variabel
independen terhadap dependen, dengan kriteria hasil kemaknaan variabel <0,05.
A. Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini akan menggambarkan karakteristik
responden ( umur, pendidikan, pekerjaan, kejadian diare), pengetahuan dan
sikap dalam sanitasi botol susu. pengetahuan dan sikap ibu dalam Sanitasi
Botol Susu sebagai variabel bebas (independen) sedangkan kejadian diare usia
1-5 tahun sebagai variabel terikat (dependen). Tujuan dari analisis ini adalah
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel
yang di teliti. Analisis ini di lakukan tiap variabel dari penelitian pada
umumnya dalam analisis hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari
tiap variabel.
1. Umur
Tabel 5.1
Distribusi Responden berdasarkan tingkat usia
di RS.”PP”, Tahun 2021
n = 56

Usia Frekwensi Persentase (%)


20-30tahun 20 35,7%
31-40 tahun 36 64,3%
Total 56 100
Berdasarkan tabel 5.1 di atas, didapatkan responden berusia 20-30 tahun
sebanyak 20 (35,7%) orang dan respoden yang berumur 31-40 tahun
sebanyak 36 (64,3%) orang.

2. Pendidikan

Tabel 5.2
Distribusi Responden berdasarkan pendiikan
di RS.”X”, Tahun 2017
n = 60
Pendidikan Frekwensi Persentase (%)
Pendidikan tinggi 14 25
Pendidikan menengah 40 71,4
Pendidikan rendah 2 3,6
Total 60 100

Berdasarkan tabel 5.2 di atas, didapatkan responden berpendidikan tinggi


sebanyak 14 (25%) orang, responden yang berpendidikan menengah
sebanyak 40 (71,4%) orang dan responden yang berpendidikan rendah
sebanyak 2 (3,6%)

3. Pekerjaan
Tabel 5.3
Distribusi Responden berdasarkan pekerjaan
di RS.”PP”, Tahun 2021
n = 56

Pekerjaan Frekwensi Persentase (%)


Bekerja 45 80,4
Tidak bekerja 11 19,6
Total 56 100

Berdasarkan tabel 5.3 di atas, didapatkan responden yang bekerja


sebanyak 44 (80,4%) orang dan respoden yang tidak bekerja sebanyak 11
(19,6%) orang.

4. Kejadian diare
Tabel 5.4
Distribusi Responden berdasarkan kejadian diare
di RS.”PP”, Tahun 2021
n = 56

Kejadian diare Frekwensi Persentase (%)


Tidak terjadi 35 62,5
diare < 5 kali
Terjadi Diare, 21 37,5
jika BAB  5
kali
Total 56 100

Berdasarkan tabel 5.1 di atas, didapatkan responden yang tidak terjadi


diare sebanyak 35 (62,5%) orang dan respoden yang mengalami diare
sebanyak 21 (37,5%) orang.

B. Analisis Bivariat
1. Hubungan pengetahuan ibu dalam sanitasi botol susu dengan kejadian
diare pada anak usia 1-5 tahun di RS.”PP”

Tabel 5.5
Hubungan pengetahuan ibu dalam sanitasi botol susu dengan kejadian diare
pada anak usia 1-5 tahun di RS.”PP”, Tahun 2021
n = 56
Kejadian diare
P
Tidak terjadi OR
Kategori Terjadi diare ∑ value
daire (95% CI)
N % n %
Pengetahuan
Baik 27 75% 9 25% 36 4.500 0.021
Cukup 8 40% 12 60% 20 (1.396-14.502)

Total 35 62,5% 21 37,5% 56


Tabel 5.5 di atas mengambarkan hasil analisis pengetahuan dengan kejadian
diare, responden yang pengetahuan baik sebanyak 9 (25%) orang yang
mengalami diare sedangkan responden yang berpengetahuan cukup yang
mengalami diare sebanyak 12 (60%) orang. Hasil uji statistik diperoleh p value
0.021, atau p value < 0,05 dengan demikian Ho ditolak yang berarti dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu
dalam sanitasi botol susu dengan kejadian diare usia 1-5 tahun. Hasil analisis
diperoleh nilai odds ratio (QR) 4.500, yang berarti responden yang mempunyai
pengetahuan baik memiliki peluang 4,5 kali tidak terjadi diare dibandingkan
dengan responden yang mempunyai pengetahuan yang cukup

2. Hubungan sikap ibu dalam sanitasi botol susu dengan kejadian diare
pada anak usia 1-5 tahun di RS.”PP”

Tabel 5.6
Hubungan sikap ibu dalam sanitasi botol susu dengan kejadian diare pada
anak usia 1-5 tahun di RS.”PP”
2021
n = 56
Kejadian diare
P
Tidak terjadi OR
Kategori Terjadi diare ∑ value
daire (95% CI)
N % n %
Sikap
Baik 20 83,3% 4 16,7% 24 5.667 0.012
Buruk 15 46,9% 17 53,1% 32 (1.578-20.350)

Total 35 62,5% 21 37,5% 56

Tabel 5.6 di atas menggambarkan hasil analisis sikap dengan kejadian diare,
responden yang mempunyai sikap baik yang mengalami diare sebanyak 4
(16,7%) orang sedangkan responden yang mempunyai sikap yang buruk
mengalami diare sebanyak 17 (53,1%) orang. Hasil uji statistik diperoleh p
value 0.012, atau p value < 0,05 dengan demikian Ho ditolak yang berarti
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dalam
sanitasi botol susu dengan kejadian diare usia 1-5 tahun. Hasil analisis
diperoleh nilai odds ratio (QR) 5.667, yang berarti responden yang mempunyai
sikap yang baik memiliki peluang 5,6 kali tidak terjadi diare dibandingkan
dengan responden yang mempunyai sikap yang buruk.
BAB VI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang dikaitkan dengan tujuan
penelitian dan dibandingkan atau diperkuat dengan teori maupun hasil penelitian.
A. Membahas hasil penelitian gabungan dari hasil univariat dengan bivariat

1. Hubungan usia ibu dengan kejadian diare usia 1-5 tahun


Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukan bahwa didapatkan
responden berusia 20-30 tahun sebanyak 20 (35,7%) orang dan respoden
yang berumur 31-40 tahun sebanyak 36 (64,3%) orang.

Usia merupakan tahapan kronologikal dalam periode kehidupan manusia


yang berbeda. Semakin bertambahnya umur seseorang makin banyak pula
pengetahuan yang ia dapatkan (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian Novrianda, Yeni, dan Asterina (2014) menjelaskan bahwa


terdapat hubungan bermakna antara usia responden dengan pengetahuan
tentang penatalaksanaan diare pada balita (p value < 0,05), karena
kecenderungan peningkatan pengetahuan tentang penatalaksanaan diare
pada balita pada kelompok umur yang tua. Rata-rata responden kelompok
umur tua memiliki 2 hingga 3 orang anak dan tentunya memiliki
pengetahuan dan pengalaman lebih baik dalam merawat anak terutama
penatalaksanaan diare dibandingkan responden dengan kelompok umur
muda yang baru mempunyai 1 orang anak.

Penelitian Abidinia, tahun 2014 dengan judul Knowledge and Practice of


Mothers in the Management of Children’s Diarrhea, in Northwest, Iran
menjelaskan bahwa Tidak ada hubungan antara usia ibu yang diamati
dengan pengetahuan dan perilaku ibu (p value 0,36), karena perilaku ibu
yang buruk bukan disebabkan karena usia ibu. Tetapi karena dalam
memberikan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan seperti dokter, perawat
dan staf layanan kesehatan lainnya tidak memberikan informasi atau
pengetahuan tentang ketrampilan yang diperlukan untuk merawat anaknya
dengan diare seperti mempromosikan penggunaan lebih banyak cairan,
melanjutkan melanjutkan menyusui, memberikan nutrisi yang tepat, dan
merawat anak-anak selama periode diare sampai dengan sehat (Abdinia,
2014)
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa responden terbanyak berada
direntang usia 31-40 tahun (64,3%). ibu dengan usia 31-40 tahun memiliki
lebih banyak pengalaman dan pengetahuan sebelumnya dan pemahaman
tentang pencegahan diare. Dapat disimpulkan bahwa berapa pun umur ibu,
jika pengalaman dalam perawatan kesehatan anak lebih banyak maka
perilaku pencegahan diare dapat dilakukan tergantung pendidikan dan
pengalaman ibu.

2. Hubungan pendidikan ibu dengan kejadian diare usia 1-5 tahun


Hasil penelitian didapatkan dari 56 responden, responden berpendidikan
tinggi sebanyak 14 (25%) orang, responden yang berpendidikan menengah
sebanyak 40 (71,4%) orang dan responden yang berpendidikan rendah
sebanyak 2 (3,6%)

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Febrianti dan Anggraini


(2018), dimana uji statistik dapat dilihat, bahwa antara tingkat pendidikan
ibu dan perilaku ibu dalam perawatan diare, didapatkan p-value = 0,005,
berarti ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan prilaku ibu
terhadap perawatan diare. Pendidikan ibu merupakan salah satu kunci
perubahan sosial budaya (Febrianti, 2019). Pendidikan yang relatif tinggi
akan memiliki perilaku yang lebih baik terhadap pemeliharaan kesehatan
keluarga terutama pada anak balita. Penelitian ini menjelaskan bahwa ada
hubungan bermakna antara pendidikan dengan perilaku ibu terhadap
perawatan kulit balita dengan diare (p value = 0,005), berarti semakin tinggi
tingkat pendidikan ibu maka semakin baik perilaku perawatan ibu pada
balita yang mengalami diare (Febrianti, 2019).

Penelitian Riyanto tahun 2013 menjelaskan bahwa seseorang yang


berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah, karena
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal tetapi dapat juga
dari pendidikan non formal. Jika seseorang mempunyai pengetahuan yang
positif tentang suatu objek maka akan menumbuhkan sikap dan perilaku
yang makin positif dari objek yang diketahuinya. Program pemerintah untuk
memajukan pendidikan ibu dapat dilakukan dengan mengadakan berbagai
kegiatan dalam bentuk promosi kesehatan. Promosi kesehatan adalah upaya
untuk memotivasi, mendorong dan membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimiliki masyarakat sehingga akhirnya mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan dirinya (Pender, 2011). Pengaruh promosi
kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan (p value = 0,000) dan dengan
peningkatan pengetahuan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam
pengobatan (Utami T. A., 2017).

Menurut peneliti, faktor pendidikan merupakan unsur yang sangat penting


karena pendidikan seseorang dapat menerima lebih banyak informasi
terutama dalam menjaga kesehatan diri dan keluarga dan memperluas cara
berpikir sehingga lebih mudah mengembangkan diri dalam mencegah
terjangkitnya suatu penyakit dan memperoleh perawatan medis yang
kompeten. Maka dari itu, ibu yang memiliki pendidikan tinggi atau rendah
tidak berhubungan dengan cara ibu melakukan pencegahan diare pada anak.

3. Hubungan pekerjaan dengan kejadian diare usia 1-5 tahun


Hasil penelitian didapatkan dari 56 responden, responden yang bekerja
sebanyak 44 (80,4%) orang dan respoden yang tidak bekerja sebanyak 11
(19,6%) orang.

Penelitian ini sejalan dengan, Adeleke dan Mhlaba (2019) yang berjudul
“Pengetahuan, sikap dan praktik maternal pencegahan dan manajemen diare
pada anak di Urban dan Rural Maseru, Lesotho” dimana uji statistik dapat
dilihat, bahwa antara status pekerjaan dengan pencegahan diare memiliki p-
value = 0.04. Hal ini disebabkan karena ibu rumah tangga lebih banyak
memiliki pengetahuan yang baik di banding dengan ibu yang bekerja. Ini
mungkin disebabkan oleh waktu ibu yang selalu dengan anaknya, sehingga
perhatian ibu terhadap anak tidak terbagi dengan pekerjaan.
Menurut peneliti, berbagai informasi kesehatan yang ditayangkan oleh
media televisi dapat disaksikan oleh ibu-ibu sambil memperhatikan anak-
anaknya. Begitu pula halnya dengan responden yang bekerja, walaupun
waktu mereka akan terbagi antara pekerjaan dan merawat anak, mereka
tetap harus lebih dulu mengurus keluarga terutama anak-anak. Dengan
bekerja tentunya akan terjalin hubungan-hubungan sosial dengan rekan
kerja sehingga dengan sendirinya akan menambah wawasan dan
memberikan sudut pandang yang beragam. Bagi ibu-ibu yang bekerja tetap
dapat menikmati pekerjaan mereka, karena melalui pekerjaan tersebut
mereka bisa menambah pengetahuan khususnya cara untuk mencegah diare
pada anak.

4. Hubungan pengetahuan ibu dalam sanitasi botol susu dengan kejadian


diare pada anak usia 1-5 tahun
Hasil analisisa hubungan pengetahuan dengan kejadian diare, responden
yang pengetahuan baik sebanyak 27 (75%) orang yang tidak mengalami
diare sedangkan responden yang berpengetahuan cukup yang tidak
mengalami diare sebanyak 8 (40%) orang. Hasil uji statistik diperoleh p
value 0.021, atau p value < 0,05 dengan demikian Ho ditolak yang berarti
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
ibu dalam sanitasi botol susu dengan kejadian diare usia 1-5 tahun.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Harris , Heriyani dan Hayatie (2016)
dengan judul hubungan bermakna antara higienitas botol susu dengan
kejadian diare di wilayah Puskesmas Kelayan Timur. Hasil penelitian Di
dapatkan nilai p value = 0,014 Menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima artinya hubungan bermakna antara higienitas botol susu dengan
kejadian diare di wilayah Puskesmas Kelayan Timur.

Penelitian ini sejalan dengan Dwiastuti, Sabban, dan Fitri (2018)


menunjukkan bahwa adanya hubungan antara peningkatan pengetahuan
dengan perilaku pencegahan diare pada balita (p-value = 0,045).
Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara, responden dengan
kelompok ibu-ibu yang memiliki usia lebih tua ternyata rata-rata
mempunyai 2 hingga 3 orang anak, sehingga mereka lebih berpengalaman
dan mengetahui dengan baik dalam merawat anak terutama penatalaksanaan
diare, daripada responden dengan kelompok umur muda yang rata-rata baru
memiliki 1 orang anak.

Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat


mendorong terjadinya diare pada balita. Diare pada balita dapat terjadi
karena berbagai sebab, penularannya melalui makanan dan minuman yang
tercemar oleh kuman penyebab diare dapat disebabkan oleh bakteri, virus
atau parasit yang menginfeksi perut atau usus, kuman tertentu yang terlibat
tergantung pada daerah geografis, tingkat sanitasi dan kebersihan terutama
dalam Higienitas Botol Susu . (Nurfita, 2017). Maka salah satu upaya yang
dilakukan dalam mengurangi kasus diare pada balita adalah dengan
memperhatikan Higienitas Botol Susu pada balita.

Menurut peneliti, pengetahuan ibu sangat berpengaruh dalam perilaku


pencegahan diare, dimana ibu yang memiliki pengetahuan baik akan
mengerti cara melakukan pencegahan terhadap diare dengan sanitasi botol
susu, sementara ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang, memiliki
perilaku pencegahan yang kurang, hal ini dikarenakan ibu yang memiliki
pengetahuan baik selalu mencari tahu hal-hal atau informasi yang baik
tentang cara memenuhi kebutuhan kesehatan, terutama dalam hal cara
sterilisasi dan pembersihan peralatan dot dan botol susu.

5. Hubungan sikap ibu dalam sanitasi botol susu dengan kejadian diare
pada anak usia 1-5 tahun di RS.”PP”
Hasil analisis sikap dengan kejadian diare, responden yang mempunyai
sikap baik yang mengalami diare sebanyak 4 (16,7%) orang sedangkan
responden yang mempunyai sikap yang buruk mengalami diare sebanyak
17 (53,1%) orang. Hasil uji statistik diperoleh p value 0.012, atau p value <
0,05 dengan demikian Ho ditolak yang berarti dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara sikap ibu dalam sanitasi botol susu dengan
kejadian diare usia 1-5 tahun.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Novie E. Mauliku dan Angga


Rakhmadi (2016) dengan judul hubungan antara sikap ibu tentang sanitasi
botol susu dengan kejadian diare pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Cimahi Selatan. Hasil penelitian di dapatkan nilai p value
=0,017 OR=3,5 Menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada
hubungan antara sikap ibu tentang sanitasi botol susu dengan kejadian diare
pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan

Hasil penelitian Myra Mesnuath Kosapilawan ,dkk (2019). terdapat


hubungan antara praktik penggunaan botol susu dengan kejadian diare
(p=0.00). Perilaku higienitas botol susu ibu dalam Sterilisasi merupakan
tindakan merebus botol susu 5-10 menit, hal ini membantu melindungi bayi
dari kuman dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang masih menempel
karena proses pencucian yang kurang baik. Cara penyajian yang kurang baik
mengakibatkan susu dapat terkontaminasi oleh bakteri yang terdapat pada
air minum. Hasil penelitian menunjukkan masih banyak responden yang
tidak menggunakan air yang direbus hingga mendidih untuk meyajikan susu
dan menyimpan botol susu ditempat terbuka ini mengakibatkan debu dan
bakteri mudah melekat dan mengkontaminasi botol susu sehingga dapat
menjadi faktor penyebab kejadian diare pada balita.

Menurut peneliti, ada hubungan antara kejadian diare dengan tingkat


hieginitas botol susu pada balita. Hal ini dikarenakan botol susu merupakan
salah satu peralatan yang digunakan bayi untuk mengkonsumsi makanan,
sehingga botol susu yang higienitasnya kurang baik membuat
mikroorganisme atau bakteri berkembangbiak pada botol susu dan dapat
menyebabkan diare.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Januari 2021 ini
memiliki keterbatasan, hal ini disebabkan karena :
1. Penelitian ini memiliki keterbatasan dimana pada penelitian ini
menggunakan rancangan cross sectional (potong silang) yaitu dilakukan
hanya satu kali pada satu saat. Faktor risiko dan efeknya pun diobservasi
pada saat yang sama, artinya setiap subyek penelitian diobservasi hanya
satu kali saja dan faktor risiko serta dampak diukur menurut keadaan atau
status pada saat observasi. Sehingga peneliti tidak bisa mengetahui apa
yang akan terjadi pada masa yang akan datang, dapat diartikan bahwa
peneliti tidak bisa melihat bagaimana persepsi atau sikap responden di
waktu berikutnya. Karena peneliti tidak memantau (follow up)
perkembangan responden terus menerus.

2. Banyak faktor lain yang dapat mengakibatkan seorang anak terkena diare
seperti cara mencuci tangan yang kurang baik, jajanan yang tidak sehat,
makanan maupun air minum yang tidak bersih dan beberapa faktor lain.
Jadi belum tentu dari faktor sanitasi botol susu saja yang menyebabkan
sebagian besar anak terkena diare seperti yang diidentifikasi oleh peneliti.

3. Beberapa responden terlihat terburu - buru dalam mengisi kuesioner atau


angket yang diberikan oleh peneliti dengan alasan ingin segera pulang ke
rumah masing – masing karena masa pandemic covid-19. Hal ini
memungkinkan responden tidak terlalu berkonsentrasi / terfokus untuk
mengisi kuesioner.
BAB VII
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan mengenai
hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Sanitasi Botol Susu dengan
Kejadian Diare Usia 1-5 Tahun di Poliklinik Anak RS Pertamina Prabumulih
dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik responden mayoritas dengan usia 31-40 tahun sebanyak 36
(64,3%) orang. status tingkat pendidikan mayoritas berpendidikan
menengah sebanyak 40 (71,4%) orang, dan status pekerjaan mayoritas
responden yang bekerja sebanyak 44 (80,4%) orang
2. Distribusi kejadian diare yang dominan adalah sebanyak 21 (37,5%) orang
respoden yang mengalami diare
3. Distribusi pengetahuan dengan kejadian diare yang dominan adalah
responden yang berpengetahuan baik sebanyak 9 (25%) orang yang
mengalami diare
4. Distribusi sikap dengan kejadian diare yang dominan adalah responden yang
mempunyai sikap baik yang mengalami diare sebanyak 4 (16,7%) orang.
5. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian diare p
value 0.021 (α < 0,05)
6. Ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kejadian diare p value
0.012 (α < 0,05)

B. Saran
Adapun saran yang dapat peneliti berikan dari hasil penelitian ini diantaranya:
1. Bagi pelayanan keperawatan
Perawat diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan pada anak dengan diare
dan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi RS Pertamina
Prabumulih untuk membuat kebijakan dalam program tentang penerapan
cara steril dan sanitasi botol susu sebagai pendekatan kepada para orang tua
anak usia 1 - 5 tahun yang menderita diare.

2. Bagi perkembangan ilmu keperawatan


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi ilmiah di bidang
keperawatan anak khususnya untuk mengetahui adanya hubungan
pengetahuan dan sikap ibu dalam melakukan sanitasi botol susu dengan
kejadian diare usia 1-5 tahun.

Anda mungkin juga menyukai